FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN GELOMBANG 2 TAHUN 2024 Pancasila sebagai Entitas dan Identitas Bangsa Indonesia dan perwujudan Profil Pelajar Pancasila pada Pendidikan yang Berpihak pada Peserta Didik dalam Pendidikan Abad ke-21. Keterkaitan antara topik I dan topik IV adalah: Di bagian awal, kita akan mempelajari tentang pendidikan di Indonesia mulai dari masa penjajahan hingga mencapai kemerdekaan. Kita akan melihat perbedaan yang signifikan dalam sistem pendidikan sebelum kemerdekaan. Pada tahun 1854, pendidikan hanya tersedia untuk kelompok tertentu dengan tujuan mendukung kepentingan keuangan pemerintah Hindia- Belanda. Namun, fokus pembelajaran hanya sebatas membaca dan menulis. Seiring berjalannya waktu, muncul Sekolah Bumi Putera pada tahun yang sama, yang memberikan pengajaran dasar seperti membaca, menulis, dan berhitung secara terbatas. Selanjutnya, pada tanggal 20 Mei 1908, Organisasi Boedi Oetomo didirikan, dan diikuti oleh pendirian Taman Siswa di Yogyakarta pada tahun 1922, yang menjadi tonggak emas dalam sejarah pendidikan nasional. Pada zaman sekarang, pendidikan di Indonesia telah mengalami perkembangan yang signifikan. Meskipun sebelumnya dipengaruhi oleh ideologi Belanda, kini pendidikan telah menjadi lebih terbuka dan mudah diakses. Setelah kemerdekaan, pendidikan di Indonesia mengalami transformasi yang memungkinkan masyarakat untuk mendapatkan akses pendidikan tanpa intervensi asing. Saat ini, tidak hanya layanan pendidikan yang mudah diakses, tetapi juga terdapat berbagai jenis pelajaran yang ditawarkan oleh lembaga pendidikan. Media pembelajaran yang digunakan juga semakin beragam, sehingga pendidikan saat ini mengintegrasikan literasi, pengetahuan, keterampilan, sikap, dan penguasaan teknologi. Dalam Topik IV, kita akan membahas tentang Pancasila sebagai elemen dan identitas utama masyarakat Indonesia. Kita akan menyoroti keberagaman yang ada dalam hal agama, suku, ras, kebudayaan, etnis, sosial, dan bahasa. Selain itu, kita juga akan menjelaskan penerapan nilai-nilai Pancasila di lingkungan sekolah melalui konsep Profil Pelajar Pancasila yang terdiri dari enam elemen, yaitu berakhlak mulia, berkebinekaan global, mandiri, bergotong royong, bernalar kritis, dan kreatif. Keterkaitan antara Topik IV dan Topik I adalah fokus utama kita untuk meningkatkan kesadaran para calon guru profesional tentang perjalanan sejarah perjuangan bangsa Indonesia dari masa ke masa. Hal ini bertujuan untuk menciptakan sistem pendidikan Indonesia yang semakin berkualitas dari waktu ke waktu. Ki Hajar Dewantara juga merupakan tokoh sentral dalam dunia pendidikan Indonesia, dengan kontribusi yang signifikan melalui pemikiran- pemikirannya yang relevan hingga saat ini. Salah satu konsep yang diterapkan adalah pendidikan berbasis Profil Pelajar Pancasila. Mengingat peserta didik berasal dari berbagai latar belakang sosial, budaya, dan ekonomi, tugas seorang guru adalah menghadapi perbedaan tersebut dengan berbagai strategi dan metode agar proses pembelajaran dapat difokuskan pada peserta didik sambil tetap memprioritaskan prinsip-prinsip Profil Pelajar Pancasila. Keterkaitan antara topik II dan topik III adalah: Pada bagian ini, kita akan mempelajari prinsip-prinsip dasar yang menjadi landasan pemikiran Ki Hajar Dewantara. Pemikiran beliau menjadi pandoman guru, pembuat kebijakan, orang tua, dan pihak yang berkomitmen terhadap dunia pendidikan untuk mewujudkan sistem pendidikan yang mencerminkan konsep "Merdeka Belajar". Dalam