Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH SEJARAH PENDIDIKAN DAN PGRI

‘’ SEJARAH PENDIDIKAN NASIONAL ‘’

Dosen Pengampu : Junita Yosephine Sinurat,M.Pd. M.Pd.

Disusun oleh :
1. Deta Febrianti 202014500205
2. Hilmi Rayhan Fadil 202014500149
3. Laras Ayu Wardani 202014500113

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah
ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 20 Maret 2022

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Pustaka
Bab I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan Masalah

Bab II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah pendidikan nasional
2.2 Pendidikan sebelum kemerdekaan
2.3 Pendidikan sesudah kemerdekaan

Bab III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada dasarnya pendidikan adalah laksana eksperimen yang tidak pernah selesai
sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini. Dikatakan demikian,
karena pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan dan perdaban manusia yang terus
berkembang. Hal ini sejalan dengan pembawaan manusia yang memiliki potensi kreatif dan
inovatif dalam segala bidang kehidupan.
Bagi bangsa indonesia krisis multidimensi membawa hikmah dan pelajaran yang luar
biasa besarnya, yang pasti bangsa ini dapat menatap dan membangun masa depan dengan
semangat yang lebih optimis. Masa lampau memperjelas pemahaman kita tentang masa kini.
Sistem pendidikan yang kita kenal sekarang adalah hasil perkembanagan pendidikan yang
tumbuh dalam sejarah pengalaman bangsa kita.
Pada masa yang telah lewat, dunia pendidikan terus berubah. Kompetensi yang
dibutuhkan oleh masyarakat terus menerus berubah, apalagi di dalam dunia terbuka, yaitu di
dalam dunia modern dalam era globalisasi. Kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki oleh
seseorang dalam lembaga pendidikan haruslah memenuhi standar. Tinjauan terhadap
standardisasi dan kompetensi untuk meningkatkan mutu pendidikan akhirnya membawa kita
dalam pengungkapan adanya bahaya yang tersembunyi yaitu, kemungkinan adanya
pendidikan terkekang oleh standar kompetensi saja sehingga kehilangan makna tujuan
pendidikan tersebut.

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1 Mengetahui Hari Pendidikan Nasional ?
1.2.2 Bagaimanakah pendidikan di indonesia sebelum kemerdekaan ?
1.2.3 Bagaimanakah pendidikan di Indonesia setelah kemerdekaan ?

1.3. Tujuan Pembahasan


1.3.1 Untuk mengetahui Hari Pendidikan Nasional
1.3.2 Untuk mengetahui pendidikan di indonesia sebelum kemerdekaan
1.3.3 Untuk mengetahui pendidikan di indonesia sesudah kemerdekaan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Pendidikan Nasional


Hari Pendidikan Nasional selalu jatuh setiap tanggal 2 Mei tiap tahunnya. Tanggal 2
Mei sebenarnya adalah hari kelahiran Raden Mas Soewardi Soerjaningrat (EYD: Suwardi
Suryaningrat) atau yang lebih dikenal dengan Ki Hadjar Dewantara (berubah sejak 1922).
Beliaulah yang dianggap sebagai pahlawan yang memajukan pendidikan di Indonesia. Berkat
jasa beliau Perguruan Taman Siswa berdiri, suatu lembaga pendidikan yang memberikan
kesempatan bagi para pribumi untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para
priyayi maupun orang-orang Belanda.
Ki Hadjar Dewantara juga suka menulis, banyak tulisannya yang sangat tajam
terutama menyindir Belanda, salah satunya adalah Als Ik Eens nederlander Was ( Seandainya
Aku Seorang Belanda ) yang salah satu petikannya adalah sebagai berikut,
“Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta
kemerdekaan di negeri yang kita sendiri telah merampas kemerdekaannya. Sejajar dengan
jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander
memberikan sumbangan untuk dana perayaan itu. Pikiran untuk menyelenggarakan perayaan
itu saja sudah menghina mereka dan sekarang kita garuk pula kantongnya.
Ayo teruskan penghinaan lahir dan batin itu! “Kalau aku seorang Belanda” Apa yang
menyinggung perasaanku dan kawan-kawan sebangsaku terutama ialah kenyataan bahwa
bangsa inlander diharuskan ikut mengongkosi suatu pekerjaan yang ia sendiri tidak ada
kepentingannya sedikitpun“.
Karena tulisannya tersebut Ki Hajar Dewantara dibuang ke pulau Bangka namun
dipindahkan ke Belanda karena pembelaan Douwes Dekker dan Cipto Mangoenkoesumo,
sepulangnya ke Indonesia Ki Hadjar Dewantara membangun Nationaal Onderwijs Instituut
Tamansiswa (Perguruan Nasional Tamansiswa) pada 3 Juli 1922 yang menjadi awal dari
konsep pendidikan nasional.
Ki Hadjar Dewantara kemudian meninggal pada 28 April 1958 dan akhirnya
pemerintah menetapkan tanggal 2 Mei sebagai Hari Pendidikan Nasional sejak tahun 1959
sebagai penghargaan atas jasa-jasanya di bidang pendidikan. Dari situ ia dijuluki Bapak
Pendidikan Nasional.

