Anda di halaman 1dari 14

TUGAS KELOMPOK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK


PROGRAM STUDI MAGISTER SOSIOLOGI

SOSIOLOGI PENDIDIKAN

Oleh:

Kelompok 1

Azwina (216910101009)
Bustami (216910101003)
Ayu Agustina (2169101010

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS MALIKUSSALEH LHOKSEUMAWE


I.     Pendahuluan

Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk


bermasyarakat. Setidaknya ada tiga alasan mengapa manusia dikatakan makhluk
sosial: Pertama, dalam diri manusia ada dorongan untuk berhubungan (interaksi) dengan
orang lain. Kedua, ada kebutuhan sosial (social need) untuk hidup berkelompok dengan orang
lain. Ketiga, manusia tidak akan bisa hidup sebagai manusia tanpa bantuan orang lain.

Bentuk interaksi masing-masing individu dalam memenuhi kebutuhan sosialnya pada


akhirnya akan membentuk suatu komunitas yang dinamakan dengan masyarakat. Masyarakat
merupakan suatu kesatuan dari individu-individu yang satu dengan lainnya berada dalam
tindakan interaksi antar individu dalam rangka kehidupan bermasyarakat. Masyarakat juga
terdiri atas sekelompok manusia yang menempati daerah tertentu, yang menunjukan integrasi
berdasarkan pengalaman bersama berupa kebudayaan, memiliki sejumlah lembaga yang
melayani kepentingan bersama, mempunyai kesadaran akan kesatuan tempat tinggal dan bila
perlu dapat bertindak bersama.

Dalam kehidupan masyarakat, semua tindakan manusia dibatasi oleh aturan (norma)


untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan sesuatu yang dianggap baik oleh masyarakat.
Namun demikian di tengah kehidupan masyarakat kadang-kadang masih kita jumpai
tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan aturan (norma) yang berlaku pada masyarakat.
Sehingga diperlukan sebuah sistem untuk mengatur tindakan-tindakan individu-individu
tersebut.

Sistem yang menjadi wahana yang memungkinkan warga masyarakat itu berinteraksi
menurut pola-pola resmi (norma, aturan dan lainya) dalam ilmu sosiologi dan antropologi
disebut dengan pranata sosial. Pranata sosial memberikan pedoman kepada anggota
masyarakat dalam hal bertingkah laku dan bersikap dalam menghadapi masalah
kemasyarakatan. 

II.  Pendidikan.

1. Pengertian Pendidikan.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia pendidikan adalah Proses pengubahan sikap dan
tata laku seseorang atau kelompok orang dalam susaha mendewasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan pelatihan; proses, perbuatan, cara mendidik
Sedangkan menurut A.Yunus pendidikan adalah proses yang terus menerus dari
penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk manusia yang telah berkembang secara fisik dan
mental, yang bebas dan sadar kepada Tuhan.

Sedangkan Zuhairini mendefinisikan bahwa pendidikan adalah suatu aktivitas untuk


mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia yang berjalan seumur hidup. Dengan
kata lain, pendidikan tidak hanya berlangsung didalam kelas, tetapi berlangsung pula diluar
kelas. Pendidikan bukan bersifat formal saja, tetapi mencakup pula yang non formal.

Berdasarkan uraian pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan


sebuah usaha dalam membimbing perkembangan jasmani dan rohani anak didik dengan
mengembangkan seluruh aspek kepribadiannya menuju terbentuknya kepribadian yang utama
baik dilakukan dengan pendidikan formal maupun norformal.

Untuk memahami esensi pendidikan yang integral dan menyeluruh, diperlukan uraian
mengenai komponen-komponen pendidikan. Dalam komponen pendidikan tersebut
dijelaskan mengenai hal-hal yang substansial dalam pendidikan sehingga dapat diketahui
makna pendidikan secara komprehensif.

2. Komponen Pendidikan
Sebagai sebuah sistem, pendidikan tidak terlepas dari komponen-komponen yang
saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Menurut Zuhairini, komponen-komponen
dalam pendidikan itu meliputi: tujuan pendidikan, pendidik, peserta didik, alat/media
pendidikan dan lingkungan pendidikan

Banyak pakar yang merumuskan tentang tujuan pendidikan, diantaranya tujuan


pendidikan yang dikemukakan Muhammad Noor Syam dalam bentuk taksonomi (sistem
klasifikasi) yang meliputi:

1)        Pembinaan kepribadian (nilai formil).

