Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

SEJARAH LAHIRNYA SISTEM PENDIDIKAN DI INDONESIA


Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah: Pengantar Ilmu Pendidikan
Dosen Pengampu: Sholahuddin Alayubi, M. Pd

Oleh Kelompok 8:
No. Nama NIM
1. Muhammad Agil 2103402071019
2. Moh Soleh 2103402071025
3. Firdaus Wildanul Hakim 2103402071032

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM JEMBER
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat dan
hidayahNya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang mungkin sangat sederhana. Makalah ini berisikan
materi tentang Sejarah Lahirnya Sistem Pendidikan di Indonesia.
Makalah ini kami buat dalam rangka memenuhi tugas mata Pengantar
Ilmu Pendidikan. Tak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada berbagai pihak
yang telah memberikan dorongan, motivasi, bimbingan, arahan, dan saran yang
telah diberikan sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman dan juga berguna untuk menambah pengetahuan bagi para
pembaca.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

Jember, 31 Mei 2022

Penyusun

1
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadia, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. (UURI
No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional)
Selama ada kehidupan, selama itu perlu adanya pendidikan di dunia.
Pendidikan di dunia telah terjadi sejak zaman purba. Dengan kata lain,
pendidikan di Indonesia telah dilaksanakan sejak sebelum kemerdekaan
hingga sekarang. Kondisi pendidikan di setiap Negara berubah-ubah
tergantung masa atau zamannya, termasuk di Indonesia. Kondisi pendidikan di
Indonesia terus berkembang dari waktu ke waktu. Perkembangan pendidikan
dipengaruhi banyak hal. Dalam pelaksanaan pendidikan, tentunya muncul
berbagai permasalahan, baik masalah sederhana hingga masalah yang serius.
Masalah yang serius dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia
adalah rendahnya mutu pendidikan di berbagai jenjang pendidikan, baik
pendidikan formal maupun informal. Dan hal itulah yang menyebabkan
rendahnya mutu pendidikan yang menghambat penyediaan sumber daya
manusia yang mempunyai keahlian dan keterampilan untuk memenuhi
pembangunan bangsa di berbagai bidang.
Berbagai upaya perlu dilakukan oleh pemerintah bersama dengan
masyarakat untuk mengatasi segala kemungkinan masalah yang muncul dalam
pendidikan di Indonesia. Pemerintah memerlukan dukungan dari masyarakat
untuk mengembangkan pendidikan. Dengan partisipasi masyarakat,
permasalahan dalam pendidikan akan mudah dicari solusinya.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari makalah ini, yaitu:

1
1. Bagaimana Sejarah Pendidikan di Indonesia?
2. Bagaimana Pendidikan Sesudah Kemerdekaan?
3. Bagaimana Sistem Persekolahan Awal Kemerdekaan RI?
4. Bagaimana Paradigma Pendidikan Indonesia Awal Kemerdekaan?
5. Bagaimana Pendidikan Periode 1945-1950?
6. Bagaimana Perkembangan Pendidikan Periode 1950-1966?
7. Bagaimana Penerapan Kurikulum Masa Orde Lama (1950-1966)?

1.3 Tujuan Masalah


Makalah ini memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Mampu memahami Sejarah Pendidikan di Indonesia?
2. Mampu memahami Pendidikan Sesudah Kemerdekaan?
3. Mampu memahami Sistem Persekolahan Awal Kemerdekaan RI?
4. Mampu memahami Paradigma Pendidikan Indonesia Awal Kemerdekaan?
5. Mampu memahami Pendidikan Periode 1945-1950?
6. Mampu memahami Perkembangan Pendidikan Periode 1950-1966?
7. Mampu memahami Penerapan Kurikulum Masa Orde Lama (1950-1966)?

BAB 2. PEMBAHASAN

1. Sejarah Pendidikan di Indonesia

Secara formal pendidikan di Indonesia diawali sejak Proklamasi 17 Agustus 1945,


namun keberadaannya tidak bisa dipisahkan dengan cita-cita dan praktek
pendidikan masa sebelumnya. Kebudayaan Indonesia sudah ada sejak zaman
prasejarah. Isi kebudayaan disampaikan oleh orang tua secara langsung kepada
anak-anak. Anak-anak banyak meniru apa yang dilakukan oleh orang tuanya baik
dalam kepercayaan, agama, pewarisan hidup ekonomi, maupun keterampilan-
keterampilan yang lain. Budaya tulis pertama kali dibawa oleh orang Hindu yang
disebut huruf Pallawa. Bersamaan dengan perkembangan peradaban Hindu di
Jawa, Berkembang pula peradaban Budha di Sumatera. Pendidikan zaman Hindu
dikenal dengan periode klasik.

2. Pendidikan Sebelum dan Sesudah Kemerdekaan Indonesia


2.1. Pendidikan Sebelum Kemerdekaan
2.1.1. Zaman Purba

2
Kebudayaan yang berkembang pada penduduk asli disebut
Paleolitis (kebudayaan lama/tua), sedangkan kebudayaan moyang bangsa
Indonesia disebut neolitis (kebudayaan baru) yang menganut
kepercayaan animisme dan dinamisme. Tata masyarakatnya bersifat
egaliter, tidak ada stratifikasi yang jelas. Masyarakatnya dipimpin oleh
pemuka adat.

Tujuan pendidikan saat itu adalah agar generasi muda dapat


mencari nafkah, membela diri dan hidup bermasyarakat. Belum ada
pendidikan formal, maka kurikulum pendidikannya meliputi
pengetahuan, sikap, dan ketrampilan mengenai agama.

2.1.2. Zaman Kerajaan HIndu-Budha

Stratifikasi sudah nampak jelas, antara yang dijamin (raja dan


pegawai-pegawainya) dan yang menjamin (rakyat). Berkembanglah
feodalisme di dalam masyarakat dengan dtemukan tulisan tertua (tulisan
huruf Palawa bahasa sansekerta) oleh para ilmuwan sejarah di dekat
Bogor dan Kutai.

Pada jaman kerajaan Tarumanegara, Kutai telah berkembang


pendidikan informal berbentuk Perguruan dan Pesantren. Sebagai
pendidik (guru dan pendhita) adalah kaum Brahmana yang kemudian
guru menggantikan kedudukannya para Brahmana. Implikasi dari
feodalisme pendidikan bersifat aristokratis artinya masih terbatas hanya
untuk minoritas yaitu anak-anak kasta Brahmana dan Ksatria, belum
menjangkau mayoritas dari anak-anak kasta Waisya dan Syudra.

Tujuan pendidikan umumnya agar menjadi penganut agama yang


taat, mampu hidup bermasyarakat, mampu membela diri, dan membela
negara. Darmapala sangat terkenal sebagai guru Budha yang
dimungkinkan candi Borobudur, candi mendut merupakan pusat-pusat
pendidikan agama Budha yang menghasilkan karya sastra yang bermutu
tinggi oleh para empu (pujangga) seperti : Kitab Pararaton (Empu

3
Kanwa), Negara Kertagama ( Empu Sedah dan Empu Panuluh), Arjuna
Wiwaha dan Barathayuda ( Empu Prapanca)

2.1.3. Zaman Kerajaan Islam

Pada abad 14 melalui saudagar yang beragama Islam masuk


dan menyebarkan agama Islam di pulau Jawa dengan jasa wali
songo, akhirnya berdirilah kerajaan Islam. Pada umumnya tujuan
pendidikan untuk menghasilakan manusia yang bertakwa kepada
Allah SWT. Pendidikan berlangsung dalam keluarga dan lambaga-
lembaga pendidikan seperti langgar-langgar, masjid, dan pesantren.

