Anda di halaman 1dari 4

Filosofi Pendidikan Indonesia - Pendidikan yang Memerdekakan dari Perspekti

Lain - Koneksi Antar Materi - Topik 5

Nama : Oktavryan Pratama

NIM : 23345472

Pendidikan yang memerdekakan berasal dari buah pikiran Ki Hajar Dewantara yaitu
merdeka lahir dan batin yang berarti mandiri, bisa berdiri sendiri tidak bergantung pada orang
lain, sadar tentang hak dan kewajibannya sebagai anggota masyarakat agar dapat
berpartisipasi dan berkontribusi dalam masyarakat. Pendidikan yang memerdekakan
bertujuan membuat setiap peserta didik belajar tanpa adanya paksaan, sesuai dengan cita-cita
dengan cara belajar yang nyaman sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya. Menjadi
manusia yang seutuhnya, mampu beradaptasi dengan segala perubahan dan bisa menerapkan
prinsip-prinsip ketuhanan kemanusiaan, kesetaraan, dan keadilan sosial dalam kehidupan.

1. Kaitan pemahaman dari topik V dengan topik

Pendidikan pada zaman colonial hanya diperuntukkan untuk orang-orang tertentu saja, bahkan
orang pribumi hanya mendapat pendidikan berhitung saja. Fasilitas belum memadai, serta
kurangnya sumber daya pendidik. Pendidikan jaman dahulu masiih bersifat mendiskriminasi.
Kemudian, pada tahun 1920 terjadi perubahan reformasi pendidikan tepatnya tanggal 3 Juli
1822 dimana Ki Hajar Dewantara membangun sebuah pendidikan yang diberi nama Taman
Siswa Yogyakarta sebagai gerbang emas kemerdekaan dari kebudayaan untuk merdeka.
Pendidikan sudah merata dapat dirasakan oleh semua masyarakat. Hal tersebut sesuai dengan
pemikiran Ki Hajar dewantara bahwa pendidikan harus memerdekakan peserta didik.
Pendidikan yang memerdekakan menurut KHD adalah suatu proses pendidikan yang
meletakkan unsur kebebasan anak didik untuk mengatur dirinya sendiri, bertumbuh dan
berkembang menurut kodratnya secara lahiriah dan batiniah. Ki Hajar Dewantara menuturkan
"Mardika Iku Jawarnya. Nora Mung Lepasing Pangreh: Nging Uga Kuwat Kuwasa Amandiri
Pringga" artinya "Merdeka tidak hanya terlepas dari perintah:akan tetapi juga cakap kuat
memerintah diri sendiri.
2. Kaitan pemahaman dari topik V dengan topik II
Dasar pendidikan Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan dan pengajaran adalah yang
mendukung tumbuh anak sesuai dengan kodratnya, pendidikan harus mendukung peserta didik
mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan yang diterapkan oleh Ki Hajar Dewantara
adalah memerdekakan peserta didik dari pembelajaran yang membelenggu seperti
pembelajaran yang terjadi di masa colonial sebagai contoh pendidikan Kolonial sebagai contoh
pendidikan Kolonial menerapkan pendidikan dengan hukuman dan pendidikan tidak dapat
dirasakan oleh seluruh warga Indonesia. Konsep Ki Hajar Dewantara selanjutnya adalah dasar
kemerdekaan yang mengandung pengertian bahwa hal itu sebagai karunia Tuhan Yang Maha
Esa kepada manusia dengan memberikan hak untuk mengatur dirinya sendiri dengan
mengingat syarat tertib damainya hidup masyarakat. 1Ki Hajar Dewantara bertutur bahwa
pendidik dituntut untuk memberikan keteladanan yang baik, memberikan dorongan moral
pada peserta didik. Pendidik harus berkesinambungan dan sesuai dengan tuntutan zaman.
Hal tersebut sesuai dengan bab V pemikiran KHD bahwa didiklah anak dengan cara yang
sesuai dengan tuntutan alam dan zamannya sendiri. Artinya, cara belajar dan interaksi murid
Abad ke-21, tentu sangat berbeda dengan para peserta didik pertengahan dan akhir abad ke-
20.

