Anda di halaman 1dari 5

TUGAS FILOSOFI PENDIDIKAN INDONESIA

TOPIK 5. Koneksi Antar Materi

Disusun Oleh :

SEKHA RAKHMANI 1923750123

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI GURU PRAJABATAN


GELOMBANG 2 TAHUN 2023
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
2024
Koneksi Antar Materi
Topik 5

Mahasiswa membuat sebuah kesimpulan dan pesan kunci dengan mengaitkan pemahaman dari
Topik V dengan Topik I, Topik II, Topik III dan Topik IV. Sejauh mana topik tentang
pendidikan yang berpihak pada peserta didik dan memerdekakan peserta didik dalam
pendidikan abad ke-21 dapat diimplementasikan pada pendidikan nasional dan sekolah mitra
mahasiswa secara khusus.

Topik 1 (Perjalanan Pendidikan Nasional)

(Perjalanan Pendidikan Nasional) menjelaskan perkembangan pendidikan nasional


sebelum dan setelah kemerdekaan. Sebelum kemerdekaan, beberapa bupati mendirikan
sekolah kabupaten yang hanya mengajarkan calon pegawai. Pada tahun 1854, organisasi
Bumi Putera didirikan dengan hanya tiga kelas yang memberikan pelajaran dasar seperti
membaca, menulis, dan menghitung. Pada tahun 1920, Taman Siswa Yogyakarta menjadi
simbol perubahan radikal dalam pendidikan dan kebebasan budaya bangsa Indonesia.
Setelah kemerdekaan, pendidikan menjadi lebih mudah diakses oleh masyarakat
Indonesia dengan banyaknya sekolah yang dibangun dan tersedianya beasiswa pendidikan
baik dari pemerintah maupun non-pemerintah. Selain itu, pendidikan wajib 12 tahun (SD,
SMP, dan SMA) diterapkan bagi masyarakat Indonesia. Selain itu, muncul pula pembelajaran
abad ke-21 yang berfokus pada peserta didik, mengintegrasikan literasi, keterampilan, dan
penguasaan teknologi yang terus berkembang.

Topik 2 (Dasar Pendidikan Ki Hajar Dewantara)

Membahas pemikiran-pemikiran Ki Hadjar Dewantara yang lebih mendalam, terkait


dengan budi pekerti, sistem among, pendidikan Indonesia, dan kodrat alam dan zaman.
1. Budi pekerti dalam pendidikan di Indonesia tidak hanya membahas aspek
kecerdasan peserta didik, tetapi juga karakter dan sosial. Budi pekerti merupakan
perpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik, yang terkait dengan
konsep Trilogi KHD.
2. Sistem among berarti membimbing. Seorang pendidik harus mampu membimbing
peserta didik agar tumbuh dan berkembang sesuai dengan kodratnya. Dalam
sistem among, peserta didik didorong untuk memiliki sikap mandiri dan disiplin
dalam mencari dan belajar sendiri. Selain itu, kesenian juga menjadi bagian penting
dalam kurikulum pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara.
3. Pendidikan di Indonesia tidak hanya fokus pada aspek intelektual peserta didik,
tetapi juga nilai-nilai budaya. Nilai-nilai tersebut akan membentuk sikap peserta didik
yang sejalan dengan konsep pendidikan Pancasila menurut pemikiran Ki Hadjar
Dewantara.
4. Kodrat alam dan zaman merupakan faktor yang mempengaruhi implementasi
pendidikan di Indonesia. Seorang pendidik sebaiknya memberikan pengajaran yang
sesuai dengan perkembangan lingkungan dan zaman agar relevan dengan kebutuhan
peserta didik.

Topik 3 (Identitas Manusia Indonesia)

Mempelajari manusia Indonesia berarti memahami jati diri manusia yang menghayati
nilai-nilai kemanusiaan khas Indonesia. Kemanusiaan Indonesia mencakup nilai-nilai,
semangat, keinginan, harga diri, kebersamaan, hubungan antar individu, warisan budaya,
dialog, dan tradisi. Tiga aspek inti dari nilai-nilai kemanusiaan khas Indonesia adalah
kebhinekaan, pancasila, dan religiositas. Bhineka Tunggal Ika menjadi panduan untuk hidup
bersama demi memperkuat semangat nasionalisme. Dalam kebhinekaan terdapat tiga bentuk
budaya menurut Koentjaraningrat, yaitu ide, tindakan sosial, dan objek berharga. Objek
berharga memiliki tujuh unsur budaya penting, seperti bahasa, seni, organisasi sosial, sistem
religi, teknologi, mata pencaharian, dan ilmu pengetahuan. Aspek kedua adalah pancasila
sebagai identitas bangsa dan manusia Indonesia. Pancasila adalah dasar negara yang
mencerminkan nilai-nilai jiwa dan semangat gotong royong. Aspek ketiga adalah religius,
yang mengacu pada inti dan kekuatan agama. Karakteristik peserta didik meliputi aspek etnis,
budaya, status sosial, minat, perkembangan kognitif, kemampuan awal, gaya belajar,
motivasi, perkembangan emosi, perkembangan sosial, perkembangan moral dan spiritual,
serta perkembangan motorik. Materi pembelajaran disesuaikan dengan tingkat perkembangan
usia peserta didik.

