Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kajian Pedagogik
Dosen pengampu:
2020
KATA PENGANTAR
i
Puji dan syukur marilah kita panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
kesehatan jasmani dan rohani sehingga kami bisa menyelesaikan makalah untuk memenuhi
tugas mata kuliah Kajian Pedagogik.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Kajian Pedagogik di program studi
Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Pendidikan Indonesia. Selanjutnya penulis
mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. Juntika Nuriksan selaku dosen
pengampu mata kuliah Kajian Pedagogik dan kepada semua pihak yang telah memberikan
bimbingan dan arahan selama penulisan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Maka
dari itu, kritik dan saran yang membangun dari para pembaca akan sangat bermanfaat bagi
penulis untuk kesempurnaan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar isi ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Penulisan Makalah 2
D. Manfaat Penulisan Makalah 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Mengenal Tokoh-Tokoh Pendidikan Dunia dari Aspek Konsep Ontologi, Epistemologi,
dan Aksiologinya 3
B. Implikasi Konsep Pendidikan dari Tokoh-Tokoh Pendidikan Dunia dan Alirannya
Terhadap Sistem dan Praktek Pendidikan di Indonesia 8
C. Periode Sejarah Pendidikan Indonesia 11
D. Tokoh Pendidik Nasional Indonesia dan Implikasinya Terhadap Sistem dan Praktek
Dewasa Ini 14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada masa ini, berbagai negara di dunia menghadapi tantangan pendidikan untuk
mewujudkan keunggulan daya saing negaranya. Sistem yang canggih dan berbagai
pengembangan strategi pendidikan terus ditingkatkan demi mencapai tujuan pendidikan
yang telah disepakati bersama. Bagi Indonesia, tujuan pendidikan dirumuskan dalam
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3, yaitu
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan pada bagian sebelumnya, penulis
merumuskan masalah yang sekaligus akan menjadi batasan dalam pembahasan makalah ini.
1
Adapun rumusan masalah yang dimaksud, yaitu:
1. Bagaimana pemikiran tokoh pendidikan dunia jika ditinjau dari aspek ontologi,
epistimologi, aksiologi, serta implikasinya untuk Pendidikan di Indonesia?
2. Bagaimana periodisasi dari historis pendidikan yang terjadi di dunia dan di Indonesia?
3. Bagaimana pemikiran tokoh pendidikan Indonesia jika ditinjau dari aspek ontologi,
epistimologi, aksiologi, serta implikasinya untuk Pendidikan dewasa ini?
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Plato
Plato lahir sekitar tahun 427 SM dari keluarga terkemuka di Athena, Yunani.
Orang tuanya bernama Aristone dan Peiktione. Plato merupakan filsuf yang
berpegaruh pada zamannya. Dia merupakan murid dari Socrates dan guru dari
Aristoteles. Plato menganut aliran pendidikan parenialisme.
a. Ontologis
b. Epistemologis
Semua individu harus mendapatkan pendidikan yang sama baik laki-laki atau
perempuan. Erawati (2012) menguraikan kerangka pendidikan menurut Plato,
diantaranya:
3
Pendidikan menurut Plato merupakan suatu kewajiban karena anak merupakan aset
yang sangat berharga. Plato lebih menekankan pengembangan intelektual daripada
jasmaniah.
c. Aksiologis
membentuk manusia yang utuh, yakni yang berhasil menggapai segala keutamaan
moralitas jiwa yang mengantarkan pada nilai ynag tinggi yaitu kebajikan dan
keadilan
mengembangkan kemampuan ilmiah setiap individu dan melatihnya sehingga
menjadi warga negara yang baik dalam suatu masyarakat yang harmonis,
melaksanakan tugasnya seara efisien menurut kelasnya.