3. Kaitan pemahaman dari topik V dengan topik III

a. Identitas manusia merupakan makhluk yang multidimensional, paradoksal,


dan monopluralistik. Keadaan manusia yang multidimensional, paradoksal dan se-
kaligus monopluralistik tersebut akan mempengaruhi eksistensinya. Eksistensi manusia
selain dipengaruhi keadaan tersebut juga dipengaruhi oleh nilai- nilai yang
dianutnya atau pedoman hidupnya. Pada akhirnya yang menentukan identitas manusia
baik secara individu maupun kolektif adalah per- paduan antara keunikan-keunikan
yang ada pada dirinya dengan implementasi nilai-nilai yang dianutnya.

b. Pancasila merupakan intisari yang merangkum nilai-nilai, jiwa dan semangat yang dihidup
oleh orang-orang Indonesia yang selalu menjunjung tinggi nilai gotong royong. Hal
ini juga di tegaskan oleh Ki Hajar Dewantara.

c. Pendidikan tidak cukup hanya membantu untuk memahami keragaman. Pendidikan


adalah proses untuk melestarikan keragaman, menemukan nilai-nilai yang
menyatukan keragaman, dan melawan segala bentuk yang merongrong
kesatuan. Karenanya,pendidikan mesti menjadi prakis hidup bersama yang saling peduli
mengasihi, menghargaidan bukan saling mengalahkan dalam semangat kompetisi.

d. Dengan menggali nilai-nilai luhur yang sudah dihidupi masyarakat di kepulauan nusantara,
Ir.Soekarno menjadikan Pancasila sebagai identitas bangsa Indonesia dan sekaligus
manusia Indonesia. Kaitan poin tersebut dengan topik V adalah, dalam penerapan
pendidikan yang merdeka dan berpihak pada peserta didik kita juga perlu memberikan
arahan kepada peserta didik untuk tetap melestarikan kebudayaan dan identitas manusia
Indoonesia, contohnya penerapan kurikulum merdeka dengan melibatkan Profil Pelajar
Pancasila.

4. Kaitan pemahaman dari topik V dengan topik IV

Pancasila menjadi entitas dan identitas bangsa Indonesia dalam kebhinekaan dalam
setiap latar belakang kehidupan sosial-budaya, ekonomi dan agama. Profil Pelajar
Pancasila yaitu Beriman, Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Berakhlak Mulia;
Berkebinekaan Global; Gotong Royong; Kreatif; Bernalar Kritis dan Mandiri menjadi
profil lulusan pelajar dalam pendidikan Indonesia. Pada topik ini, Mahasiswa secara
mendalam merefleksikan hadirnya Pancasila sebagai fondasi pendidikan Indonesia.
Pendidikan Nasional Indonesia bermuara pada Profil Pelajar Pancasila (PPP) sebagai
perwujudan manusia Indonesia yang kuat dengan nilai-nilai luhur budaya yang menjadi
akar pendidikan dalam upaya memaknai dan menghayati nilai-nilai kemanusiaan. Namun
pendidikan yang berpihak pada peserta didik guru memastikan bahwa setiap individu
mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang dimilikinya .
Melalui pendekatan ini, kita dapat membangun generasi yang mandiri, berdaya, dan siap
menghadapi tantangan saat sekarang (pendidikan abad ke-21) dan masa depan.
Pendidikan harus berpihak pada peserta didik, tidak boleh menutunt, melarang, dan
membatasinya. Implementasi pendidikan yang memerdekakan dan berpihak pada peserta
didik sudah diterapkan di SD 04 Kp. Olo tempat saya melaksanakan PPL 1 :
• Pada pembelajaran abad ke-21 Guru sudah menerapkan pembelajaran berbasis
teknologi
• Guru membuat rencana pembelajaran dengan menyesuaikan karakteristik peserta didik
di sekolah tersebut.
• Guru membuat diskusi kelompok dalam pembelajaran, dan mengajarkan peserta didik
untuk memiliki karakter 4C : Critical thinking, creativity, communication, dna
collaboration.
• Guru memberikan pertanyaan pemantik pada saat proses pembelajaran, dan guru
memberikan kesempatan peserta didik untuk berpendapat.

Anda mungkin juga menyukai