Anda di halaman 1dari 3

Nama : Romadhona Dyah Ayu Pramesti

NIM : 2330111720014
Kelas : B PGSD PPG Prajabatan Gel.1 2023
Mata Kuliah : Filosofi Pendidikan Indonesia
Dosen Pengampu : Dr. Metroyadi, S.H, M.Pd

01.01.2-T4.7 KONEKSI ANTAR MATERI


Berikut kesimpulan dan pesan kunci dengan mengaitkan pemahaman dari Topik IV
dengan Topik I, Topik II dan Topik III. Sejauh mana topik tentang Pancasila sebagai
Entitas dan Identitas Bangsa Indonesia dan perwujudan Profil Pelajar Pancasila pada
Pendidikan yang Berpihak pada Peserta Didik dalam Pendidikan Abad ke-21.

Pada topik IV saya mengetahui bahwa Pancasila digali dari nilai-nilai luhur bangsa
Indonesia. Dimana nilai-nilai terebut lahir dari keanekaragaman manusia Indonesia dari sabang
sampai Marauke yang hidup dengan alam yang berbeda-beda tapi bersatu menjadi satu bangsa.
Keanekaragaman tersebut yang membentuk Indonesia menjadi satu identitas. Namun
keanekaragaman tersebut selain menjadi kekayaan bangsa juga memiliki potensi konflik. Dalam
menghadapi potensi itu muncul lah Pancasila sebagai sebuah entitas atau perwujudan dari
seluruh nilai dan keanakeragaman dalam balutan kebhinekatunggal ikaan.
Dalam topik I membahas terkait bagaimana perkembangan pendidikan nasional yang
berjalan di Indonesia. Bermula pada zaman sebelum kemerdekaan, terdapat Pendidikan yang
masih bersifat membelenggu, dengan berorientasi hanya kepada kepentingan perusahaan dan
masyarakat tertentu saja yang dapat memperoleh pendidikan tersebut. Mulai muncul Pendidikan
yang berorientasi kepada seluruh kalangan masyarakat yaitu dengan adanya “TAMAN SISWA”
yang dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara (KHD) sebagai salah satu sosok yang berperan dalam
dunia pendidikan di Indonesia, hasil dari adanya taman siswa adalah menciptakan para cendekia
yang nantinya dapat berkontribusi untuk kemerdekaan negara. Melalui perjalanan Pendidikan
tersebut dari perubahan pola, system, dan pelaksanaan pendidikan Ki Hadjar Dewantara mulai
menekankan bahwa “Pendidikan harus dikombinasikan dengan budaya nasional (cultural
national) agar selaras dengan kodrat setiap manusia dalam menghadapi segala rintangan,
sehingga menciptakan pendidikan dan pengetahuan yang tidak hanya meningkatkan kecerdasan
namun juga pada keselamatan lahir dan batin, serta keselamatan dan kelancaran hidup”
Pada topik II membahas tentang dasar-dasar pendidikan Indonesia. Selaras dengan pendapat
Ki Hadjar Dewantara pada topik I yang menekankan bahwa pendidikan harus disesuaikan
dengan budaya nasional (cultural national) agar menciptakan keselamatan dan kelancaran dalam
pembelajaran, untuk menerapkannya dasar tersebut perlu peran sosok guru harus dapat
memberikan peran untuk “Menuntun”, bagaimana guru dapat berperan sebagai “Pamong” yang
mengawasi dan mengarahkan peserta didik dalam pembelajaran, dan anak diberikan kebebasan
untuk memilih kebebasannya (namun tetap diminta untuk menyaring pilihannya tersebut”.
Adapun kedua proses termasuk dalam proses sosio-cultural untuk menebalkan “Kodrat anak”.
Kodrat yang dimaksud adalah kodrat alam (isi dan bentuk), dan kodrat zaman (isi dan irama).
Kesimpulan pada topik ini adalah dalam menuntun pendidikan seorang guru harus yang harus
menciptakan suasana pendidikan bagi anak sesuai dengan kodrat alam dan zaman mereka, agar
nantinya pendidikan yang diberikan mampu menciptakan cipta rasa, karsa, dan karya bagipeserta
didik.
Berlanjut pada topik III membahas tentang indentitas manusia Indonesia. Identitas manusia
Indonesia yang menghayati nilai-nilai kemanusiaan Indonesia terdapat 3 ciri khusus yaitu, Nilai
Kebinekatunggal Ikaan, Nilai Pancasila, dan Nilai Religiusitas. Nilai kebinekaan
(keragaman)nilai ini lebih menekankan untuk mengajarkan manusia Indonesia untuk menghargai
perbedaan baik itu dari segi budaya, bahasa, ras, suku, dan lain-lain. Selanjutnya Nilai Pancasila
yang menekankan pada pembuatannya memiliki intisari yang mengandung nilai-nilai semangat
orang Indonesia, selain itu dengan menerapka nilai Pancasila akan menciptakan rasa kesatuan
hidup berbangsa bagi segala perbedaan yang ada.
Kesimpulannya keterkaitan antara topik IV dengan topik I, II dan III ialah dimana para
pendidik harus terbuka dengan adanya perkembangan jaman namun juga tetap waspada akan
perubahan-perubahan yang terjadi. Sebagai individu kita tidak boleh hanya meniru namun harus
dapat menyelaraskan dan dipertimbangkan bahwa Indonesia memiliki potensi kultural yang
dapat dijadikan sumber bagi peserta didik belajar. Ki Hadjar Dewantara menyampaikan
pandangan humanistic dengan tetap mangacu pada sistem among. Guru harus membantu peserta
didik dalam menemukan, mengembangkan, mencoba dan mempraktikkan kemampuannya dan
memberikan keleluasaan bagi peserta didik belajar dari pengalamannya sendiri. Namun hal
tersebut harus tetap mengacu pada profil pelajar Pancasila yang terdiri dari 6 dimensi yaitu
beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global,
bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.

Anda mungkin juga menyukai