Anda di halaman 1dari 5

01.02.

3-T4-7 Koneksi Antar Materi

Nama : RISKI SEPTIYANTO


NIM : 223161918139
Mata Kuliah : Pemahaman Peserta Didik dan Pembelajarannya

Buatlah koneksi antar materi tentang prinsip : (1) Pembelajaran Berdiferensiasi


(developmentally appropriate practice), (2) Pengajaran yang Responsif Kultur
(culturally responsive pedagogy), dan (3) Pengajaran Sesuai Level (teaching at the right
level) dengan topik lain yang berkaitan di mata kuliah ini atau mata kuliah lain atau
dengan kehidupan sehari-hari yang berkaitan.

1. Prinsip Pembelajaran Berdiferensiasi (Developmentally Appropriate Practice)


Developmentally Appropriate Practice (DAP) merujuk pada aplikasi
pengetahuan tentang perkembangan anak usia dini dalam program pengembangan
anak usia dini. Segala teori dan riset tentang bagaimana anak berkembang dan
belajar sesuai tahap perkembangan digunakan dalam merekayasa lingkungan yang
selaras dengan kebutuhan dan kemampuan anak. Artinya DAP berdasarkan
pengetahuan dan pengertian tentang anak, bukan berdasarkan harapan atau
keinginan orang tua belaka. Developmentally Appropriate Practice (DAP) bukan
merupakan kurikulum atau seperangkat standar kaku, melainkan seperangkat
kerangka kerja, filosofi atau pendekatan dalam pengembangan anak.
Developmentally Appropriate Practice (DAP) adalah proses pembelajaran yang
asik dan menyenangkan.
Program pembelajaran berorientasi Developmentally Appropriate
Practice (DAP) menggunakan perspektif perkembangan anak, pengetahuan mengenai
perkembangan anak. Adapun ciri-ciri DAP sebagai berikut:
a. Developmentally Appropriate Practice (DAP) Kegiatan mengarahkan,
memberi tahu dan menginstruksikan merupakan fokus dalam Developmentally
Appropriate Practice (DAP). Jadi,dalam Developmentally Appropriate Practice
(DAP) disesuaikan dengan perkembangan anak dengan fokus agar anak
mampu melakukan konstruksi pengetahuan secara mandiri.
b. Developmentally Appropriate Practice (DAP), belajar dipandang sebagai
proses yang berkelanjutan sehingga pengukuran dan kuantifikasi tidak banyak
digunakan dan rencana belajar yang disusun guru lebih bertujuan untuk
memberikan kesempatan kepada anak mengalami belajar.
c. Developmentally Appropriate Practice (DAP), ranah belajar terkait antar
semua dimensi perkembangan, dan aktivitas belajar dapat berlangsung melalui
proyek, pusat belajar, dan bermain yang mencerminkan minat anak.
d. Dalam Developmentally Appropriate Practice (DAP), materi belajar bersifat
konkrit dan dipilih yang betul-betul relevan dengan pengalaman keseharian anak.
e. Dalam Developmentally Appropriate Practice (DAP), rencana pembelajaran
berdasarkan hasil observasi dan pengukuran secara reguler mengenai aktivitas
anak, minat, kebutuhan, dan tingkat keterlibatan.
f. Developmentally Appropriate Practice (DAP), guru lebih berfokus pada
memberikan dorongan kepada anak untuk mencari tantangan baru dalam
rangka mengembangkan perasaan mampu dan kendali diri.
g. Developmentally Appropriate Practice (DAP), guru menyadari bahwa setiap
pengalaman merupakan peluang belajar bagi anak dalam rangka menumbuhkan
perasaan mampu dan bertanggung jawab pada anak.
h. Dalam Developmentally Appropriate Practice (DAP), guru menfasilitasi
pengembangan kendali diri dan komunikasi sosial anak yang disesuaikan dengan
kemampuan bahasa dan tingkat kognisi anak.
i. Guru berbicara satu persatu dengan anak, menfasilitasi interaksi verbal dan
menyajikan pengalaman belajar bahasa secara terstruktur merupakan ciri dari
praktik Developmentally Appropriate Practice (DAP).
j. Sedangkan dalam Developmentally Appropriate Practice (DAP), aktivitas
dalam dan di luar ruangan digunakan secara bervariasi dengan intensitas
keterlibatan guru secara penuh.
k. Informasi dan gagasan orang membantu guru untuk mengerti lebih baik
mengenai anak dan anak sendiri juga merasa betah untuk bolak-balik antara
rumah dan sekolah karena adanya komunikasi reguler guru-orang merupakan ciri
dalam praktik Developmentally Appropriate Practice (DAP).
l. Penggunaan tes dan asesmen untuk mengetahui kelayakan anak mengikuti program
yang lebih tinggi merupakan cara yang dipakai.
m. Dalam Developmentally Appropriate Practice (DAP), karena guru menyadari
variasi perkembangan anak maka program belajar disesuaikan dengan kebutuhan
dan tingkat perkembangan anak dan tidak memaksakan sistem yang
dikembangkan oleh guru

