Anda di halaman 1dari 3

Nama : Anggun Wahyuni

Nim : 952022G07

Kelas : PPG GKSD C

T4_Aksi Nyata

1. Mahasiswa mengobservasi secara kritis apa tantangan menghayati Pancasila sebagai Entitas
dan Identitas Bangsa Indonesia dan perwujudan Profil Pelajar Pancasila pada Pendidikan yang
Berpihak pada Peserta Didik dalam Pendidikan Abad ke-21.
Jawaban :
Di tengah arus globalisasi saat ini munculnya banyak pengaruh budaya dari luar seperti
budaya korea yang mempenganruhi banyak masyarakat Indonesia khusunya pelajar. Pengaruh
budaya luar ini tentunya merupakan salah satu tantangan dalam proses pengahayatan Pancasila
sebagai Entitas dan Identitas Bangsa Indonesia. Budaya korea dapat menjadi penyebab
lunturnya jiwa nasionalisme di kalangan pelajar atau remaja Indonesia. Untuk itu kita sebagai
warga negara memiliki kewajiban untuk memajukan budaya asli bangsa Indonesia di era
modernisasi. Dengan memberi kebebasan kepada rakyat Indonesia untuk mengembangkan atau
menampilkan budaya di tiap-tiap daerah bangsa Indonesia yang berbeda-beda di kancah
internasional yang berlandaskan ketuhanan. Karena kebudayaan bangsa merupakan cerminan
perilaku dan dasar perwujudan masyarakat Indonesia dalam kehidupan personal maupun
sosialnya.
Sebenarnya fenomena demam Korea tersebut tidak selalu membawa dampak negatif
pada kehidupan para remaja bila mana kita bisa menyikapinya dengan bijak. Namun kita juga
memerlukan kewaspadaan agar fenomena tersebut tidak menimbulkan penyimpangan terhadap
nilai-nilai Pancasila.