-       Sikap (attitude).

-       Daya pikir praktis rasional.

-       Obyektifitas.

-       Loyalitas kepada bangsa dan ideologi.

-       Sadar nilai-nilai moral dan agama.


2)        Pembinaan aspek pengetahuan (nilai materiil) yaitu materi ilmu itu sendiri.

3)        Pembinaan aspek kecakapan, keterampilan (skill) nilai-nilai praktis.

4)        Pembinaan jasmani yang sehat[17].

Selanjutnya Dr. Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany merumuskan perubahan-


perubahan yang diinginkan sebagai hasil pendidikan meliputi tiga bidang asasi, yaitu:

1)        Tujuan-tujuan individual yang berkaitan dengan individu-individu, pelajaran


(learning) dan dengan pribadi-pribadi mereka dan apa yang berkaitan dengan individu-
individu tersebut pada perubahan yang diinginkan pada tingkah laku, aktifitas dan
pencapaiannya, dan ada pertumbuhan yang diingini pada pribadi mereka, dan pada persiapan
yang dimestikan kepada mereka pada kehidupan dunia dan akhirat.

2)        Tujuan sosial yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat sebagai keseluruhan,


dengan tingkah laku masyarakat umumnya, dan dengan apa yang berkaitan dengan kehidupan
ini tentang perubahan yang diingini, dan pertumbuhan, memperkaya pengalaman dan
kemajuan yang diinginkan.

3)        Tujuan-tujuan profesional yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai


ilmu, sebagai seni, sebagai profesi dan sebagai suatu aktifitas diantara aktifitas-aktifitas
masyarakat

3.    Pendidikan dan Fungsi Keluarga, Masyarakat, dan Pemerintahan

Pendidikan merupakan salah satu fungsi yang harus dilakukan dengan sebaik-baiknya
oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah secara terpadu untuk  mengembangkan fungsi
pendidikan. Kebrhasilan pendidikan bukan hanya dapat diketahui dari kualitas individu,
melainkan berkaitan erat dengan kualitas kehidupan masyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Dilihat dari ruang lingkupnya, pendidikan terdiri dari tiga jenis:

1.      pendidikan dalam keluarga (informal), maksudnya pendidikan keluarga dan lingkungan.

2.      pendidikan di sekolah (formal), maksudnya jalur pendidikan yang terstruktur dan


berjenjang yang terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

3.      pendidikan dalam masyarakat (nonformal), maksudnya jalur pendidikan di luar formal


yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.
Pendidikan keluarga yang dapat membentuk karakter anak didik memiliki maksud berikut:

a.       pendidikan dan anak. Nilai-nilai yang diperoleh anak selama di Taman Kanak-kanak
(TK) dalam proses sosialisasi sangat dibutuhkan, karena dia dapat berteman dengan anak
sebaya yang akan memberikan bantuan kepadanya pada kehidupan sekolah dan kehidupan
selanjutnya.

b.      pengaruh sekolah selama tahun-tahun pertama. Anak usia Sekolah Dasar (SD) perlu
diberi kesempatan untuk melatih pengarahan dirinya sendiri berdasarkan minat dan
perhatiannya.

c.       pendidikan selama remaja. Pada jenjang sekolah menengah, jenjang Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama (SLTP), Sekolah Lanjutan Tingkat  Atas (SLTA), dan Perguruan Tinggi
(PT) yang diorganisasikan dengan baik dan optimal dapat memberikan banyak peluang
kepada para anak didik untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan social yang diprakarsainya.

d.      pengaruh sosialisasi atau pergaulan. Media cetak dan elektronik serta film berpengaruh
penting terhadap perkembangan sikap, perilaku, dan cita-cita sosial remaja.

III.    Pranata Sosial
1.      Pengertian Pranata Sosial.
Pranata sosial berasal dari bahasa asing social institutions. Istilah tersebut dipakai
oleh Soerjono Soekanto sebagai lembaga sosial yang menunjuk pada adanya unsur-unsur
yang mengatur perilaku warga masyarakat

Koentjaraningrat menyebutkan bahwa pranata sosial adalah suatu sistem tata kelakuan
dan hubungan yang berpusat kepada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi kompleks-kompleks
kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat. Norma/aturan dalam pranata wujudnya bisa
berbentuk tertulis (undang-undang dasar, undang-undang yang berlaku, sanski sesuai sesuai
hukum resmi yang berlaku) dan tidak tertulis (hukum adat, kebiasaan yang berlaku, sanksinya
ialah sanksi sosial/moral (misalkan dikucilkan).

