SKRIPSI
OLEH
Pendidikan merupakan upaya nyata untuk menfasilitasi individu lain dalam mencapai
kemandirian serta kematangan mentalnya sehingga dapat berjuang di dalam kompetisi.
Sejalan dengan Ahmad D. Marimba dalam Ramayulis (2015; 31) yang menyatakan
pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap
perkembangan jasmani dan rohani terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang sama.
Pendidikan harus diposisikan dalam kerangka pengembangan akal sehat secara kritis dan
kreatif. Pendidikan di era sekarang berhadapan dengan setumpuk persoalan yang kompleks,
baik persoalan di dalam pendidikan itu sendiri maupun di luar pendidikan. Rendahnya
lapangan pekerjaan, minimnya kreativitas, kenakalan remaja, menurunnya kualitas
pendidikan dan berbagai persoalan lainnya membuktikan bahwa adanya kesenjangan antara
masyarakat dengan dunia pendidikan. Selain itu persoalan-persoalan lain turut menjadi
tantangan besar termasuk dalam dunia pendidikan, yaitu konflik dan kekerasaan dalam
masyarkat. Penyebabnya adanya perbedaan-perbedaan yang dimiliki kelompok satu dengan
1
2
yang lainnya. Dengan ini butuh kontribusi dunia pendidikan untuk mengatasinya.
Pendidikan yang mampu menumbuhkan kesadaran dalam menghadapi kehidupan yang
heterogen adalah pendidikan multikultural.
B. RUMUSAN MASALAH
Setelah memperhatikan latar belakang di atas, maka peneliti mengambil rumusan
masalah, sebagai berikut:
1. Bagaimana nilai-nilai pendidikan multikultural pada pembelajaran tematik kelas III di SD
Laboratorium UM?
2. Bagaimana analisis pendidikan mutlikultural pada pembelajaran tematik kelas III di SD
Laboratorium UM?
C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan permasalahan penelitian diatas, maka tujuan penelitian adalah:
1. Mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan multikultural pada pembelajaran tematik kelas III
di SD Laboratorium UM.
2. Mendeskripsikan analisis pendidikan multikultural pada pembelajaran tematik kelas III di
SD Laboratorium UM.
4
F. KEGUNAAN PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat seperti yang diuraikan berikut:
1. Pihak guru
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi kinerja pemahaman
terhadap penerapan nilai-nilai pendidikan multikultural pada pembelajaran di
kelas.
2. Pihak Sekolah
Penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk menyusun kebijakan program-
program sekolah yang dapat memaksimalkan pengimplementasian nilai-nilai
pendidikan multikultural.
3. Penelitian Selanjutnya
Bagi penelitian selanjutnya, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
pijakan ataupun ide untuk melakukan penelitian serupa dalam konteks yang
berbeda.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1. Pendidikan Multikultural
A. Pengertian Pendidikan Multikultural
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya dan masyarakat (UU SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003).
Menurut Ahmadi dan Uhbiyati (2007: 70) mengemukan bahwa pendidikan pada
hakekatnya merupakan suatu kegiatan yang secara sadar dan disengaja, serta
penuh tanggung jawab yang dilakukan oleh orang dewasa agar anak mencapai
kedewasaan yang dicita-citakan dan berlangsung dan berlangsung terus menerus.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menyatakan bahwa pendidikan berasal
dari kata dasar didik (mendidik), yaitu: memelihara dan memberi latihan (ajaran,
pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Menurut Abdurrahman Saleh
Abdullah (2007: 15) menjelaskan pendidikan sebagai proses yang dibangun
masyarakat untuk membawa generasi-generasi baru kearah kemajuan dengan
cara-cara tertentu sesuai dengan kemampuan yang berguna untuk mencapai
tingkah kemajuan paling tinggi. Menurut Oemar Hamalik (2001: 79) menjelaskan
bahwa pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar
dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungan dan dengan
demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya
untuk berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat. Menurut Depdiknas
(2013: 326) pendidikan mempunyai pengertian sebagai proses pengubahan sikap
dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses pembuatan, dan cara
mendidik.
5
6
dalam dunia yang kian kompleks dan tidak monokultur lagi. Multikulturalisme
pada dasarnya adalah pandangan dunia yang dapat diterjemahkan dalam berbagai
kebijakan budayaan yang menekankan tentang penerimaan terhadap realitas
keagamaan, pluralitas, dan multikultural yang terdapat dalam kehidupan
mayarakat. Multikulturalisme dapat pula dipahami sebagai pandangan dunia yang
diwujudkan dalam kesadaran politik (Azra, 2006) dalam (Suryana & Rusdiana,
2015: 197).