Kelebihan dan Kekurangan pendekatan Pembelajaran Developmentally


Appropriate Practice adalah sebagai berikut.
Kelebihan
a. Pendekatan Developmental Appropriate Practice (DAP) memposisikan anak
sebagai pemegang peranan utama dalam proses pembelajaran, dimana kegiatan
yang akan dan sedang dilakukan mewadahi gagasan anak.
b. Memberikan banyak kesempatan untuk anak aktif bergerak dan bertanya,
menjelajah serta mencoba.
c. Media pembelajaran disesuaikan dengan karakter perkembangan anak usia pra
sekolah yang masih berada pada tahap Pra-Operational, dimana anak
membutuhkan benda konkrit dan lingkungan nyata yang akan melibatkan
kesemua indera yang dimiliki anak secara aktif.
d. Mampu menciptakan suasana belajar yang aktif dan menyenangkan degan
pendekatan cara belajar bermain dalam lingkungan.
e. Pendekatan ini diupayakan agar anak dapat memotivasi dan mengarahkan diri
secara intrinsik, pembelajaran yang efektif yang mampu membangkitkan
keingintahuan mereka melalui kegiatan eksplorasi, eksperimen dan dalam
pengalaman nyata.

Kelemahan
a. Proses pembelajaran harus sesuai dengan tahap perkembangan anak.
b. Harus sesuai denga kemampuan kognitif siswa.
c. Tidak semua materi pembelajaran cocok diterapkan.
2. Pengajaran yang Responsif Kultur (Culturally Responsive Pedagogy)
Pendidikan tanggap budaya adalah model pendidikan teoritis yang tidak
hanya bertujuan meningkatkan prestasi peserta didik, tetapi juga membantu siswa
menerima dan memperkokoh identitas budayanya. Setidaknya terdapat lima
panduan atau prinsip aplikasi pendidikan tanggap budaya, yaitu; (1) pentingnya
budaya, (2) pengetahuan terbentuk sebagai bagian dari konstruksi sosial, (3)
inklusivitas budaya, (4) prestasi akademis tidak terbatas pada dimensi intelektual
ansich, dan (5) keseimbangan dan keterpaduan antara kesatuan dan keragaman
Dengan demikian, pendidikan guru tanggap budaya tidak hanya bertujuan membekali
guru untuk menyadari, menghormati dan mengakui kenyataan bahwa terdapat
keragaman budaya atau nilai yang berbeda yang terdapat pada peserta didik yang
berasal dari latar belakang suku, agama, bahasa dan etnis yang berbeda, tetapi lebih
dari itu mempunyai pengetahuan yang lebih mendalam mengenai sisi - sisi khusus
atau keunikan dari budaya peserta didik dan menggunakannya sebagai titik berangkat
dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran.
Pentingnya kearifan lokal dijadikan sebagai salah satu komponen dalam
pendidikan guru di tanah air terkait dengan upaya untuk memperluas wawasan dan
kompetensi budaya pendidik dalam melaksanakan tugasnya. Selain itu, pemahaman
guru yang benar mengenai berbagai dimensi kearifan lokal yang berkembang di
tengah-tengah masyarakat membantu guru untuk mengapresiasi keragaman perspektif
tersebut, bukan menjadikannya sebagai stereotip yang menyudutkan peserta didiknya.

3. Pengajaran Sesuai Level (Teaching at the Right Level)


Sampai saat ini, pendidikan di Indonesia dikelompokkan berdasarkan
usia peserta didik. Padahal, jika kita ketahui lebih lagi pertambahan usia tak sejajar
dengan perkembangan belajar. Setiap perkembangan peserta didik memiliki
pendekatan yang berbeda. Teaching at the right level adalah proses intervensi yang
harus dilakukan guru dengan memberikan masukan pembelajaran yang relevan dan
spesifik untuk menjembatani perbedaan yang ditemukan. Peserta didik tidak terikat
pada tingkatan kelas, namun di sesuaikan berdasarkan kemampuan peserta didik yang
sama. Setiap fase, ataupun tingkatan tersebut mempunyai capaian
pembelajaran yang harus dicapai. Proses pembelajaran peserta didik akan disusun
mengacu pada capaian pembelajaran tersebut, namun disesuaikan dengan
karakteristik, potensi, kebutuhan peserta didiknya.
Teaching at the Right Level (TaRL) yang memungkinkan anak-anak
memperoleh keterampilan dasar, seperti membaca dan berhitung dengan cepat.
Tanpa memandang usia atau kelas, pengajaran dimulai pada tingkat anak. Inilah yang
dimaksud dengan "Mengajar pada Tingkat yang Benar". Fokusnya adalah
membantu anak-anak dengan dasar membaca, memahami, mengekspresikan diri, serta
keterampilan berhitung sesuai dengan tingkat kemampuannya Teaching at the Right
Level merupakan pendekatan pedagogis yang memperhatikan persamaan level
kemampuan berdasarkan evaluasi. Siswa dikelompokkan berdasarkan tingkat
pembelajaran dari usia dan kelas. Selanjutnya guru harus secara konsisten
mengukur kemampuan membaca, menulis dan memahami. Jika dalam prosesnya
siswa tidak mencapai hasil yang diharapkan, maka guru harus menyiapkan program
remedial. Pendekatan TaRL terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Teaching at the right level (TaRL) merupakan pendekatan belajar yang
tidak mengacu pada tingkat kelas, melainkan mengacu pada tingkat kemampuan
siswa. Inilah yang menjadikan TaRL berbeda dari pendekatan biasanya. TaRL
dapat menjadi jawaban dari persoalan kesenjangan pemahaman yang selama ini
terjadi dalam kelas.

Anda mungkin juga menyukai