Dalam bahasa sehari-hari istilah institution sering dikacaukan dengan


istilah institute. Dalam bahasa Indonesia pertukaran arti itu juga terjadi. Istilah indonesia
untuk institute adalah “lembaga”, maka sesuai dengan itu dalam bahasa surat kabar dan
bahasa populer di Indonesia sering kita baca istilah “dilembagakan”. Padahal antara “pranata”
dan “lembaga” harus diadakan pembedaan secara tajam. Pranata adalah sistem norma atau
aturan-aturan yang mengenai suatu aktivitas masyarakat yang khusus, sedangkan lembaga
atau institut adalah badan atau organisasi yang melaksanakan aktivitas itu.

Tabel Perbedaan antara lembaga dan pranata

Lembaga, Institute Pranata, Institution

Institut Teknologi Bandung Pendidikan Teknologi


Institut Agama Islam Pendidikan Agama
Lembaga Ekonomi dan Kemasyarakatan Penelitian Masyarakat
Nasional
Penerbit Kompas, Yayasan Bentara Rakyat Jurnalistik
Departemen Hankam Keamanan Negara
Divisi Siliwangi Perang
PSSI Olah raga Sepakbola

Institusi sebagai badan atau organisasi yang melaksanakan aktivitas pranata sosial, dapat
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

1)        Institusi Formal

Institusi formal adalah suatu institusi yang dibentuk oleh pemerintah atau oleh swasta yang
mendapat pengukuhan secara resmi serta mempunyai aturan-aturan tertulis/resmi. Institusi
formal dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

-       Institusi pemerintah
Institusi pemerintah adalah lembaga yang dibentuk oleh pemerintah berdasarkan suatu
kebutuhan yang karena tugasnya berdasarkan pada suatu peraturan perundang-undangan
melakukan kegiatan untuk meningkatkan pelayanan masyarakat dan meningkatkan taraf
kehidupan kebahagiaan kesejahteraan masyarakat. Institusi pemerintah dibedakan menjadi
dua macam, yaitu:

1.      Lembaga pemerintah yang dipimpin oleh seorang menteri

2.      Lembaga pemerintah yang tidak dipimpin oleh seorang menteri, dan bertanggung jawab
langsung kepada presiden (disebut lembaga pemerintah non-departemen). Contoh : Lembaga
Administrasi Negara dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

-       Institusi Swasta
Institusi swasta adalah institusi yang dibentuk oleh swasta (organisasi swasta) karena
adanya motivasi atau dorongan tertentu yang didasarkan atas suatu peraturan perundang-
undangan tanpa adanya paksaan dari pihak manapun. Institusi atau lembaga ini secara sadar
dan ikhlas melakukan kegiatan untuk ikut serta memberikan pelayanan masyarakat dalam
bidang tertentu sebagai upaya meningkatkan taraf kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.
Contoh: Yayasan Penderita Anak Cacat, Lembaga Konsumen, Lembaga Bantuan Hukum dan
Partai Politik.

2)   Institusi Non Formal

Institusi non formal adalah suatu institusi yang tumbuh dimasyarakat karena masyarakat
membutuhkannya sebagai wadah untuk menampung aspirasi mereka. Ciri-ciri institusi non
formal antara lain:

1.    Tumbuh didalam masyarakat karena masyarakat membentuknya, sebagai wadah untuk


menampung aspirasi mereka.

2.    Lingkup kerjanya, baik wilayah maupun kegiatannya sangat terbatas.

3.    Lebih bersifat sosial karena bertujuan meningkatkan kesejahteraan para anggota.

4.    Pada umumnya tidak mempunyai aturan-aturan formal (tanpa anggaran dasar/anggaran


rumah tangga)[6].

2.    Fungsi Pranata Sosial

Secara umum, pranata sosial mempunyai beberapa fungsi. Berikut ini fungsi-fungsi pranata
sosial:

1)        Memberikan pedoman kepada anggota masyarakat dalam hal bertingkah laku dan
bersikap dalam menghadapi masalah kemasyarakatan.