2.1.4. Zaman Pengaruh Portugis dan Spanyol

Bangsa Portugis dan bangsa Spanyol datang untuk


berdagang dan sebagai missionaris (penyebar agama katholik).
Mereka mendirikan sekolah yang kurikulumnya berisi pendidikan
agama katholik ditambah mata pelajaran membaca, menulis dan
berhitung.

2.1.5. Zaman Kolonial Belanda

Pada zaman kolonial Balanda karakteristik kondisi sosial budaya yaitu :

1) Berlangsung penjajahan kolonialisme

2) Monopoli hasil pertanian

3) Stratifikasi sosial

Namun dengan semakin sadarnya bangsa Indonesia akan makna


nasional dan kemerdekaan lahirlah berbagai pergerakan dalam jalur
politik dan pendidikan. Kondisi pendidikan dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu pendidikan yang dilaksanakan oleh pemerintah kolonial
Belanda sesuai kepentingan penjajah dan pendidikan yang dilaksanakan
oleh kaum pergerakan sebagai sarana perjuangan demi mencapai
kemerdekaan. Ciri-ciri pendidikan zaman itu adalah minimnya partisipasi
bagi rakyat hanya untuk bangsa belanda dan putera golongan priayi,

4
pendidikan bertujuan untuk menghasilkan tenaga kerja murah atau
pegawai rendahan.

Pendidikan kaum pergerakan sebagai sarana perjuangan


kemerdekaan, antara lain :

1) Tahun 1908 Budi Utomo menjelaskan bahwa tujuan perkumpulan


adalah untuk kemajuan yang selaras buat negeri dan bangsa. Dalam
bidang pendidikan mendirikan Sekolah Sentral di Solo dan
Yogyakarta yaitu Kweekschool.

2) Tahun 1912 K.H. Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah.

3) Tahun 1915 didirikan Trikora Dharmo, dan selanjutnya berdiri


berbagai perkumpulan pemuda hingga terwujudnya sumpah
pemuda 1928.

4) Tahun 1922 Ki Hajar Dewantara mendirikan Perguruan Taman


siswa.

5) Tahun 1926 Muhamad Safei mendirikan INS (Indonesisch


Nederland School).

Dari sini pergerakan nasional melahirkan kesadaran mengenai


pentingnya peranan pendidikan nasional dalam mempersiapkan kelahiran
negara nasional. Ciri pendidikan nasional :

1) Bersifat nasionalistik dan sangat anti kolonialis

2) Berdiri sendiri atau percaya kepada kemampuan sendiri

3) Pengakuan kepada eksistensi perguruan swasta sebagai


perwujudan harga diri yang tinggi dan kebhinekaan masyarakat
Indonesia.

2.1.6. Zaman Kedudukan Jepang

5
Bangsa Indonesia berada pada kekuasaan pendudukan
militerisme, implikasinya dalam bidang pendidikan di Indonesia sebagai
berikut :

1) Tujuan dan isi pendidikan diarahkan demi kepentingan perang


Asia Timur Raya

2) Hilangnya sistem dualisme dalam pendidikan. Terdapat jenjang


sekolah : Sekolah Rakyat, Sekolah Menengah, Sekolah
Menengah Tinggi, dan Perguruan Tinggi.

3) Sistem pendidikan menjadi lebih merakyat.

2.2. Pendidikan Sesudah Kemerdekaan


2.2.1. Kondisi Pendidikan Periode 1945-1969

1) Zaman Revolusi Fisik Kemerdekaan

Jenjang pendidikan disempurnakan menjadi SMTP dan


SMTA dan mulai mempersiapkan sistem pendidikan nasional sesuai
dengan amanat UUD 1945. Menteri pendidikan, pengajaran dan
kebudayaan mengintruksikan agar membuang sistem pendidikan
kolonial dan mengutamakan patriotisme. Rancangan UU yang
dihasilkan : UU RI no. 4 tahun 1950 tentang dasar-dasar pendidikan
dan pengajaran di sekolah.

2) Peletakan Dasar Pendidikan Nasional

Mulai tanggal 18 Agustus 1945, sejak PPKI menetapkan


UUD 1945 sebagai konstitusi negara yang didalamnya memuat
pancasila, implikasinya bahwa sejak saat itu dasar sistem pendidikan
nasional kita adalah Pancasila dan UUD 1945.

3) Demokrasi Pendidikan

6
Sesuai amanat UUD 1945 dan UU RI No. 4 tahun 1950 pemerintah
mengusahakan terselenggaranya pendidikan yang bersifat
demokratis yaitu kewajiban belajar sekolah bagi anak-anak yang
berumur 8 tahun.

4) Lahirnya LPTK pada Tingkat Universitas

Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan mendorong


Prof. Moh. Yamin mendirikan Perguruan Tinggi Pendidikan Guru
(PTPG). Atas dasar konferensi antar FKIP negeri seluruh Indonesia
maka lembaga pendidikan tenaga guru ( PGSLP, Kursus BI, BII, dan
PTPG) diintegrasikan dalam FKIP pada Universitas. Kemudian
didirkan IKIP yang berdiri sendiri sebagai pindahan dari PTPG
sesuai dengan UU PT No. 22 tahun 1961.

5) Lahirnya Perguruan Tinggi

Pada tanggal 4 Desember 1961 lahir UU No. 22 tentang


perguruan tinggi dengan prinsip Tridharma Perguruan Tinggi.

2.2.2. Kondisi Pendidikan Pada PJP I : 1969-1993

Selama kurun waktu pelita I-V, pendidikan Indonesia mengalami


banyak bahan dan kemajuan, semakin mantapnya sistem pendidikan
nasional dengan disahkannya Undang-undang nomor 2 tahun 1989
tentang Sistem Pendidikan Nasional beserta sejumlah Peraturan
Pemerintah yang menyertainya.

1) UU tentang Sistem Pendidikan Nasional

Sebagai penjabaran Undang-undang nomor 2 tahun 1989


tentang Sistem Pendidikan Nasional disahkan 8 Peraturan
Pemerintah (PP) yaitu :

a) PP No. 27/1990 tentang Pendidikan Prasekolah

7
b) PP No. 28/1990 tentang Pendidikan Dasar

c) PP No. 29/1990 tentang Pendidikan Menengah

d) PP No. 30/1990 tentang Pendidikan Tinggi (kemudian diganti


PP No. 60/1999)

e) PP No. 72/1991 tentang Pendidikan Luar Biasa

f) PP No. 73/1991 tentang Pendidikan Luar Sekolah

g) PP No. 38/1992 tentang Tenaga Kependidikan

h) PP No. 39/1992 tentang Peran serta Masyarakat dalam

Pendidikan Nasional.

2) Taman Kanak-Kanak

Pendidikan di TK mengalami perkembangan yang cukup


mengesankan, hal ini menunjukkan bahwa masyarakat khususnya
orang tua semakin menyadari akan pentingnya pendidikan
prasekolah sebagai wahana untuk menyiapkan anak dari segi sikap,
pengetahuan, ketrampilan guna memasuki SD.

