Anda di halaman 1dari 4

Nama : Delia Anggraeni

Kelas : PPG PGSD A


Mata Kuliah : Filosofi Pendidikan

Mahasiswa membuat sebuah kesimpulan dan pesan kunci dengan mengaitkan pemahaman dari
Topik III dengan Topik I dan Topik II. Sejauh mana topik tentang identitas manusia Indonesia
menjadi sebuah pemahaman yang berkesinambungan dalam proses belajar. Mahasiswa
membangun perspektif kritis dengan mengacu pada Mata Kuliah Sosio-Kultural dan Mata
Kuliah Psikologi Perkembangan untuk melihat bagaimana latar belakang sosial budaya dan
pola asuh serta Mata Kuliah Pendidikan di Daerah Khusus.
Selanjutnya, silakan ketikkan hasil kesimpulan Anda sesuai petunjuk pengiriman di bawah.

Jawaban:
Kesimpulan dan Pesan Kunci dengan Mengaitkan Pemahaman Dari Topik III dengan
Topik I Dan Topik II. Sejauh Mana Topik tentang Identitas Manusia Indonesia Menjadi
Sebuah Pemahaman yang Berkesinambungan dalam Proses Belajar.

Ki Hajar Dewantara percaya bahwa pendidikan adalah hak setiap anak dan setiap anak
memiliki potensi untuk berkembang. Beliau menekankan perlunya memberikan pendidikan
kepada semua lapisan masyarakat tanpa memandang status sosial atau latar belakang budaya.
Beliau juga seringkali menekankan pada konsep pendidikan yang inklusif, merdeka, dan
berorientasi pada perkembangan pribadi peserta didik. Dalam pidatonya telah membahas
kebutuhan untuk meninggalkan model pendidikan kolonial yang terbatas dan cenderung
mendiskriminasi. Tujuan pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara artinya menjadikan manusia
sebagai manusia yang merdeka baik secara fisik, mental dan kerohanian. Manusia yang
merdeka memiliki arti bahwa manusia merupakan seseorang yang mampu berkembang secara
utuh dan selaras dari aspek kemanusiannya serta manusia yang mampu dalam menghormati
serta dapat menghargai manusia lainnya.
Ki Hajar Dewantara menegaskan bahwa didiklah anak-anak dengan cara yang
sesuai dengan tuntutan alam dan zamannya sendiri. Artinya, cara belajar dan interaksi
peserta didik Abad ke- 21, tentu sangat berbeda dengan para peserta didik di pertengahan dan
akhir abad ke-20. Pendidikan saat ini menekankan pada kemampuan siswa untuk memiliki
Keterampilan Abad ke-21. Mengenai pendidikan dengan perspektif global, Ki Hajar Dewantara
juga mengingatkan bahwa pengaruh dari luar tetap harus disaring dengan tetap mengutamakan
kearifan lokal sosial budaya Indonesia. Kekuatan sosial budaya Indonesia yang beragam dapat
menjadi kekuatan kodrat alam dan zaman dalam mendidik.
Praktik pendidikan saat ini yang membelenggu kemerdekaan peserta didik dalam
belajar dengan melihat perjalanan pendidikan nasional sebelum kemerdekaan dan sesudah
kemerdekaan salah satunya adalah masih banyaknya sekolah yang jauh dari jangkauan dengan
sarana dan prasarana yang kurang memadai, dan masih banyak yang memprihatinkan, terutama
di sekolah-sekolah terpencil banyak fasilitas yang masih minim, dalam segi jumlah dan
kualitasnya. Selain itu, kurangnya tenaga kependidikan yang berkualitas dapat menyebabkan
masalah yang berkaitan dengan kurangnya pendidikan karena kurangnya fasilitas sekolah dan
kurangnya pendidikan saat ini. Namun seiring berjalannya waktu, sistem pendidikan di
Indonesia sudah mulai membaik karena sudah berpusat pada peserta didik yakni ditandai
dengan adanya kurikulum merdeka dan adanya sekolah inklusi. Dimana, semua peserta didik
dianggap sama dan tidak terdapat perbedaan sehingga semua peserta didik mendapatkan hak
yang sama untuk mendapatkan pembelajaran.
Pendidikan Abad ke-21 menerapakan pembelajaran yang menjunjung tinggi kodrat
alam dan zaman, dengan memberikan pembelajaran yang menghargai setiap potensi peserta
didik dengan tidak membedakan namun dapat memberikan tuntunan atau arahan agar mereka
dapat berkembang lebih baik lagi dan selama pembelajaran saya akan berusaha mengenalkan
hal-hal yang sesuai dengan zamannya agar peserta didik tidak tertinggalan zaman dan dapat
memanfaatkannya dengan baik, mulai dengan pembelajaran yang menggunakan teknologi.
Kemudian mengembangkan pendidikan yang berkarakter, selama pembelajaran saya akan
mencoba menghadirkan kegiatan kerjasama, memperkuat toleransi dengan sesama teman
maupun semua warga sekolah, sopan santun kepada sesama manusia dan melatih mereka untuk
bisa bertanggungjawab dengan apa yang mereka hadapi. Dan terakhir dapat mendorong
kreativitas peserta didik, saya mencoba mengarahkan peserta didik untuk mengenal potensi
yang dimiliki dirinya masing-masing dengan memberikan waktu untuk mereka bereksplorasi
dan membuat inovasi.
Ki Hadjar Dewantara berpendapat bahwa terdapat tiga lingkungan yang bisa dijadikan
tempat belajar yang penting bagi anak yakni di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Ketiga lingkungan penting sehingga dinamakan dengan konsep Tri Pusat (Tri sentra). Setiap