2)        Menjaga keutuhan dan integrasi masyarakat.

3)        Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian


sosial, artinya sistem pengawasan masyarakat terhadap tingkah laku anggota-anggotanya.

Selain fungsi umum tersebut, pranata sosial memiliki dua fungsi besar yaitu fungsi manifes
(nyata) dan fungsi laten (terselubung).
1)        Fungsi manifes adalah fungsi pranata sosial yang nyata, tampak, disadari dan menjadi
harapan sebagian besar anggota masyarakat. Misalnya dalam pranata keluarga mempunyai
fungsi reproduksi yaitu mengatur hubungan seksual untuk dapat melahirkan keturunan.

2)        Fungsi laten adalah fungsi pranata sosial yang tidak tampak, tidak disadari dan tidak
diharapkan orang banyak, tetapi ada. Misalnya dalam pranata keluarga mempunyai fungsi
laten dalam pewarisan gelar atau sebagai pengendali sosial dari perilaku menyimpang[7].

3.      Ciri-ciri Pranata Sosial

Meskipun pranata sosial merupakan sistem norma, tetapi pranata sosial yang ada di
masyarakat memiliki ciri serta kekhasan tersendiri yang membedakannya dengan norma
sosial. Adapun ciri-ciri atau karakteristik pranata sosial adalah meliputi hal-hal berikut ini.

1)        Memiliki Lambang-lambang/Simbol
Setiap pranata sosial pada umumnya memiliki lambang-lambang atau simbol-simbol
yang terwujud dalam tulisan, gambar yang memiliki makna serta menggambarkan tujuan dan
fungsi pranata yang bersangkutan. Contoh cincin pernikahan sebagai simbol dalam pranata
keluarga, burung garuda merupakan simbol dari pranta politik negara Indonesia.

2)        Memiliki Tata Tertib dan Tradisi


Pranata sosial memiliki aturan-aturan yang menjadi tata tertib serta tradisi-tradisi baik yang
tertulis maupun tidak tertulis yang akan menjadi acuan serta pedoman bagi setiap anggota
masyarakat yang ada di dalamnya. Contohnya dalam pranata keluarga seorang anak wajib
bersikap hormat kepada orang tua, namun tidak ada aturan tertulis yang baku tentang
deskripsi sikap tersebut. Sementara itu dalam pranata pendidikan ada aturan-aturan tertulis
yang wajib dipatuhi semua warga sekolah yang tertuang dalam tata tertib sekolah.

3)        Memiliki Satu atau Beberapa Tujuan


Pranata sosial mempunyai tujuan yang disepakati bersama oleh anggota masyarakat. Tujuan
pranata sosial kadang tidak sejalan dengan fungsinya secara keseluruhan. Contoh: Pranata
ekonomi, antara lain bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

4)        Memiliki Nilai
Pranata sosial merupakan hasil pola-pola pemikiran dan pola-pola perilaku dari
sekelompok orang atau anggota masyarakat, mengenai apa yang baik dan apa yang
seharusnya dilakukan dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan demikian pranata sosial
terdiri atas adat istiadat, tradisi atau kebiasaan serta unsur-unsur kebudayaan lain yang secara
langsung maupun tidak langsung bergabung dalam suatu fungsi, sehingga pranata sosial
tersebut mempunyai makna atau nilai di dalam masyarakat tersebut. Contoh tradisi dan
kebiasaan dalam pranata keluarga adalah sikap menghormati atau sikap sopan santun
terhadap orang yang lebih tua.

5)        Memiliki Usia Lebih Lama (Tingkat Kekekalan Tertentu)


Pranata sosial pada umumnya memiliki umur lebih lama daripada umur manusia.
Pranata sosial pada umumnya tidak mudah berganti atau berubah. Hal tersebut terbukti
dengan banyaknya pranata sosial yang diwariskan dari generasi ke generasi. Pranata sosial
yang telah diterima akan melembaga pada setiap diri anggota masyarakat dalam jangka waktu
relatif lama sehingga dapat ditentukan memiliki tingkat kekekalan tertentu. Contohnya tradisi
silaturahmi pada waktu hari raya lebaran, merupakan tradisi turun temurun dari dulu hingga
sekarang.