3) Pendidikan Dasar

Prestasi yang sangat mengesankan yang dicapai selama


PJOPI ialah melonjaknya jumlah peserta didik pada SD dan MI.
Kendala yang dihadapi adalah banyaknya siswa putus sekolah dan
angka tinggal kelas cukup tinggi. Untuk meningkatkan mutu sumber
daya manusia Indonesia hingga minimal berpendidikan SLTP maka
pada tanggal 2 Mei 1994 program wajib belajar pendidikan dasar
sembilan tahun dicanangkan.

4) Pendidikan Menengah

8
Persoalan yang menonjol pada SLTA umum selama pelita V
adalah tentang mutu kelulusan yang terutama diukur dari
kesiapannya untuk memasuki jenjang perguruan tinggi. NEM dan
UMPTN menunjukkan keragaman dalam mutu SLTA antara sekolah
dan lokasi geografis yang berbeda-beda. Maka pada Repelita VI
upaya memperbanyak jumlah SLTA Umum yang bermutu menjadi
prioritas melalui pengembangan SMU Plus yang dilakukan melalui
pengerahan peran serta masyarakat.

5) Pendidikan Tinggi

PTN dan PTS sama-sama menghadapi tantangan mengenai


rendahnya proporsi mahasiswa yang mempelajari bidang teknologi
dan MIPA yang menimbulkan dampak negatif pada dunia kerja.
Mengingat dosen memegang peranan kunci dalam peningkatan mutu
maka peningkatan kualifikasi dosen merupakan prioritas dalam
pengembangan pendidikan tinggi di Indonesia saat ini.

6) Pendidikan Luar Sekolah

Pembangunan pendidikan luar sekolah diprioritaskan pada


pemberantasan buta aksara melalui perluasan jangkauan kejar paket
A. Hasilnya adalah semakin menurunnya jumlah warga masyarakat
yang buta huruf.

7) Tantangan, Kendala, dan Peluang

Berdasarkan perkembangan pendidikan pada PJP I, ada


sejumlah tantangan yang dihadapi oleh pendidikan Indonesia pada
masa-masa selanjutnya, yaitu :

a) Belum mampunya pendidikan mengimbangi perubahan struktur


ekonomi dari pertanian tradisional ke industri dan jasa.

b) Masih rendahnya relevansi pendidikan

9
c) Masih belum meratanya mutu pendidikan

d) Masih tingginya angka putus sekolah dan tinggal kelas

e) Masih banyaknya kelompok umur 10 tahun yang buta huruf

f) Masih kurangnya peran serta dunia usaha dan pendidikan

Kendala yang dihadapi dalam meningkatkan kinerja


pendidikan nasional, Yaitu :

a) Kemiskinan dan keterbelakangan

b) Terbatasnya guru yang bermutu

c) Terbatasnya sarana dan prasarana

d) Manajemen sistem pendidikan yang belum secara terarah menuju


peningkatan mutu, relevansi, dan efisiensi pendidikan

Adapun peluang yang dimiliki oleh pendidikan nasional


adalah:

a) Keberhasilan wajib belajar 6 tahun yang memberi landasan


bagi pelaksanaan wajar sembilan tahun.

b) Semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya


pendidikan

c) Semakin luasnya sarana komunikasi

d) Semakin tersebar luasnya lembaga pendidikan negeri dan


swasta

e) Adanya UU No. 2/1989 tentang sistem pendidikan nasional


yang memberikan landasan yang kokoh bagi pendidikan
nasional

10
3. Sistem Persekolahan Awal Kemerdekaan RI

Pada saat dicetuskan dasar negara yaitu Pancasila sebagai landasan utama
negara Indonesia oleh Soekarno 1 Juni 1945, maka ketentuan yuridis
konstitusional tersebut dijadikan konstruksi hukum yang tentunya mengandung
konsekuensi formal, fungsional, dan imperatif. Pancasila dijadikan pijakan
sebagai norma dasar dan norma tertinggi di dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara di negara republik Indonesia. Pancasila adalah ideologi negara dan
ideologi bangsa Indonesia.

Pancasila adalah identitas dan karakteristik bangsa atau kepribadian


nasional yang perwujudannya secara melembaga sebagai sistem pancasila yang
menjiwai setiap kepribadian bangsa, pandangan hidup (keyakinan bangsa) sistem
kenegaraaan dan masyarakat Indonesia (Zulkarnain, 2017: 61). Landasan dan visi
pendidikan masa Orde lama ketika itu diharapkan mampu menentukan tujuan
pendidikan yang jelas. Oleh karena itu, tujuan pendidikan yang jelas pada
gilirannya akan mengarahkan ke pencapaian kompetensi yang dibutuhkan serta
metode pembelajaran yang efektif.

Pada akhirnya, kelak pendidikan mampu menjawab tuntutan untuk


mensejahterakan masyarakat dan kemajuan bangsa. Pada awal kemerdekaan,
pembelajaran di sekolah-sekolah lebih ditekankan pada semangat nasionalisme
dan membela tanah air (Tim Uny: 76). Pada masa ini penekanan pendidikan
kepada isu nasionalisasi dan ideologisasi. Penekanan pada kedua bidang tersebut
tidak lain karena masa tersebut masa krusial pasca kemerdekaan, dimana banyak
konflik yang mengarah pada separatisme dan terjadi interplay (tarik ulur) antara
pihak yang sekuler dengan agamis (Sarnoto, 2012: 33). Revolusi nasional meletus
pada tanggal 17 Agustus 1945 yang dikenal dengan Proklamasi Kemerdekaan.
Dengan ini maka tercapailah kemerdekaan yang telah lama diidamkan bangsa
Indonesia.

Proklamasi mampu mematahkan belenggu penjajahan dan menimbulkan


hidup baru dilapangan apa saja salah satunya di bidang pendidikan, dirasakan
perlu mengubah sistem pendidikan sesuai dengan suasana baru (Ahmadi, 1987:
78). Sehingga ada usaha perencanaan dalam pendidikan dan pengajaran yang telah
dipersiapkan pada hari-hari terakhir penjajahan Jepang menjadi modal dan
pedoman pertama dilapangan pendidikan. Pendidikan masa awal kemerdekaan
berlandaskan Pancasila yang merupakan falsafah negara. Meski baru penentuan
saja karena belum dijelaskan bagaimana meletakkan dasar itu pada tiap pelajaran
(Somarsono Moestoko, 1986: 145).

4. Paradigma Pendidikan Indonesia Awal Kemerdekaan

11
Senada dengan lika-liku perjalanan sejarah bangsa dan negara Indonesia
sejak di Proklamasikan Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945
sampai sekarang. Maka, sejarah pendidikan Indonesia pada masa Orde Lama
dapat dilihat sesuai dengan pembagian kurun waktu yang ditandai dengan
peristiwa penting dan tonggak sejarah sebagai pengingat, diantaranya periode
1945-1950 dan Periode 1950-1966.

5. Pendidikan Periode 1945-1950

Sistem persekolahan sesudah Indonesia merdeka yang berdasarkan satu


jenis sekolah untuk tiga tingkat pendidikan seperti pada zaman Jepang tetap
diteruskan. Sedangkan rencana pembelajaran pada umumnya sama dan bahasa
Indonesia ditetapkan sebagai bahasa pengantar untuk sekolah. Buku-buku
pelajaran yang digunakan adalah buku hasil terjemahan dari bahasa Belanda ke
dalam bahasa Indonesia yang sudah dirintis sejak zaman Jepang (Moestoko, 1986:
17). Adapun sistem pendidikan yang berlaku sejak tahun 1945-1950 adalah
sebagai berikut:

1. Pendidikan Rendah

Pendidikan yang terendah di Indonesia sejak awal kemerdekaan


yang disebut dengan Sekolah Rakyat (SR) lama pendidikan semula 3
tahun menjadi 6 tahun. Tujuan pendirian SR adalah selain meningkatkan
taraf pendidikan pada masa sebelum kemerdekaan juga dapat menampung
hasrat yang besar dari mereka yang hendak bersekolah.

