Anda di halaman 1dari 12

FUNGSI GURU DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM PAI

MULTIKULTURAL

Makalah
Dipresentasikan pada Forum Seminar Kelas
Mata Kuliah “Kurikulum Multikultural”
Semester III

Oleh:

Agus Nasir : 21862082002


Darwanah : 21862082007

Dosen Pemandu:
Dr. Muhammad Tang, S.Hi., M.Si

PROGRAM PASCASARJANA
STAI AL-FURQAN MAKASSAR 2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan adalah kurikulum.


Kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan,
sekaligus merupakan pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran pada semua jenis
dan jenjang pendidikan. Kurikulum harus sesuai dengan falsafah dan dasar
negara, yaitu Pancasila dan UUD 1945 yang menggambarkan pandangan hidup
suatu bangsa. Tujuan dan pola kehidupan suatu negara banyak ditentukan oleh
sistem kurikulum yang digunakannya, mulai dari kurikulum Taman kanak-kanak
sampai dengan kurikulum perguruan tinggi. Jika terjadi perubahan sistem
ketatanegaraan, maka dapat berakibat pada perubahan sistem pemerintahan dan
sistem pendidikan, bahkan terhadap sistem kurikulum yang berlaku.1
Kualitas dan orientasi pendidikan saat ini, sudah menjadi tuntutan
masyarakat Indonesia. Dalam lingkungan pendidikan agama Islam memiliki guru
yang professional, kurikulum yang up to date, sarana dan prasarana yang
mendukung, merupakan tuntunan, impian, dan cita-cita dalam rangka
menghasilkan lulusan yang sesuai dengan kebutuhan dan harapan masyarakat,
sekaligus sebagai sarana dalam pengembangan potensi sumber daya manusia
tersebut.
Guru pendidikan agama Islam mempunyai kedudukan penting dalam
mengelola pembelajaran aktif. Pembelajaran aktif mempunyai arti meningkatkan
kompetensi guru. Guru bertanggung jawab terhadap garis kebijakan yang melekat
pada diri guru karena guru itu mempunyai khasanah nama yang beragam menurut
kajian pemikiran pendidikan Islam. Nama-nama guru itu mempunyai penyebutan
nama berikut ini, yaitu ustadz, mu’allim, murabbiy, mursyid, mudarris dan
muaddib, yang artinya orang yang memberikan ilmu pengetahuan dengan tujuan

1
Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2014), h. 1

1
2

mencerdaskan dan membina akhlak peserta didik agar menjadi orang yang
berkepribadian baik.2
Guru merupakan salah satu faktor penting dalam implementasi kurikulum.
Bagaimana idealnya suatu kurikulum tanpa ditunjang oleh kemampuan guru
untuk mengimplementasikannya, maka kurikulum itu tidak akan bermakna
sebagai suatu alat pendidikan. Sebagai implementer kurikulum, guru diharapkan
berperan untuk melaksanakan kurikulum yang telah disusun. Pendidikan yang
aman dan nyaman di sekolah terdiri dari keberagaman dari segi agama, suku,
budaya, etnis, dan ras harus dimuatkan dalam kurikulum pendidikan. Karena
perbedaan tidak bisa dipisahkan melainkan harus disatukan dalam perbedaan.
Untuk terjalinnya kebersamaan, kedamaian, keamanan harus dimuatkan dalam
kurikulum pendidikan di sekolah. Kurikulum menjadi jantungnya pendidikan
dalam membina pendidikan multikultural.
Oleh karena itu, kurikulum pendidikan multikultural menjadi sangat
penting terutama untuk menumbuhkan nilai-nilai kebinekaan, toleransi, dan
memperkuat basis solidaritas sosial. Penguatan nilai-nilai multikultural pada
pembelajaran itu mutlak diperlukan untuk dapat mereduksi atau mengeliminasi
potensi konflik dalam masyarakat majemuk.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dikemukakan beberapa


rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana definisi kurikulum PAI multikultural?
2. Bagaimana urgensi pendidikan multicultural di Indonesia?
3. Bagaimana fungsi guru dalam implementasi kurikulum PAI multikultural?