Melihat dari berbagai perspektif diatas dapat disimpulkan bahwa
multikulturalisme mencakup ide, perspektif, dan kebijakan dan sikap tindakan
oleh masyarakat suatu negara yang beraneka ragam baik suku, budaya, agama,
dan sebagainya. Namun, mereka memiliki cita-cita untuk mengembangkan
semangat kebangsaan yang sama dan memiliki kebanggaan untuk menjaga
kemajemukan ini. Dengan demikian, setiap individu merasa dihargai dan
sekaligus bertanggung jawab untuk hidup bersama komunitasnya. Persoalannya
saat ini adalah penyangkalan suatu masyarakat terhadap kebutuhan untuk diakui
sebagai akar dari segala ketimpangan dalam berbagai kehidupan. Tak bisa
disangkal jika keragaman di bumi adalah sebuah pembenaran yang nyata.
Kesadaran akan sebuah realitas ini seharusnya membawa manusia pada
perdamaian dimana persoalan budaya,suku, bahkan agama tidak seharusnya
menghiasi kehidupan kebhinekaan.
Pendidikan multikulturalisme adalah sebuah studi yang mempelajari
tentang keberagaman budaya (Andersen dan Cusher, 1994: 320). Pendidikan
multikultural sebagai pengganti dari pendidikan interkultural diharapkan dapat
menumbuhkan sikap perduli dan mau mengerti atau adanya politik pengkuan
terhadap kebudayaan kelompok manusia, seperti toleransi, perbedaan etno-
kultural dan agama, diskriminasi, HAM, demokrasi dan pluralitas, kemanusian
universal, serta subjek-subjek lainnya. ((Azra, 2002 dalam (Suryana & Rusdiana,
2015: 197). Dengan pendidikan multikultural ini diharapkan peserta didik mampu
menerima perbedaan, kritik, dan memiliki rasa empati serta toleransi pada sesama
tanpa memandang golongan, status, gender, dan kemampuan akademis ((Farida
Hanum, 2005) dalam (Suryana & Rusdiana, 2015: 197). Dari beberapa
8
penjelasan diatas dapat kita tarik sebuah benang merah bahwa pendidikan
multikultural ialah sebuah studi yang mempelajari tentang cara-cara , tingkah laku
, dan sikap dalam memaklumi sebuah perbedaan yang selama ini sering menjadi
konflik internal.
Terakhir melalui observasi dan penangan kasus. Ini adalah strategi yang paling
kompleks dianalogikan daripada yang lainnya. Di dalam strategi ini siswa di
minta untuk terjun langsung kedalam masyarakat yang multikultural untuk
melakukan pengamatan proses sosial yang terjadi.
Dengan beberapa strategi yang telah dijelaskan sebelumnya, siswa
diharapkan mendapatkan bukti nyata dari pemahaman konsep multikultural di
kehidupan sosial. Bahkan tidak hanya itu, siswa juga bisa secara langsung
menerapkan perilaku-perilaku atau sikap multikultural yang telah mereka pelajari
sebelumnya. Dengan kata lain pembelajaran ini tidak hanya mengarah pada ranah
kognitif, tetapi juga pada psikomotor dan afektif. ((Abdullah Aly, 2003: 70)
dalam (Suryana & Rusdiana, 2015: 289-290).
2. Pembelajaran Tematik
A. Pengertian Pembelajaran Tematik
Pembelajaran memiliki kata dasar “belajar”. Dalam arti yang sempit
pembelajaran dapat diartikan suatu proses atau cara yang dilakukan agar
seseorang dapat melakukan kegiatan belajar, sedangkan belajar sendiri adalah
suatu proses perubahan tingkah laku karena interaksi individu dengan lingkungan
dan pengalaman. (Widiyanto, 2018: 1) Menurut Romiszowksi (1981: 4) dalam
Hayati (2016: 2) Belajar/mengajar adalah proses pembelajaran berbasis desain.
Unsur ketidaksetujuan dengan pihak luar yang melaksanakan proses
pembelajaran merupakan ciri utama dari pembelajaran tersebut. Proses
pendidikan ini berputar di sekitar yang sebelumnya (direncanakan sebelumnya).
Karena sifat prosesnya, maka proses belajar yang terjadi merupakan proses
perubahan perilaku terutama dalam konteks pengalaman yang dirancang.