2.1. Pendidikan di Indonesia Sebelum Kemerdekaan


Pendidikan diindonesia padazaman sebelum kemerdekaan dapat digolongkan kedalam
tiga periode, yaitu: 1) pendidikan yang berlandaskan ajaran keagamaan; 2) pendidikan yang
berlandaskan kepentingan penjajah; dan 3) pendidikan dalam rangka perjuangan
kemerdekaan.
A. Pendidikan Hindu-Budha
Ajaran hindu dan Budha memberikan corak pada praktek pendidikan di Indonesia
pada zaman kerajaan-kerajaan Hindu dan Budha di Kalimantan (Kutai), Pulau Jawa
(Tarumanegara hingga Majapahit), Bali dan Sumatera (Sriwijaya).
Pada periode awal berkembangnya agama Hindu-Budha di Nusantara, sistem
pendidikan sepenuhnya bermuatan keagamaan yang dilaksanakan di biara-biara atau
padepokan.Pada perkembangan selanjutnya, muatan pendidikan bukan hanya berupa ajaran
keagamaan, melainkan ilmu pengatahuan yang meliputi sastra, bahasa, filsafat, ilmu
pemerintahan, tata negara dan hukum. Kerajaan-kerajaan Hindu di tanah Jawa banyak
melahirkan para empu dan pujangga besar yang melahirkan karya-karya seni yang bermutu
tinggi. Pada masa itu, pendidikan mulai tingkat dasar hingga tingkat tinggi dikendalikan oleh
para pemuka agama. Pendidikan bercorak Hindu-Budha semakin pudar dengan jatuhnya
kerajaan Majapahit pada awal abad ke-16, dan pendidikan dengan corak Islam dalam
kerajaan-kerajaan Islam datang menggantikannya.

B. Pendidikan Islam
Pendidikan berlandaskan ajaran Islam dimulai sejak datangnya para saudagar asal
Gujarat India ke Nusantara pada abad ke-13. Di pulau Jawa, pusat penyebaran Islam
membentang mulai Banten, Cirebon, Demak hingga ke Gresik. Lama kelamaan, bersamaan
dengan pudarnya kerajaan-kerajaan Hindu, ajaran Islam makin berkembang dengan baik di
pesisir maupun di pedalaman pulau-pulau Jawa dan Sumatera.
Di pulau Jawa dan Sumatera yang penduduknya lebih dahulu mengadakan kontak
dengan pendatang dari luar Indonesia (terutama dari Cina, Indiadan Indocina), didapati
pendidikan agama Islam di masa pra kolonial dalam bentuk pendidikan di surau atau langgar,
pendidikan di pesantren, dan pendidikan di madrasah. Praktek pendidikan di langgar dan di
pesantren berbeda dengan cara mengajar di sekolah-sekolah modern yang menggunakan
sistem yang formal dan berjenjang. Pendidikan di Indonesia baru mengenal sistem berjenjang
yang formal sejak masuknya pengaruh Belanda. Namun hingga datangnya kolonial belanda
dan bahkan hingga sekarang, ketiga corak pendidikan Islam yaitu pendidikan di langgar,
pesantren, dan madrasah tetap bertahan.