2
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada,2005), h. 44-49.
3

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka dapat dikemukakan tujuan


dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui definisi kurikulum PAI multikultural
2. Untuk mengetahui urgensi pendidikan multikultural di Indonesia
3. Untuk mengetahui fungsi guru dalam implementasi kurikulum PAI
multikultural
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Kurikulum PAI Multikultural

Sebelum menjelaskan pengertian pendidikan agama Islam multikultural,


ada baiknya dideskripsikan terlebih dahulu dimensi-dimensi pendidikan
multikultural. Pendidikan multikultural merupakan konsep, ide atau falsafah
sebagai suatu rangkaian kepercayaan (set of believe) dan penjelasan yang
mengakui dan menilai pentingnya keragaman budaya dan etnis dalam membentuk
gaya hidup, pengalaman sosial, identitas pribadi, kesempatan-kesempatan
pendidikan dari individu, kelompok maupun negara.3
Dalam pengertian lain, pendidikan multikultural merupakan suatu cara
dalam mengajarkan keragaman (teaching diversity). Pendidikan multikultural
menghendaki rasionalitas etis, intelektual, sosial dan pragmatis secara inter-relatif,
yaitu mengajarkan ideal-ideal inklusivisme, pluralisme, hubungan antar agama
dan saling menghargai semua orang, keragaman kebudayaan-dalam perspektif
pendidikan multikultural dipandang- merupakan imperatif humanistik yang
menjadi prasyarat bagi kehidupan etis dan partisipasi sipil yang beragam,
mengintegrasikan studi tentang fakta-fakta, sejarah kebudayaan, nilainilai,
struktur, perspektif, dan kontribusi semua kelompok ke dalam kurikulum,
sehingga diharapkan dapat membangun pengetahuan yang lebih kaya, kompleks
dan akurat tentang kondisi kemanusiaan di dalam dan melintasi konteks waktu,
ruang dan kebudayaan tertentu.
Berdasarkan deskripsi di atas, menjadi jelaslah bahwa pendidikan agama
Islam multikultural adalah proses transformasi dan internalisasi nilai-nilai dasar
dan ideal ajaran Islam yang berusaha mengaksentuasikan aspek-aspek perbedaan
dan disparitas kemanusiaan dalam konteksnya yang luas sebagai suatu grand
design of God yang mesti diterima dengan penuh arif dan lapang dada ditengah

3
H.A.R. Tilaar, Multikulturalisme, Tantangan-Tantangan Global Masa Depan dalam
Transformasi Pendidikan Nasional (Jakarta: PT Grasindo, 2003), h. 181.

4
5

kenyataan kemanusiaan yang plural-multikultural dalam segala dimensinya guna


mewujudkan tatanan kehidupan yang berkeadilan (mardhaatillah).
Dengan definisi yang lebih operasional, dapat dinyatakan bahwa
pendidikan agama multikultural merupakan usaha komprehensif dalam mencegah
terjadinya konflik antar agama, mencegah terjadinya radikalisme agama, sekaligus
pada saat yang sama memupuk terwujudnya sikap yang apresiatif positif terhadap
pluralitas dalam dimensi dan perspektif apapun, karena pendidikan agama
berbasis multikultural memiliki visi dan misi untuk mewujudkan agama pada sisi
yang lebih santun, dialogis, apresiatif terhadap pluralitas dan peduli terhadap
persoalan hidup yang komunal transformatif.4
Dapat dipahami bahwa orientasi pendidikan Islam memiliki keterkaitan
dengan pemahaman akan fungsi keberadaan manusia di muka bumi, yakni sebagai
khalifah. Agar fungsi kekhalifahan ini berjalan sempurna, peran ilmu pengetahuan
sangat diperlukan guna menjaga hubungan manusia dan Khaliqnya
(Hablumminallah), hubungan manusia dengan manusia (Hablumminannaas), dan
hubungan dengan alam sekitar (Hablumminalalam).
Orientasi kurikulum pendidikan Islam pada dasarnya perlu pengembangan
ketiga aspek di atas, yang mempunyai proyeksi yang bersifat inovatif, bukan
semata-mata melestarikan apa yang ada, tidak pasif serta dogmatis. Hal ini relevan
dengan harapan sahabat Ali bin Abi Thalib r.a, yakni:
“Didiklah anak-anak kalian tidak seperti yang didikkan kepada kalian sendiri,
karena ia diciptakan untuk generasi zaman yang berbeda dengan generasi
zaman kalian.”

Harapan tersebut menunjukkan bahwa konsep kurikulum pendidikan Islam


(PAI Multikultural) mempunyai jangkauan ke masa depan bagi anak didik, yakni
berupaya menciptakan suatu sosok kepribadian yang mendukung melalui
pendidikan. Pengembangan sosok pribadi yang dikehendaki tersebut bisa dicapai
melalui kurikulum pendidikan Islam, yakni menyangkut bahan atau jenis mata

4
Edi Susanto, Pendidikan Agama Islam Multikultural; Perspektif Kritis atas Pemikiran
Nurcholish Madjid, (Surabaya: Penerbit eLKAF, 2008), h. 52-53.
6

pelajaran yang diberikan kepada anak didik yang terhimpun dalam kurikulum
pendidikan Islam.