2. Mahasiswa menuliskan secara kritis bagaimana Pancasila sebagai Entitas dan Identitas Bangsa
Indonesia dan perwujudan Profil Pelajar Pancasila pada Pendidikan yang Berpihak pada
Peserta Didik dalam Pendidikan Abad ke-21 di ekosistem sekolah (kelas).
Jawaban :
Pancasila menjadi entitas dan identitas bangsa Indonesia dalam kebhinekaan dalam
setiap latar belakang kehidupan sosial-budaya, ekonomi dan agama. Profil Pelajar Pancasila
yaitu Beriman, Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Berakhlak Mulia; Berkebinekaan
Global; Gotong Royong; Kreatif; Bernalar Kritis dan Mandiri menjadi profil lulusan pelajar
dalam pendidikan Indonesia.
Keragaman yang menjadi karakter bangsa Indonesia merupakan warisan yang dihidupi
dalam relasi yang dinamis di tengah arus globalisasi. Keragaman yang menjadi karakter bangsa
indonesia bersifat transendental dan terbuka untuk digali maknanya melalui proses eksplorasi
pengalaman lokalitas manusia Indonesia dalam relasi dengan bangsa-bangsa lain. Pendidikan
berperan penting dalam melestarikan dan memaknai keragaman yang menjadi warisan luhur
bangsa. Pancasila menjadi visi dan perspektif pendidikan humanis-religius yang menekankan
pentingnya iman kepada Tuhan yang Maha Esa sebagai dasar untuk memperjuangkan nilai-
nilai kemanusiaan dalam masyarakat Indonesia yang bersatu, menegakkan hak dan kewajiban
secara seimbang, demi terwujudnya masyarakat yang adil dan beradab. Sila Ketuhanan yang
Maha Esa menjadi dasar pendidikan agama yang bervisi kebangsaan yang berperikemanusiaan,
bersatu, berdaulat dan adil (Shofiana, 2014).
Nilai-nilai kemanusiaan yang termuat dalam sila-sila Pancasila merupakan pondasi
filosofis pengembangan hidup bersama di bidang politik, social, budaya dan pendidikan di
Indonesia. Idealisme yang termuat dalam Pancasila menjadi filsafat pendidikan bangsa.
Artinya, seluruh warga Indonesia disatukan dalam cita-cita yang sama untuk mengembangkan
diri dan berkontribusi bagi perwujudan nilai-nilai Pancasila. Kehidupan keluarga, masyarakat
dan aktivitas pendidikan formal memiliki cita-cita yang sama, yakni mewujudkan nilai-nilai
Pancasila. Karenanya, selain menjadi dasar Negara, pancasila merupakan pemersatu dan jiwa
kehidupan setiap warga Negara Indonesia sejak sebelum terbentuknya Indonesia sebagai
Negara yang merdeka. Dengan kata lain, Pancasila memuat nilai-nilai fundamental atau filosofi
keindonesiaan.
Pendidikan Nasional Indonesia bermuara pada Profil Pelajar Pancasila (PPP) sebagai
perwujudan manusia Indonesia yang kuat dengan nilai-nilai luhur budaya yang menjadi akar
pendidikan dalam upaya memaknai dan menghayati nilai-nilai kemanusiaan. Profil pelajar
Pancasila merupakan bentuk penerjemahan tujuan pendidikan nasional. Profil pelajar Pancasila
berperan sebagai referensi utama yang mengarahkan kebijakan-kebijakan pendidikan termasuk
menjadi acuan untuk para pendidik dalam membangun karakter serta kompetensi peserta didik
1. Pelajar Indonesia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia
adalah pelajar yang berakhlak dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa. Ia
memahami ajaran agama dan kepercayaannya serta menerapkan pemahaman tersebut
dalam kehidupannya sehari-hari. Ada lima elemen kunci beriman, bertakwa kepada
Tuhan YME, dan berakhlak mulia: (a) akhlak beragama; (b) akhlak pribadi; (c) akhlak
kepada manusia; (d) akhlak kepada alam; dan (e) akhlak bernegara.
2. Pelajar Indonesia mempertahankan budaya luhur, lokalitas dan identitasnya, dan tetap
berpikiran terbuka dalam berinteraksi dengan budaya lain, sehingga menumbuhkan rasa
saling menghargai dan kemungkinan terbentuknya budaya baru yang positif dan tidak
bertentangan dengan budaya luhur bangsa. Elemen kunci dari berkebinekaan global
meliputi mengenal dan menghargai budaya, kemampuan komunikasi interkultural
dalam berinteraksi dengan sesama, dan refleksi dan tanggung jawab terhadap
pengalaman kebinekaan.
3. Pelajar Indonesia memiliki kemampuan bergotong-royong, yaitu kemampuan untuk
melakukan kegiatan secara bersama-sama dengan suka rela agar kegiatan yang
dikerjakan dapat berjalan lancar, mudah dan ringan. Elemen-elemen dari bergotong
royong adalah kolaborasi, kepedulian, dan berbagi
4. Pelajar Indonesia merupakan pelajar mandiri, yaitu pelajar yang bertanggung jawab
atas proses dan hasil belajarnya. Elemen kunci dari mandiri terdiri dari kesadaran akan
diri dan situasi yang dihadapi serta regulasi diri.
5. Pelajar yang bernalar kritis mampu secara objektif memproses informasi baik kualitatif
maupun kuantitatif, membangun keterkaitan antara berbagai informasi, menganalisis
informasi, mengevaluasi dan menyimpulkannya. Elemen-elemen dari bernalar kritis
adalah memperoleh dan memproses informasi dan gagasan, menganalisis dan
mengevaluasi penalaran, merefleksi pemikiran dan proses berpikir dalam mengambilan
keputusan
6. Pelajar yang kreatif mampu memodifikasi dan menghasilkan sesuatu yang orisinal,
bermakna, bermanfaat, dan berdampak. Elemen kunci dari kreatif terdiri dari
menghasilkan gagasan yang orisinal serta menghasilkan karya dan tindakan yang
orisinal serta memiliki keluwesan berpikir dalam mencari alternatif solusi
permasalahan.
Ki Hajar Dewantara memiliki filosofi bahwa pendidikan harus berpihak kepada murid.
Menurut pemikiran Ki Hadjar Dewantara, menjadi manusia merdeka pendidikan harus
berpihak pada murid agar anak selamat dan bahagia baik sebagai manusia maupun sebagai
anggota masyarakat. Dalam proses pembelajaran di kelas anak harus belajar dengan bebas
tanpa adanya suatu tekanan, tanpa takut disalahkan, bebas mengutarakan pendapat serta bebas
mengembangkan kreativitas. Pendidikan harus berpusat kepada murid itu sendiri. Dengan kata
lain dalam proses pembelajaran murid lebih banyak aktif, bekerja dan bergerak. Murid
bukanlah sebuah objek yang hanya menerima dan menerima saja, tetapi murid merupakan
sebuah subjek yang bergerak aktif.
Guru berfungsi sebagai fasilitator. Guru dapat memberikan sumber-sumber belajar yang
relevan. Guru dapat mengarahkan murid untuk melakukan hal-hal dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Guru dapat menggali potensi murid dan mendorong sehingga setiap potensi
murid dapat berkembang dengan baik. Guru bertugas untuk mengarahkan dan membimbing
sehingga murid paham apa yang dapat dilakukan untuk pengembangan dirinya. Dengan
pendidikan yang berpusat kepada murid maka murid akan menjadi sosok yang memiliki
kemandirian. Siswa mampu mencari dan menemukan pembelajaran yang diberikan oleh guru.
Murid mampu memilih bagaimana harus mengembangkan pembelajaran tesebut. Murid
mampu memilih bagaimana merepresentasikan hasil pembelajarannya sesuai dengan ide
kreatifitasnya masing-masing. Murid akan mampu bekerja sama dan bergotong royong. Ketika
murid mengalami kendala dalam memecahkan masalah maka murid bisa saling bekerja sama
dalam menyelesaikannya. Diskusi dengan sesama murid akan lebih menyenangkan karena
mereka bebas memberikan pendapat tanpa merasa takut dan segan. Dengan belajar
berkelompok maka murid akan saling berbagi pengetahuan, sehingga masing-masing akan
mendapat wawasan dari berbagai sumber. Sumber belajar bukan lagi hanya guru tetapi juga
sesama murid. Demikian juga dalam menyelesaiakan sebuah pekerjaan seperti tugas, projek
atau yang lainnya murid dapat melakukannya secara bergotong rotong. Murid akan saling
berbagi tugas sehingga hasil yang didapat akan lebih beragam dan kreatif. Murid juga dapat
berkembang sesuai denga potensi yang dimilikinya. Dalam hal ini guru tidak lagi
mengharapkan atau memaksakan semua murid harus memiliki kemampuan di bidang yang
sama.

Anda mungkin juga menyukai