Topik 4 (Pancasila sebagai Fondasi Pendidikan Indonesia)

Bijaksana, para perintis bangsa telah menggali nilai-nilai filosofis kehidupan yang mendalam
untuk membentuk fondasi yang kokoh bagi negara. Hasil refleksi tersebut tercermin dalam
Pancasila, yang menjadi landasan filosofis bagi pendidikan secara luas, termasuk
pendidikan agama di Indonesia. Pancasila memberikan kontribusi penting dalam
mempersatukan kehidupan berbangsa dalam keragaman yang kaya di Indonesia. Nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila menjadi dasar yang kuat dalam pengembangan pendidikan
transformatif, yang bertujuan untuk memelihara pluralitas budaya, agama, ras, dan suku di
tengah tantangan dan ancaman perpecahan dalam kehidupan berbangsa.
Pancasila mewakili landasan moral yang mengilhami pendidikan Indonesia.
Keyakinan yang teguh akan Tuhan Yang Maha Esa, visi kemanusiaan yang adil dan beradab,
cita-cita persatuan dalam kehidupan berbangsa, penegakan hak dan kewajiban setiap warga
negara untuk aktif berpartisipasi dalam kehidupan berbangsa, serta perjuangan untuk
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia adalah nilai-nilai yang tercermin
dalam Pancasila dengan gemilang.

Topik 5 (Pendidikan yang Memerdekakan Peserta Didik)

Pendidikan yang memerdekakan peserta didik dapat disebut sebagai suatu wujud yang
mengembangkan manusia sesuai dengan hakikatnya sebagai makhluk yang memiliki
kehendak bebas atau kemerdekaan dalam menggali potensi yang terpendam pada dirinya.
Peserta didik dibebaskan dari kungkungan tekanan dan diberikan kebebasan untuk mencapai
tujuan yang diinginkan. Dalam konteks ini, kemerdekaan peserta didik menjadi kunci utama
dalam mencapai kesuksesan pembelajaran.
Pendidikan yang memerdekakan peserta didik mampu membantu dalam
mengembangkan kemampuan serta potensi yang ada dalam diri mereka tanpa adanya faktor
tekanan, baik yang datang dari dalam maupun dari luar. Terdapat tiga prinsip mendasar
dalam upaya memerdekakan peserta didik, yang meliputi:
1. Kehidupan yang Tidak Terpimpin: Peserta didik memiliki kemampuan untuk
menentukan arah dan tujuan hidupnya sendiri tanpa tergantung pada perintah atau
pengaruh dari luar.
2. Kemandirian yang Kokoh: Peserta didik mampu berdiri dengan tegak dalam
mencapai tujuan yang diinginkan, mengandalkan kekuatan internal serta ketekunan
pribadi.
3. Kemampuan Mengatur Hidup dengan Tertib: Peserta didik memiliki kapasitas
untuk mengatur hidupnya secara teratur dan disiplin, mengelola waktu, tugas, dan
tanggung jawab dengan baik.
Dengan pendekatan pendidikan yang memerdekakan, peserta didik diberikan ruang dan
kesempatan untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi unik yang dimiliki masing-
masing individu.

Keterkaitan antara Topik 5 dengan Topik 1, 2, 3, dan 4

Indonesia telah mengalami transformasi sepanjang waktu, mulai dari masa sebelum
kemerdekaan hingga saat ini. Perubahan tersebut terlihat dalam bidang pendidikan, terutama
melalui pemikiran Ki Hadjar Dewantara mengenai pendidikan abad 21 yang berbeda dengan
pendekatan pada abad 20. Perkembangan teknologi juga menjadi faktor penting dalam
menggerakkan perubahan ini. Meskipun begitu, Indonesia tetap mengedepankan nilai-nilai
Pancasila dan menjaga persatuan serta identitas bangsa dalam mengubah sistem pendidikan
yang ada. Pendidikan abad ke-21 akan menerapkan tiga prinsip, yaitu membebaskan individu
untuk hidup, mendorong kemandirian, dan mengajarkan keteraturan dalam kehidupan.
Beberapa sekolah yang telah menerapkan pendekatan ini adalah Sekolah Kembang, Sekolah
Erudio, Sekolah 010 Bangon, dan Sanggar Anak Akar.

Anda mungkin juga menyukai