Menurut Budiansyah (2002: 1) dalam Hayati (2016: 2) pembelajaran adalah
perubahan yang relatif permanen dalam keterampilan, sikap, atau perilaku siswa
sebagai hasil dari pengalaman atau pelatihan. Perubahan kemampuan yang
berlangsung hanya dalam waktu singkat dan kemudian kembali ke perilaku
semula menunjukkan bahwa tidak ada peristiwa belajar yang terjadi, meskipun
12
disuguhkan haruslah yang dekat dengan kehidupan siswa sehari-hari. Tema ini yang akan
menjadi pemersatu materi dari beberapa mata pelajaran; (2) memillih materi dari
berbagai mata pelajaran yang saling terkait kemudian dibentuk tema yang bermakna; (3)
tidak bertentangan dengan tujuan kurikulum yang berlaku. Pembelajaran ini harus
mendukung tujuan kegiatan pembelajaran yang sudah dijelaskan dalam kurikulum; (4)
materi yang akan dijadikan tema harus mempertimbangkan karakteristik siswa yakni
minat, kemampuan, kebutuhan, dan pengetahuan awal; (5) materi yang dipadukan tidak
boleh bersifat memaksa. Artinya jika ada materi yang tidak bisa dipadukan maka tidak
dilakukan.
3. Kerangka Berpikir
Indonesia merupakan negara multikultural. Faktor terjadinya ada beberapa salah
satunya ialah Indonesia memiliki banyak pulau besar maupun pulau kecil. Multikultural
yang Indonesia punya bukan hanya dari suku dan budaya saja, melainkan dari agama,
etnis, dan ras. Dengan keragaman ini tak ayal sering terjadi konflik antar suku, agama,
maupun budaya. Konflik yang paling terjadi karena perbedaan kebiasaan yang dilakukan
suku A dengan suku B. Sebagai negara multikultural, warga Indonesia harus memiliki
kepahaman konsep multikultural itu sendiri agar tidak menghasilkan konflik. Dengan
kepahaman konsep ini, warga Indonesia bisa menerima perbedaan. Bukan sekedar
menerimanya tetapi ikut menghargai dan menyetarakan perbedaan tersebut. Pemahaman
konsep ini ditanamkan sejak sekolah dasar di karenakan, anak usia sekolah dasar lebih
lama menyimpan sebuah informasi yang akan ia bawa sampai dewasa. Seperti yang
dikatakan oleh Jean Piaget dalam teori perkembangan anak. Dalam usia pendidikan
dasar, memori yang tersimpan pada anak akan terekam lama. Sehingga pemahaman
konsep ini bisa ia terapkan di dalam kehidupan bermasyaraktanya nanti.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian kualitatif studi kasus.
Peneliti menggunakan penelitian kualitatif deskriptif karena penelitian ini tidak
berhubungan dengan angka-angka, sehingga penelitian ini hanya banyak
mendeskripsikan dari hasil pengamatan peneliti terhadap pembelajaran tematik yang
memiliki nilai demokrasi anak di dalam kelas yang multikultural. Adapun alur kerangka
berpikir dalam pelaksanaan penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut.
16
Pendidikan Multikultural
Nilai-Nilai Multikultural
Pembelajaran Tematik di SD
17
18
ditemukan dalam rumusan masalah dan analisis data cenderung bersifat induktif. Hal ini
sesuai dengan pendapat Sugiyono (2011: 6) bahwa penelitian kualitatif adalah metode
yang berdasarkan pada filsafat, postpositivesme, sedangkan untuk meneliti pada objek
alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data
dilakukan dengan cara triangulasi (gabungan). Analisis data bersifat induktif atau
kualitatif, dan hasil penelitian lebih menekankan makna daripada generalistas. Sugiyono
(2013: 288)
B. KEHADIRAN PENELITI
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian inkuiri naturalistik, yang dimana
peneliti mengumpulkan data tanpa ada campur tangan terhadap sujke penelitian. Peneliti
juga tidak melakukan manipulasi atau memberikan pengaruh terhadap narasumber
maupun aktivitas yang terjadi dilapangan. Sehingga data yang di ambil adalah data yang
terjadi secara alamiah dari lapangan. Kehadiran peneliti disini diperlukan untuk
memahami makna peristiwa yang diamati. Peneliti dalam penelitian kualitatif hadir
sebagai instrumen kunci (Sugiyono, 2013), Pada penelitian ini, peneliti datang langsung
ke SD Laboratorium Universitas Negeri Malang untuk mengumpulkan data, namun tidak
terlibat langsung dalam aktivitas pembelajaran di sekolah. Peneliti berperan sebagai
pewawancara, pengamat, perencana, penganalisa data dan membuat laporan. Sejalan
dengan pendapat Moleong (2013) “peneliti sekaligus merupakan perencana, pelaksana
pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil
penelitianya”. Untuk menjalankan perannya, peneliti didukung oleh instrumen
pendukung berupa pedoman wawancara, pedoman observasi dan pedoman dokumentasi.
C. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di SD Laboratorium Universitas Negeri Malang, yang
beralamat di Jl. Bogor No.19, Sumbersari, Kec. Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur
65145. Penelitian ini dilaksanakan pada semester II tahun ajaran 2021/2022.
D. SUMBER DATA
Data dalam penelitian pada dasarnya terdiri dari semua informasi atau bahan yang
sifatnya (dalam arti luas) diasumsikan untuk dicari, dikumpulkan, dan dipilih oleh
19
peneliti. Data dapat ditemukan dalam segala hal yang menjadi bidang dan tujuan
penelitian Subroto (1992: 34) dalam Farida Nugrahani (2014: 107). Data penelitian
kualitatif pada umunya merupakan data lunak (soft data) yang berupa kata, ungkapan,
kalimat dan tindakan, bukan merupakan data keras (hard data) yang berupa angka-angka
statistik seperti dalam penelitian kuantitatif. Dalam memilih sumber data peneliti harus
menelaah dengan tepat. Ketepatan dalam memilih sumber data akan mempengaruhi
penentuan ketepatan, intensitas, dan kelayakan dari informasi yang di dapat dilapangan.
Sumber data terbagi menjadi dua yaitu data primer dan sekunder. Sumber data primer
merupakan sumber data yang memuat data utama yakni data yang diperoleh secara
langsung di lapangan, yaitu : wawancara narasumber dan obeservasi. Sumber data
sekunder ialah sumber data tambahan yang diambil tidak secara langsung dilapangan,
yaitu : angket dan dokumentasi. . Sumber data dalam penelitian ini berupa situasi dan
kondisi nyata dimana data yang di dapat dibuktikan dalam bentuk catatan lapangan
berupa analisis nilai-nilai multikutural pada pembelajaran tematik. Data yang diambil
untuk penelitian ini berasal dari berbagai sumber yang relevan. Peneliti memperoleh data
dari hasil observasi di sekolah pada saat aktivitas pembelajaran siswa di kelas terutama
siswa kelas III. Informasi yang diberikan oleh guru dan siswa kelas III melalui
wawancara juga memberikan data kepada peneliti. Memberikan angket kepada siswa
untuk mengetahui proses pembelajaran berdasarkan subjek penelitian. Peneliti juga
mengambil data dari foto-foto selama proses pembelajaran yang dilakukan melalui
aplikasi pembelajaran online terkait penelitian.
2. Wawancara
Dalam penelitian kualitatif, pada umumnya sumber data utamanya ialah
manusia yang berkedudukan sebagai informan. Oleh karena itulah wawancara
diperlukan untuk mendapatkan sebanyak-banyaknya. Wawancara merupakan
teknik penggalian data melalui percakapan yang dilakukan dengan maksud
tertentu. Ada yang berperan sebagai pewawancara da nada yang berperan sebagai
narasumber. Menurut Lincoln dan Guba (1985: 266) dalam Farida Nugrahani
(2014: 107) wawancara dapat dilakukan untuk mengkontruksi perihal orang,
kejadian, kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan kebulatan harapan
pada masa yang akan datang, memverifikasi, mengubah, dan memperluas
informasi dari berbagai sumber, dan mengubah atau memperluas konstruksi yang
dikembangkan peneliti sebagai triangulasi. Teknik ini diambil untuk memperoleh
data yang lebih akurat, lebih banyak, dan mendalam.
Dalam penelitian ini , peneliti menggunakan wawancara tidak terstruktur.
Dalam wawancara tidak terstruktur ini pertanyaan tidak disusun terlebih dahulu,
karena akan disesuaikan dengan keadaan yang ada dilapangan. Pertanyaan yang
akan disampaikan akan mengalir seperti percakapan sehari-hari. Dengan
wawancara tidak terstruktur ini peneliti akan mendapatkan lebih banyak infromasi
karena pertanyaan tidak terpaku pada yang sudah tertulis, melainkan menggali
lebih dalam dari pemaparan informan. Narasumber pada penelitian ini adalah
guru wali kelas III, dan beberapa siswa kelas III. Peneliti mewawancarai guru
kelas untuk mendapatkan data mengenai nilai-nilai pendidikan multikultural apa
saja yang guru terapkan selama pembelajaran berlangsung.
