SOSIOLOGI PENDIDIKAN
Oleh:
Kelompok 1
Azwina (216910101009)
Bustami (216910101003)
Ayu Agustina (2169101010
PROGRAM PASCASARJANA
Sistem yang menjadi wahana yang memungkinkan warga masyarakat itu berinteraksi
menurut pola-pola resmi (norma, aturan dan lainya) dalam ilmu sosiologi dan antropologi
disebut dengan pranata sosial. Pranata sosial memberikan pedoman kepada anggota
masyarakat dalam hal bertingkah laku dan bersikap dalam menghadapi masalah
kemasyarakatan.
II. Pendidikan.
1. Pengertian Pendidikan.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia pendidikan adalah Proses pengubahan sikap dan
tata laku seseorang atau kelompok orang dalam susaha mendewasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan pelatihan; proses, perbuatan, cara mendidik
Sedangkan menurut A.Yunus pendidikan adalah proses yang terus menerus dari
penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk manusia yang telah berkembang secara fisik dan
mental, yang bebas dan sadar kepada Tuhan.
Untuk memahami esensi pendidikan yang integral dan menyeluruh, diperlukan uraian
mengenai komponen-komponen pendidikan. Dalam komponen pendidikan tersebut
dijelaskan mengenai hal-hal yang substansial dalam pendidikan sehingga dapat diketahui
makna pendidikan secara komprehensif.
2. Komponen Pendidikan
Sebagai sebuah sistem, pendidikan tidak terlepas dari komponen-komponen yang
saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Menurut Zuhairini, komponen-komponen
dalam pendidikan itu meliputi: tujuan pendidikan, pendidik, peserta didik, alat/media
pendidikan dan lingkungan pendidikan
- Sikap (attitude).
- Obyektifitas.
Pendidikan merupakan salah satu fungsi yang harus dilakukan dengan sebaik-baiknya
oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah secara terpadu untuk mengembangkan fungsi
pendidikan. Kebrhasilan pendidikan bukan hanya dapat diketahui dari kualitas individu,
melainkan berkaitan erat dengan kualitas kehidupan masyarakat, berbangsa, dan bernegara.
a. pendidikan dan anak. Nilai-nilai yang diperoleh anak selama di Taman Kanak-kanak
(TK) dalam proses sosialisasi sangat dibutuhkan, karena dia dapat berteman dengan anak
sebaya yang akan memberikan bantuan kepadanya pada kehidupan sekolah dan kehidupan
selanjutnya.
b. pengaruh sekolah selama tahun-tahun pertama. Anak usia Sekolah Dasar (SD) perlu
diberi kesempatan untuk melatih pengarahan dirinya sendiri berdasarkan minat dan
perhatiannya.
c. pendidikan selama remaja. Pada jenjang sekolah menengah, jenjang Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama (SLTP), Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), dan Perguruan Tinggi
(PT) yang diorganisasikan dengan baik dan optimal dapat memberikan banyak peluang
kepada para anak didik untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan social yang diprakarsainya.
d. pengaruh sosialisasi atau pergaulan. Media cetak dan elektronik serta film berpengaruh
penting terhadap perkembangan sikap, perilaku, dan cita-cita sosial remaja.
III. Pranata Sosial
1. Pengertian Pranata Sosial.
Pranata sosial berasal dari bahasa asing social institutions. Istilah tersebut dipakai
oleh Soerjono Soekanto sebagai lembaga sosial yang menunjuk pada adanya unsur-unsur
yang mengatur perilaku warga masyarakat
Koentjaraningrat menyebutkan bahwa pranata sosial adalah suatu sistem tata kelakuan
dan hubungan yang berpusat kepada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi kompleks-kompleks
kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat. Norma/aturan dalam pranata wujudnya bisa
berbentuk tertulis (undang-undang dasar, undang-undang yang berlaku, sanski sesuai sesuai
hukum resmi yang berlaku) dan tidak tertulis (hukum adat, kebiasaan yang berlaku, sanksinya
ialah sanksi sosial/moral (misalkan dikucilkan).