2. Maria Montessori
Maria Montessori merupakan tokoh filsafat yang lahir di Italia pada tahun
1870 di Chiaravalle. Maria memiliki minat dan bakat yang besar terhadap matematika
sehingga orangtuanya mengirim Maria ke roma untuk mempelajari matematika. Ia
tertarik dengan mesin, biologi dan kedokteran. Setelah lulus dari sekolahnya, ia
bekerja di klinik psikiater. Dalam pekerjaannya, ia mengatasi masalah aat mental
sehingga mengantarkannya pada ide tentang pendidikan.
a. Ontologis
4
b. Epistemologis
c. Aksiologis
3. B.F. Skinner
B.F. Skinner adalah seorang psikolog Amerika yang dikenal dengan teori
behaviorisme. Skinner menempuh pendidikan di bidang bahasa Inggris di Hamilton
College. Beliau kemudian meneruskan pendidikan di bidang psikologi di Harvard
University.
a. Ontologis
b. Epistemologis
5
yang diberikan oleh guru. Agar berjalan dengan efektif, metode ini harus
dijalankan secara konsisten.
c. Aksiologis
4. Jean Piaget
a. Ontologis
6
c. Aksiologis
Pendidikan secara umum berfungsi membantu siswa dalam pengembangan
dirinya, yaitu pengembangan semua potensi, kecakapan, serta karakteristik pribadinya
ke arah yang positif, baik bagi dirinya maupun lingkungannya. Pendidikan bukan
sekedar memberikan pengetahuan atau nilai atau pelatihan ketrampilan. Pendidikan
berfungsi mengembangkan apa yang secara potensi dan aktual telah dimiliki siswa,
sebab siswa bukanlah gelas kosong yang harus diisi dari luar.
5. Benjamin S. Bloom
Benjamin S. Bloom lahir pada 21 Februari di Lansford Pennsylvania dan
meninggal pada 13 September 1999. Ia adalah seorang guru, penasihat pendidikan dan
ahli psikologi pendidikan. Pekerjaan pertamanya sebagai instruktur di Departemen
Pendidikan di University of Chicago pada 1944 dan menjadi Professor pada 1970
kemudian menjabat sebagai penasihat pendidikan pemerintah Israel, India, dan banyak
negara lain. Pada tahun 2001 Bloom bekerjasama dengan David Krathwohl dan
menulis A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing.
a. Ontologis
Manusia memiliki potensi sesuai dengan ranah atau kawasan yang ada
padanya. Kemampuan belajar tersebut dapat diasah berdasarkan ranah atau kawasan
tersebut.
b. Epistimologis
Pendidikan menurut teori Benjamin S Bloom terbagi menjadi 3 yaitu Ranah
Kongnitif, Afektif dan Psikomotorik. Teori Benjamin S Bloom dijadikan acuan untuk
mengetahui tercapainya tujuan pendidikan berupa adanya perubahan pengetahuan,
sikap dan gerak pada setiap peserta didik.
c. Aksiologis
Tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga domain, yaitu:
1) Cognitive Domain (Ranah Kognitif), mengasah perilaku-perilaku yang
menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan
berpikir.
7
2) Affective Domain (Ranah Afektif) membentuk perilaku-perilaku yang
menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara
penyesuaian diri.
3) Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) melatih perilaku-perilaku yang
menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik,
berenang, dan mengoperasikan mesin.
1. Plato
8
matahari, sedangkan dunia yang tidak abadi adalah dunia yang suram dengan cahaya
yang taram temaram. Plato memandang mata sebanding dengan jiwa, dan matahari
yang sumber cahaya sebanding dengan kebenaran atau kebaikan (Russel, 2007: 168-
171).
2. Maria Montessori
Maria Montessori seorang pendidik bekebangsaan Italia mengemukakan teori
tentang hukum masa peka pada hukum perkembangan manusia Menurutnya masa peka
merupakan masa pertumbuhan ketika suatu fungsi jiwa mudah sekali dipengaruhi dan
dikembangkan (Desmita, 2011: 17). Beliau mengemukakan teori tentang anak, yaitu:
“Jika pendidikan mengenali nilai intrinsik dari kepribadian seorang anak, maka
memberikan nuansa yang tepat bagi pertumbuhan spiritualnya, kita menyingkapkan
anak yang sama sekali baru, dimana karakternya yang memukau pada akhirnya dapat
menyumbang kepada dunia yang lebih baik”.
Teori ini menjelaskan mengenai eksistensi anak sebagai suatu masa yang sangat
esensial bagi keseluruhan hidupnya. Beliau juga menegaskan tentang konsep Child’s
Self-Construction yang menyatakan bahwa anak membangun sendiri perkembangan
jiwanya. Sensitive period menyatakan usia anak dini adalah masa peka, absorbent mind
serta pada masa anak usia dini memiliki jiwa penyerap berbagai pengetahuan dan
pengalaman hidupnya. Teorinya berkontribusi terutama dalam pendidikan anak usia
dini.
