Anda di halaman 1dari 5

Nama : Nelsa Francisca

NIM : 23102460191

Matkul : Filosofi Pendidikan Indonesia (Refleksi antr materi-Relefansi perjalanan


Pendidikan nasional

RANGKUMAN

Pendidikan merupakan sebuah kebutuhan manusia agar dapat berproses


menjadi seorang individu yang merdeka. Arti kata merdeka yang dimaksud adalah
manusia dapat tumbuh dan berkembang sesuai kodrat yang dimiliki, serta menjadi
manusia yang mendapatkan kebahagaiaan setinggi-tingginya. Ki Hadjar Dewantara
menjelaskan bahwa dasar Pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat
zaman. Kodrat alam berkaitan dengan "sifat" dan "bentuk" lingkungan di mana anak
berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan "isi" dan "irama".

Pendidikan merupakan hal yang sangat berpengaruh dalam menuntun anak agar
dapat menjadi individu yang merdeka. Oleh karena itu sebelum kita dapat mendidik
seorang individu kita harus mengetahui bagaimana perjalanan pendidikan yang terjadi
di Indonesia. Berikut adalah rangkuman perjalanan pendidikan nasional di Indonesia:

1. Pendidikan di Indonesia sebelum kemerdekaan (zaman kolonial)

zaman kolonial Indonesia telah dijajah oleh beberapa negara, negara tersebut
mempengaruhi pendidikan yang berada di Indonesia. Beberapa negara yang
berpengaruh terhadap pekembangan pendidikan di Indonesia yakni:

2. Pendidikan pada masa Belanda

Belanda datang ke Pulau Jawa Indonesia untuk berdagang dan menciptakan


kekuasaan baru setelah berakhirnya kekuasaan Portugis pada akhir abad ke-16. Belanda
menganggap bahwa agama Katholik yang disebarkan oleh Portugis perlu digantikan
dengan agama Protestan yang dianutnya. Berangkat dari pemahaman itulah sekolah-
sekolah keagamaan didirikan terutama di daerah yang dulunya telah terpengaruh agama
Nasrani (Katholik) oleh Portugis dan Spanyol. Sekolah pertama di Ambon didirikan
oleh VOC pada tahun 1607. Pembelajaran yang diberikan yaitu membaca, menulis dan
sembahyang. Guru pendidik berasal dari Belanda dan mendapat upah.
Pendidikan yang dilakukan pada zaman kolonial terpaku terhadap ideologi
bangsa Belanda, sehingga pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan pemahaman
Belanda yang berakibat pada pendidikan yang diatur secara sistematis agar murid/siswa
yang mengikuti pendidikan di zaman kolonial akan mengikuti serta menjadikan
pembelajaran yang didapatkan, perjalanan yang di dapatkan adalah sebuah landasan
yang akan diteruskan kezaman berikutnya. Pendidikan yang diberikan oleh Belanda
kepada masyarakat Indonesia bertujuan untuk menciptakan SDM masyarakat Indonesia
yang siap menjadi tenaga kerja untuk Belanda dan diberi upah yang minim.

Namun, pendidikan yang diberikan oleh Belanda memberi dampak positif


terhadap masyarakat Indonesia, masyarakat Indonesia mulai dapat belajar membaca
dan menghitung. Selain itu dampak positif dari pendidikan yang diberikan Belanda
adalah terbentuknya Lembaga pendidikan di Indonesia yang dibangun oleh tokoh-
tokoh pendidikan. Tokoh-tokoh tersebut antara lain adalah:

a) Bung Tomo yang mendirikan Kweek School,


b) KH Ahmad Dahlan yang mendirikan pendidikan Muhammadiyah,
c) Trikoro Dharmo yang mendirikan perkumpulan pemuda,
d) RA Kartini yang meperjuangkan hak perempuan,
e) Ki Hadjar Dewantara yang mendirikan Taman siswa.
3. Pendidikan pada masa Jepang

Jepang merupakan negara yang menjajah Indonesia dengan jangka waktu yang
cukup pendek yakni dari 17 Maret 1942 sampai 17 Agustus 1945. Jepang juga
memberikan pendidikan di Indonesia dengan tujuan untuk berperang. Masyarakat
diajarkan bergotong-royong untuk membangun pertahanan untuk perang, masyarakat
juga diajarkan untuk mengumpulkan hasil alam untuk bahan pangan perang. Sisi positif
yang dapat diambil dari pendidikan yang diberikan oleh Jepang adalah pendidikan
untuk bertahan dari peperangan yang dapat terjadi kapanpun. Dari pendidikan yang
telah diberikan oleh negara yang pernah menjajah Indonesia, dapat disimpulkan bahwa
pendidikan yang diberikan merupakan pendidikan yang bertujuan untuk mencapai
tujuan dari masing-masing negara.
4. Pendidikan di Indonesia setelah kemerdekaan

Setelah kemerdekaan Indonesia, Indonesia membentuk Panitia Penyelidik


Pengajaran Republik Indonesia yang beranggotakan 52 orang. Panitia ini bertugas
untuk meninjau masalah pendidikan dan pengajaran kanak-kanak dari tingkat taman
kanak-kanak hingga perguruan tinggi. Selain itu, hal lain yang juga menjadi perhatian
panitia ini adalah terkait rencana pelajaran, organisasi pemeliharaan isi pendidikan dan
pengajaran. Setelah beberapa bulan bekerja, panitia ini mengusulkan beberapa pokok
saran kepada pemerintah, yaitu: Pedoman pendidikan dan pengajaran harus diubah
secara mendasar, Khusus mengenai pengajaran diharapkan agar bisa mendapat tempat
yang teratur dan seksama. Mengenai pengajaran tinggi disarankan agar diadakan
seluas-luasnya, disarankan agar diusahakan pengiriman pelajar-pelajar ke luar negeri
Kewajiban bersekolah, panitia menyaranka wajib sekolah dilaksanakan secara
bertahap, sesingkat-singkatnya 10 tahun.