B. Urgensi Pendidikan Multikultural di Indonesia

Keanekaragaman (pluralitas) agama yang hidup di Indonesia, termasuk di


dalamnya keanekaragaman paham keagamaan internal umat beragama merupakan
kenyataan historis yang tidak dapat disangkal oleh siapapun. Dengan
memperhatikan kondisi obyektif masyarakat indonesia yang sedemikian majemuk
dalam segala segmennya, terasa sangat urgen dan mendesak untuk dikembangkan
perspektif dan pendekatan terhadap agama yang bersifat komprehensif.5 Pada sisi
lain dirasakan perlunya mengubah orientasi pendidikan agama yang menekankan
aspek sektoral fiqhiyah menjadi pendidikan agama yang berorientasi
pengembangan aspek universal rabbaniyah, Sehingga dapat memupuk jiwa
toleransi beragama dan membudayakan hidup rukun antar umat beragama, serta
dapat meningkatkan pembinaan individu yang mengarah pada terbentuknya
pribadi berbudi pekerti luhur.
Untuk itu, wacana membangun pemahaman multikultural dalam bingkai
pendidikan agama merupakan suatu yang sangat urgen dan signifikan, bukan saja
terhadap umat antar agama, tetapi juga terhadap sesama internal umat dalam suatu
agama, karena seringkali masalah internal umat beragama justru lebih sulit dan
lebih rumit untuk dipecahkan dibandingkan dengan persoalan yang dihadapi ileh
persoalan antar umat beragama.6
Dari wacana di atas, terlihat jelas betapa sedemikian urgennya pendidikan
agama berbasis multikultural bagi umat manusia sebagai suatu paradigma gerakan
sosial intelektual yang mendorong terwujudnya nilai-nilai kebhinekaan sebagai
prinsip inti dan mengukuhkan pandangan bahwa semua kelompok budaya
diperlakukan setara dan sama-sama dihormati. Untuk mewujudkan
multikulturalisme dalam dunia pendidikan, maka pendidikan multikutural juga
perlu dimasukkan ke dalam kurikulum nasional, yang pada akhirnya dapat

5
M. Amin Abdullah, Studi Agama Normativitas atau Historisitas, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2002), h. 5.
6
M. Amin Abdullah, Studi Agama Normativitas atau Historisitas, h. 7.
7

menciptakan tatanan masyarakat indonesia yang multikultural, serta upaya-upaya


lain yang dapat dilakukan guna mewujudkannya.

C. Fungsi Guru dalam Implementasi Kurikulum PAI Multikultural

Pendidikan agama berwawasan multikultural dikenal sebagai salah satu


langkah strategis untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat Indonesia,
terutama generasi muda. Agar mereka lebih memahami wacana multikultural
yang bukan hanya sekedar wacana, tetapi mampu di implementasikan dalam
bentuk interaksi kehidupan sosial sehari-hari. Oleh karena itu pendidikan
multikulturall sangat penting digalakkan mulai sejak dini. Dengan begitu,
permasalahan yang sering terjadi yang dipicu oleh perbedaan agama, ras, suku,
golongan tertentu akan mampu diminimalisir dengan cepat dan sistematis oleh
bangsa ini. Berkenaan dengan pendidikan multikultaral ini, Allah Swt., berfirman
dalam Alquran surah Alhujurat ayat 13 yaitu:
‫ٱّلل‬
ۡ ِ ِ ۡ ۡ َّ ِ
َّٰ ‫ٱّلل أٰت ٰق ٓى ُك ۡم إِ َّن‬
َّ ‫ارفُأوا إن أٰك ٰرٰم ُكم عن ٰد‬‫ع‬ ‫ت‬ِ‫ٓأَيٰيُّها ٱلنَّاس إِ ََّّن ٰخلٰ ۡق ٓنٰ ُكم ِمن ذٰ ٰكر وأُنثٰ ٓى وجع ۡل ٓنٰ ُك ۡم ُشعوب وقٰ باأئِل ل‬
ٰ ٰٰ ٰ ٰ ٰ ً ُ ٰٰ ٰ ٰ ُ ٰ ٰ
.‫ٰعلِيم ٰخبي‬
ِ
Terjemahnya:
Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-
suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling
mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.7

Pada dasarnya di dalam lembaga pendidikan guru secara utuh bertanggung


jawab atas segala yang bersangkutan dengan siswanya. Guru Pendidikan Agama
Islam merupakan salah satu figur contoh yang baik bagi siswanya, dan sekaligus
yang bertanggung jawab dalam pembinaan moral siswanya. Agama Islam
memerintahkan bahwa guru tidak hanya mengajar saja, melainkan lebih dalam
kepada mendidik. Dalam merefleksikan pembelajaran, seorang guru harus

Departemen Agama RI, Mushaf Al-Qur’an Terjemahan, (Jakarta: Alhuda Kelompok


7

Gema Insani, 2002), h. 286.