Mengingat kurikulum SR diatur sesuai dengan putusan Menteri PK


& K tanggal 19 November 1946 No 1153/Bhg A yang menetapkan daftar
pelajaran SR menekankan terhadap pelajaran bahasa dan berhitung. Hal ini
dapat telihat bahwa dari 38 jam pelajaran seminggu, 8 jam adalah untuk
bahasa Indonesia, 4 jam untuk bahasa daerah dan 17 jam untuk berhitung
(kelas IV, V dan VI). Tercatat sejumlah 24.775 buah SR pada akhir tahun
1949 di seluruh Indonesia (Sjamsudin dkk, 1993: 18).

2. Pendidikan Guru

Dalam periode antara tahun 1945- 1950 dikenal tiga jenis


pendidikan guru (SGB, SGC, SGA) yaitu sebagai berikut (Rifa’i, 2016:
136-137):

a) Sekolah Guru B (SGB) lama pendidikan 4 tahun dan tujuan


pendidikan guru untuk sekolah rakyat. Murid yang diterima adalah

12
tamatan SR yang akan lulus dalam ujian masuk sekolah lanjutan. Pelajaran
yang diberikan bersifat umum untuk di kelas I, II, III, sedangkan
pendidikan keguruan baru diberikan di kelas IV. Untuk kelas IV ini juga
dapat diterima tamatan sekolah SMP, SPG dipimpin oleh seorang kepala
sekolah yang membawahinya sejumlah guru dan diantaranya merupakan
tenaga tidak tetap karena memang sangat kekuarangan guru tetap. Adapun
sistem ujian pelaksanaannya dipecah menjadi dua yaitu, perta ditempuh di
kelas II dan ujian kedua di kelas IV.

b) Sekolah Guru C (SGC) berhubung kebutuhan guru SR yang


mendesak maka terasa perlunya pembukaan sekolah guru yang dalam
tempo singkat dapat menghasilkan. Untuk kebutuhan tersebut didirikan
sekolah guru dua tahun setelah SR dan di kenal dengan sebutan SGC tetapi
karena dirasakan kurang bermanfaat kemudian ditutup kembali dan
diantaranya dijadikan SGB.

c) Sekolah guru A (SGA) karena adanya anggapan bahwa


pendidikan guru 4 tahun belum menjamin pengetahuan cukup untuk taraf
pendidikan guru, maka dibukalah SGA yang memberi pendidikan tiga
tahun sesudah SMP. Disamping Itu dapat diterima pelajar lulusan kelas III
SGB. Mata pelajaran yang diberikan di SGA sama jenisnya dengan mata
pelajaran yang diberikan di SGB hanya penyelenggaraannya lebih luas dan
mendalam.

3. Pendidikan Umum

Ada dua jenis pendidikan umum yaitu sekolah menengah pertama


(SMP) dan sekolah menengah Tinggi (SMT).

a) Sekolah Menengah Pertama (SMP) seperti halnya pada


zaman Jepang, SMP mempergunakan rencana pelajaran
yang sama pula. Tetapi dengan keluarnya surat keputusan
menteri PP & K tahun 1946, maka diadakannya pembagian
A dan B mulai kelas II sehingga terdapat kelas II A, II B,
III A dan III B. Di bagian A diberikan juga sedikit ilmu
alam dan ilmu pasti. Tetapi lebih banyak diberikan
pelajaran bahasa dan praktek administrasi. Di bagian B
sebaliknya diberikan Ilmu Alam dan Ilmu Pasti.
b) Sekolah Menengah Tinggi (SMT). Kementerian PP & K
hanya mengurus langsung SMT yang ada di Jawa terutama
yang berada di kota-kota, seperti Jakarta, Bandung,
Semarang, Yogyakarta, Surakarta, Surabaya dan Cirebon.

13
SMT di Luar Jawa berada di bawah pengawasan
pemerintah daerah, berhubung sulitnya perhubungan
dengan pusat, SMT merupakan pendidikan tiga tahun
setelah SMP dan setelah lulus dapat melanjutkan ke
perguruan tinggi. Mengenai rencana pelajaran belum jelas
dan yang diberikan adalah rencana pelajaran dalam garis
besar saja. Karena pada waktu itu masih harus
menyesuaikan dengan keadaan zaman yang masih belum
stabil. Demikian rencana pembelajaran yang berlaku, yaitu
(1). isinya memenuhi kebutuhan nasional, (2). bahasa
pengantarnya adalah bahasa Indonesia dan (3). mutunya
setingkat dengan SMT menjelang kemerdekaan. Ujian
akhir dapat diselenggarakan oleh masing-masing sekolah
selama belum ada ujian Negara. Tetapi setelah tahun 1947
baru berlaku ujian negara tersebut. Dapat dimaklumi
apabila bobot ujian penghabisan negara yang pertama
kalinya diadakan masih sangat minim karena pelajaran pun
bersifat darurat (Sjamsudin dkk, 1993: 19-20).

4. Pendidikan Kejuruan

Pendidikan kejuruan fokus pada pendidikan ekonomi dan pendidikan kewanitaan:

a) Pendidikan ekonomi: pada awal kemerdekaan pemerintah baru dapat


membuka sekolah dagang yang lama, pendidikannya tiga tahun sesudah
Sekolah Rakyat. Sekolah dagang ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
tenaga administrasi atau pembukuan. Penyelenggaraan sekolah dagang
tersebut dilaksanakan oleh inspektur sekolah dagang.
b) Pendidikan Kewanitaan: sesudah kemerdekaan dimana pemerintah
membuka Sekolah Kepandaian Putri (SKP) dan pada tahun 1947 sekolah
guru kepandaian putri (SGKP) yang lama pelajaranya empat tahun setelah
SMP atau SKP (Rifa’i, 2016: 138-139).

5. Pendidikan Teknik

Seperti sekolah lain, keadaan Sekolah Teknik tidak teratur karena


disamping pelajarnya sering terlibat dalam pertahanan negara, sekolah tersebut
kadang juga dipakai sebagai pabrik senjata. Sekolah Teknik di Solo misalnya,
dikerahkan untuk membuat senjata yang sangat diperlukan kendali apa adanya.
Menurut Tim UNY (tanpa tahun: 85-86) memaparkan sekolah teknik yang ada
pada masa itu, antara lain:

