NIM : 2318363192 Prodi : Bahasa Indonesia (PPG Prajabatan)
Koneksi Antar Materi
Topik pembahasan Mahasiswa menyusun suatu rangkuman dan pesan kunci dengan menghubungkan pemahaman dari Topik III dengan Topik I dan Topik II. Sejauh mana topik mengenai identitas manusia Indonesia menjadi suatu pemahaman yang konsisten dalam proses pembelajaran. Mahasiswa mengembangkan perspektif kritis dengan merujuk pada Mata Kuliah Sosio-Kultural dan Mata Kuliah Psikologi Perkembangan untuk menganalisis bagaimana latar belakang sosial budaya, pola asuh, serta Mata Kuliah Pendidikan di Daerah Khusus berkontribusi dalam konteks ini. Uraian Pembahasan Dari Topik I hingga Topik III, dapat disimpulkan bahwa dalam konteks materi Filosofi Pendidikan Indonesia, setiap topik saling berhubungan satu sama lain. Topik I membahas perkembangan pendidikan nasional, sedangkan Topik II membahas dasar-dasar pendidikan Indonesia. Topik III membahas identitas manusia Indonesia, menyoroti keberagaman yang unik dan berbeda-beda, sehingga dalam konteks pendidikan, perlu dilakukan penyesuaian terhadap karakteristik peserta didik. Dengan penyesuaian ini, diharapkan agar pendidikan dapat berjalan efektif dan sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Topik I menjelaskan perkembangan pendidikan nasional di Indonesia, dimulai dari masa sebelum kemerdekaan di mana pendidikan masih terbatas dan berorientasi pada kepentingan perusahaan serta kelompok tertentu. Kemudian, muncul pendidikan yang lebih inklusif melalui "TAMAN SISWA" yang diinisiasi oleh Ki Hajar Dewantara (KHD). Taman Siswa menciptakan para cendekia yang diharapkan dapat berperan dalam kemerdekaan negara. KHD mengubah pendekatan pendidikan dengan menekankan bahwa pendidikan harus terkait dengan budaya nasional, sehingga sesuai dengan kodrat setiap manusia dalam menghadapi tantangan. Tujuannya adalah menciptakan pendidikan yang tidak hanya meningkatkan kecerdasan, tetapi juga memberikan perlindungan terhadap aspek fisik dan mental, serta kehidupan yang aman dan lancar. Materi pada Topik II membahas landasan pendidikan Indonesia. Sejalan dengan pandangan KHD pada Topik I yang menekankan pentingnya penyesuaian pendidikan dengan budaya nasional (cultural national) untuk mencapai keselamatan dan kelancaran dalam pembelajaran, implementasi dasar tersebut memerlukan peran kunci dari sosok guru. Guru diharapkan mampu memainkan peran "Pemandu," di mana mereka mengawasi dan membimbing siswa dalam proses pembelajaran. Anak-anak diberikan kebebasan untuk memilih, namun tetap diminta untuk menyaring pilihan mereka. Kedua aspek ini termasuk dalam proses sosio-kultural untuk memperkuat "Kodrat anak." Konsep kodrat mencakup kodrat alam (isi dan bentuk) serta kodrat zaman (isi dan irama). Kesimpulan dari Topik II adalah bahwa dalam membimbing pendidikan, seorang guru harus memiliki kemampuan untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang sesuai dengan kodrat alam dan zaman anak-anak, sehingga pendidikan yang diberikan dapat mengembangkan cipta rasa, karsa, dan karya bagi peserta didik. Materi pada Topik III membahas mengenai identitas manusia Indonesia, yang tercermin dalam tiga ciri khusus, yaitu Nilai Kebinekaan Ika, Nilai Pancasila, dan Nilai Religiusitas. Nilai kebinekaan ini menitikberatkan pada pengajaran kepada manusia Indonesia untuk menghargai keragaman, termasuk perbedaan budaya, bahasa, ras, dan suku. Sementara itu, Nilai Pancasila menyoroti esensi yang mengandung semangat masyarakat Indonesia, dan dengan menerapkan nilai Pancasila diharapkan dapat membentuk kesatuan hidup berbangsa meskipun dihadapkan pada berbagai perbedaan. Apabila nilai-nilai tersebut diintegrasikan dalam konteks pendidikan meliputi: 1. Pendidikan merupakan metode yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia dengan meredam disparitas antara mayoritas, minoritas, dan berbagai upaya yang mengancam persatuan bangsa. 2. Pendidikan memiliki peran penting dalam membentuk paradigma berpikir dan perilaku yang mencerminkan identitas nasional sebagai bangsa Indonesia, mengingat adanya keberagaman budaya seperti berbagai bahasa, agama, ras, suku, dan elemen lainnya di Indonesia. Kesimpulan dari topik ini menegaskan bahwa pendidikan tidak hanya berperan dalam pemahaman terhadap keberagaman, melainkan juga sebagai proses pelestarian dan penyatuan keberagaman, dengan tujuan untuk melawan segala upaya pemecahan kesatuan. Melalui pendidikan, diharapkan dapat terwujud praktek kehidupan bersama yang didasari oleh nilai-nilai saling peduli, menghargai, dan semangat kompetisi yang tidak mengarah pada saling mengalahkan.