8

mentransfer dan menanamkan rasa keimanan sesuai dengan yang diajarakan


agama Islam.8
Guru agama merupakan faktor penting dalam pengimplementasian nilai-
nilai keberagaman yang inklusif dan moderat di sekolah maupun madrasah. Guru
agama mempunyai posisi penting dalam penerapan pendidikan multikultural,
karena ia merupakan salah satu target dari strategi pendidikan multikultural.
Apabila seorang guru agama mempunyai paradigma pemahaman keberagaman
yang inklusif dan moderat, maka ia juga akan mampu untuk mengajarkan dan
mengimplementasikan nilai-nilai keberagaman tersebut terhadap peserta didiknya
di sekolah. Peran seorang guru dalam Pendidikan Multikultural meliputi:
1. Seorang guru harus mampu bersikap demokratis, baik dalam sikap
maupun perkataannya sehingga tidak menimbulkam diskriminatif.
2. Seorang guru seharusnya mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap
kejadian-kejadian tertentu yang ada hubungannya dengan agama.
3. Seorang guru harusnya mampu menjelaskan bahwa inti dari ajaran agama
adalah menciptakan kedamaian dan kesejahteraan bagi seluruh umat
manusia.
4. Seorang guru mampu memberikan pemahaman tentang pentingnya dialog
dan musyawarah dalam memecahkan berbagai pemasalahan yang
berkaitan dengan keberagaman budaya, etnis, dan agama.
5. Seorang guru juga mampu memberikan contoh dari perkataan dan
perbuatan sehingga menjadi tauladan bagi peserta didiknya.
Selain guru, sekolah juga mempunyai peranan penting dalam
membangun lingkungan pendidikan yang pluralis dan toleran. Langkah-langkah
yang dapat ditempuh antara lain: Pertama, untuk mambangun rasa saling
pengertian sejak dini antara peserta didik yang mempunyai keyakinan yang
berbeda. Kedua, kurikulum dan buku-buku pelajaran yang dipakai. Ketiga, adanya
praktek yang diterapkan di sekolah bukan hanya sekedar teori saja.

8
Supriyanto, Amrin, Silva Intan Fahar, Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam
Menanamkan Pendidikan Multikultural, Vol. 9, No. 1, 2022, h. 73.
9

Dengan menerapkan pendidikan agama berwawasan multikultural di


sekolah atau di dunia pendidikan diyakini dapat menjadi solusi nyata bagi konflik
dan disharmonisasi yang terjadi di masyarakat Indonesia yang heterogen atau
plural, dan juga sebagai upaya preventif bagi peserta didik dalam menghadapi
realitas sosial-budaya di era globalisasi, sehingga mereka tidak tercerabut dari
akar budaya yang mereka miliki.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka peneliti mencoba


mengemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Pendidikan agama Islam multikultural adalah proses transformasi dan
internalisasi nilai-nilai dasar dan ideal ajaran Islam yang berusaha
mengaksentuasikan aspek-aspek perbedaan dan disparitas kemanusiaan
dalam konteksnya yang luas sebagai suatu grand design of God yang mesti
diterima dengan penuh arif dan lapang dada ditengah kenyataan
kemanusiaan yang plural-multikultural dalam segala dimensinya guna
mewujudkan tatanan kehidupan yang berkeadilan (mardhaatillah).
2. Pendidikan agama berbasis multikultural bagi umat manusia sebagai suatu
paradigma gerakan sosial intelektual yang mendorong terwujudnya nilai-
nilai kebhinekaan sebagai prinsip inti dan mengukuhkan pandangan bahwa
semua kelompok budaya diperlakukan setara dan sama-sama dihormati.
3. Guru agama merupakan faktor penting dalam pengimplementasian nilai-
nilai keberagaman yang inklusif dan moderat di sekolah maupun
madrasah.

10
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, Bandung: PT


Remaja Rosdakarya, 2014.
Departemen Agama RI, Mushaf Al-Qur’an Terjemahan, Jakarta: Alhuda
Kelompok Gema Insani, 2002.

Abdullah, M. Amin, Studi Agama Normativitas atau Historisitas, Yogyakarta:


Pustaka Pelajar, 2002.

Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Raja


Grafindo Persada, 2005.

Susanto. Edi, Pendidikan Agama Islam Multikultural; Perspektif Kritis atas


Pemikiran Nurcholish Madjid, Surabaya: Penerbit eLKAF, 2008.

Supriyanto, Amrin, Silva Intan Fahar, Peran Guru Pendidikan Agama Islam
dalam Menanamkan Pendidikan Multikultural, Vol. 9, No. 1, 2022.

Tilaar, H.A.R., Multikulturalisme, Tantangan-Tantangan Global Masa Depan


dalam Transformasi Pendidikan Nasional, Jakarta: PT Grasindo, 2003.

11

Anda mungkin juga menyukai