14
a) Kursus Kerajinan Negeri (KKN). Sekolah/kursus ini satu tahun
lamanya dan merupakan pendidikan teknik terendah berdasarkan
SR enam tahun. KKN terdiri atas jurusan jurusan: kayu, besi,
anyaman, perabot rumah, las dan batu.
b) Sekolah Teknik Pertama (STP). Tujuannya adalah mendapatkan
tenaga tukang yang terampil tetapi disertai dengan pengetahuan
teori. Lama pendidikan dua tahun sesudah SR dan terdiri atas
jurusan kayu, batu, keramik, perabot rumah, anyaman, besi ,listrik,
mobil, cetak, tenun kulit, motor, ukur tanah dan ngecor.
c) Sekolah Teknik (ST). Mempunyai tujuan mendidik tenaga
pengawasan bangunan. Lama pendidikan dua tahun setelah STP
atau SMP bagian B dan meliputi jurusan bangunan gedung,
bangunan air dan jalan, bangunan radio, bangunan kapal,
percetakan dan pertambangan.
d) Sekolah Teknik menengah (STM). Bertujuan mendidik tenaga ahli
teknik dan pejabat teknik menengah. Lama pendidikan empat
tahun setelah SMP bagian B atau ST dan terdiri atas jurusn
bangunan gedung, bangunan sipil, bangunan kapal, bangunan
mesin, bangunan mesin, bangunan listrik, bangunan mesin kapal,
kimia, dan pesawat terbang.
e) Pendidikan guru untuk sekolah teknik. Tujuannya untuk memenuhi
keperluan guru sekolah teknik, dibuka sekolah/kursus untuk
mendidik guru yang menghasilkan:
1) Ijazah A Teknik (KGSTP) guna mengajar dengan
wewenang penuh pada STP dalam jurusan bangunan sipil,
mesin, listrik dan mencetak.
2) Ijazah B I Teknik (KGST) untuk mengajar dengan
wewenang penuh pada ST/STM kelas I dalam jurusan
bangunan sipil, bangunan gedung dan mesin.
3) Ijazah B II Teknik guna mengajar dengan wewenang penuh
pada STM dalam jurusan bangunan sipil, gedung, mesin
dan listrik.

6. Pendidikan Tinggi

Periode 1945-1950 kesempatan untuk meneruskan studi pendidikan tinggi


semakin terbuka lebar bagi warga negara tanpa syarat. Lembaga pendidikan ini
berkembang pesat. Tetapi karena pelaksanaannya dilakukan perjuangan fisik,
maka perkuliahan sering di sela-sela waktu dalam perjuangan garis depan.

15
Lembaga pendidikan yang ada adalah Universitas Gajah Mada, beberapa
sekolah tinggi dan akademi di Jakarta (daerah kependudukan) Klaten, Solo dan
Yogyakarta. Sistem persekolahan dan tujuan dari masing-masing tingkat
pendidikan diatas diatur dalam UU No 4 Tahun 1950 bab V pasal 7 sebagai
berikut (Tim Uny, tanpa tahun: 86-87):

Tentang jenis pendidikan dan pengajaran dan maksudnya, yakni:

a) Pendidikan dan pengajaran taman kanak-kanak bermaksud menuntun


tumbuhnya rohani dan jasmani kanak-kanak sebelum masuk sekolah
rendah.
b) Pendidikan dan pengajaran rendah bermaksud menuntun tumbuhnya
rohani dan jasmani kanak-kanak, memberikan kesempatan kepadanya
guna mengembangkan bakat dan kesukaannya masing-masing dan
memberikan dasar pengetahuan, kecakapan, dan ketangkasan baik lahir
maupun batin.
c) Pendidikan dan pengajaran menengah umum bermaksud melanjutkan dan
meluaskan pendidikan dan pengajaran yang diberikan di sekolah rendah.
Tujuannya untuk mengembangkan cara hidup serta membimbing
kesanggupan murid sebagai anggota masyarakat. Selain itu, mendidik
tenaga ahli dalam berbagai lapangan khusus sesuai dengan bakat dan
kebutuhan masyarakat atau mempersiapkan bagi pendidikan dan
pengajaran tinggi.
d) Pendidikan dan pengajaran tinggi bermaksud memberikan kesempatan
pelajar untuk menjadi orang yang dapat memelihara kemajuan ilmu dan
kemajuan hidup kemasyarakatan.
e) Pendidikan dan pengajaran kepada orang-orang dalam keadaan
kekurangan, baik jasmani maupun rohani supaya dapat memliki hidupnya
lahir batin yang layak.

7. Pendidikan Tinggi Republik

Perkembangan pendidikan tinggi sesudah proklamasi kendati mengalami


berbagai tantangan, tetapi tidak juga dapat dipisahkan dari perjuangan
mempertahankan kemerdekaan. Menginta hal tersebut salah satu kekuatan dari
seluruh rakyat Indonesia. Sejak awal kemerdekaan di Jakarta merupakan daerah
pendudukan Belanda, berdiri sekolah Tinggi kedokteran sebagai kelanjutan Ika
Daigaku zaman Jepang. Pada bulan November 1946 dibuka pula Sekolah Tinggi
Hukum serta filsafat dan sastra.

16
Setelah aksi agresi militer I kedua lembaga pendidikan tinggi terakhir itu
di tutup oleh belanda sehingga secara resmi sudah tidak ada lagi. Dengan
demikian pendidikan tinggi waktu itu terpecah menjadi dua, yaitu Pendidikan
Tinggi Republik dan Pendidikan Tingkat Tinggi Pendudukan Belanda. Tetapi
kuliah masih dilanjutkan di rumah dosen sehingga merupakan semacam kuliah
privat. Sebelum agresi militer I di Malang terdapat pula lembaga pendidikan
tinggi Republik. Demikian pula terdapat sekolah tinggi kedokteran hewan sekolah
tinggi teknik di Bandung dipindahkan ke Yogyakarta (Sjamsudin dkk, 1993: 11).

Sementara itu berturut-turut pendirian lembaga Perguruan Tinggi Republik


tahun 1945-1950 adalah:

a) Sekolah Tinggi Republik didirikan pada 17 Februari 1946 oleh


Kementerian Pengajaran dan Kebudayaan Indonesia di Yogyakarta.
b) Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada didirikan pada 3 Maret 1946 oleh
Yayasan Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada, yang terdiri dari Fakultas
Hukum dan Fakultas Kesusteraan di Yogyakarta.
c) Perguruan Tinggi Kedokteran dan Kedokteran Gigi didirikan pada
Februari 1946 di Malang.
d) Perguruan Tinggi Kedokteran II didirikan pada 4 Maret 1946 di Solo.
e) Perguruan Tinggi Kedokteran I didirikan 5 Maret 1946 di Klaten.
f) Fakultas Pertanian dan Fakultas Farmasi berdiri pada 27 September di
Klaten. Semua perguruan tinggi yang tercantum pada No. 4, 5 dan 6
berada di bawah Balai Perguruan Tinggi Republik Indonesia di Klaten.
g) Perguruan Tinggi Kedokteran Hewan didirikan pada November 1946 oleh
Kementerian Kemakmuran Republik Indonesia di Bogor. Namun
dilancarkannya aksi agresi militer I oleh Belanda pada Juli 1947,
perguruan tinggi tersebut dipindahkan ke Klaten. Demikian juga
perguruan tinggi di Malang.
h) Universitas Gadjah Mada didirikan pada 19 Desember 1949 di
Yogyakarta, terdiri dari enam fakultas (Rifa’i, 2016: 141-142).

8. Pendidikan Tingkat Tinggi Pendudukan Belanda

Atas prakarsa pihak Belanda pada bulan Januari 1946 didirikan suatu
Universitas Darurat (NOOD Universiteit), yang terdiri dari lima fakultas yaitu
fakultas kedokteran, hukum, sastra dan filsafat dan pertanian di Jakarta dan
fakultas teknik di Bandung. Pada bulan Maret 1947 oleh pemerintah Belanda
secara resmi nama Universitas Darurat diganti nama Universitas Indonesia
(Universiteit Van Indonesie).