6)        Memiliki Alat Kelengkapan


Pranata sosial dan memiliki sarana dan prasarana yang digunakan untuk mencapai
tujuan. Misalnya mesin produksi pada sebuah pabrik merupakan sarana dalam pranata
ekonomi untuk menghasilkan barang[8].

4.      Klasifikasi Pranata Sosial


Pranata yang ada dalam suatu masyarakat bergantung kepada sifat sederhana atau
sifat kompleksnya kebudayaan yang hidup dalam masyarakat bersangkutan. Makin menjadi
besar dan kompleks sesuatu masyarakat berkembang, makin bertambah pula jumlah pranata
yang timbul didalamnya. Para ahli sosiologi telah melakukan berbagai macam penggolongan
atau jumlah pranata itu. Penggolongan berdasarkan atau fungsi dari pranata-pranata untuk
memenuhi keperluan-keperluan hidup manusia sebagai warga masyarakat, memberikan
kepada kita sekedar pengertian mengenai jumlah dari berbagai macam pranata yang ada
dalam suatu masyarakat yang besar dan kompleks. Semua pranata dapat diklasifikasikan
kedalam paling sedikit delapan golongan, yaitu:
1)        Pranata yang berfungsi untuk memenuhi keperluan kehidupan kekerabatan, yaitu
sering disebut kinship atau domestic institutions.  Contoh: perkawinan, tolong menolong
antar-kerabat, pengasuhan anak-anak, sopan santun pergaulan antar-kerabat, sistem istilah
kekerabatan dan sebagainya.

2)        Pranata-pranata yang berfungsi untuk memenuhi keperluan manusia untuk mata


pencaharian hidup, memproduksi, menimbun, menyimpan, mendistribusi hasil produksi dan
harta adalah economic institutions. Contoh : pertanian, peternakan, pemburuan, feodalisme,
industri, barter, koperasi penjualan, penggudangan, perbankan dan sebagainya.

3)        Pranata-pranata yang berfungsi memenuhi keperluan penerangan dan pendidikan


manusia supaya menjadi anggota masyarakat yang berguna adalah educational
institusions. Contoh: pengasuhan kanak-kanak, pendidikan rakyat, pendidikan menengah,
pendidikan tinggi, pemberantasan buta huruf, pendidikan keamanan, pers, perpustakaan
umum dan sebagainya.

4)        Pranata-pranata yang berfungsi memenuhi keperluan ilmiah manusia, menyelami alam


semesta sekelilingnya, adalah scientific institutions. Contoh : metodologi ilmiah, penelitian,
pendidikan ilmiah, dan sebagainya.

5)        Pranata-pranata yang berfungsi memenuhi keperluan manusia untuk menghayatkan


rasa keindahannya dan untuk rekreasi adalah aesthetic and recreational institutions. Contoh :
seni rupa, seni suara, seni gerak, seni drama, kesusastraan, olah raga, dan sebagainya.

6)        Pranata-pranata yang berfungsi memenuhi keperluan manusia untuk berhubungan


dengan dan berbakti kepada Tuhan atau dengan alam ghaib, adalah religious
institutions. Contoh : do’a, kenduri, upacara, semadi, bertapa, penyiaran agama, pantangan,
ilmu gaib, ilmu dukun, dan sebagainya.

7)        Pranata-pranata yang berfungsi memenuhi keperluan manusia untuk mengatur dan


mengelola keimbangan kekuasaan dalam kehidupan masyarakat, adalah political
institutions. Contoh: pemerintahan, demokrasi, kehakiman, kepartaian, kepolisian,
ketentaraan dan sebagainya.

8)        Pranata-pranata yang berfungsi memenuhi keperluan fisik dan kenyamanan hidup


manusia adalah somatic institutions. Contoh: pemeliharaan kecantikan, pemeliharaan
kesehatan, kedokteran dan sebagainya.
5.      Tipe-tipe lembaga kemasyarakatan /Pranata Sosial
Tipe-tipe lembaga kemasyarakatan, dapat diklasifikasikan dari berbagai sudut.
Menurut Gillin dan Gillin, lembaga-lembaga kemasyarakatan dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:

1)        Crescive institutions dan enacted institutions yang merupakan klasifikasi dari sudut


perkembangannya. Crescive institutions yang juga disebut lembaga-lembaga primer,
merupakan lembaga-lembaga yang secara tak sengaja tumbuh dari adat istiadat masyarakat.
Contoh adalah hak milik, perkawinan, agama dan seterusnya.