21
3. Dokumentasi
Dokumentasi ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat
penelitian yang relevan dengan penelitian. Teknik dokumentasi digunakan dalam
penelitian sebagai pendukung data hasil dari wawancara dan observasi. Data yang
dihasilkan dari teknik dokumentasi berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang (Sugiyono, 2010). Dalam penelitian ini, data yang
diambil berupa dokumentasi yang berkaitan dengan nilai-nilai multikultural yang
terdapat pada pembelajaran tematik di SD berupa foto-foto penunjang yang
menggambarkan situasi kegiatan pelaksanaan pembelajaran daring yang
dilakukan secara online.
4. Angket
Angket adalah daftar pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden. Dengan angket , peneliti mampu
mendapatkan data dari berbagai lokasi atau sumber tanpa harus bertemu secara
langsung kepada responden. Di masa pandemi ini, peneliti kesulitan untuk
mewawancarai siswa dikarenakan keterbatasan tenaga dan waktu sehingga angket
disini digunakan untuk siswa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh peneliti.
Oleh sebab itu maka peneliti merumuskan kisi-kisi instrumen sebagai berikut.
O W D
F. ANALISIS DATA
Analisis data adalah suatu proses yang merinci usaha secara formal untuk
menemukan tema dan merumuskan hipotesis (ide) seperti yang disaranakan dan sebagai
usaha untuk memberikan bantuan dan tema pada hipotesis Taylor (1975) dalam Ismail
Nurdin & Sri Hartati (2019: 208-210). Tujuan dari analisis data ini ialah untuk
mejabarkan suatu data agar lebih muda dipahami, selanjutnya dibuat sebuah kesimpulan
mengenai karakteristik populasi berdasarkan data yang didapatkan dari sampel. Analisis
data yang dipakai peneliti ialah teknik analisis yang dikemukakan oleh Miles dan
Huberman. Secara garis besar analisis data Miles dan Huberman membagi analisisnya
menjadi tiga tahap, yaitu : (1) reduksi data; (2) penyajian data; (3) verifikasi data. (buku
metod)
1. Reduksi data
Reduksi data adalap pertama dalam analisis data ini. Dalam reduksi data
peneliti melakukan proses pemilihan atau seleksi, pemfokuskan,
penyederhanaan, dan pengabstraksi dari semua jenis informasi yang
mendukung data penelitian yang diperoleh dan dicatat selama proses
penggalian data dilapangan. Dalam proses reduksi ini, penelti akan
mengumpulkan informasi melalui wawancara dengan responden serta dari
informan lain mengenai nilai-nilai pendidikan multikultural.
2. Penyajian Data
Penyajian data dalam penelitian kualitatif pada umumnya disajikan dalam
bentuk narasi yang dilengkapi matriks, gambar, grafik, jaringan, bagan, tabel,
skema dan sebagainya. Tujuan dalam melakukan penyajian data ini ialah untuk
menjawab permasalahan penelitian melalui proses analisis data. (buku metod).
Data yang disajikan pada penelitian ini yakni deskripsi analisis nilai-nilai
pendidikan multikultural dalam pembelajaran tematik kelas rendah di SD
Laboratorium UM. Dalam penyajian data ini akan lebih mudah untuk
memahami, menggambarkan setiap kategori data dan mengatur tindakan lebih
lanjut berdasarkan apa yang dipahami.
3. Verifikasi data
24
G. KEABSAHAN TEMUAN
Data yang sudah di dapat dari lapangan kemudian di uji keabsahannya. Hal ini
dilakukan agar data yang di ambil dapat dipercaya dan dipertanggung jawabkan.
Pengecekan keabsahan data temuan dalam penilitian ini menggunakan triangulasi teknik.
Triangulasi teknik dapat dilakukan dengan melakukan teknik tersebut menghasilkan data
yang berbeda-beda. Dalam triangulasi ini juga peneliti dapat melakukan diskusi lebih
lanjut kepada sumber data terkait untuk memastikan kebenaran datanya. (Sugiyono,
2017). Data mengenai nilai-nilai pendidikan multikultural pada pembelajaran tematik di
Kelas III diperoleh melalui wawancara dengan wali kelas, guru kesiswaan yang
kemudian di perkuat lagi oleh observasi di dalam kelas dan dokumentasi.
