MAKALAH
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Kajian Pedagogik
Dosen Pengampu :
Dr. Babang Robandi, M.Pd.
oleh :
Diagnesia Tambunan (2002574)
Asita Al Mufida (2010227)
Puji dan syukur kami panjatkan pada Allah SWT., karena atas rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam senantiasa
tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, para sahabat, keluarga serta umatnya hingga
akhir zaman.
Makalah tentang “Kajian Historis Pioner (Tokoh-tokoh Pendidikan)” ini
disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kajian Pedagogik pada
Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Sekolah Pascasarjana Universitas
Pendidikan Indonesia.
Kami menyadari bahwa makalah ini belum sepenuhnya mencapai
kesempurnaan, hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan wawasan kami
yang masih perlu banyak belajar. Oleh karena itu jika terdapat kekurangan dan
kesalahan kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan
kami dalam membuat karya tulis di waktu yang akan datang. Kami berharap semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Makalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Makalah
D. Manfaat Penulisan Makalah
BAB II PEMBAHASAN
A. Sekilas tentang Historis Pendidikan
B. Tokoh Pendidikan Dunia serta Implikasinya untuk Pendidikan di Indonesia
C. Tokoh Pendidikan Indonesia serta Implikasinya untuk Pendidikan Dewasa ini
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini hampir seluruh negara-negara di dunia menghadapi tantangan
pendidikan untuk mewujudkan keunggulan daya saing negaranya dalam percaturan
global. Sistem yang canggih dan berbagai pengembangan strategi pendidikan terus
diimprovisasi demi mencapai tujuan pendidikan yang telah diterapkan dan disepakati
bersama. Khusus bagi Indonesia, tujuan pendidikan telah tertuang dalam Undang-
Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3 yang berbunyi
sebagai berikut:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban yang bermartabat dalam rangka mencerdakan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis dan bertanggung jawab”.
Standar nasional pendidikan diciptakan untuk membatasi kriteria minimum
tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah Indonesia. Hal ini dilatarbelakangi oleh
desentralisasi sistem pendidikan dalam kerangka pemerintahan Indonesia yang
menganut asas otonomi daerah. Terciptanya mekanisme ini tidak lepas dari
perjalanan pendidikan Indonesia yang dipengaruhi oleh berbagai kebijakan yang
dibuat oleh pemerintah. Bagian ini mengarah pada historis pendidikan Indonesia yang
menganut berbagai paham, aliran, dan konsep-konsep pendidikan dari berbagai tokoh
dunia dan juga tokoh-tokoh Indonesia sendiri.
Sejak awal tahun 1970 sistem pendidikan di Indonesia mengalami perubahan
terus menerus, sejalan dengan program pembangunan di bidang pendidikan yang
mulai dilaksanakan secara terprogram sejak 40 tahun yang lalu (Suryadi, 2014).
Berbagai rintisan program dalam pelayanan pendidikan tercermin dalam kurikulum
yang dinamis dan menggambarkan periodisasi pendidikan. Perubahan zaman yang
dialami menuntut peningkatan kualitas sumber daya manusia yang dihasilkan dari
proses pendidikan. Sejarah perjuangan bangsa pada masa lampau juga berimplikasi
terhadap sistem pendidikan yang terjadi pada hari ini. Segala unsur yang menjadi
faktor di dalamnya membentuk penciptaan individu sebagai insan pendidikan.
Mengingat sejarah dan belajar darinya akan membuat refleksi pada sebuah
tujuan dan merupakan titik balik menuju suatu kebangkitan. Sejarah yang
dispesifikasi ke dalam kajian filsafati pendidikan akan menjadi perbandingan. Karena
perubahan akan semakin mudah bila belajar dari perbandingan dan kesalahan masa
lalu. Demikian halnya dalam aspek pendidikan, sejarah dibutuhkan sebagai bahan
pembelajaran dan refleksi untuk perbaikan sistem pendidikan yang lebih baik dan
berkualitas.
B. Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang yang telah dikemukakan pada bagian
sebelumnya, penulis merumuskan masalah yang sekaligus akan menjadi batasan
dalam pembahasan makalah ini. Adapun rumusan masalah yang dimaksud, yaitu:
1. Bagaimana periodisasi dari historis pendidikan yang terjadi di dunia dan di
Indonesia?
2. Bagaimana pemikiran tokoh pendidikan dunia jika ditinjau dari aspek ontologi,
epistimologi, aksiologi, serta implikasinya untuk Pendidikan di Indonesia?
3. Bagaimana pemikiran tokoh pendidikan Indonesia jika ditinjau dari aspek
ontologi, epistimologi, aksiologi, serta implikasinya untuk Pendidikan dewasa
ini?
