Anda di halaman 1dari 35

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN BERBASIS

MULTIKULTURAL DI TK PEMBINAAN PASIR PUTIH

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

WIJI HARYANTATI

1912068

Fakultas: Tarbiyah

Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini (S.Pd)

Kepada:

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SYAIKH ABDURRAHMAN SIDDIK

BANGKA BELITUNG

TAHUN 2021
A. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara majemuk yang terdiri dari beragam suku, agama,

bahasa dan ras, namun realita yang terjadi adalah kesadaran dan kematangan

masyarakat untuk menerima perbedaan masih sangat kurang. Cara pandang yang

berbeda memunculkan konflik karena satu dengan yang lainnya menggunakan dan

memaksakan alasannya sendiri untuk bisa diterima oleh orang lain, akibatnya

muncullah suatu konflik dalam masyarakat. Penanaman nilai multikulturalisme

adalah cara yang dapat dilakukan agar tidak terjadi konflik. Multikulturalisme

adalah suatu paham yang memberikan wawasan di dalam memahami bahwa

manusia mempunyai sikap dan cara pandang yang berlainan. Pemahaman

terhadap multikulturalisme akan menumbuhkan nasionalisme yaitu adalah paham

kebangsaan, yang berarti seseorang yang mempunyai rasa cinta kepada tanah

airnya dan cinta terhadap bangsanya sendiri. Nasionalisme Indonesia adalah

paham cinta terhadap bangsa Indonesia dengan cara menempatkan persatuan dan

kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara di atas

kepentingan pribadi maupun golongan dengan tetap menghargai adanya

persamaan harkat dan martabat setiap bangsa, mengakui dan menghargai

kedaulatan setiap bangsa serta menjalin hubungan persahabatan dan kerja sama

dengan semua bangsa.1

Dalam sistem Pendidikan Nasional undang-undang No 20 tahun 2003 pasal I

ayat 1 juga mengartikan “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

1
Junanto, Subar, and Latifah Permatasari Fajrin. "Internalisasi Pendidikan Multikultural pada
Anak Usia Dini." Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Undiksha 8.1 (2020): hlm .29
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. Dari

bunyi pasal tersebut mengisyaratkan bahwa sistem pendidikan nasional di

Indonesia sangatlah memperhatikan adanya paradigma multkulturalisme.

Multikultularisme itu sendiri dapat diartikan sebagai “lebih dari satu kebudayaan

atau keragaman budaya.”2

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya

dan masyarakat. 3

Pendidikan merupakan kebutuhan manusia sepanjang hayat, setiap manusia

pasti membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun ia berada.

Keberadaan pendidikan sangat penting artinya, sebab tanpa adanya pendidikan,

manusia sekarang tidak akan berbeda dengan generasi manusia masa lampau,

bahkan mungkin juga lebih rendah. Oleh karenanya keberhasilan suatu bangsa

dalam memperoleh tujuannya tidak hanya ditentukan oleh melimpah ruahnya

sumber daya alam, tetapi sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya

2
Rohmah, Hidayatur. "Implementasi Nilai-Nilai Pendidikan Multikultural di Sekolah (Studi
Kasus SMA Kharisma Bangsa Global Education Kota Tangerang Selatan." (2021): hlm. 2-3
3
Hanifah, Nurul. Kompetensi Profesional Guru Di Madrasah Tsanawiyah Negeri Model
Purwokerto Kabupaten Banyumas. Diss. IAIN, 2018: hlm. 1
manusianya. Dikatakan bahwa “Bangsa yang besar dapat dilihat dari

kualitas/karakter bangsa (manusia) itu sendiri”.4

Manusia tidak bisa lepas dari pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu

sektor penting dalam pembangunan di setiap negara. Menurut undang-undang No.

20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas dalam pasal 1 disebutkan bahwa pendidikan

merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, mengembangkan segala potensi yang dimiliki peserta didik

melalui proses pembelajaran. Dalam pasal 4 dijelaskan bahwa peserta didik adalah

anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses

pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.

Dengan demikian pendidikan adalah segala daya upaya dan semua usaha untuk

membuat masyarakat dapat mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, berkepribadian, memiliki

kecerdasan, berakhlak mulia, serta memiliki keterampilan yang diperlukan

sebagai anggota masyarakat dan warga negara.5

Pengenalan ideologi multikulturalisme sejak dini pada anak diharapkan

mampu membangun karakter anak bangsa yang mengerti, menerima dan

menghargai orang lain yang berbeda suku, budaya dan nilai kepribadian. Lewat

4
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 2.
5
Rini, Yuli Sectio, and Jurusan Pendidikan Seni Tari. Pendidikan: Hakekat, Tujuan, dan
Proses, (Jogyakarta: Pendidikan Dan Seni Universitas Negeri Jogyakarta (2013).
penanaman semangat multikulturalisme di sekolah-sekolah, akan menjadi medium

pelatihan dan penyadaran bagi generasi muda untuk menerima perbedaan budaya,

agama, ras, etnis dan kebutuhan di antara sesama dan mau hidup bersama secara

damai. Dalam penerapan disekolah pendidikan multikultural menggunakan empat

pendekatan yaitu pendekatan kontribusi, pendekatan aditif, pendekatan

transformatif dan pendekatan aksi sosial. Yang berpegang pada dimensidimensi

pendidikan multikultural yaitu dimensi integrasi isi/materi (content integration),

dimensi konstruksi pengetahuan (knowledge construction), dimensi pendidikan

yang sama/adil (an equity paedagogy), dimensi pengurangan prasangka (prejudice

reduction), dimensi pemberdayaan budaya sekolah dan stuktur sosial

(Empowering school culture and social stucture).6

Pentingnya pendidikan multikultural di Indonesia pada umumnya didasarkan

pada dua alasan berikut. Pertama, bahwa Indonesia merupakan negara yang

memiliki banyak problem tentangindikatornya sebagai berikut: (1) terjadinya

penyeragaman kurikulum dan metode pembelajaran; (2) terjadi sentralisasi dalam

pengelolaan pendidikan, yang sarat dengan instruksi, petunjuk, dan pengarahan

dari atas; (3) belum adanya proses menghargai dan mengakomodasi perbedaan

latar belakang peserta didik yang menyangkut budaya, etnik, bahasa, dan agama;

(4) proses pendidikan dan pengajaran agama pada umumnya lebih menekankan

sisi keselamatan individu dan kelompoknya sendiri daripada keselamatan orang

lain di luar diri dan kelompoknya sendiri; (5) terbatasnya ruang perbedaan

pendapat antara guru dengan peserta didik, dan atau antara peserta didik satu
6
Awaru, A. Octamaya Tenri. "Membangun Karakter Bangsa Melalui Pendidikan Berbasis
Multikultural Di Sekolah." Prosiding Seminar Nasional Himpunan Sarjana Ilmu-Ilmu Sosial. Vol.
2. 2017.
dengan peserta didik lainnya; (6) fokus pendidikannya hanya pada pencapaian

kemampuan ritual dan keyakinan tauhid; (7) guru lebih sering menasihati peserta

didik dengan cara mengancam; (8) guru hanya mengejar standar nilai akademik

sehingga kurang memperhatikan budi pekerti dan moralitas anak, serta (9)

kecerdasan intelektual peserta didik tidak diimbangi dengan kepekaan sosial dan

ketajaman spiritualitas beragama.7

Menurut Mark K. Smith, ada 3 (tiga) karakteristik bagi kurikulum pendidikan

yang berorientasi pada proses. Pertama, kurikulum model ini menempatkan ruang

kelas sebagai tempat berinteraksinya antara pendidik dan peserta didik dan antar

peserta didik secara edukatif dan demokratis. Kedua, kurikulum model ini

memerlukan adanya setting dan lay out ruang yang dinamis, agar proses

komunikasi dan interaksi edukatif antar peserta didik dapat berlangsung dengan

mudah. Ketiga, kurikulum model ini menempatkan peserta didik sebagai subjek

dalam proses pembelajaran. Karena fokusnya pada proses interaksi, maka

kurikulum model ini menuntut adanya perubahan cara pandang dari kegiatan

pengajaran (teaching process) ke kegiatan pembelajaran (learning process).

Berdasar orientasi di atas, yang perlu dilakukan oleh guru adalah melihat latar

belakang kultural dan keagamaan para siswa. Dengan sendirinya guru dapat

mengambil beberapa bentuk: 1) program yang menggunakan penelitian gaya

belajar berbasis kultur keagamaan dalam upaya menentukan cara pengajaranmana

7
Aly, Abdullah. "Model Kurikulum Pendidikan islam Multikultural Di Pondok Pesantren
Modern Islam Assalam Surakarta." Jurnal Varidika 24.4 (2012).
yang dapat digunakan untuk kelompok siswa tertentu; 2) program lintas batas;

studi bersama antaragama, studi bersama antaretnik; studi bersama antar gender.8

Pendidikan berwawasan multikultural dapat diartikan suatu pendidikan yang

mengapresiasi keragaman budaya sebagai realitas objektif dalam suatu kehidupan

masyarakat. Dalam praktik pendidikan berwawasan multikultural ingin

mengeksplorasi perbedaan sebagai keniscayaan, dan menciptakan budaya

akademik yang toleran dan inklusif. Relevansi pendidikan berwawasan

multikultural teradopsi dan termodivikasi kedalam konsep dasar pendidikan

seperti tentang dalam UU. No. 20 Tahun 2003 merumuskan; Pendidikan adalah

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

bangsa, dan negara. Wacana pendidikan multikultural atau pendidikan

berwawasan multikulturalisme dimaksudkan untuk merespon dampak

perkembangan globalisasi, dan fenomena konflik etnis, sosial budaya, yang sering

muncul dikalangan masyarakat Indonesia yang berwajah multikultural.

Kerawanan konflik ini sewaktu-waktu bisa timbul akibat suhu politik, agama,

sosio budaya yang memanas. Penyebab konflik sangat kompleks namun sering

disebabkan karena perbedaan etnis, agama, ras.9

8
Kirom, Askhabul. "Peran guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran berbasis
multikultural." Jurnal Al-Murabbi 3.1 (2017): 69-80.
9
Widisuseno, Iriyanto. "Pendidikan Berbasis Multikulturalisme Suatu Upaya Penguatan
Jatidiri Bangsa." Humanika 15.9 (2012).
Tujuan utama penerapan pendekatan pendidikan multikultural di tingkat

nasional hendaknya dititikberatkan pada pemahaman dan penghargaan peserta

didik terhadap budayanya sendiri dan budaya orang lain, mencakup agama,

berlandaskan semboyan bhinneka tunggal ika serta Pancasila. Untuk itu maka

diperlukan adanya penataan ulang dan penguatan pendidikan kewarganegaraan

(PKn), IPS, dan pendidikan agama dengan memasukkan muatan materi

keanekaragaman nilai-budaya, didukung oleh penelitian sosiologis dan

antropologis untuk pendidikan.10

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah yang diungkapkan di latar belakang yang telah diuraikan,

maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana implementasi pembelajaran berbasis multikultural di TK Pembinaan

Pasir Putih?

2. Bagaimana hasil dari implementasi pendidikan berbasis multikultural dalam

pembelajaran pada kelas di TK Pembinaan Pasir Putih?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian sebagaimana diuraikan diatas, maka

tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dasar yang digunakan sebagai acuan dalam implementasi

pembelajaran berbasis multikultural di TK Pembinaan Pasir Putih.

2. Untuk mengetahui implementasi pendidikan berbasis multikultural dalam

pembelajaran pada kelas di TK Pembinaan Pasir Putih.

10
Amirin, Tatang M. "Implementasi pendekatan pendidikan multikultural kontekstual berbasis
kearifan lokal di Indonesia." Jurnal pembangunan pendidikan: Fondasi dan aplikasi 1.1 (2012).
D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa manfaat secara praktis maupun secara teoritis:

a. Manfaat Teoritis, Baik bagi peneliti maupun TK Pembinaan Pasir Putih

diharapkan dapat menjadi dan memperkaya wawasan serta pemahaman mengenai

pentingnya pendidikan berbasis multikultural.

b. Manfaat Praktis, baik bagi peneliti maupun TK Pembinaan Pasir Putih, dapat

memberikan cara yang mudah dalam pendidikan berbasis multikultural.

E. Telaah Pustaka

Telaah pustaka dalam sebuah penelitian merupakan hal penting yang harus

dilakukan oleh peneliti dalam usaha menghindari terjadinya proses penelitian

terhadap permasalahan yang sama. Oleh karna itu, peneliti juga harus mengkaji

lebih dalam lagi tentang implementasi pendidikan berbasis multikultural di TK

Pembinaan Pasir Putih. Dari hasil penelusuran pustaka yang dilakukan, sampai

saat ini peneliti belum menemukan penelitian yang mengkaji tentang

implementasi pendidikan berbasis multikultural di TK Pembinaan Pasir Putih.

Akan tetapi ada beberapa hasil penelitian yang relevan dengan permasalahan yang

akan dikaji yang dapat mendukung dalam penelitian ini, yaitu:

Skripsi ini ditulis oleh Ai Siti Hodijah, 2021, yang berjudul “Peran Guru

Dalam Pendidikan Multikultural Perspektif Ki Hadjar Dewantara dan KH.


Hasyim Asy’ari”. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang memiliki

keberagaman budaya (Multikultural) sehingga tidak jarang permasalahan-

permasalahan yang disebabkan perbedaan kultur terjadi di Indonesia, oleh sebab

itu demi menjaga kedamaian di Indonesia maka perlu adanya pendidikan

multikultural. Dalam pelaksanaan pendidikan multikultural salah satu profesi

yang berperan penting adalah pendidik atau guru. Tujuan dalam penelitian ini

adalah untuk mengetahui bagaimana peran guru dalam pendidikan multiultural

perspektif Ki Hadjar Dewantara dan KH. Hasyim Asy’ari, serta persamaan dan

perbedaan perspektif tentang peran guru dalam pendidikan multikultural dari

kedua tokoh tersebut.11

Dalam penelitian yang dilakukan Ai Siti Hodijah memiliki persamaan dengan

penelitian yang dilakukan penilitian yaitu sama-sama membahas tentang

pendidikan multikultural. Sedangkan perbedaannya yaitu peneliti yang diteliti

oleh Ai Siti Hodijah mengenai peran guru dalam pendidikan multikultural

perspektif ki hadjar dewantara dan kh. hasyim asy’ari yang dilakukan peneliti

yaitu implementasi pendidikan berbasis multikultural di tk pembinaan pasir putih.

Skripsi ini ditulis oleh Sofia Nur Aeni, 2018, “Pengembangan Budaya

Toleransi Beragama Berbasis Multikultural Dalam Pembelajaran Pendidikan

Agama Islam Di Sd Nasional 3 Bahasa Putera Harapan Purwokerto”. Penelitian

ini mengangkat permasalahan tentang belum diketahuinya secara keseluruhan

pengembangan budaya toleransi beragama berbasis multikultural dalam

pembelajaran PAI di SD Nasional 3 Bahasa Putera Harapan Purwokerto.

11
Hodijah, Ai Siti. Peran Guru Dalam Pendidikan Berbasis Multikultural Perspektif Ki Hajar
Dewantara Dan Kh. Hasyim Asy’ari. Diss. Uin Fas Bengkulu, 2021.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengembangan budaya toleransi

beragama berbasis multikultural dalam pembelajaran PAI di SD Nasional 3

Bahasa Putera Harapan Purwokerto. Peserta didik di SD Nasional 3 Bahasa Putera

Harapan Purwokerto berasal dari latar belakang agama yang berbeda, tetapi dalam

bergaul mereka tetap menjunjung tinggi sikap toleransi beragama. Hal ini dapat

dilihat dari beberapa prinsip toleransi yang mereka laksanakan. Pengembangan

budaya toleransi umat beragama yang dilakukan oleh kepala sekolah dan guru

dilakukan dalam kelas maupun luar kelas dengan 1) Memberi kesempatan kepada

semua peserta didik untuk mengikuti pembelajaran agama sesuai dengan

agamanya 2) Menciptakan iklim toleran melalui kegiatan perayaan hari besar

agama, doa sebelum dan sesudah pembelajaran, integrasi dalam pembelajaran

agama, kegiatan keteladanan, kegiatan pembiasaan, kegiatan rutinitas meliputi:

upacara bendera, doa bersama menjelang Ujian Nasional, kegiatan spontanitas dan

kegiatan pengkondisian.12

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sofia Nur Aeni memiliki persamaan

dengan penelitian yang dilakukan penilitian yaitu sama-sama membahas tentang

pendidikan multikultural. Sedangkan perbedaannya yaitu peneliti yang diteliti

oleh Sofia Nur Aeni pengembangan budaya toleransi beragama berbasis

multikultural dalam pembelajaran pendidikan agama islam di sd nasional 3 bahasa

putera harapan purwokerto yang dilakukan peneliti yaitu implementasi pendidikan

berbasis multikultural di tk pembinaan pasir putih.

12
Aeni, Sofia Nur. Pengembangan Budaya Toleransi Beragama Berbasis Multikultural Dalam
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Sd Nasional 3 Bahasa Putera Harapan Purwokerto.
Diss. Iain Purwokerto, 2018.
Skripsi ini ditulis oleh Mei Tria Putri, 2018, “Nilai-Nilai Pendidikan

Multikultural Dalam Novel Tentang Kamu Karya Tere Liye Dan Implementasinya

Dalam Pembelajaraan Pai”. Banyaknya konflik dan kekerasan dimuka bumi

menandakan bahwasannya manusia belum memahami betul keragaman dan

perbedaan. Pendidikan multikultural hadir sebagai proses pendidikan yang

mengedepankan keragaman, kesetaraan, perbedaan, toleransi, humanisme,

pluralism, demokrasi, dan keadilan. Penanaman nilai-nilai pendidikan

multikultural dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya melalui media

novel. Media novel merupakan langkah strategis untuk menyelenggarakan

pendidikan agama Islam berbasis multikulturalisme. Sehingga dalam penelitian

ini, penulis meneliti nilai-nilai pendidikan multikultural dalam novel Tentang

Kamu karya Tere Liye. Dalam novel ini terdapat nilai-nilai yang harus diketahui,

ditanamkan dan diamalkan dalam diri setiap individu, yaitu 1) Nilai Persamaan

Hak, 2) Nilai Toleransi, 3) Nilai keadilan, dan 4) Nilai Persaudaraan. Novel

Tentang Kamu karya Tere Liye compatible dengan spirit Multikulturalitas dapat

dimanfaatkan untuk mendukung terselenggaranya pendidikan agama Islam

berbasis multikuturalisme.13

Dalam penelitian yang dilakukan Sofia Nur Aeni memiliki persamaan dengan

penelitian yang dilakukan penilitian yaitu sama-sama membahas tentang

pendidikan multikultural. Sedangkan perbedaannya yaitu peneliti yang diteliti

oleh Sofia Nur Aeni mengenai nilai-nilai pendidikan multikultural dalam novel

tentang kamu karya tere liye dan implementasinya dalam pembelajaraan pai yang
13
Putri, Mei Tria. Nilai-Nilai Pendidikan Multikultural Dalam Novel Tentang Kamu Karya
Tere Liye Dan Implementasinya Dalam Pembelajaraan Pai Skripsi. Diss. IAIN, 2018.
dilakukan peneliti yaitu implementasi pendidikan berbasis multikultural di tk

pembinaan pasir putih.

Skripsi ini di tulis oleh Tri Indah Yani, 2020, “Pendidikan Toleransi

Beragama Berbasis Multikultural Di Sma Nasional 3 Bahasa Putera Harapan

(Pu Hua School) Purwokerto Kabupaten Banyumas”. Indonesia sebagai negara

multikultural tentu mempunyai banyak sekali keberagaman. Keberagaman

tersebut dapat dilihat dari segi agama, suku, ras, budaya, bahasa dan sebagainya.