Enacted institutions dengan sengaja dibentuk untuk memenuhi tujuan tertentu,


misalnya lembaga utang piutang, lembaga perdagangan dan lembaga-lembaga pendidikan,
yang kesemuanya berakar pada kebiasaan-kebiasaan dalam masyarakat. Pengalaman
melaksanakan kebiasaan-kebiasaan tersebut kemudian disistematisasi dan diatur untuk
kemudian dituangkan ke dalam lembaga-lembaga yang disahkan oleh negara.

2)        Dari sudut sistem nilai-nilai yang diterima di masyarakat, timbul klasifikasi atas basic
institutions dan subsidiary institutions. Basic institutions dianggap sebagai lembaga
kemasyarakatan yang sangat penting untuk memelihara dan mempertahankan tata tertib
dalam masyarakat. Dalam masyarakat Indonesia, misalnya keluarga, sekolah-sekolah, negara
dan lain sebagainya dianggap sebagai basic institutions yang pokok.

Sebaliknya adalah subsidiary institutions yang dianggap kurang penting seperti


misalnya kegiatan-kegiatan untuk rekreasi. Ukuran apakah yang dipakai untuk menentukan
suatu lembaga kemasyarakatan dianggap sebagai basic atau subsidiary, berbeda di masing-
masing masyarakat. Ukuran-ukuran tersebut juga tergantung dari masa hidup masyarakat tadi
berlangsung. Misalnya sirkus pada zaman Romawi dan Yunani kuno dianggap sebagai basic
institutions; pada dewasa ini kiranya tak akan dijumpai suatu masyarakat yang masih
mempunyai keyakinan demikian.

3)        Dari sudut penerimaan masyarakat dapat dibedakan approves atau social sanctioned


institutions dengan unsanctioned institutions. Approved atau social sancstioned
institutions, adalah lembaga-lembaga yang diterima masyarakat seperti misalnya sekolah,
perusahaan dagang dan lain-lain. Sebaliknya unsanctioned institutions yang ditolak oleh
masyarakat, walau masyarakat kadang-kadang tidak berhasil memberantasnya. Misalnya
kelompok penjahat, pemeras, pencoleng dan sebagainya.
4)        Pembedaan antara general institutions dengan resctricted institutions, timbul apabila
klasifikasi tersebut didasarkan pada faktor penyebarannya. Misalnya agama merupakan
suatu general institutions, karena dikenal oleh hampir semua masyarakat dunia. Sedangkan
agama-agama Islam, protestas, katolik, budha dan lain-lainnya, merupakan resctricted
institutions, oleh karena dianut oleh masyarakat-masyarakat tertentu didunia ini.

5)        Dari sudut fungsinya terdapat pembedaan operative institutions dan regulative


institutions. Yang pertama berfungsi sebagai lembaga yang menghimpun pola-pola atau tata-
cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan lembaga yang bersangkutan, seperti misalnya
lembaga industrialisasi. Yang kedua, bertujuan untuk mengawasi adat-istiadat atau tata-
kelakuan yang tidak menjadi bagian mutlak lembaga itu sendiri. Suatu cotoh adalah lembaga-
lembaga hukum seperti kejaksaan, pengadilan dan sebagainya.

IV. Pranata Sosial dan Pendidikan

Pada dasarnya pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang
atau kelompok orang dalam usaha untuk mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran
atau pelatihan. Di Indonesia, pendidikan dapat digolongkan menjadi dua, yaitu pendidikan
sekolah (pendidikan formal) dan pendidikan luar sekolah (pendidikan nonformal). Pada
perkembangannya, ada beberapa ahli sosiologi yang menambahkan satu golongan pendidikan
lagi, yaitu pendidikan yang diperoleh melalui pengalaman atau kehidupan sehari-hari
(pendidikan informal).

Pendidikan sebagai upaya untuk mengubah sikap dan perilaku menjadi manusia yang
dewasa nampaknya adalah sebuah sistem yang menjadi tata kelakuan yang diperlukan dalam
kehidupan bermasyarakat. Dengan demikian, maka pendidikan adalah bagian dari pranata
yang mengatur pola interaksi masyarakat dalam proses sosial.