3. B.F. Skinner
9
gejala. Disamping itu proses belajar manusia yang dianalogikan dengan perilaku hewan
sangat tidak diterima mengingat mencoloknya fisik dan psikis.
4. Jean Piaget
10
Menurut Piaget interaksi dengan teman sebaya sangat membantu anak
memahami bahwa orang lain memiliki pandangan dunia yang berbeda dengan
pandangannya sendiri dan ide-ide mereka tidak selalu akurat dan logis. Dalam artian
interaksi dengan teman sebaya akan memungkinkan siswa menguji pemikirannya,
merasa tertantang, menerima umpan balik, dan melihat bagaimana orang lain
mengatasi masalah.
5. Benjamin S. Bloom
11
Perkembangan pendidikan Islam di Indonesia sejalan dengan perkembangan
penyebaran Islam di nusantara, baik sebagai agama maupun sebagai arus kebudayaan.
Pendidikan Islam ini tidak diselenggarakan secara terpusat, namun banyak
diupayakan secara perorangan.
c) Zaman Pengaruh Nasrani (Katolik dan Kristen)
Orde ini mempunyai organisasi pendidikan yang seragam, sama di mana pun, dan
bebas untuk semua. Xaverius memandang pendidikan sebagai alat yang ampuh
untuk penyebaran agama (Nasution, 2008: 4).
Berikut ini pemaparan singkat mengenai periode pendidikan bangsa Eropa dan Jepang
berdasarkan Sukardjo (2012):
Kurikulum sekolah selama periode VOC berkaitan erat dengan gereja. Berdasarkan
peraturan guru pada tahun 1643, tugas guru meliputi memupuk rasa takut pada
Tuhan, mengajarkan dasar-dasar agama Kristen, mengajar anak berdoa, bernyayi,
pergi ke gereja, mematuhi orang tua, penguasa, dan guru-guru. Pengajaran dilakukan
dengan sistem individual. Murid-murid maju seorang demi seorang ke meja guru
untuk mendapatkan bimbingan individual.
12
tersebar di kota-kota lain di Jawa. Berdasarkan prinsip yang tercantum di Statuta
1818, sekolah-sekolah harus dibuka di setiap tempat bila diperlukan oleh penduduk
Belanda, dan atau diizinkan oleh keadaan apabila jumlah murid 20 orang untuk Jawa
dan 15 siswa untuk luar Jawa. Pada akhir abad 19, taraf pendidikan universal bagi
anak-anak Belanda di Indonesia sudah hampir tercapai, mulai dari Europese Lagere
School (ELS), Hogere Burgerschool (HBS), dan Meer Uitgebreid Lager Onderwijs
(MULO).
Pada jaman Belanda, didirikan juga sekolah untuk pribumi, disebut dengan
Pendidikan bagi Warga Bumi Putera. Berawal dari sistem Culture Stelsel atau Tanam
Paksa memaksa pemerintah Belanda memperkerjakan pribumi dalam jumlah besar
untuk memastikan perusahaan mereka tetap berjalan. Karena itulah, akhirnya
penduduk pribumi bisa mengenyam pendidikan yang layak karena orang
kepercayaan Belanda harus yang berpendidikan. Sekolah bagi warga pribumi ada
beberapa macam, ada Sekolah Kelas Satu, Sekolah Kelas Dua, Sekolah Desa,
Holland Inlande School (HIS), dan Algemene Middelbare School (AMS).
Sistem pendidikan masa Jepang terdiri dari Sekolah Rakyat, Pendidikan Lanjutan
yang terdiri dari Shoto Chu Gakko (setara SMP), dan Khoto Chu Gakko (setara
SMA), Pendidikan Kejuruan, dan Pendidikan Tinggi. Dalam masa ini juga sekolah-
sekolah berbahasa Belanda ditutup oleh pemerintah Jepang, melarang materi yang
berkaitan dengan Belanda, dan bahasa-bahasa Eropa lainnya.
a) Zaman Kemerdekaan
Pada masa ini, tujuan pendidikan belum dirumuskan dalam suatu undang-undang
yang mengatur pendidikan.
