Anda di halaman 1dari 4

TOPIK 5

KONEKSI ANTAR MATERI


Filosofi Pendidikan Indonesia

ANNISA FITRIANI
NIM : 105461242423
Tugas Mahasiswa membuat sebuah kesimpulan dan pesan kunci dengan
mengaitkan pemahaman dari Topik V dengan Topik I, Topik II, Topik III dan Topik
IV. Sejauh mana topik tentang pendidikan yang berpihak pada peserta didik dan
memerdekakan peserta didik dalam pendidikan abad ke-21 dapat
diimplementasikan pada pendidikan nasional dan sekolah mitra mahasiswa secara
khusus.

Jawab:
A. Rangkuman

Pada Topik 1 kita mempelajari tentang perjalanan Pendidikan di Indonesia sebelum


kemerdekaan (zaman kolonial), sesudah kemerdekaan dan Pendidikan Abad ke-21. Yang
mana berawal dari perjuangan yang dilakukan oleh Ki Hadjar Dewantara untuk
memajukan pendidikan kaum pribumi. Ki Hadjar Dewantara menyaksikan bahwa
masyarakat terbelenggu oleh budaya feodal. Anak-anak pribumi hidup dalam lingkaran
kebodohan dan kemiskinan. Selain itu para penguasa bangsa Hindia Belanda di Indonesia
sebenarnya sama sekali tidak memperhatikan soal pendidikan kebudayaan. Mereka
semata-mata hanya mementingkan pengajaran, yang intelektualitas serta materialistis,
karena pendidikan di situ semata-mata berupa pendidikan intelek. Melihat realitas
tersebut mendorong Ki Hadjar Dewantara untuk memajukan pendidikan karena
menurutnya dengan pendidikanlah seseorang dapat mengerti akan keberadaan atau
kemerdekaannya baik secara lahir maupun batin. Perjalanan Pendidikan di Indonesia
dimulai tahun 1854 sejak didirikannya sekolah Bumi Putera pada masa kolonial sampai
saat ini yaitu mulai diberlakukannya Kurikulum Merdeka. Sementara itu setelah
kemerdekaan Indonesia pun ternyata masih terdapat praktik pendidikan yang
membelenggu dan belum memerdekakan peserta didik, seperti sekolah belum menjadi
tempat pendidikan yang berpihak kepada upaya "mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya", guru-guru sering hanya berperan sebagai pengajar sehingga aktivitasnya
terfokus pada perkara pengembangan kognitif peserta didik, peserta kita sukar belajar
dengan tentram, karena dikejar-kejar oleh ujian- ujian yang sangat keras dalam
tuntutan-tuntutannya, mereka belajar tidak untuk perkembangan hidup kejiwaannya;
sebaliknya, mereka belajar untuk dapat nilai-nilai yang tinggi dalam rapor sekolah-nya
atau untuk dapat ijazah.

Pada Topik II kita mempelajari tentang dasar pemikiran Ki Hadjar Dewantara yaitu
pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat.
Pendidikan menciptakan ruang bagi peserta didik untuk bertumbuh secara utuh agar
mampu memuliakan dirinya dan orang lain (merdeka batin) dan menjadi manusia
mandiri (merdeka lahir). Pendidikan bertujuan untuk menuntun segala kodrat yang ada
pada anak- anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang
setinggi-tingginya.
Pendidikan yang "menuntun", artinya peran atau tugas kita sebagai guru adalah menuntun segala
kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak (peserta didik), agar mereka dapat mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia, maupun anggota
masyarakat. Guru itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada
pada anak-anak (peserta didik), agar dapat memperbaiki lakunya hidup dan tumbuhnya kekuatan
kodrat mereka. Dalam proses "menuntun", anak diberi kebebasan namun pendidik sebagai
'pamong' dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan
membahayakan dirinya. Seorang 'pamong dapat memberikan 'tuntunan agar anak dapat
menemukan kemerdekaannya dalam belajar.

Pada topik III kita mempelajari tentang Identitas Manusia Indonesia yaitu identitas manusia yang
menghayati nilai-nilai kemanusiaan khas Indonesia yang meliputi nilai kebhinekatunggalikaan,
nilai-nilai Pancasila dan religiusitas. Kebhinekatunggalikaan atau keragaman bagi masyarakat
Indonesia merupakan nilai yang khas dan menjadi salah satu identitas dan budaya bangsa
Indonesia. Pancasila juga sebagai identitas bangsa Indonesia dan sekaligus manusia Indonesia
yang digali dari nilai-nilai luhur yang sudah dihidupi masyarakat di kepulauan nusantara.
Pancasila merupakan intisari yang merangkum nilai- nilai, jiwa dan semangat yang dihidupi oleh
orang-orang Indonesia yang selalu menjunjung tinggi nilai gotong-royong. Hal ini juga ditegaskan
oleh Ki Hajar Dewantara. Sila-sila Pancasila memuat imperative etis untuk hidup bersatu,
bertanggungjawab, bekerjasama, hidup adil dan bermusyawarah (bergotong-royong) untuk
memenuhi kebutuhan hidup setiap pribadi dan bersama dalam segala dimensinya. Dalam konteks
masyarakat Indonesia yang multi budaya, bahasa, agama, keyakinan, etnis, suku, dan kearifan
lokal, pendidikan mempunyai peran penting dalam melestarikan keragaman, menjaga kesatuan,
memelihara keharmonisan, dan mengembangkan kualitaskeindonesiaan. Pendidikan berperan
penting untuk membangun paradigma berpikir, bersikap, dan berperilaku sebagai bangsa
Indonesia.