H. TAHAP-TAHAP PENELITIAN
Dalam penelitian pasti memiliki tahapan-tahapan agar tujuan penelitian dapat tercapai.
Tahapan yang dapat dilakukan meliputi.
1. Tahap Pra-Lapangan
Tahap ini adalah langkah pertama yag harus peneliti lakukan untuk mencapai
tujuan penelitiannya.
a. Tahap penyusunan rancangan penelitian
Rancangan penelitian dimuat dalam proposal penelitian.
b. Tahap pemilihan lapangan penelitian
Pemilihan lapangan penelitian merupakan tahapan yang harus dilakukan
selanjutnya. Pemilihan lapangan ini harus mementingkan kepraktisan
25
waktu, tenaga, dan biaya. Selain itu yang terepenting ialah lapangan
penelitian ini harus sudah sesuai dengan apa yang akan diteliti.
c. Tahap pengurusan perizinan
Setelah menentukan lapangan yang akan diteliti, perizinan merupakan hal
terpenting yang harus dilakukan. Perizinan dalam penelitian ini meliputi
perizinan dari pihak kampus untuk melakukan penelitian dan perizinan
kepada pihak sekolah yang menajdi subjek penelitian yaitu SD
Laboratorium UM.
d. Tahap penjajakan dan penilaian lapangan
Pada tahap ini, peneliti meninjau lokasi yang menjadi subjek penelitian.
Hal ini dilakukan agar peneliti bisa mempersiapkan mental, fisik, dan
kelengkapan peralatan yang dibutuhkan saat mengambil data.
e. Tahap pemilihan dan pemanfaatan informan
Tahap pemilihan informan sangat diperlukan untuk penelitian ini.
Informan berguna untuk memberikan gambaran umum mengenai
lapangan yang akan di teliti. Disini peneliti mengajak informan untuk
berbicara dan bertukar pikiran. Tujuannya untuk menyinkronkan temuan
yang di dapat dilapangan dengan yang ada pada informan.
Di tahap ini peneliti harus bersikap sopan dan santun serta mencoba
untuk mengakrabkan diri dengan subjek peneliti agar mudah
mendapatkan informasi.
c. Tahap pengumpulan data
Tahap ini merupakan kunci dari sebuah penelitian. Di dalam tahap ini
peneliti mencatat, merekam dan mendokumentasikan temuan-temuan
dilapangan.
Barlian, Eri. 2016. Metodologi Penelitian Kualitatif & Kuantitatif. Padang: Penerbit Sukabina
Press.
Depdiknas. 2013. Konsep dan Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Kementrian Pendidikan
Dan Kebudayaan.
Hayati, Sri. 2017. Belajar dan Pembelajaran Berbasis Cooperative Learning. Magelang: Graha
Cendikia.
Helmiati. 2012. Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
Juanda, Anda. 2019. Pembelajaran Kurikulum Tematik Terpadu. Cirebon: CV. Confident.
Lubis, Maulana Arafat. 2018. Pembelajaran Tematik Di SD/MI. Yogyakarta: Penerbit Samudra
Biru.
Naim, Ngainun, & Sauqi, Achmad. 2008. Pendidikan Multikultural Konsep dan Aplikasi.
Jogjakarta: Ar-Ruz Media.
Nawawi , Imam, & dkk. 2018. Pendidikan Multikultural. Malang: Universitas Negeri Malang.
Nugrahani, Farida. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Penelitian Pendidikan Bahasa.
Solo: Cakra Books.
Nurdin, Ismail, & Hartati, Sri. 2019. Metodologi Penelitian Sosial. Surabaya: Media Sahabat
Cendikia.
Ramayulis.2015. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Rukayah, Nurul. 2018. Pendidikan Multikultural Di Sekolah Dasar. Institut Agama Islam Negeri
Ponorogo. (online). (http://etheses.iainponorogo.go.ac.id/2469/1), diakses pada 12
februari 2022.
Suryana, Yaya, & Rusdiana, A,H. 2015. Pendidikan Multikultural.Bandung: CV Pustaka Setia.
Thahir, Andi. 2018. Psikologi Perkembangan. Lampung: Aura Publishing.
Undang-Undang Republik Indonesia tentang Sistem Pendidikan Indonesia No. 20 Tahun 2003.
Wahyuningsih, Sri. 2013. Motode Penelitian Studi Kasus Madura: UTM Press.
Wulandari, Taat. 2019. Konsep dan Praksis Pendidikan Multikultural. Yogyakarta: UNY Press.
27