perspektifnya terhadap pendidikan, Ki Hajar Dewantara memandang pengajaran sebagai bagian peningkatan dari pendidikan. Pengajaran yang dimaksud merupakan proses pendidikan yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan yang dijadikan sebagai bekal bagi seseorang dalam menghadapi kehidupan, baik secara jasmani maupun rohani. Menurut Ki Hajar Dewantara Pendidikan memberikan arahan untuk segala potensi alamiah yang dimiliki anak, sehingga mereka mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebaik-baiknya, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Menurut Ki Hajar Dewantara (2009), "Pendidikan dan Pengajaran merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat. Oleh karena itu, pendidikan dan pengajaran merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, karena keduanya merupakan upaya persiapan untuk memberdayakan individu dalam segala aspek kehidupannya, baik dalam konteks sosial maupun budaya. Ki Hajar Dewantara juga menekankan bahwa pendidikan peserta didik harus sesuai dengan tuntutan alam dan zamannya sendiri, yang berarti bahwa metode pembelajaran dan interaksi dengan peserta didik sesuai abad ke-21 tentu akan sangat berbeda dengan peserta didik pada pertengahan dan akhir abad ke-20. Pada bagian ketiga, kita akan mengkaji identitas manusia Indonesia, yang tercermin dalam Pancasila. Pancasila merupakan inti yang merangkum nilai-nilai, jiwa, dan semangat yang menjadi pendorong bagi masyarakat Indonesia, yang senantiasa menjunjung tinggi nilai gotong royong. Di tengah keberagaman, pendidikan diharapkan menjadi tempat pelestarian keberagaman, di mana nilai-nilai yang menyatukan dapat ditemukan, serta melawan segala bentuk yang mengancam kesatuan. Topik kedua dan ketiga memiliki keterkaitan, yaitu dalam dasar pemikiran Ki Hajar Dewantara yang menekankan pentingnya nilai-nilai Pancasila dan mendorong peserta didik untuk tetap bersatu meskipun dihadapkan pada banyak perbedaan. Kesimpulan: Perubahan dalam sistem pendidikan Indonesia terus berlangsung seiring berjalannya waktu. Sebagai calon guru di era abad ke-21, tugas kita adalah melanjutkan perjuangan para pionir pendidikan Indonesia. Meskipun akses pendidikan saat ini lebih mudah, kita harus tetap menjaga identitas bangsa Indonesia dalam proses pendidikan. Konsep "Merdeka Belajar" menjadi kunci dalam dunia pendidikan saat ini, di mana kita harus memberikan kebebasan kepada peserta didik dalam proses pembelajaran. Saat ini, tidak hanya layanan pendidikan yang mudah diakses, tetapi juga terdapat berbagai jenis pelajaran yang ditawarkan oleh lembaga pendidikan. Media pembelajaran yang digunakan juga semakin beragam, sehingga pendidikan saat ini mengintegrasikan literasi, pengetahuan, keterampilan, sikap, dan penguasaan teknologi. Kita akan menyoroti keberagaman yang ada dalam hal agama, suku, ras, kebudayaan, etnis, sosial, dan bahasa. Selain itu, kita juga akan menjelaskan penerapan nilai-nilai Pancasila di lingkungan sekolah melalui konsep Profil Pelajar Pancasila yang terdiri dari enam elemen, yaitu berakhlak mulia, berkebinekaan global, mandiri, bergotong royong, bernalar kritis, dan kreatif. Hal ini bertujuan untuk menciptakan sistem pendidikan Indonesia yang semakin berkualitas dari waktu ke waktu. Ki Hajar Dewantara juga merupakan tokoh sentral dalam dunia pendidikan Indonesia, dengan kontribusi yang signifikan melalui pemikiran- pemikirannya yang relevan hingga saat ini. Salah satu konsep yang diterapkan adalah pendidikan berbasis Profil Pelajar Pancasila.