C. Pendidikan Katolik dan Kristen-Protestan


Pendidikan Katolik berkembang mulai abad ke-16 melalui orang-orang Portugis yang
menguasai Malaka. Misi mereka yang dikenal dengan misi suci (mission sacre) dilaksanakan
bersama-sama dengan misi pencarian rempah-rempah. Segera setelah mereka menduduki
suatu daerah atau pulau, usaha pertama yang dilakukannya adalah menjadikan penduduk
setempatsebagai pemeluk Katolik-Roma. Kekuasaan portugis tidak berlangsung lama, hanya
sekitar setengah abad, karena diusir oleh Spanyol. Kemudian Spanyol menyebarkan agama
Kristen-Protestan dan mengembangkan sistem pendidikannya sendiri yang bercorak Kristen-
Protestan.
D. Pendidikan pada Zaman VOC
Sebagaimana bangsa Portugis sebelumnya, kedatangan bangsa Belanda ke Indonesia
pada abad ke-16 mula-mula untuk tujuan dagang dengan mencari rempah-rempahdengan
mendirikan VOC. Misi dagang tersebut kemudian diikuti oleh misi penyebaran agama yang
terutama dilakukan dengan mendirikan sekolah-sekolah yang dilengkapi asrama untuk para
siswa. Di sana diajarkan agama Kristen-Protestan dengan bahasa pengantar bahasa Belanda,
dan sebagian menggunakan bahasa Melayu. Pada awal abad ke-16, VOC mendirikan sekolah
di pulau-pulau Ambon, Banda, Lontar, dan Sangihe-Talaud. Pada periode berikutnya,
didirikan pula sekolah-sekolah dengan jenis dan tujuan beragam. Pendirian sekolah-sekolah
tersebut terutama diarahkan untuk kepentingan untuk mendukung misi VOC di Nusantara.

E. Pendidikan Pada Zaman Kolonial Belanda


Pudarnya VOC pada akhir abad ke-18 menandai masa datangnya zaman kolonial
Belanda. Tugas untuk mengatur pemerintahan dan masyarakat yang sebelumnya ditangani
oleh Kompeni (institusi dagang) kemuadian diambil alih oleh Pemerintah Belanda yang
menjadikan Hindia-Belanda sebagai tanah jajahan.
Sistem pendidikan diubah dengan menarik garis pemisah antara sekolah Eropa dan
sekolah Bumiputera. Sekolah Eropa diperuntukkan bagi anak-anak Belanda dan anak-anak
orang Eropa di Indonesia. Sedangkan sekolah Bumiputera yang tingkatan dan prestisenya
lebih rendah diperuntukkan bagi anak-anak bumiputera yang terpilih. Ada lagi sekolah Cina
bagi anak-anak Cina. Mulai akhir abad ke-19 dan hingga dasawarsa awal abad ke-20
lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia sangt beragam meliputi sekolah dasar, sekolah
menengah, sekolah raja, sekolah pertukangan, sekolah kejurauan, sekolah-sekolah khusus
untuk perempuan Eropa dan pribumi, sekolah dokter, perguruan tinggi hukum, dan perguruan
tinggi teknik.

F. Pendidikan Pada Masa Pendudukan Jepang


Meskipun singkat, berlangsung pada tahun 1942-1945, masa pendudukan Jepang
memberikan corak yang berarti pada pendidikan di Indonesia. Tidak lama setelah berkuasa,
jepang segera menghapus sistem pendidikan warisan Belanda yang didasarkan atas
penggolongan menurut bangsa dan status sosial. Tingkat sekolah terendah adalah Sekolah
Rakyat (SR)yang disebut dalam bahasa Jepang Kokumin Gakko, yang terbuka untuk semua
golongan masyarakat tanpa membedakan status sosial dan asal-usulnya. Kelanjutannya adlah
Sekolah Menengah Pertama (SMP) selama tiga tahun, kemuadian Sekolah Menengah Tinggi
(SMT) selama tiga tahun. Sekolah kejuruan juga dikembangkan. Sekolah Hukum dan
MOSVIA yang didrikan oleh Belanda dihapuskan. Di tingkat pendidikan tinggi, pemerintah
pendudukan Jepang mendirikan Sekolah Tinggi kedokteran (Ika Dai Gakko) di Jakarta dan
Sekolah Tinggi Teknik di Bandung.
Perubahan lain yang sangat berarti di kemudian hari ialah bahasa Indonesia menjadi
bahasa pengantar pertama di sekolah-sekolah dan kantor-kantor pemerintahan, dan bahasa
pengantar kedua adalah bahasa Jepang. Sementara itu, bahasa Belanda dilarang sama sekali
untuk digunakan baik di sekolah-sekolah maupun di kantor-kantor, Sejak saat itu, bahasa
Indonesia berkembang pesat sebagai bahasa pengantar dan bahasa komunikasi ilmiah.
Tujuan utama pendidikan pada masa pendudukan Jepang diarahkan untuk mendukung
pendudukan jepang dengan menyediakan tenaga kerja kasar secara cuma-cuma yang dikenal
dengan romusha. Di sekolah, para siswa mengikuti latihan fisik, baris berbaris meniru tentara
Dai Nippon, latihan kemiliteran disertai indoktrinasi yang intinya kesetiaan penuh pada kaisar
Jepang. Pemuda-pemuda yang menapak dewasa dijadikan romusha dan sebagian direkrut
untuk menjadi tentara.