13
b) Zaman Orde Lama
Pendidikan Nasional periode ‘Orde Lama’ adalah pendidikan yang dapat
membangun bangsa agar mandiri sehingga dapat menyelesaikan revolusinya baik di
dalam maupun di luar.
D. Tokoh Pendidik Nasional Indonesia dan Implikasinya Terhadap Sistem dan Praktek
Dewasa Ini
Sebelum Indonesia merdeka, banyak sekali tokoh-tokoh luar biasa yang memiliki
pemikiran maju dalam bidang pendidikan. Tokoh-tokoh berikut ini merupakan insan
bermartabat yang memperjuangkan kemajuan pendidikan Indonesia sekaligus perjuang
kemerdekaan Indonesia:
1. Ki Hajar Dewantara
1.1. Biografi
Tokoh yang lahir pada 2 Mei 1889 ini memiliki pandangan “memajukan
bangsa tanpa membedakan RAS, budaya, dan bangsa”. Ki Hajar Dewantara
mendirikan sekolah yang dikenal dengan nama Taman Siswa. Sekolah ini memiliki
sifat, sistem, dan metode pendidikan yang dibagi dalam empat asas, yaitu: Asas
Taman Siswa, Panca Dharma, Adat Istiadat, dan Semboyan atau Perlambang.
Sebagai hasil pemikiran Ki Hajar Dewantara, berikut ini adalah penerapan
pendidikan berdasarkan asas dan tujuan Taman Siswa:
a. Setiap orang mempunyai hak mengatur dirinya sendri dengan terbitnya
persatuan dalam peri kehidupan umum.
14
b. Pengajaran harus memberi pegetahuan yang berfaedah yang dalam arti lahir dan
batin dapat memerdekakan diri.
c. Pengajaran harus berdasarkan kebudayaan dan kebangsaan sendiri.
d. Pengajaran harus tersebar luas sampai dapat menjangkau seluruh rakyat.
e. Seagai konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri, maka mutlak harus
membelanjai sendiri segala usaha yang dilakukan.
f. Dalam mendidik anak-anak perlu adanya keikhlasan lahir dan batin untuk
mengorbankan segala kepentingan pribadi demi keselamatan dan kebahagiaan
anak-anak.
g. Kemudian, ditambahkan dengan asas kemerdekaan, asas kodrat alam, asas
kebudayaan, asas kebangsaan, dan asas kemanusiaan.
Secara segi epistemologis, Ki Hajar Dewantara menetapkan beberapa poin
dari tujuan Taman Siswa, di antaranya:
a. Sebagai badan perjuangan kebudayaan dan pembangunan masyarakat tertib
dan damai.
b. Membangun anak didik menjadi manusia yang merdeka lahir dan batin, luhur
akal budinya, serta sehat jasmaninya untuk menjadi anggota masyarakat yang
berguna dan bertanggung jawab atas keserasian bangsa, tanah air, serta manusia
pada umumnya.
Secara aksiologis tujuan didirikan Taman Siswa adalah :
1. Didikan dalam bentuk perguruan dari tingkat dasar hingga tingkat tinggi baik
yang bersifat umum maupun yang bersifat kejuruaan, serta memberi pendidikan
yang baik dan berguna untuk keperluan hidup dan penghidupan masyarakat sesuai
dengan asas, dasar dan tujuan pendidikan. Taman siswa dengan selalu mengingat
atau menyesuaikan kecerdasan zaman dan kemajuan dunia.
15
4. Meluaskan kehidupan Taman Siswa di luar lingkungan masyarakat perguruan
sehingga dapat terbentuk wadah yang nyata bagi jiwa taman siswa agar dengan
demikian ada pengaruh timbal balik antara keluarga dan masyarakat sekitarnya.
1.2. Implikasi Terhadap Sistem dan Praktek Dewasa Ini
Ki Hajar Dewantara memiliki satu slogan yang masih sangat relevan dengan
pendidikan masa kini. Ajaran Ki Hajar Dewantara sampai saat ini, amsih dipakai
oleh Departmen Pendidikan Nasional Indonesia, yaitu: Ing Ngarso Sung Tulado, Ing
Madya Mangun Karso, dan Tut Wuri Handayani. Arti dari masing-masing falsafah
bisa dijabarkan sebagai berikut, Ing Ngarso Sung Tulado seorang guru harus
memberi teladan yang baik bagi peserta didiknya, Ing Madya Mangun Karso berarti
seorang guru harus terus berinovasi dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik,
dan Tut Wuri Handayani berarti seorang guru harus bisa memberikan motivasi bagi
muridnya untuk terus maju, berkarya, dan berprestasi. Falsafah hasil pemikiran
original Ki Hajar Dewantara merupakan acuan bagi seorang tenaga pendidik di
Indonesia, demi dunia pendidikan yang lebih baik untuk seluruh peserta didik
Indonesia.
2. Mohammad Syafei
2.1. Biografi
Mohammad Syafei lahir di Kalimantan pada tahun 1899. Perjuangan beliau
juga di titik beratkanpada bidang pendidikan. Beliau berjasa besar dalam mendirikan
sejolah yang diberi nama “Indonesische Nederlandsche School” atau dikenal INS.
Tujuan Mohammad Syafei mendirikan NIS adalah untuk mendidik anak-anak agar
dapat berdiri sendiri atas usaha sendiri dengan jiwa yang merdeka. Dengan ini, ia
menentang sekolah Hindia-Belanda yang hanya bertujuan agar anak-anak Indonesia
dapat menjadi pegawai Hindia-Belanda saja.
Secara ontologis dasar pendidikan yang dikembangkannya adalah
kemasyarakatan, keaktifan, kepraktisan, serta berpikir logis dan rasional sehingga
sisi yang dikembangkan adalah mengembangkan perasaan, pikiran dan
keterampilan.
Secara epistimologis INS menitikberatkan pada dunia kerja. INS
menyelenggarakan pendidikan pada jenjang berikut :
1. Ruang Bawah, yaitu setara dengan Sekolah Dasar dengan lama pendidikan
selama 7 tahun.
16
2. Ruang Atas, yaitu setara dengan sekolah menengah dengan lama pendidikan 6
tahun.
Secara aksiologis tujuan pendidikan menurut Mohamad Syafei adalah :
17
4. Persatuan dan kesatuan umat Islam menurun, sebagai akibat dari lemahnya
organisasi Islam yang ada.
5. Munculnya tantangan dari misi Zending yang dianggap mengancam masa depan
umat Islam.
Di dalam pendidikan dan pengajaran agama islam K.H. Ahmad Dahlan
menanamkan keyakinan dan faham tentang Islam yang utuh. Penerapan gagasan
modernisasi pendidikannya telah membawa hasil yang tak ternilai. Sumbangan
pemikirnnnya yaitu dengan usaha-usaha yang direalisasikan melalui:
4. R. A. Kartini
4.1. Biografi
18
Raden Ajeng (R.A) Kartini lahir di Jepara pada tanggal 21 April 1789.
Sampai saat ini hari kelahirannya seering diperingati sebagai Hari Kartini. Beliau
adalah salah satu tokoh pendidikan Indonesia yang dengan gigih memperjuangkan
pendidikan bagi wanita kala itu.
19
pendidikan Indonesia tertuang dalam karya nya “Door Duisternis Tot Licht”, yang
diartikan sebagai ‘habis gelap terbitlah terang’.
Kartini mengatakan bahwa pendidikan ittu janganlah hanya akal saja yang
dipertajam, tetapi budi pekerti pun harus dipertinggi. Sekolah diperlukan dalam
memajukan pendidikan. Pendidikan di sekolah juga harus dibarengi dengan
pendidikan di keluarga. Untuk para guru di sekolah, kartini berharap guru tidak
hanya mengajar semata, tetapi juga harus menjadi pendidik.
20
BAB III
KESIMPULAN
21
REFERENSI
Hasbullah. 2003. Dasar-Dasar Ilmu Pendidkan: Umum dan Agama Islam. Jakarta: PT Raja
Gafindo Persada.
Sukarjo M. 2009. Landasan Pendidikan Konsep & Aplikasinya. Jakarta: Rajawali Pers.
Pribadi, S.A.T (2010). Kiprah K.H. Ahmad Dahlan dalam Modernisasi Pendidikan Islam di
Indonesia. Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Jakarta: Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah
Sadulloh, U & Setiasih, O. (2009). Landasan Historis Pendidikan. Dalam Sub Koordinator
MKDP Landasan Pendidikan (hlm 143-203) Bandung: UPI