17
Tahun 1947 universitas tersebut di perluas dengan fakultas ilmu pasti dan
alam di Bandung, kedokteran hewan di Bogor, Kedokteran di Surabaya dan
Ekonomi di Makasar (Ujung Pandang). Pada bulan Maret 1948 fakultas pertanian
di pindahkan ke Bogor (Tim UNY, tanpa tahun: 89). Melihat situasi dan kondisi
bangsa Indonesia, bukti nyata pengaruh kecamuk politik dan perjuangan dalam
mempertahankan kemerdekaan. Bangsa Indonesia telah mengalami perubahan
ketatanegaraan dan UUD 1945 diganti dengan konstitusi sementara Republik
Indonesia Serikat (RIS). Pada waktu itu, Indonesia bagian dari negara Republik
Indonesia Serikat, telah mengalami perubahan sistem pemerintahan. Tetapi
landasan dasar negara tetap Pancasila dan yang mengalami perubahan masuk pada
tujuan pendidikan.

Kemudian tanggal 5 April 1950 dikeluarkan UU No. 4 tahun 1950


mengenai dasar-dasar pendidikan dan pengajaran di sekolah oleh Presiden. Di
dalam UU No. 4 tahun 1950 bab II pasal 3 disebutkan tujuan pendidikan nasional
Indonesia adalah membentuk manusia yang susila yang cakap dan warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan
tanah air (Sedana Arta, 2015: 114). Hal ini berarti bahwa setiap sistem
persekolahan pada waktu itu harus dapat menanamkan dan mengembangkan
sifatsifat demokratis pada anak didiknya (Hartono, 2017: 87).

Dengan demikian, tujuan pendidikan tersebut mencerminkan sikap


nasionalisme dan demokratis atau penghargaan kemerdekaan individu,
masyarakat untuk membentuk bangsa. Diketahui melihat kebelakang bahwa pada
masa sebelum kemerdekaan pada zaman kolonial Hindia-Belanda, sistem
persekolahan hanya didasarkan dengan sistem golongan, baik golongan bangsa
maupun status sosial. Setelah Proklamasi Kemerdekaan, sistem persekolahan di
Indonesia memberi kesempatan belajar kepada semua lapisan masyarakat sesuai
yang termaktub dalam UUD 1945 bab XIII pasal 31 ayat 1 berbunyi setiap warga
negara berhak mendapat pengajaran.

Selanjutnya dalam UU Pendidikan dan Pengajaran tahun 1950 bab XI


pasal 17 menyebutkan bahwa setiap warga negara Republik Indonesia mempunyai
hak yang sama untuk diterima menjadi murid suatu sekolah, apabila memenuhi
persyaratan dari sekolahnya. Dengan demikian pemerintahan Indonesia telah
melakukan revolusi di dalam sistem pemerintahannya. Misalnya, dalam bidang
pendidikan pemerintah telah memberikan kesempatan kepada semua lapisan
masyarakat untuk menempuh pendidikan dari pendidikan rendah sampai
pendidikan tinggi.

Sampai-sampai pemerintah melihat kondisi pendidikan Islam juga pada


masa orde lama, sehingga diberikan kebijakan tersendiri oleh pemerintah yang

18
perannya di berikan kepada Departemen Agama dan mulai resmi berdiri 3 Januari
1946. Lembaga ini secara intensif memperjuangkan sistem dan kebijakan
pendidikan Islam di Indonesia. Secara lebih spesifik, usaha ini ditangani oleh
suatu bagian khusus yang mengurusi masalah pendidikan agama (Maksum, 1999:
123). Madrasah dalam pendidikan Islam dianggap lembaga penyelenggara
pendidikan dan diakui oleh negara secara formal pada tahun 1950.

Secara resmi diatur dalam Undang Undang No. 4 1950 tentang dasar-dasar
Pendidikan dan Pengajaran di sekolah pasal 10 menyebutkan bahwa belajar di
sekolah agama yang telah mendapat pengakuan departemen agama, sudah
dianggap memenuhi kewajiban belajar. Untuk mendapat pengakuan dari
departemen agama, madrasah harus memberikan pelajaran agama sebagai mata
pelajaran pokok paling sediki enam jam seminggu secara teratur selain mata
pelajaran umum (Mudzakkir, 2015: 56).

6. Perkembangan Pendidikan Periode 1950-1966

Pada periode ini difokuskan antara kurun waktu 1950-1966. Seperti


diketahui sesudah KMB pada 1949 terbentuk Republik Indonesia Serikat (RIS).
Di dalam RIS diatur mengenai pendidikan dan pengajaran. Di dalam UUD RIS
juga diatur tentang pendidikan nasional. Menilik kebijakan pendidikan nasional di
era ini dimulai dari pasal 30 UUDS 1950 RI diantaranya, yaitu 1). Tiap-tiap warga
negara berhak mendapat pengajaran, 2). Memilih pengajaran yang akan diikuti
adalah bebas, 3). Mengajar adalah bebas, dengan tidak mengurangi pengawasan
penguasa yang dilakukan terhadap itu menurut peraturan UU (Rifa’i, 2016: 159).

Menurut Supomo, ayat 1 pasal ini berasal dari rumusan pasal 31 ayat 1
UUD 1945. Ayat 2 sama dengan bunyi pasal 29 ayat 2 dari konstitusi RIS ayat 3
dari pasal ini rumusannya sama dengan pasal 29 ayat 12 konstitusi RIS. Diketahui
salah satu hal yang menentukan masa orde lama berkaitan dengan kebijakan
pendidikan adalah terciptanya atau terwujudnya UndangUndang No. 4 tahun 1950
tentang dasardasar pendidikan dan pengajaran di sekolah untuk seluruh Indonesia.

Semuanya dijelaskan dibeberapa sub yaitu di bab II pasal 3 menjelaskan


mengenai tujuan pendidikan nasional dan bab III pasal 4 menjelaskan mengenai
dasar pendidikan nasional (Rifa’i, 2016: 160). Masa revolusi pendidikan nasional
mulai meletakkan dasar-dasarnya. Masa revolusi sangat terasa serba terbatas.
Tetapi bangsa kita dapat melaksanakan pendidikan nasional sebagaimana yang
diamanatkan dalam UUD 1945.

19
Kita dapat merumuskan Undang Undang Pendidikan No. 4/1950 junto No.
12/ 1954. Kita dapat membangun sistem pendidikan yang tidak kalah mutunya.
Para pengajar, pelajar melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya walaupun
serba terbatas. Dengan segala keterbatasan itu memupuk pemimpin-pemimpin
nasional yang dapat mengatasi masa pancaroba seperti rongrongan terhadap
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sayang akhir era ini, pendidikan kemudian
dimasuki oleh politik praktis atau mulai dijadikan kendaraan politik. Pada masa
itu dimulai pendidikan indoktrinasi yaitu menjadikan pendidikan sebagai alat
untuk mempertahankan kekuasaan orde lama. Pada Orde Lama sudah mulai
diadakan ujian-ujian negara yang terpusat dengan sistem Kolonial yang serba
ketat tetapi tetap jujur dan mempertahankan kualitas. Hal ini didukung jumlah
sekolah belum begitu banyak dan guru-guru yang ditempa pada zaman kolonial.