2.2. Pendidikan di Indonesia Setelah Kemerdekaan (1945-1969)


Pendidikan dan pengajaran sampai tahun 1945 di selenggarakan oleh kentor
pengajaran yang terkenal dengan nama jepang Bunkyio Kyoku dan merupakan bagian dari
kantor penyelenggara urusan pamong praja yang disebut dengan Naimubu. Setelah di
proklamasikannya kemerdekaan, pemerintah Indonesia yang baru di bentuk menunjuk Ki
Hajar Dewantara, pendiri taman siswa, sebagai menteri pendidikan dan pengajaran mulai 19
Agustus sampai 14 November 1945, kemudian diganti oleh Mr. Dr. T.G.S.G Mulia dari
tanggal 14 November 1945 sampai dengan 12 Maret 1946. tidak lama kemudian Mr. Dr.
T.G.S.G Mulia dig anti oleh Mohamad Syafei dari 12 Maret 1946 sampai dengan 2 Oktober
1946. karena masa jabatan yang umumnya amat singkat, pada dasarnya tidak bayak yang
dapat diperbuat oleh para mentri tersebut.
Pada tanggal 1950 Perdana Menteri Republik Indonesia,Drs. Mohammad Hatta, dan
Perdana Merdana Republik Indonesia Dr. A.Halim menandatangani suatu piagam persetujuan
antara Pemerintah Republik Indonesia Serikat dan Pemerintah Republik Indonesia yang
antara lain menyatakan:
a. Menyetujui dalam waktu sesingkat-singkatnya bersama-sama melaksanakan Negara
Kesatuan Indonesia sebagai penjelmaan dari Republik indoonesia berdasarkan proklamasi 17
Agustus 1945. Sebelum Perundang-undangan kesatuan maka undang-undang dan peraturan
yang ada tetap berlaku, akan tetapi sedapat mungkin diusahakan supaya perundangundangan
Republik Indonesia (dahulu) berlaku.
b. Menyetujui pembentukan panitia yang bertugas menyelenggarakan segala persetujuan
untuk menyelesaikan kesukaran-kesukaran di berbagai lapangan dalam waktuu sesingkat-
singkatnya.
Untuk melaksanakan piagam persetujuan tersebut, maka dibentuk Panitia Bersama.
Atas usul Panitia Bersama tersebut, maka pada tanggal 30 Juni 1950 dikeluarkkan suatu
pengumuman bersama mengenai penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran. Pengumuman
itu antara lain menyatakan bahwa untuk tahun pengajaran 1950/1951 sistem pengajaran yang
berlaku pada Indonesia dahulu dijalankan di seluruh Indonesia denga maksud dalam waktu
yang singkat system itu akan ditinjau kkembali. Dangan adanya pengumuman bersama itu,
maka penyelenggaraan bersama pendidikan dan pengajaran sejak Agustus 1950 pada
hakikatnyaberjalan atas dasar Undang-Undang Pokok Pendidikan dan Pengajaran Republik
Indonesia No. 4/1950. UU ini berlaku untuk seluruh wilayah Indonesia dengan
mengesampingkan segala peraturan sebelumya berlaku didaerah-daerah diluar Republik
Indonesia yang berbeda dengan UU No. 4/1950.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
“Knowledge is power”. Kutipan dari Francis Bacon tersebut mengungkapkan bahwa
pokok kekuatan menusia adalah pengetahuan. Manusia dengan pengetahuannya mampu
melakukan olah-cipta sehingga manusia mampu bertahan dalam masa yang terus maju dan
berkembang. Proses tersebut terlaksana berkat adanya sebuah aktivitas yang dinamakan
pendidikan. Pendidikan adalah sebuah kegiatan perbaikan tata laku dan pendewasaan
manusia melalui pengetahuan.
Pendidikan juga tidak dapat dilepaskan dari perjalanan sebuah bangsa. Keduanya
saling memengaruhi. Kemajuan sebuah bangsa juga ditentukan dari kemajuan pendidikan
yang dienyam rakyatnya. Demikian juga yang terjadi di Indonesia. Pendidikan di Indonesia
juga telah mengalami berbagai fase perjalanan hingga seperti sekarang. Buku ini
memaparkan sejarah pendidikan di Indonesia, dari zaman kerajaan Hindu-Buddha, kerajaan
Islam, penjajahan, masa sesudah kemerdekaan, Orde Lama, Orde Baru, hingga Orde
Reformasi.
Sejarah pendidikan di Indonesia juga melalui tahap-tahap dan dari zaman ke zaman
yang mempunyai pendiri serta kurikulum yang berbeda-beda. Yang dapat dijabarkan sebagai
berikut.
A. Pendidikan di Indonesia Sebelum Kemerdekaan
Pendidikan diindonesia padazaman sebelum kemerdekaan dapat digolongkan kedalam
itu: 1) pendidikan yang berlandaskan ajaran keagamaan; 2) pendidikan yang berlandaskan
kepentingan penjajah; dan 3) pendidikan dalam rangka perjuangan kemerdekaan. Yang terdiri
dari :
1. Pendidikan Hindu-Budha
2. Pendidikan Islam
3. Pendidikan Katolik dan Kristen-Protestan
4. Pendidikan pada Zaman VOC
5. Pendidikan Pada Zaman Kolonial Belanda
6. Pendidikan Pada Masa Pendudukan Jepang