7. Ibnu Kholdun
a. Biografi
Ibnu Khaldun, seorang cendikiawan muslim yang sangat populer ini
mempunyai nama lengkap Abdu Ar-Rahman bin Al-Hasan bin Khaldun,
dilahirkan di Tunisia pada tahun 732 H/1332 M dan wafat di Mesir pada tahun
808 H (1406). Nama lengkapnya Abu Zaid Abdurahman Ibnu Muhammad Ibnu
Khaldun Waliyudin al Tunisi al Hadramy al Asbili al Miliki. Dia berasal dari
keluarga Andalusia yang berdomisili di Silvia. Nenek moyangnya berasal dari
kabilah bani Wa-il yang berasal dari negeri Hadramaut Yaman, yang diduga
berhijrah ke Andalusia pada abad ke-3 H. Pada abad ke-7 H keluarga Ibnu
Khaldun dari Silvia ke Tunis. Ibnu Khaldun dibesarkan di Tunis. Sejak kecil
beliau telah mendapat didikan langsung dari orang tuanya untuk mempelajari
dasar-dasar pemahan Al-qur’an. Tidak sedikit guru-guru yang telah beliau timba
ilmunya, antara lain: Syaikh Abu Abdilah bin Araby Al-Hashoyiry, Abu Abdillah
Muhammad bin Asy-Syawas Az Zarzaly, Abu Al-Abbas Ahmad bin Al-Qashar
dan Abu Abdillah Muhammad bin Bahr. Mereka semua merupakan guru- guru
yang mengajarkan bahasa arab. Hal ini tidak mengherankan jika Ibnu Khaldun
termasuk pemikir yang interaktif dan mudah diterima hasil-hasil pemikirannya
karena kepiawaian beliau dalam menggunakan bahasa.
b. Teori dan Prinsip-prinsip Pemikiran Ibnu Khaldun
1) Adanya penahanan dan pengulangan secara berproses
2) Seorang guru dalam melaksanakan tugas kependidikannya harus mengerti
psikologi murid-muridnya
3) Dalam menyajikan materi pelajaran, hendaknya guru memfoluskan pada
satu masalah, jangan mencampuraduk
4) Dalam menyajikan materi pelajaran, hendaknya seorang guru jangan
terlalu lama mengulur waktu sehingga menganggu jadwal belajar
seharusnya. Ini akan menimbulkan sifat pelupa pada anak, sehingga
memutuskan berbagai ilmu yang di pelajari.
5) Utamakan pemahaman pelajaran, jangan hanya hafalan
6) Seorang guru hendaknya bersikap kasih sayang terhadap anak didiknya.
c. Mengkritisi Pemikiran Tokoh Pendidikan
Pokok-pokok pekiran yang telah dikemukakan oleh Ibnu Khaldun sungguh
sangat brilian, di mana pada saat tokoh-tokoh lain belum sampai pada kajian ini,
beliau dengan sangat yakin menjelaskan pemikirannya.
Namun pada pokok pikiran pertama Ibnu Khaldun, hendak menjadikan siswa
tersebut benar-benar menguasai materi tertentu sebelum materi lain di berikan.
Hal ini, barangkali memegang prinsip ”sedikit tetapi mengerti”. Pada kondisi
sekarang pengulangan yang terlalau lama pada satu tema tertentu dapat memakan
waktu dan tentunya juga biaya penyelanggaraan pendidikan menjadi besar. Selain
itu juga proses belajar mengajar seperti ini lebih berpusat pada teacher center,
bukan pada siswa aktif.
Jadi, peran guru memang sangat dituntut untuk memberikan pembelajaran
paripurna, peran guru tidak hanya terbatas sebagai madiator namaun juga sebagai
executor yang menentukan berhasil tidakanya belajar anak didik tersebut. Selain
itu juga ada pendapat yang dikemukakan Ibnu Khaldun yang tidak relevan dengan
dunia pendidikan modern, seperti tidak memperbolehkan memberi selang waktu
ketika pelajaran sedang diajarkan, hal ini menurutnya dapat mengakibatkan
pelajaran terpisah-pisah sehingga pelajar cepat lupa. Sementara para ahli didik
modern memberikan tenggang waktu untuk istirahat dalam pemberian pelajaran,
terutama diantara dua mata pelajaran yang berbeda untuk menghilangkan rasa
kejenuhan dan untuk memantapkan mata pelajaran yang baru diberikan ke dalam
jiwa siswa, disamping itu pula pelajaran harus bervariasi supaya pelajar lebih
rekreatif.
d. Kesimpulan
Prinsip-prinsip metode pengajaran yang dikemukakan oleh Ibnu Khaldun
masih banyak yang relevan dengan kondisi pendidikan yang sekarang khususnya
untuk Pendidikan Dasar. Di mana Ibnu Khaldun menekankan proses
pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus secara bertahap dan pengulangan
materi. Dalam hal ini diharapkan ilmu pengetahuan yang diajarkan mengarah
dalam bentuk pengajaran tuntas.