lingkungan memiliki tugas yang khusus dan berbeda antara satu dengan lainnya. Lingkungan
keluarga memiliki tugas untuk mendidik kecerdasan hati anak, lalu sekolah bertugas
mencerdaskan akal dan pikiran anak, sedangkan lingkungan masyarakat merupakan tempat
praktik untuk menguji kemampuan yang dimilikinya di tengah masyarakat.
Ki Hadjar Dewantara memiliki pemikiran yang sangat mencerminkan nilai-nilai
pendidikan yang merdeka dan inklusif yakni adanya sistem among, memberikan kesempatan
seluas-luasnya pada kemandirian peserta didik. Peserta didik didorong untuk mengembangkan
disiplin diri yang sejati, melalui pengalaman, pemahaman, dan upayanya sendiri. Sistem
among memiliki arti Tut Wuri Handayani yaitu dari belakang seorang guru harus bisa
memberikan dorongan dan arahan. Ing Madya Mangun Karsa pada saat diantara peserta
didik, guru harus menciptakan prakarsa dan ide. Ing Ngarsa Sung Tulada berarti ketika guru
berada di depan, seorang guru harus memberi teladan atau contoh dengan tindakan yang baik.
Selain itu pendidik juga harus membimbing peserta didik dengan kasih sayang, sehingga
peserta didik dapat leluasa dan bebas mengembangkan potensi yang ada dalam diri.
Pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang merdeka belajar dapat memperkuat identitas
manusia Indonesia yang mandiri. Peserta didik diberi kebebasan untuk mengeksplorasi
potensi mereka sendiri, yang dapat membentuk identitas unik mereka. Identitas manusia
Indonesia sebagai manusia pancasila, dimana pancasila sebagai landasan filosofis memuat jiwa
bangsa, cita-cita luhur bangsa, rasa-perasaan sebagai bangsa, dan nilai-nilai hidup ber bangsa.
Berikut ini tiga hal hakiki yang layak ditegaskan sebagai nilai kemanusiaan khas Indonesia
adalah nilai kebhinekatunggalikaan, nilai Pancasila, dan nilai religiusitas.
1. Pancasila sebagai Fondasi Pendidikan: Pancasila menjadi dasar dan tujuan
pendidikan nasional. Pendidikan harus mencerminkan nilai-nilai Pancasila dalam setiap
aspeknya. Ki Hajar Dewantara sangat mengutamakan nilai-nilai Pancasila dalam
pendidikan, karena Pancasila mencakup nilai-nilai universal yang relevan untuk
pembentukan karakter dan identitas bangsa. Pancasila bukan hanya sebagai ideologi
negara, tetapi juga sebagai panduan moral dan etika bagi setiap warga negara Indonesia.
Pendidikan yang berlandaskan Pancasila dapat membentuk generasi muda yang
beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berilmu, kreatif, dan berkontribusi bagi nusa dan
bangsa.
2. Membentuk Identitas Bangsa: Pendidikan harus mampu membentuk identitas bangsa
Indonesia yang berlandaskan Pancasila. Identitas manusia Indonesia yang mandiri dan
beradab dapat diperkuat melalui pendidikan yang mengutamakan kebebasan,
inklusivitas, dan penghargaan terhadap keberagaman. Dengan memberikan kesempatan
seluas-luasnya pada kemandirian peserta didik, seperti yang dianjurkan oleh Ki Hajar
Dewantara, pendidikan dapat membantu setiap individu menemukan dan
mengembangkan identitasnya yang unik sebagai warga negara Indonesia yang
menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila.
3. Pendidikan Abad ke-21: Dalam konteks pendidikan abad ke-21, penting untuk
memperhatikan kodrat alam dan zaman serta memastikan bahwa peserta didik tidak
tertinggal zaman. Teknologi menjadi salah satu aspek penting dalam pendidikan
modern, namun tidak boleh melupakan nilai-nilai lokal dan kearifan budaya. Ki Hajar
Dewantara menekankan bahwa pengaruh dari luar harus disaring dengan tetap
mengutamakan kearifan lokal sosial budaya Indonesia. Pendidikan abad ke-21 juga
harus mampu menghasilkan generasi muda yang memiliki karakter sesuai dengan nilai-
nilai Pancasila. Profil Pelajar Pancasila menjadi acuan dalam mewujudkan generasi
muda yang berakhlak mulia, berilmu, dan berkontribusi bagi kemajuan bangsa.

Pesan kunci dari pemahaman ini adalah bahwa pendidikan haruslah menjadi wahana untuk
membangun identitas bangsa yang kuat, berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila. Identitas
manusia Indonesia yang mandiri, beradab, dan beriman dapat diperkuat melalui pendidikan
yang inklusif, merdeka, dan berorientasi pada perkembangan pribadi peserta didik. Dengan
memperhatikan kodrat alam dan zaman serta mengutamakan kearifan lokal sosial budaya
Indonesia, pendidikan abad ke-21 dapat menghasilkan generasi muda yang siap menghadapi
tantangan masa depan dan berperan aktif dalam memajukan bangsa. Ki Hajar Dewantara
memberikan kontribusi besar dalam pemikiran ini dengan menekankan pentingnya pendidikan
yang berpusat pada peserta didik, memberikan kesempatan seluas-luasnya pada kemandirian
peserta didik, dan membentuk identitas bangsa yang kuat berlandaskan Pancasila.

Anda mungkin juga menyukai