B. Pendidikan di Indonesia Setelah Kemerdekaan (1945-1969)


Pendidikan dan pengajaran sampai tahun 1945 di selenggarakan oleh kantor
pengajaran yang terkenal dengan nama jepang Bunkyio Kyoku dan merupakan bagian dari
kantor penyelenggara urusan pamong praja yang disebut dengan Naimubu. Setelah di
proklamasikannya kemerdekaan, pemerintah Indonesia yang baru di bentuk menunjuk Ki
Hajar Dewantara, pendiri taman siswa, sebagai menteri pendidikan dan pengajaran mulai 19
Agustus sampai 14 November 1945, kemudian diganti oleh Mr. Dr. T.G.S.G Mulia dari
tanggal 14 November 1945 sampai dengan 12 Maret 1946. tidak lama kemudian Mr. Dr.
T.G.S.G Mulia dig anti oleh Mohamad Syafei dari 12 Maret 1946 sampai dengan 2 Oktober
1946. karena masa jabatan yang umumnya amat singkat, pada dasarnya tidak bayak yang
dapat diperbuat oleh para menteri tersebut.

3.2. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan kepada pembaca mengetahui sejarah
pendidikan di Indonesia sebelum kemerdekaan hingga saat ini. Sehingga dapat mencapai
tujuan pendidikan nasional serta mampu menjawab tantangan masa kini dan masa depan
DAFTAR PUSTAKA

Unknown.2012.SEJARAH PENDIDIKAN NASIONAL


(http://pendidikandasar12.blogspot.com/2012/11/sejarah-pendidikan-nasional.html?m=1)
Ardiansah, G.2012. Sejarah Pendidikan di Indonesia. (online).
(https://gatotardiansah.wordpress.com/pengantar-pendidikan-sejarah-pendidikan-di-
indonesia, diakses pada tanggal 16 September 2015).
Hardiyanti, T.2011. Makalah Sejarah Pendidikan di Indonesia. (online).
(https://haedarakib.files.wordpress.com/2012/01/sejarah-pendidikan-di-indonesia.pdf,
diunduh pada tanggal 17 September 2015)

Anda mungkin juga menyukai