Karena Ibnu Khaldun mengutamakan pemahaman terhadap suatu bidang ilmu
yang dipelajari, sebelum betul-betul memahaminya belum boleh pindah ke bidang
ilmu yang lain. Kemudian, Ibnu Khaldun juga menekankan sikap yang lemah
lembut dan kasih sayang terhadap anak didiknya, dan melarang sikap keras dan
kasar terhadap anak didiknya terutama untuk Pendidikan Dasar. Tindakan kasar
dan kekerasan adalah alternatif terakhir jika sikap kasih sayang tidak
memecahkan masalah.
Selain itu juga ada pula prinsip Ibnu Khaldun yang tidak relevan dengan
pendapat para ahli pendidikan sekarang, seperti pengulangan yang terlalu lama
pada satu tema tertentu dapat memakan waktu dan tentunya juga biaya
penyelanggaraan pendidikan menjadi lebih besar, selain itu juga proses
pembelajarannya berpusat pada guru, bukan pada siswa aktif. Ibnu Khaldun tidak
memperbolehkan memberi selang waktu ketika proses pembelajaran berlangsung
karena dapat mengakibatkan sifat lupa.
C. Tokoh-Tokoh Pendidikan di Indonesia dan Implikasinya terhadap
Pendidikan di Indonesia
1. R. A Kartini
a. Biografi
Raden Ajeng Kartini lahir di Jepara, 21 Apil 1879. Beliau adalah seorang
tokoh pahlawan nasional Indonesia dari suku Jawa. Raden Ajeng Kartini berasal
dari bangsa priyayi. Kartini bersekolah di ELS (Europese Lagere School) sampai
usia 12 tahun. Di sisi lain Kartini belajar Bahasa Belanda. Ia juga banyak
membaca surat kabar Semarang De Locomotief yang diasuh Pieter Brooshooft, ia
juga menerima leestrommel paket majalah yang diedarkan took buku kepada
langganan. Diantaranya terdapat majalah kebudayaan dan ilmu pengetahaun yang
cukup berat. Kartini banyak membuat tulisan dan mengutip kalimat. Perhatiannya
tersorot pada emansipasi wanita agar memperoleh kebebasan, otonomi, dan
persamaan hukum sebagai bagian dari gerakan yang lebih luas.
b. Kontribusi dan Implikasi dalam Dunia Pendidikan
Peran R.A Kartini dalam memajukan pendidikan di Indonesia merupakan
salah satu contoh kontribusi wanita dalam sejarah. Kartini mendobrak kondisi
yang memprihatinkan tersebut dengan membangun sekolah khusus wanita. Selain
itu beliau juga mendirikan perpustakaan bagi anak-anak. Kartini dalam
memajukan pendidikan Indonesia tertuang dalam karya nya “Door Duisternis Tot
Licht”, yang diartikan sebagai ‘habis gelap terbitlah terang’.
Kartini telah membawa banyak perubahan dan kemajuan dalam
pendidikan Indonesia. Kartini mengajarkan bahwa seorang wanita harus
mempunyai pemikiran jauh ke depan. Di mata Kartini pendidikan adalah hal
penting. Pendidikan akan mampu mengangkat derajat dan martabat bangsa.
Kartini konsisten mengemukakan pentingnya pendidikan yang mengasah budi
pekerti, atau yang kita kenal sebagai pendidikan karakter pada masa sekarang.
Kartini mengatakan bahwa pendidikan ittu janganlah hanya akal saja yang
dipertajam, tetapi budi pekerti pun harus dipertinggi. Sekolah diperlukan dalam
memajukan pendidikan. Pendidikan di sekolah juga harus dibarengi dengan
pendidikan di keluarga. Untuk para guru di sekolah, kartini berharap guru tidak
hanya mengajar semata, tetapi juga harus menjadi pendidik. Dalam notanya
berjudul ‘Berilah Orang Jawa Pendidikan’ Kartini dengan tegas mengatakan
“guru-guru memiliki tugas rangkap: menjadi guru dan pendidik! Mereka harus
melaksanakan pendidikan rangkap itu, yaitu pendidikan pikiran dan budi
pekerti”
Bagi Kartini mendidik perempuan merupakan kunci peradaban, karena
perempuan yang akan mendidik anak-anak (generasi muda). Beliau juga memiliki
pemikiran tentang kebijakan pendidikan, dimana pemerintah berkewajiban
meningkatkan kesadaran budi perempuan, mendidik perempuan, memberi
pelajaran perempuan, dan menjadikan perempuan sebagai ibu dan pendidik yang
cakap dan cerdas. Namun Kartini juga tidak lantas membatasi pendidikan yang
normatif, beliau memberi kebebasan kepada siswa untuk berpikir dan
mengutarakan pendapat. Bahan bacaan menjadi gagasan kartini juga, karena
bahan bacaan atau yang sekarang ini kita artikan sebagai sumber belajar
merupakan alat pendidikan yang diharapkan banyak mendatangkan kebajikan.