Setelah pemerintah menerima saran-saran tersebut, disusunlah struktur dan


sistem pendidikan baru. Tujuannya adalah untuk mendidik anak-anak menjadi warga
negara yang berguna, yang diharapkan kelak dapat memberikan pengetahuannya
kepada negara. Dasar-dasar pendidikan menganut prinsip demokrasi, kemerdekaan,
dan keadilan sosial. Kondisi pendidikan di Indonesia setelah merdeka ini mengarah
terhadap perubahan proses pembelajaran dan landasan pendidikan. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa pendidikan di era ini, bangsa Indonesia berusaha menghilangkan
paham-paham pendidikan Belanda, sehingga siswa Indonesia memiliki ciri khas dari
siswa Indonesia. Pembelajaran didesain sedemikian rupa agar budaya bangsa Indonesia
dapat terus diwariskan kegenerasi selanjutnya.

5. Pendidikan di Indonesia pada era Pendidikan Abad ke-21

Keberadaan Abad ke-21 ditandai dengan adanya era revolusi industri 4.0 yang
mana pada abad ke-21 menjadikan abad keterbukaan atau abad globalisasi. Pada saat
ini Indonesia memasuki dan bahkan sedang berjalan era revolusi industri 4.0. Pada
pembelajaran ini tidak lagi berfokus terhadap penerapan kebudayaan lagi namun,
berfokus terhadapat kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah, kecakapan
komunikasi, kreativitas dan inovasi, serta kolaborasi. Pada zaman ini teknologi
merupakan sarana utama dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Sebagai seorang
guru, kita perlu meningkatkan kemampuan adaptasi teknologi serta dapat
memanfaatkan teknologi untuk mengembangkan pembelajaran sehingga akan
membentuk siswa atau peserta didik yang memiliki kecakapan di era Abad ke-21

Berdasarkan pidato sambutan Ki Hajar Dewantara saat pemberian gelar


Doktor Honoris Causa oleh Universitas Gajah Mada (7 November 1956)

"pendidikan" adalah tempat persemaian segala benih -- benih kebudayaan yang


hidup dalam masyarakat kebangsaan. Dengan maksud agar segala unsur peradaban dan
kebudayaan tadi dapat tumbuh dengan sebaik -- baiknya. (artinya disini adalah saya
merefleksi diri untuk menjadikan pendidikan itu adalah sebagai tempat menanam benih
kebudayaan dari pendidikan lah muncul peradaban generasi Indonesia yang beradab
dan berakhlak mulia). pendidikan kecerdasan pikiran, harus ada pendidikan yang
kultural (disini saya merefleksikan yang masih ada keterkaitan dengan poin pertama
bahwa pendidikan bukan hanya sekedar untuk kecerdasan kognitif tetapi juga
membangun moral dan etika peserta didik)

anak -- anak kita dengan cara yang sesuai dengan tuntutan alam dan zamannya
(dari sini juga saya merefleksi bahwa saya harus terus belajar menyesuaikan dengan
perkembangan zaman agar saya bisa mengajar peserta didik sesuai dengan zamannya)
tahun pelajar -- pelajar kita terus terancam oleh sistem penilaian dan penghargaan yang
intelektualitas. Mereka belajar tidak untuk perkembangan hidup kejiawaannya,
sebaliknya mereka belajar hanya untuk dapat nilai -- nilai yang tinggi dalam raport --
sekolahnya atau supaya mendapatkan ijazah. (disini saya merefleksi diri bahwasanya
ketika saya menjadi seorang guru saya berusaha untuk menanamkan kepada peserta
didik bahwa nilai adalah bukan segalanya melainkan proses pembelajaran itulah yang
sebaik-baiknya. Proses pembelajaran disini dimaksudkan proses pembelajaran yang
jujur, berkpribadian baik sehingga dari proses pembelajaran ini rahirlah generasi --
generasi penerus bangsa yang berakhlak mulia yang tentunya sesuai dengan profil
pelajar pancasila
Pernyataan Ki Hadjar Dewantara juga merupakan suatu refleksi diri bagi saya

"Pendidik itu menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada
anak -- anak agar dapat memperbaiki lakunya. Hidup dan tumbuhnya kodrat anak
(bukan dasarnya)"

Dari sini saya merefleksi diri ketika nanti menjadi seorang guru kita harus tau apa yang
menjadi kompetensi dari dalam diri anak didik saya lalu dari sanalah saya berangkat
untuk mengembangkan potensi dirinya bukan menuntut peserta didik untuk menjadi
pribadi yang bukan sebenarnya pada dirinya tetapi, tidak memaksakan apa yang
menjadi keinginan saya supaya dilakukan oleh peserta didik namun apa yang menjadi
kodratnya apa yang menjadi bakat dan mintanya itulah sebisa mungkin akan saya
arahkan untuk mengembangkan potensi mereka, supaya peserta didik mencapai
keselamatan dan kebahagiaan dalam mencapai tujuannya seperti pernyataan Ki Hadjar
Dewantara tersebut.

Anda mungkin juga menyukai