PEMBAHASAN
2. Mohammad Syafei
2.1. Biografi
Mohammad Syafei lahir di Kalimantan pada tahun
1899. Perjuangan beliau juga di titik beratkanpada bidang
pendidikan. Beliau berjasa besar dalam mendirikan sejolah
yang diberi nama “Indonesische Nederlandsche School” atau
dikenal INS. Tujuan Mohammad Syafei mendirikan NIS adalah
untuk mendidik anak-anak agar dapat berdiri sendiri atas
usaha sendiri dengan jiwa yang merdeka. Dengan ini, ia
menentang sekolah Hindia-Belanda yang hanya bertujuan
agar anak-anak Indonesia dapat menjadi pegawai Hindia-
Belanda saja.
Secara ontologis dasar pendidikan yang
dikembangkannya adalah kemasyarakatan, keaktifan,
kepraktisan, serta berpikir logis dan rasional sehingga sisi
yang dikembangkan adalah mengembangkan perasaan,
pikiran dan keterampilan.
Secara epistimologis INS menitikberatkan pada dunia
kerja. INS menyelenggarakan pendidikan pada jenjang
berikut :
1. Ruang Bawah, yaitu setara dengan Sekolah Dasar dengan
lama pendidikan selama 7 tahun.
2. Ruang Atas, yaitu setara dengan sekolah menengah
dengan lama pendidikan 6 tahun.
Secara aksiologis tujuan pendidikan menurut Mohamad
Syafei adalah :
1. Mendidik anak-anak agar dapat berpikir rasional;
2. Mendidik anak-anak agar mampu bekerja secara teratur
dan bersungguh-sungguh;
3. Mendidik anak-anak agar dapat menjadi manusia yang
berwatak baik;
4. Menanamkan rasa persatuan
2.2. Implikasi Terhadap Sistem dan Praktek Dewasa Ini
Pada zaman kemerdekaan tahun 1952, sebagai
penghargaan terhadap usaha Mohamad Syafei dibukalah
Sekolah Bagi Guru disebut SGB yang dapat meneruskan dan
menyebarkan cita-citanya. SGB ini yang menjadi acuan bagi
program pendidikan untuk mencetak guru yang kompeten
pada masa kini.
Mohamad Syafei pernah diangkat menjadi Mentri
Pengajaran Pendidikan dan Kebudayaan pada Kabinet
Syahrir. Mohammad Syafei menerapkan sistem
menggunakan kebudayaan nasional sebanyak mungkin
ketika mengajar. Beliau juga menetapkan sistem menjadikan
guru sebagai objek, dan siswa sebagai subjek belajar.
Namun, jika tidak memungkinkan, peran tersebut dapat
dibalik. Guru memberikan banyak contoh dalam proses
belajar-mengajar.
4. R. A. Kartini
4.1. Biografi
Raden Ajeng (R.A) Kartini lahir di Jepara pada tanggal
21 April 1789. Sampai saat ini hari kelahirannya seering
diperingati sebagai Hari Kartini. Beliau adalah salah satu
tokoh pendidikan Indonesia yang dengan gigih
memperjuangkan pendidikan bagi wanita kala itu.
Secara ontologis RA kartini memperjuangkan
emansipasi wanita dalam hal pendidikan dengan mendirikan
sekolah khusus wanita. Kartini telah membawa banyak
perubahan dan kemajuan dalam pendidikan Indonesia.
Secara epistimologis Kartini mengajarkan bahwa
seorang wanita harus mempunyai pemikiran jauh ke depan.
Di mata Kartini pendidikan adalah hal penting yang mampu
mengangkat derajat dan martabat bangsa. Kartini senantiasa
konsisten mengemukakan pentingnya pendidikan yang
mengasah budi pekerti, atau yang kita kenal sebagai
pendidikan karakter pada masa sekarang. Adapun jenis
sekolah yang didirikan dan dirintis oleh R.A Kartini adalah
Sekolah Gadis di Jepara dan Sekolah Gadis di Lembang.
Seacara aksiologis tujuan pendidikan R.A.Kartini adalah
mendidik perempuan yang merupakan merupakan kunci
peradaban, karena perempuan yang akan mendidik anak-
anak (generasi muda). Beliau juga memiliki pemikiran
tentang kebijakan pendidikan, dimana pemerintah
berkewajiban meningkatkan kesadaran budi perempuan,
mendidik perempuan, memberi pelajaran perempuan, dan
menjadikan perempuan sebagai ibu dan pendidik yang cakap
dan cerdas.Namun Kartini juga tidak lantas membatasi
pendidikan yang normatif, beliau memberi kebebasan kepada
siswa untuk berpikir dan mengutarakan pendapat.Bahan
bacaan menjadi gagasan kartini juga, karena bahan bacaan
atau yang sekarang ini kita artikan sebagai sumber belajar
merupakan alat pendidikan yang diharapkan banyak
mendatangkan kebajikan.Anak-anak hendaknya diberi bahan
bacaan yang mengasyikkan, bukan karangan kering yang
semata-mata ilmiah.
4.2. Implikasi Terhadap Sistem dan Praktek Dewasa Ini
Peran R.A Kartini dalam memajukan pendidikan di Indonesia
merupakan salah satu contoh kontribusi wanita dalam sejarah. Kartini
mendobrak kondisi yang memprihatinkan tersebut dengan membangun
sekolah khusus wanita. Selain itu beliau juga mendirikan perpustakaan bagi
anak-anak. Kartini dalam memajukan pendidikan Indonesia tertuang dalam
karya nya “Door Duisternis Tot Licht”, yang diartikan sebagai ‘habis gelap
terbitlah terang’.
Kartini telah membawa banyak perubahan dan kemajuan dalam
pendidikan Indonesia. Kartini mengajarkan bahwa seorang wanita harus
mempunyai pemikiran jauh ke depan. Di mata Kartini pendidikan adalah hal
penting. Pendidikan akan mampu mengangkat derajat dan martabat bangsa.
Kartini konsisten mengemukakan pentingnya pendidikan yang mengasah
budi pekerti, atau yang kita kenal sebagai pendidikan karakter pada masa
sekarang.
Kartini mengatakan bahwa pendidikan ittu janganlah hanya akal saja
yang dipertajam, tetapi budi pekerti pun harus dipertinggi. Sekolah
diperlukan dalam memajukan pendidikan. Pendidikan di sekolah juga harus
dibarengi dengan pendidikan di keluarga. Untuk para guru di sekolah, kartini
berharap guru tidak hanya mengajar semata, tetapi juga harus menjadi
pendidik.
Bagi Kartini mendidik perempuan merupakan kunci peradaban,
karena perempuan yang akan mendidik anak-anak (generasi muda). Beliau
juga memiliki pemikiran tentang kebijakan pendidikan, dimana pemerintah
berkewajiban meningkatkan kesadaran budi perempuan, mendidik
perempuan, memberi pelajaran perempuan, dan menjadikan perempuan
sebagai ibu dan pendidik yang cakap dan cerdas. Namun Kartini juga tidak
lantas membatasi pendidikan yang normatif, beliau memberi kebebasan
kepada siswa untuk berpikir dan mengutarakan pendapat. Bahan bacaan
menjadi gagasan kartini juga, karena bahan bacaan atau yang sekarang ini
kita artikan sebagai sumber belajar merupakan alat pendidikan yang
diharapkan banyak mendatangkan kebajikan.
BAB III
KESIMPULAN
Pribadi, S.A.T (2010). Kiprah K.H. Ahmad Dahlan dalam Modernisasi Pendidikan
Islam di Indonesia. Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Jakarta:
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah