Anda di halaman 1dari 2

Topik 1: Koneksi Antar Materi - Relevansi Perjalanan Pendidikan Nasional

Oleh Muhammad Ikram Hanafi (PGSD C)

Relevansi Perjalanan Pendidikan Nasional-1

Perjalanan Pendidikan nasional dimulai pada masa kolonial pendidikan sebagai alat
untuk memenuhi kebutuhan para penjajah bangsa. Sedangkan di masa setelah kemerdekaan,
tujuan pendidikan tertuang dalam pembukaan UUD 1945 yaitu untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa. Pendidikan sebelum kemerdekaan pertama diselenggarakan oleh bangsa portugis.
Pendidikan yang diselenggarakan bangsa Portugis sudah modern dan mengenalkan huruf latin,
tetapi sistem pendidikan bangsa Portugis di Nusantara tidak bertahan lama karena digantikan
oleh bangsa Belanda. Bangsa Belanda mendirikan sekolah-sekolah kabupaten untuk calon-
calon pegawai dan sekolah guru.

Pendidikan dijadikan alat untuk mendapatkan tenaga kerja terampil yang murah serta
sekolah yang dibuka hanya bisa dinikmati oleh anak-anak pegawai negeri dan orang kaya.
Selain itu, pada awal pelaksanaan politik etis, pribumi masih takut untuk bersekolah karena
khawatir akan terpengaruh budaya barat yang dianggap tidak baik. Keadaan pendidikan yang
belum merata untuk semua lapisan masyarakat menimbulkan inisiatif dari para elit untuk
mendirikan perkumpulan dan sekolah-sekolah yang merupakan tonggak lahirnya pergerakan
nasional. Para elit ini mendirikan berbagai sekolah umum dan kejuruan yang meniru metode
dan sistem pengajaran barat dengan landasan cita-cita nasional. Dari mulai lahirnya organisasi
budi utomo yang menekankan pada kemajuan bidang pendidikan. Diikuti dengan berdirinya
sekolah kartini yang menjadi tonggak muncul nya emansipasi wanita dan kesetaraan wanita di
dalam pendidikan, hingga lahir nya sekolah taman siswa yang didirikan oleh Ki Hadjar
Dewantara.

Ki Hajar Dewantara mendirikan perguruan Taman Siswa untuk memberikan


kesempatan dan hak pendidikan yang sama bagi para pribumi yang tidak didapatkan seperti
priyayi atau orang-orang Belanda. Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan dan pengajaran
adalah proses memanusiakan manusia sehingga harus memerdekakan manusia dalam segala
aspek kehidupan baik secara fisik, mental, jasmani, dan rohani. Ki Hajar Dewantara juga
memberikan nasehat agar mendidik anak-anak bangsa dengan cara yang sesuai dengan kodrat
alam dan kodrat zaman. Kodrat alam merupakan isi dan bentuk kondisi lingkungan sedangkan
kodrat zaman adalah pendidikan dan pengajaran yang diberikan sesuai dengan era zaman nya
agar anak-anak dapat mengikuti perkembangan zaman.
Gagasan Ki Hajar Dewantara yaitu ing ngarso sung tulodo (pendidik
berada di depan memberi teladan); ing madyo mangun karso (pendidik selalu berada di tengah
dan terus menerus memprakarsai/memotivasi), dan tut wuri handayani (pendidik selalu
mendukung dan mendorong peserta didik untuk maju) diharapkan tidak menjadi semboyan dan
slogan semata. Sistem pendidikan yang masih membelenggu harus diperbaiki agar dapat
sejalan dengan dedikasi Ki Hajar Dewantara dalam mengembangkan jati diri kultural anak
bangsa untuk mewujudkan generasi yang cerdas dan berkarakter.

Setelah mempelajari perjalanan pendidikan nasional dari sebelum dan sesudah


kemerdekan beserta tokoh-tokoh penting dalam pergerakan pendidikan, saya sadar bahwa
melalui pendidikan, nilai budaya dan karakter bangsa dapat dilestarikan menjadi kepribadian
bangsa. Penanaman nilai-nilai budaya dan karakter melalui pendidikan pada akhirnya akan
memunculkan jati diri bangsa. Dalam hal ini profil pelajar pancasila merupakan dasar utama
yang perlu diimplementasikan secara menyeluruh dan mendalam dalam jiwa generasi bangsa.
Untuk dapat menyelaraskan tujuan pendidikan nasional dengan tindakan yang akan dilakukan
di sekolah diantaranya:
1. Membuat proses pembelajaran yang terdeferensiasi agar dapat menjadi wadah bagi peserta
didik untuk mengoptimalkan potensi masing-masing individu.
2. Menjadi motivator kelas yang baik, agar selalu dapat menjadi factor pendorong untuk
peserta didik menjadi lebih baik.
3. Menjadi guru yang menyenangkan, berkemampuan di bidang ilmu pengetahuan dan baik
dalam berkepribadian.

Referensi:

Esi, Purwaningsih, E. dan Okianna. (2016). Peran Guru sebagai pembimbing dan motivator
dalam meningkatkan hasil pembelajaran di SMK kelas XI. Jurnal Ekuatorial
Pendidikan dan Pembelajaran, 1-14.
Fatima, M. (2020). Peran guru dalam pendidikan prasekolah di era revolusi industri. Jurnal
Pendidikan Anak Usia Dini Lonto Leok, 43-46.
Rahmiati, Firman dan Ahmad, R. (2021). Mewujudkan pendidikan sebagai hak asasi manusia.
Majalah Pendidikan Tambusai, 10160-10165.
Sugiarta, I.M., Mardana, I. B. dan Adiarta, A. (2019). Filsafat pendidikan Ki Hajar Dewantara
(berkarakter oriental). Jurnal Filsafat Indonesia, 2620-7990.

Anda mungkin juga menyukai