Pranata pendidikan berfungsi untuk mempersiapkan manusia agar mampu menjadi


manusia yang mandiri saat ia dewasa kelak. Persiapan-persiapan yang dimaksud, meliputi
kegiatan dalam:

a)    meningkatkan potensi, kreativitas, dan kemampuan diri;

b)   membentuk kepribadian dan pola pikir yang logis dan sistematis; serta

c)    mengembangkan sikap cinta tanah air.


Dengan pranata pendidikan, diharapkan hasil sosialisasi akan membentuk sikap mental yang
cocok dengan kehidupan di masa sekarang dan yang akan datang.

Pendidikan sebagai pranata sosial sudah tentu tidak bisa lepas pula dari
ketergantungan saling silang budaya. Mengamati dunia pendidikan tidak cukup hanya dengan
melihat masalah internal pendidikan, namun perlu pula melihat beberapa komponen lain,
misalnya: sosial, budaya, ekonomi, politik, sejarah, dan filsafat.

Jadi, pendidikan dan pranata sosial adalah sesuatu yang bertalian satu sama lain.
Beberapa kebutuhan manusia, seperti kebutuhan pendidikan, akan diperoleh lebih terstruktur
dengan adanya lembaga sosial atau pranata sosial. Pranata sosial akan ada jika ada kebutuhan
individu yang digabungkan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhannya. Pranata sosial
melibatkan pola aktivitas dan pola organisasi untuk melaksanakan pemenuhan kebutuhan
manusia. Pendidikan juga mempersiapkan anak didik untuk mempersiapkan kebahagiaan
hidup secara seimbang antara dunia dan akhirat, antara kehidupan pribadi dengan kehidupan
kolektif. Yakni, menjadi masyarakat yang baik dengan mematuhi norma atau aturan yang
berlaku dalam masyarakat serta memiliki peranan dan konstribusi bagi kehidupan
masyarakat.

V.  Kesimpulan
Pendidikan sebagai pranata sosial sesungguhnya sebagai salah satu upaya dan strategi
dalam mewujudkan tujuan pembangunan nasional yang mengharapkan terciptanya generasi
masa depan yang berilmu-pengetahuan, berteknologi, dan beriman bertakwa. Tujuan
pembangunan nasional ini akan terwujud apabila pendidikan sebagai pranta sosial dapat
berfungsi dengan normal dan efektif dalam menciptakan Sumber Daya Manusia yang
berkualitas, berilmu pengetahuan yang relevan dengan zamannya, dan mampu hidup pada era
globalisasi dengan menjaga identitas tertentu yang melekat pada diri sebagai pribadi, agama,
dan bangsa.   
            Pranata sosial adalah suatu system tata kelakuan dan hubungan yang berpusat kepada
aktivitas untuk mengatur, mengarahkan, dan melaksanakan berbagai kegiatan yang
memenuhi kompleksitas masyarakat yang menekankan pada sistem tata kelakuan atau norma.

Jadi, pendidikan dan pranata sosial adalah sesuatu yang bertalian satu sama lain.
Pranata sosial akan ada jika ada kebutuhan individu yang digabungkan dengan tujuan untuk
memenuhi kebutuhannya. Pranata sosial melibatkan pola aktivitas dan pola organisasi untuk
melaksanakan pemenuhan kebutuhan manusia.

DAFTAR PUSTAKA

Arbahits, 2017. “Pendidikan dan Pranata Sosial.”, https://arbahits.wordpress.com/2017/01/18/pend


idikan-dan-pranata-sosial/, diakses 01 Juni 2022 pukul 09.10

Erika, Anggi. “Pendidikan dan Pranata Sosial”, kompasiana.com/havvahuri3416/5d907855097f367c


b47a00b3/pendidikan-dan-pranata-sosial?page=3&page_images=1

Kasep, Egi, 2017. “Pendidikan dan Pranata Sosial”, https://egikasep.blogspot.com/2017/01/pendidik


an-dan-pranata-sosial.html, diakses 01 Juni 2022 pukul 09.55

Pranata Sosial dan Pendidukan, https://budizia2009.blogspot.com/2011/10/pranata-


sosialdanpendidikan.html, diakses 31 Mei Pukul 21.45

Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi, (Jakarta: Penerbit Universitas, 1964), hlm.113

Anda mungkin juga menyukai