Pada zaman itu siswa dan guru dituntut disiplin tinggi. Guru belum
berorientasi kepada yang material tetapi kepada yang ideal. Citra guru sebagai
pahlawan tanpa tanda jasa yang diciptakaan era orde baru sebenarnya telah
dikembangkan pada orde lama. Kebijakan yang diambil orde lama dalam bidang
pendidikan tinggi yaitu mendirikan universitas setiap provinsi (Tim UNY, tanpa
tahun: 90).

Kebijakan ini bertujuan untuk lebih memberikan kesempatan memperoleh


pendidikan tinggi. Pada waktu itu pendidikan tinggi yang bermutu terdapat di
Pulau Jawa seperti UI, IPB, ITB, Gajah Mada, dan UNAIR, sedangkan di
provinsi-provinsi karena kurangnya persiapan dosen dan keterbatasaan sarana dan
prasarana mengakibatkan kemerosotan mutu pendidikan tinggi mulai terjadi.
Secara umum pendidikan orde lama sebagai wujud interpretasi pasca
kemerdekaan di bawah kendali kekuasaan Soekarno cukup memberikan ruang
bebas terhadap pendidikan. Pemerintahan yang berasaskan sosialisme menjadi
rujukan dasar bagaimana pendidikan akan dibentuk dan dijalankan demi
pembangunan dan kemajuan bangsa Indonesia di masa mendatang.

Prinsipnya konsep sosialisme dalam pendidikan memberikan dasar bahwa


pendidikan merupakan hak semua kelompok masyarakat tanpa memandang kelas
social (Yamin, 2009: 87). Pada masa ini Indonesia mampu mengekspor guru ke
negara tetangga. Banyak generasi muda yang di sekolahkan di luar negeri dengan
tujuan agar kelak dapat kembali ke tanah air untuk mengaplikasikan ilmu yang di
dapat. Tidak ada halangan ekonomis yang merintangi seseorang untuk belajar di
sekolah, karena diskriminasi dianggap sebagai tindakan kolonialisme.

Pada saat itu merupakan era setiap orang merasa bahwa dirinya sejajar
dengan yang lain, serta setiap orang memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan.
Orde lama berusaha membangun masyarakat sipil yang kuat, yang berdiri di atas

20
demokrasi, kesamaan hak dan kewajiban antara sesama warga negara, termasuk
dalam bidang pendidikan. Sesungguhnya ini amanat UUD 1945 yang
menyebutkan salah satu cita-cita pembangunan nasional adalah mencerdaskan
kehidupan bangsa. Banyak pemikir yang lahir pada masa itu. Sebab ruang
kebebasan dibuka dan tidak ada yang mendikte peserta didik. Melihat
perkembangan politik saat itu, mempengaruhi jalannya kebijakan pendidikan
nasional adalah sejak 1959. Indonesia berada di bawah gelora Manipol dan
USDEK. Manipol dan USDEK telah menjadi dewa dalam bidang kehidupan
lainnya. Termasuk dalam pendidikan. Keputusan Presiden No. 145 tahun 1965
merumuskan tujuan pendidikan nasional pendidikan Indonesia sesuai dengan
Manipol dan USDEK. Manusia sosialis Indonesia adalah cita-cita utama setiap
usaha pendidikan Indonesia.

Lebih jauh perkembangan pendidikan Indonesia masa orde lama kebijkan


pendidikan nasional muncul sebuah kebijakan yang dikenal dengan Sapta Usaha
Tama dan Pancawardhana tertuang dalam intruksi PP & K No. 1 tahun 1959.
Sapta Usaha Tama berisi tentang: penertiban aparatur dan usaha Kementerian PP
& K, menggiatkan kesenian dan olahraga, mengharapkan usaha halaman,
mengharuskan penabungan, mewajibkan usaha-usaha koperasi, mengadakan kelas
masyarakat, membentuk regu kerja di kalangan SLA dan universitas.

Sedangkan Pancawardhana atau lima pokok perkembangan yang oleh misi


UNESCO untuk Indonesia diterjemahkan dalam bahasa Inggris The Five
Principles of Education yang berisikan 1). Perkembangan cinta bangsa dan tanah
air, moral nasional, internasional, dan keagamaan, 2). Perkembangan inteligensi,
3). Perkembangan emosional-artistik atau rasa keharusan dan keindahan lahir
batin, 4). Perkembangan keprigelan (kerajinan) tangan serta 5). Perkembangan
jasmani (Rifa’i, 2016: 177-178). Tilaar (1995: 103- 105) menyimpulkan secara
konstitusional sistem pendidikan dalam era ini didasarkan kepada pengaturan
sebagai berikut:

1. Undang-Undang pokok pendidikan No. 4 tahun 1950 juncto No. 12


tahun 1954. 2. Undang-Undang No.

2 tahun 1962 tentang Perguruan Tinggi.

3. Penetapan Presiden No. 5 tahun 1965.

Pengaruh Undang-Undang ini sangat terasa sekali terhadap sistem


pendidikan Indonesia seperti halnya dalam pendidikan perguruan tinggi dalam
perkembangannya sangatlah baik. Adanya Undang-Undang ini dalam perguruan
tinggi swasta untuk pertama kalinya mengenal tingkat kedudukan perguruan

21
tinggi swasta yaitu terdaftarkan, diakui, dan disamakan. Karena sebelumnya
perguruan tinggi tidak mendapatkan kedudukan seperti itu.

Selanjutnya, dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional, melalui


Penetapan Presiden Indonesia No. 19 tahun 1965 mengenai Pokok-Pokok Sistem
Pendidikan Nasional Pancasila. Diantaranya dirumuskan kembali tentang dasar
asas pendidikan nasional, tujuan, isi moral, dan politik pendidikan nasional.
Menariknya dari rumusan tersebut, tugas pendidikan nasional dalam revolusi
Indonesia adalah menghimpun kekuatan progresif revolusioner berporoskan
Nasakom (Rifa’i, 2016: 187). Jelas bahwa sudah mengetahui ke arah mana sistem
pendidikan nasional itu dibawa, meskipun dalam perumusan dasar asasnya tetap
berlandaskan kepada Pancasila, ditambah embel-embel ManipolUSDEK.
Sehingga dalam sistem pendidikan nasional Pancasila tetap tujuan dan jiwa
kurikulum dalam pendidikan Indonesia.

Ketidakadanya nuansa kepentingan politik sektoral tertentu untuk


menjadikan pendidikan sebagai alat negara maupun kaum dominan pemerintah.
Soekarno pernah berkata:

….sungguh alangkah hebatnya kalau tiap-tiap guru di perguruan taman


siswa itu satu persatu adalah Rasul Kebangunan!, Hanya guru yang dadanya
penuh dengan jiwa kebangunan dapat menurunkan kebangunan ke dalam jiwa
sang anak (Yamin, 2009: 92).

Dari perkataan Soekarno sangat jelas bahwa pemerintahan orde lama


menaruh perhatian serius yang tinggi untuk memajukan bangsanya melalui
pendidikan. Di bawah menteri pendidikan Ki Hadjar Dewantara dikembangkan
pendidikan dengan sistem among berdasarkan asas kemerdekaan, kodrat alam,
kebudayaan, kebangsaan, dan kemanuasiaan yang dikenal sebagai Panca Dharma
Taman Siswa dan semboyan ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso,
tut wuri handayani. Pada 1950 dicetuskan pertama kali peraturan pendidikan
nasional yaitu UU No. 4/1950 yang disempurnakan (jo) menjadi UU No. 12/1954
tentang dasar pendidikan dan pengajaran di sekolah. Pada 1961 dirumuskan lagi
UU No. 22/1961 tentang Pendidikan Tinggi, dilanjutkan UU No.14/1965 tentang
Majelis Pendidikan Nasional, dan UU No. 19/1965 tentang pokok sistem
pendidikan nasional pancasila. Masa akhir pendidikan Presiden Soekarno, 90 %
bangsa Indonesia berpendidikan SD (Tim UNY, tanpa tahun: 92).