Pada topik IV kita mempelajari tentang Pancasila Sebagai Fondasi Pendidikan Indonesia, Nilai-nilai
Pancasila menjadi dasar pengembangan paradigma pendidikan untuk melestarikan kemajemukan
budaya, agama, ras dan suku di tengah tantangan dan ancaman keterpecahan hidup berbangsa.
Penerapan Pancasila sebagai entitas dan identitas bangsa dalam pendidikan dapat diwujudkan
sebagai Pendidikan yang Berpihak pada peserta didik dalam Pendidikan Abad ke-21 melalui
program program Profil Pelajar Pancasila di sekolah. Profil Pelajar Pancasila terdiri dari 6 dimensi
yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, meliputi: Beriman, bertaqwa kepada Tuhan yang Maha
Esa, dan berakhlak mulia, mandiri, bergotong royong, berkebhinekaan global, bermalar kritis, dan
kreatif.

Pada topik V kita mempelajari tentang telaah Praktik Baik Pendidikan yang Memerdekakan,
Pendidikan yang memerdekakan peserta didik adalah pendidikan yang memberikan kebebasan
berpendapat bagi peserta didik dan guru tidak boleh menghakimi apabila terdapat kesalahan apa
yang diungkapkan oleh peserta didik guru dibutuhkan sebagai penuntun jalannya pembelajaran
sehingga apabila terdapat kesalahan maka dilakukan refleksi dan perbaikan serta evaluasi oleh
guru agar tidak terjadi miskonsepsi sehingga dengan begitu peserta didik akan lebih mengingat
apa yang ia ungkapkan dan diluruskan oleh gurunya. Pendidikan yang memerdekakan adalah
pendidikan yang
memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk belajar sesuai dengan minat dan kebutuhan
mereka. Pendidikan yang memerdekakan adalah pendidikan yang bertujuan untuk memberikan
kebebasan kepada individu untuk belajar dan berpikir secara kritis, sehingga mereka dapat
mengembangkan kemampuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menjadi pribadi yang
mandiri dan merdeka.

B. Kesimpulan dan Pesan Kunci

Maka dengan mengaitkan pemahaman dari Topik V dengan Topik I, Topik II Topik III dan Topik IV
di atas dapat ditarik kesimpulan dan pesan kunci bahwa:

1. Seyogyanya guru dapat mewujudkan pendidikan yang berpihak pada anak atau peserta didik
sesuai dengan keberagaman konteks sosial budaya dan nilai-nilai luhur Indonesia, memberikan
pendidikan yang memerdekakan artinya proses pendidikan yang meletakan unsur kebebasan
anak didik untuk mengatur dirinya sendiri, bertumbuh dan berkembang menurut kodratnya
secara lahiriah dan batianiah, serta memberikan pendidikan yang memanusiakan, artinya
pendidikan yang membentuk hakikat insani dengan melalui pendidikan karakter.

2. Guru juga harus menghormati dan memperlakukan peserta didik dengan sebaik- baiknya sesuai
kodratnya, melayani mereka dengan setulus hati, memberikan teladan (ing ngarso sung tulodho),
membangun semangat (ing madyo mangun karso) dan memberikan dorongan (tut wuri handayani)
bagi tumbuh kembangnya anak, serta menuntun mereka menjadi pribadi yang terampil, berakhlak
mulia dan bijaksana sehingga mereka akan mencapai kebahagiaan dan keselamatan.

3. Guru juga harus memberikan pendidikan yang dapat menghayati dan melestarikan. nilai-nilai
kemanusiaan khas Indonesia yang meliputi nilai kebhinekatunggalikaan, nilai-nilai Pancasila dan
religiusitas.

4. Untuk itu guru dapat menerapkan program Profil Pelajar Pancasila di sekolah sebagai bentuk
pendidikan yang berpihak pada peserta didik dalam Pendidikan Abad ke-21 yang sesuai dengan
identitas manusia Indonesia dan dasar-dasar pemikiran Ki Hadjar Dewantara.

5. Guru juga harus dapat menerapkan dan melaksanakan praktik baik Pendidikan yang berpihak
pada peserta didik dan memerdekakan peserta didik dalam pendidikan abad ke-21 sesuai dengan
dasar Pemikiran Ki Hadjar Dewantara melalui pembelajaran langsung dalam kelas yaitu:
a. Mengupayakan kegiatan pembelajaran yang memfasilitasi kebutuhan peserta didik
b. Memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk menyampaikan pendapatnya
c. Menerapkan kegiatan pembelajaran berdiferensiasi dengan optimal
d. Menuntun peserta didik dalam proses mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya
e. Menerapkan kegiatan pembelajaran dan pendidikan sesuai kodrat anak dan dengan prinsip
among
f. Melatih peserta didik agar dapat mandiri dan tidak bergantung kepada orang lain dalam
membangun pengetahuannya.
g. Menyusun rancangan pembelajaran dan memberikan pembelajaran yang disesuaikan dengan
kebutuhan dan karakteristik peserta didik

Anda mungkin juga menyukai