juga harus
Tinjauan Pustaka
A. Pendidikan Multikultural
a. Latar Belakang dan Definisi Pendidikan Multikultural
Pendidikan multikultural (multicultural education) sesungguhnya
bukanlah pendidikan khas Indonesia. Pendidikan multikultural merupakan
pendidikan khas barat, Kanada, Amerika, Jerman, dan
Inggris adalah
ini
digunakan
untuk
membahas
bagaimana
mengasuh,
sejumlah mata pelajaran yang akan dijadikan sebagai bahan dalam proses
pembelajaran (Smith, 2002: 3). Atas dasar ini, kurikulum dimaknai sebagai
kumpulan pengetahuan yang berbentuk mata pelajaran. Pendidikan yang
menjadikan kurikulum sebagai silabus, dengan demikian, merupakan proses
penyampaian sejumlah mata pelajaran kepada siswa dengan metode tertentu.
Untuk memberikan pendidikan multikultural, sekolah atau guru perlu
menelaah secara kritis tentang materi dan bahan ajar yang akan disampaikan
dalam proses pembelajaran, agar tidak terjadi berbagai macam bias. Dalam
kaitan ini, Sadker sebagaimana dikutip Donna M. Gollnick & Philip C. Chinn
(1983: 299-300) mencatat adanya 6 (enam) macam bias dalam buku teks yang
digunakan dalam pembelajaran. Keenam macam bias tersebut adalah: (a) bias
yang tidak kelihatan (invisibility), (b) pemberian label (stereotyping),
(c) selektivitas dan ketidakseimbangan (selectivity and inbalance), (d) tidak
mengacu realitas (unreality), (e) pembagian dan isolasi (fragmentation and
isolation), dan (f) bahasa (language).
Dalam hubungan ini, James Lynch (1986: 86-7) merekomendasikan
agar sekolah atau guru menyampaikan pokok-pokok bahasan multikultural,
dengan berorientasi pada 2 (dua) tujuan, yaitu: (a) penghargaan kepada orang
lain (respect for others), dan (b) penghargaan kepada diri sendiri (respect for
self). Kedua bentuk penghargaan ini, mencakup 3 (tiga) ranah pembelajaran
(domain of learning). Ketiga ranah pembelajaran tersebut adalah:
pengetahuan (cognitive), keterampilan (psychomotor), dan sikap (affective).
Rekomendasi Lynch di atas mempertimbangkan hubungan yang kompleks
antara dimensi intelektual dan emosional dalam perilaku siswa.
B. Penelitian Relevan Sebelumnya dan Luaran Penelitian
Departemen Pendidikan Nasional, Badan Penelitian dan
Pengembangan, Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan,
Tahun 2007. Penelitian ini menghasilkan Model Konseptual Umum
Pendidikan Lintas Kultur Terintegrasi Berbasis Kompetensi untuk
SD/MI dan SMP/MTs.
fungsi
dan
tujuan
d. Memiliki
wawasan
dan
keterampilan
berkesenian
untuk
mendapat
porsi
di
dalam
kurikulum
Indonesia,
namun
saat
kurikulum
2013
diterapkan,
mulailah
para
guru
dilatih
hari. Salah seorang tim peneliti, yaitu Arnidah termasuk aktif dalam
memberikan bimbingan teknis pengembangan rencana pembelajaran dan
instrumen penilaian otentik yang mengintegrasikan sikap sosial dan religius,
dan hingga saat ini, meskipun kurikulum 2013 tidak menjadi kurikulum
utama lagi atau hanya sebagian daerah dan satuan yang melanjutkannya,
namun prinsip pengembangan perangkat pembelajaran tetap dilanjutkan
melalui workshop dan seminar-seminar, baik untuk peningkatan SDM tenaga
pengajar maupun mahasiswa LPTK sebagai calon guru.
Selanjutnya dalam penelitian ini akan dilakukan kembali
pengintegrasian pendidikan multikultural di sekolah khususnya di sekolah
menengah pertama yang memiliki karakteristik perkembangan psikologi
yang lebih mudah mengeksplorasi bakat minatnya kedalam seni dan budaya
yang ada di sekitarnya.
Sesuai dengan teori biheviorisme Piaget bahwa anak didik yang
berada pada usia 11-15 tahun berada pada tahapan perkembangan formal
operations. Siswa pada perkembangan tersebut bisa menangani situasi
hipotesis, dan proses berpikir mereka tidak lagi tergantung hanya pada hal-hal
yang langsung dan ril. Pemikiran pada tahap ini semakin logis. Piaget
(2009;320) .
Atas pertimbangan inilah peneliti menetapkan sekolah menengah
pertama sebagai subjek penelitian ini. Sehubungan dengan itu tim peneliti
sudah melakukan FGD pada bulan Maret 2015 lingkup provinsi dengan
melibat unsur stakeholders di antaranya: dinas pendidikan provinsi, kepala
sekolah dan guru sekolah menengah untuk penyamaan persepsi dan
identifikasi kebutuhan siswa. Dari hasil FGD tersebut ditetapkan rancangan
kegiatan penelitian seperti pada gambar berikut:
10
PEND. MULTIKULTURAL
1. Terintegrasi
2. Bersumber dr Budaya
Sendiri
3. Berbasis Komp.
4. Kontekstual
5.Evaluasi
KURIKULUM
MULOK
Identifikasi
Karakteristik
multikultural
daerah
di
Sulsel.
Identifikasi
kebutuhan
siswa.
Menetapkan
PENGEMBANGAN
PERANGKAT
PEMBELAJARAN:
1.
2.
3.
4.
5.
Silabus, RPP
Modul
LKS
Media Pemb.
Instrumen
Evaluasi
Pemahaman
Konsep Pluralisme
11
III.
Metode Penelitian
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan dengan
mengadopsi model yang dikembangkan oleh Hopkins & Clark
yaitu the 9 D & D model' (Havelock, 1976). Pata tahap research, ada 5
(lima) kegiatan yang dilakukan, yaitu penelitian pendahuluan, studi
hasil-hasil penelitian, analisis kurikulum, penyusunan prototype
model, dan validasi pakar. Pada tahap development, ada 5 (lima) tahap
kegiatan yang dilakukan, yaitu: validasi pakar, uji keterbacaan, latih
guru, ujicoba terbatas, dan ujicoba diperluas. Pada tahap difussion,
ada 3 (tiga) kegiatan yang dilakukan, yaitu diseminasi, pelatihan, dan
demonstrasi.
(pertama)
pada
tahap
research,
peneliti
melaksanakan:
1) studi pendahuluan dengan mengidentifikasi kurikulum sekolah
yang sesuai dengan karakteristik masalah penelitian ini. Hasil
studi pendahuluan tersebut menemukan kedekatan karakteristik
antara Pendidikan Multikultural
12
4)
Bahasa
Inggris,
pembelajaran
berupa:
menghasilkan
pada
luarannya
RPP,
bahar
disamping
Silabus,
ajar
Alat
berupa
perangkat
Evaluasi,
modul
dan
juga
media
5)
6)
Validasi Pakar
Melibatkan tiga orang pakar dalam bidang kurikulum, pakar konten, dan
pakar media dalam memberikan penilaian (validasi).
Tahun
(kedua)
tahap
development,
peneliti
melaksanakan:
7)
8)
Uji Keterbacaan:
Perangkat, modul dan media yang telah direvisi berdasarkan hasil
validasi pakar di berikan kepada guru guna mengetahui apakah model
dan makna pesan yang ada pada perangkat, modul dan media sesuai
dengan pemaknaan guru sebagai mediator antara sumber pesan ke
siswa sebagai penerima pesan.
13
9)
Latih guru:
Penggunaan modul dan media video pembelajaran multikultural yang
telah dikembangkan, menuntut pembiasaan dan keterampilan guru
menggunakan/mengoperasikannya, sebab saat uji coba gurulah yang
berperan utama menggunakan kedua perangkat tersebut.
10)
video
dalam
proses
pembelajaran
multikultural
yang
dilaksanakan oleh guru. Selama proses, peneliti mengamati masalahmasalah yang terjadi.
11)
sekolah
yang
berbeda
menggunakan
perangkat
(ketiga)
tahap
development,
peneliti
melaksanakan:
12)
Diseminasi
Melaksanakan kegiatan Focus Group Discussion (FGD) dengan
menghadirkan setiap unsur implementer: guru, kepala sekolah,
pengawas, pembuat kebijakan, serta validator sebagai pakar.
13)
Pelatihan
Melaksanakan kegiatan in service untuk guru, baik yang berskala
kecil melalui kegiatan Pengabdian pada Masyarakat, maupun
menjalin kerjasama dengan beberapa lembaga untuk melaksanakan
workshop tingkat regional, nasional, dan internasional.
14)
Pematenan
Memberi pelabelan pada perangkat, modul dan media video
14
Gambar
2.
Tahapan
Pelaksa
naan
Penelitia
n
a.
b.
c.
TAHAP RESEARCH
15
TAHUN I (PERTAMA)
TAHUN 2 (KEDUA)
TAHAP
DEVELOPMENT
TAHUN 3 (KETIGA)
TAHAP difussion
d.
e.
f.
g.
h.
PENELI
TIAN
PENDA
HULUA
N
STUDI
HASIL
PENELI
TIAN
ANALIS
IS
KURIK
ULUM
PENYUS
UNAN
PROTO
VALIDA
TYPE
SI
MODUL
&
PAKAR
MEDIA
VALIDA
SI
PAKAR
DISEMI
NASI
UJI
KETER
BACAA
N
LATIH
GURU
PELATI
HAN
UJI
COBA
TERBA
TAS
UJI
COBA
DIPERL
UAS
PEMAT
ENAN
16
l.
o.
penilaian (validasi). Mereka terdiri atas tiga orang yang dipandang pakar dalam
bidang kurikulum, pakar konten, dan pakar media.
q.
r.
pemakai produk (siswa kelas VII) yang akan bertindak sebagai subjek penilai
keberterimaan dan fisibilitas produk.
t.
u.
atas kepala Sekolah, dan pengawas sekolah (supervisor), pejabat dinas pendidikan.
w.
D. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data
17
x.
akan digunakan berbagai metode dan alat pengumpul data, sebagai berikut:
1) Angket
y.
3) Observasi: dilakukan saat uji coba perseorangan, terbatas, dan lapangan, untuk
memperoleh data sejauh mana efektivitas dokumen kurikulum yang telah
dikembangkan.
ab.
E. Metode Validasi dan Analisis Data
ac.
dengan jenis dan metode pengumpulan data yang digunakan. Untuk pengkajian
data yang menggunakan pendekatan kualitatif, akan melibatkan pekerjaan analisis
seperti: penyajian data, menata, membagi menjadi satuan-satuan yang dapat
dikelola, mensintesakan, mencari pola, menemukan apa yang penting untuk
dipelajari, serta menentukan apa ayang akan peneliti laporkan (Bogdan & Biklen,
1982). Untuk data yang tersaji dalam bentuk tertulis, seperti kebijakan tertulis,
laporan kegiatan, atau contoh-contoh produk kreatif digunakan teknik analisis isi
(Bogdan & Biklen, 1982; Punch, 1998).
ae.
sirkular
dan
berkelanjutan.
Ini
dimaksudkan
untuk
melakukan
penyempurnaan yang berkesinambungan atas produk yang dihasilkan oleh riset ini.
af.