Anak-anak hendaknya diberi bahan bacaan yang mengasyikkan, bukan karangan
kering yang semata-mata ilmiah.
2. K.H Ahmad Dahlan
a. Biografi
K.H Ahmad Dahlan adalah tokoh pendidikan Indonesia sekaligus pendiri
Muhammadiyah. Muhammadiyah berdiri pada 18 November 1912. Dasar tujuan
pendidikan Muhammadiyah, yaitu ajaran Islam yang bersumber dari Al-Quran
dan Sunnah Rasul. Dalam usaha penyelenggaraan pendidikan,
b. Kontribusi dan Implikasi dalam Dunia Pendidikan
Muhammadiyah tidak tertarik untuk mendirikan pesantren, karena pada saat
itu pesantren cenderung mengisolasi diri. Sekolah-sekolah yang diselenggarakan
Muhammadiyah ada yang bercorak sekolah umum seperti sekolah yang
diselenggarakan pemerintah Belanda, dan ada sekolah-sekolah khusus keislaman.
Sekolah-sekolah yang diselenggarakan Muhammadiyah ialah pada 1921, yaitu
Al-Islamul Arqo, kemudian diubah menjadi Hooger Muhammadiyah School,
dimana pada 1923 menjadi Kweekschool Islam. Pada tahun 1924 sekolah tersebut
dipisahkan antara murid laki-laki dan perempuan, yang akhirnya pada tahun 1932
menjadi Muallimien Muhammadiyah (Sekolah Guru Islam Putra), dan Muallimat
Muhammadiyah (Sekolah Guru Muhammadiyah Putri).
Taman kanak-kanak Muhammadiyah (Bustanul Athfal) didirikan pada tahun
1926, HIS met de Quran pertama kali didirikan pada tahun 1923 di Jakarta, tahun
1926 di Kudus, dan tahun 1928 di Aceh. Selanjutnya Muhammadiyah juga
mendirikan sekolah-sekolah seperti HIS, Volschool, Verpolgschool,
Schakelschool. Jadi pada dasarnya Muhammadiyah mendirikan sekolah sesuai
dan sama dengan sekolah-sekolah Belanda.
Alasan yang melatarbelakangi sebab-sebab munculnya gagasan modernisasi
K.H Ahmad Dahlan dalam pendidikan Islam, yaitu karena lembaga pendidikan
barat yang cenderung sekuler dengan menjadikan murid sekedar bisa menjadi
pegawai pemerintah, serta lemahnya lembaga pendidikan yang dimiliki umat
Islam yang belum mampu menyiapkan generasi yang sesuai dengan tuntutan pada
zaman itu. Di dalam pendidikan dan pengajaran agama islam KH Ahmad Dahlan
menanamkan keyakinan dan faham tentang Islam yang utuh. Penerapan gagasan
modernisasi pendidikannya telah membawa hasil yang tak ternilai. Sumbangan
pemikirnnnya yaitu dengan usaha-usaha yang direalisasikan melalui (Pribadi,
2010):
1) Memasukkan pelajaran agama Islam ke dalam lembaga pendidikan milik
kolonial Belanda
2) Penerapan sistem dan mengadopsi metode pendidikan Barat dalam lembaga
pendidikan Islam
3) Memadukan antara pelajaran agama dengan pelajaran umum
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pedagogik adalah ilmu yang mempelajari masalah membimbing anak kearah tujuan
tertentu. Pedagogik merupakan ilmu yang mengkaji bagaimana membimbing anak,
bagaimana sebaiknya pendidik berhadapan dengan anak didik, serta tugas pendidik
dalam mendidik anak agar mampu secara mandiri menyelesaikan tuga shidupnya.
Dan pedagogik juga memiliki fungsi:
2) Fungsi memprediksi
3) Fungsi mengontrol
4) Fungsi mengembangkan
B. Saran
Dengan adanya makalah ini pembaca bisa dapat mengetahui dan memahami tentang
pedagogik sebagai ilmu pengetahuan sebagai referensi dalam menerapkan sebagai
seorang pendidik.
DAFTAR PUSTAKA