Dengan demikian, sistem pendidikan pada masa orde lama telah banyak
dipengaruhi kondisi politik bangsa Indonesia saat itu. Pasca Indonesia lepas dari
penjajahan dan berhasil mempertahankan kemerdekaan dari ancaman penjajah
Belanda dengan perjanjian KMB. Sehingga Indonesia berdasarkan semangat

22
kebangsaan tengah belajar terus menerus untuk membangun sebuah negara dan
belajar untuk berdemokrasi.

Dalam menjalankan pemerintahan Indonesia sering melakukan kejadian


euforia. Kesalahan itu semua terbukti dari kestabilan pemerintahan saat itu dengan
sistem parlemennya. Dengan banyaknya partai saling sikut menyikut untuk
berkuasa, maka parlemen sulit bekerja sama dengan baik, positif, maju dan
progresif, untuk membentuk rancangan dan penerapan pendidikan nasional yang
baik dan kuat. Sampai akhirnya Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden 1959
untuk membubarkan parlemen dan kembali ke UUD 1945. Sebagai gantinya
UUDS 1950 dengan fungsi untuk menstabilkan kondisi politik nasional saat itu.

7. Penerapan Kurikulum Masa Orde Lama (1950-1966)

Orde Lama dimulai dengan penerapan kurikulum 1974. Pada masa itu
kurikulum berganti sebanyak tiga kali hingga tahun 1964.

Kurikulum 1947

Dikenal dengan sebutan Rentjana Pelajaran 1947, diterapkan pada tahun 1950
Bentuknya memuat dua hal pokok:

■ a. Daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya,


■ b. Garis-garis besar pengajaran.

Kurikulum 1947 peran pendidikan lebih menekankan pada pembentukan


karakter manusia Indonesia yang merdeka dan berdaulat dan sejajar dengan
bangsa lain. Orientasi Rencana Pelajaran tidak menekankan pada pendidikan
pikiran. Yang diutamakan adalah: pendidikan watak, kesadaran bernegara dan
bermasyarakat. Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari,
perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani.

Kurikulum 1952

kurikulum 1952 merupakan kurikulum pertama yang memiliki dasar hukum


operasional. setelah tahun 1950 undang-undang pendidikan yang dikenal

23
dengan Undang-undang No. 4 Tahun 1950 disahkan pada tahun 1954 sebagai
UU No. 12 Tahun 1954. Dari situlah dikenal undang-undang pendidikan yang
pertama kali, yaitu No. 4 Tahun 1950 jo. No. 12 Tahun 1954.

Kurikulum 1952 merupakan pengembangan dari kurikulum sebelumnya, yaitu


kurikulum 1947, dimana kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran.
kurikulum 1952 lebih dikenal sebagai Rencana Pelajaran Terurai 1952.

Pada Kurikulum 1952, materi pelajaran sudah berorientasi pada kebutuhan


hidup para siswa, sehingga hasil pembelajaran dapat berguna ketika ditengah
masyarakat. setiap guru mengajar satu mata pelajaran, maka memiliki
keuntungan untuk lebih menguasai bidang pengajarannya dengan lebih baik,
dari pada mengajar berbagai mata pelajaran.

Pada masa kurikulum 1952 dibentuk kelas Masyarakat. Yaitu sekolah khusus
bagi lulusan Sekolah Rendah 6 tahun yang tidak melanjutkan ke SMP. Kelas
masyarakat mengajarkan keterampilan, seperti pertanian, pertukangan, dan
perikanan tujuannya agar anak tak mampu sekolah ke jenjang SMP, bisa
langsung bekerja.

Kurikulum 1964

Atau disebut dengan istilah Rentjana Pendidikan 1964, Pokok-pokok pikiran


kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah bahwa pemerintah
mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk
pembekalan pada jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program
Pancawardhana (Hamalik, 2004), yaitu pengembangan moral, kecerdasan,
emosional/artistik, keterampilann, dan jasmani. Ada yang menyebut Panca
wardhana berfokus pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan
moral.

24
Kurikulum 1964 Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang
studi:

■ moral,
■ kecerdasan,
■ emosional/artistik,
■ keprigelan (keterampilan),
■ dan jasmaniah.

Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan


fungsional praktis.

25
BAB 3. PENUTUP

2.2 Kesimpulan
Pendidikan pada masa orde lama di awali sejak Proklamasi Kemerdekaan
berlandaskan Pancasila yang merupakan falsafah negara. Meskipun baru tahap
penentuan saja sebab belum dijelaskan bagaimana meletakkan dasar itu pada
settiap pelajaran. Senada dengan dinamika perjalanan sejarah bangsa pasca
Proklamasi sampai sekarang. Sejarah pendidikan Indonesia masa orde lama dapat
dilihat sesuai dengan pembagian kurun waktu ditandai dengan peristiwa penting
dan tonggak sejarah, sedangkan rencana pembelajaran umumnya sama dan bahasa
Indonesia ditetapkan sebagai bahasa pengantar untuk sekolah.
2.3 Saran

DAFTAR PUSTAKA

26
Sarnoto, Ahmad Zain. (2012) Konsepsi Politik Pendidikan Di Indonesia.
Educhild, 01, 30-40.

Kecilku, Perpus. “Pendidikan dari masa ke masa”. 09 juni 2014.


http://izzaucon.blogspot.com/2014/06/pendidikan-indonesia-dari-masa-ke-
masa.html.10 November 2016

Zulkarnain. (2017). Filosofis Kurikulum Mata Pelajaran Sejarah Masa Orde


Lama. HISTORIA: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah, 1, 57-62.

Yamin, Moh. (2009). Menggugat Pendidikan Indonesia. Yogyakarta: Ar-Ruzz


Media.

Ahmadi. (1987). Pendidikan dari Masa Ke Masa. Bandung: CV. Armico.

Moestoko, Somarsono. (1986). Pendidikan Indonesia Dari Zaman Ke Zaman.


Jakarta: Balai Pustaka.

Sjamsudin, Helius, dkk. (1993). Sejarah pendidikan di Indonesia: Zaman


Kemerdekaan, 1945-1966. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Rifa’i, Muhammad. (2016). Sejarah Pendidikan Nasional: Dari Masa Klasik


Hingga Modern. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Hartono, Yudi. (2017). Pendidikan Nasional dan Kualitas Manusia Indonesia


Dalam Perspektif Sejarah. Agastya: Jurnal Sejarah Dan Pembelajarannya, 7, 84-
102.

Maksum. (1999). Madrasah: Sejarah dan Perkembangannya. Jakarta: Logos


Wacana Ilmu.

Mudzakkir. (2015). Pendidikan Islam Masa Orde Lama Dan Orde Baru. Al Fatih,
4, 55-66.

Yamin, Moh. (2009). Menggugat Pendidikan Indonesia. Yogyakarta: Ar-Ruzz


Media.

27
28

Anda mungkin juga menyukai