Lembaga, Institute Pranata, Institution
Institusi sebagai badan atau organisasi yang melaksanakan aktivitas pranata sosial, dapat
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
1) Institusi Formal
Institusi formal adalah suatu institusi yang dibentuk oleh pemerintah atau oleh swasta yang
mendapat pengukuhan secara resmi serta mempunyai aturan-aturan tertulis/resmi. Institusi
formal dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
- Institusi pemerintah
Institusi pemerintah adalah lembaga yang dibentuk oleh pemerintah berdasarkan suatu
kebutuhan yang karena tugasnya berdasarkan pada suatu peraturan perundang-undangan
melakukan kegiatan untuk meningkatkan pelayanan masyarakat dan meningkatkan taraf
kehidupan kebahagiaan kesejahteraan masyarakat. Institusi pemerintah dibedakan menjadi
dua macam, yaitu:
2. Lembaga pemerintah yang tidak dipimpin oleh seorang menteri, dan bertanggung jawab
langsung kepada presiden (disebut lembaga pemerintah non-departemen). Contoh : Lembaga
Administrasi Negara dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
- Institusi Swasta
Institusi swasta adalah institusi yang dibentuk oleh swasta (organisasi swasta) karena
adanya motivasi atau dorongan tertentu yang didasarkan atas suatu peraturan perundang-
undangan tanpa adanya paksaan dari pihak manapun. Institusi atau lembaga ini secara sadar
dan ikhlas melakukan kegiatan untuk ikut serta memberikan pelayanan masyarakat dalam
bidang tertentu sebagai upaya meningkatkan taraf kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.
Contoh: Yayasan Penderita Anak Cacat, Lembaga Konsumen, Lembaga Bantuan Hukum dan
Partai Politik.
Institusi non formal adalah suatu institusi yang tumbuh dimasyarakat karena masyarakat
membutuhkannya sebagai wadah untuk menampung aspirasi mereka. Ciri-ciri institusi non
formal antara lain:
Secara umum, pranata sosial mempunyai beberapa fungsi. Berikut ini fungsi-fungsi pranata
sosial:
1) Memberikan pedoman kepada anggota masyarakat dalam hal bertingkah laku dan
bersikap dalam menghadapi masalah kemasyarakatan.
Selain fungsi umum tersebut, pranata sosial memiliki dua fungsi besar yaitu fungsi manifes
(nyata) dan fungsi laten (terselubung).
1) Fungsi manifes adalah fungsi pranata sosial yang nyata, tampak, disadari dan menjadi
harapan sebagian besar anggota masyarakat. Misalnya dalam pranata keluarga mempunyai
fungsi reproduksi yaitu mengatur hubungan seksual untuk dapat melahirkan keturunan.
2) Fungsi laten adalah fungsi pranata sosial yang tidak tampak, tidak disadari dan tidak
diharapkan orang banyak, tetapi ada. Misalnya dalam pranata keluarga mempunyai fungsi
laten dalam pewarisan gelar atau sebagai pengendali sosial dari perilaku menyimpang[7].
Meskipun pranata sosial merupakan sistem norma, tetapi pranata sosial yang ada di
masyarakat memiliki ciri serta kekhasan tersendiri yang membedakannya dengan norma
sosial. Adapun ciri-ciri atau karakteristik pranata sosial adalah meliputi hal-hal berikut ini.
1) Memiliki Lambang-lambang/Simbol
Setiap pranata sosial pada umumnya memiliki lambang-lambang atau simbol-simbol
yang terwujud dalam tulisan, gambar yang memiliki makna serta menggambarkan tujuan dan
fungsi pranata yang bersangkutan. Contoh cincin pernikahan sebagai simbol dalam pranata
keluarga, burung garuda merupakan simbol dari pranta politik negara Indonesia.
4) Memiliki Nilai
Pranata sosial merupakan hasil pola-pola pemikiran dan pola-pola perilaku dari
sekelompok orang atau anggota masyarakat, mengenai apa yang baik dan apa yang
seharusnya dilakukan dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan demikian pranata sosial
terdiri atas adat istiadat, tradisi atau kebiasaan serta unsur-unsur kebudayaan lain yang secara
langsung maupun tidak langsung bergabung dalam suatu fungsi, sehingga pranata sosial
tersebut mempunyai makna atau nilai di dalam masyarakat tersebut. Contoh tradisi dan
kebiasaan dalam pranata keluarga adalah sikap menghormati atau sikap sopan santun
terhadap orang yang lebih tua.
2) Dari sudut sistem nilai-nilai yang diterima di masyarakat, timbul klasifikasi atas basic
institutions dan subsidiary institutions. Basic institutions dianggap sebagai lembaga
kemasyarakatan yang sangat penting untuk memelihara dan mempertahankan tata tertib
dalam masyarakat. Dalam masyarakat Indonesia, misalnya keluarga, sekolah-sekolah, negara
dan lain sebagainya dianggap sebagai basic institutions yang pokok.
Pada dasarnya pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang
atau kelompok orang dalam usaha untuk mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran
atau pelatihan. Di Indonesia, pendidikan dapat digolongkan menjadi dua, yaitu pendidikan
sekolah (pendidikan formal) dan pendidikan luar sekolah (pendidikan nonformal). Pada
perkembangannya, ada beberapa ahli sosiologi yang menambahkan satu golongan pendidikan
lagi, yaitu pendidikan yang diperoleh melalui pengalaman atau kehidupan sehari-hari
(pendidikan informal).
Pendidikan sebagai upaya untuk mengubah sikap dan perilaku menjadi manusia yang
dewasa nampaknya adalah sebuah sistem yang menjadi tata kelakuan yang diperlukan dalam
kehidupan bermasyarakat. Dengan demikian, maka pendidikan adalah bagian dari pranata
yang mengatur pola interaksi masyarakat dalam proses sosial.
b) membentuk kepribadian dan pola pikir yang logis dan sistematis; serta
Pendidikan sebagai pranata sosial sudah tentu tidak bisa lepas pula dari
ketergantungan saling silang budaya. Mengamati dunia pendidikan tidak cukup hanya dengan
melihat masalah internal pendidikan, namun perlu pula melihat beberapa komponen lain,
misalnya: sosial, budaya, ekonomi, politik, sejarah, dan filsafat.
Jadi, pendidikan dan pranata sosial adalah sesuatu yang bertalian satu sama lain.
Beberapa kebutuhan manusia, seperti kebutuhan pendidikan, akan diperoleh lebih terstruktur
dengan adanya lembaga sosial atau pranata sosial. Pranata sosial akan ada jika ada kebutuhan
individu yang digabungkan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhannya. Pranata sosial
melibatkan pola aktivitas dan pola organisasi untuk melaksanakan pemenuhan kebutuhan
manusia. Pendidikan juga mempersiapkan anak didik untuk mempersiapkan kebahagiaan
hidup secara seimbang antara dunia dan akhirat, antara kehidupan pribadi dengan kehidupan
kolektif. Yakni, menjadi masyarakat yang baik dengan mematuhi norma atau aturan yang
berlaku dalam masyarakat serta memiliki peranan dan konstribusi bagi kehidupan
masyarakat.
V. Kesimpulan
Pendidikan sebagai pranata sosial sesungguhnya sebagai salah satu upaya dan strategi
dalam mewujudkan tujuan pembangunan nasional yang mengharapkan terciptanya generasi
masa depan yang berilmu-pengetahuan, berteknologi, dan beriman bertakwa. Tujuan
pembangunan nasional ini akan terwujud apabila pendidikan sebagai pranta sosial dapat
berfungsi dengan normal dan efektif dalam menciptakan Sumber Daya Manusia yang
berkualitas, berilmu pengetahuan yang relevan dengan zamannya, dan mampu hidup pada era
globalisasi dengan menjaga identitas tertentu yang melekat pada diri sebagai pribadi, agama,
dan bangsa.
Pranata sosial adalah suatu system tata kelakuan dan hubungan yang berpusat kepada
aktivitas untuk mengatur, mengarahkan, dan melaksanakan berbagai kegiatan yang
memenuhi kompleksitas masyarakat yang menekankan pada sistem tata kelakuan atau norma.
Jadi, pendidikan dan pranata sosial adalah sesuatu yang bertalian satu sama lain.
Pranata sosial akan ada jika ada kebutuhan individu yang digabungkan dengan tujuan untuk
memenuhi kebutuhannya. Pranata sosial melibatkan pola aktivitas dan pola organisasi untuk
melaksanakan pemenuhan kebutuhan manusia.
DAFTAR PUSTAKA