Dengan adanya keberagaman tersebut tentu menjadikan Indonesia semakin rentan

sekali terhadap konflik, apalagi kalau mengenai permasalahan yang sensitif

seperti keyakinan (agama). Faktanya telah terdapat berbagai fenomena konflik

seperti saling menghina, mencaci atau bahkan tak segan menggunakan kekerasan,

dimana semua itu bermotif dengan mengatasnamakan agama atau untuk

mensyiarkan agama. Dengan itu, maka perlu adanya suatu usaha untuk mengatasi

hal tersebut. Salah satu usaha tersebut yakni dengan adanya pendidikan toleransi

beragama.14

Dalam penelitian yang dilakukan Tri Indah Yani memiliki persamaan dengan

penelitian yang dilakukan penilitian yaitu sama-sama membahas tentang

pendidikan multikultural. Sedangkan perbedaannya yaitu peneliti yang diteliti

oleh Tri Indah Yani mengenai pendidikan toleransi beragama berbasis

multikultural di sma nasional 3 bahasa putera harapan (pu hua school) purwokerto

kabupaten banyumas dilakukan peneliti yaitu implementasi pendidikan berbasis

multikultural di tk pembinaan pasir putih.


14

Tri, Indah Yani. Pendidikan Toleransi Beragama Berbasis Multikultural. Diss. IAIN


Purwokerto, 2020.
Skripsi ini ditulis oleh Harun, 2019, yang berjudul “Strategi Guru Pendidikan

Agama Islam Dalam Menanamkan Pendidikan Berbasis Multikultural Di Smk

Negeri 3 Seluma”. Untuk mencapai tujuan pendidikan dalam upaya memajukan

bangsa, terjadi suatu proses pendidikan atau proses belajar yang akan memberikan

pengertian, pandangan, dan penyesuaian bagi seseorang, masyarakat, maupun

negara, sebagai penyebab perkembangannya.15

Dalam penelitian yang dilakukan Harun memiliki persamaan dengan penelitian

yang dilakukan penilitian yaitu sama-sama membahas tentang pendidikan

multikultural. Sedangkan perbedaannya yaitu peneliti yang diteliti oleh Harun

mengenai strategi guru pendidikan agama islam dalam menanamkan pendidikan

berbasis multikultural di smk negeri 3 seluma dilakukan peneliti yaitu

implementasi pendidikan berbasis multikultural di tk pembinaan pasir putih.

Skripsi ini ditulis oleh Eliza Ayu Permatasari, 2020, yang berjudul

“Implementasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Multikultural

Dalam Membina Sikap Toleransi Umat Beragama Siswa Di Smk N 3 Salatiga

Tahun Pelajaran 2019/2020.” “Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

implementasi pembelajaran PAI yang berbasis multikultural dalam membina

sikap toleransi umat beragama siswa di SMK N 3 Salatiga. Pertanyaan utama

yang akan dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Bagaimana implementasi

pembelajaran Pendidikan Agama Islam berbasis multikultural dalam membina

sikap toleransi umat beragama siswa di SMK N 3 Salatiga? (2) Apa saja faktor

pendukung implementasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam berbasis

15
Harun, Harun. Strategi Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Menanamkan Pendidikan
Berbasis Multikultural Di Smk Negeri 3 Seluma. Diss. Iain Bengkulu, 2019.
multikultural dalam membina sikap toleransi umat beragama siswa di SMK N 3

Salatiga? (3) Apa saja faktor penghambat implementasi pembelajaran Pendidikan

Agama Islam berbasis multikultural dalam membina sikap toleransi umat

beragama siswa di SMK N 3 Salatiga?16

Dalam penelitian yang dilakukan Eliza Ayu Permatasari memiliki persamaan

dengan penelitian yang dilakukan penilitian yaitu sama-sama membahas tentang

pendidikan multikultural. Sedangkan perbedaannya yaitu peneliti yang diteliti

oleh Eliza Ayu Permatasari mengenai implementasi pembelajaran pendidikan

agama islam berbasis multikultural dalam membina sikap toleransi umat

beragama siswa di smk n 3 salatiga tahun pelajaran 2019/2020 dilakukan peneliti

yaitu implementasi pendidikan berbasis multikultural di tk pembinaan pasir putih.

F. Kerangka Teori

1. Pengertian Pendidikan

Pendidikan merupakan suatu proses kegiatan yang universal dalam kehidupan

menusia, karena dimana pun dan kapan pun diatas dunia terdapat proses

pendidikan. Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha untuk membudayakan

manusia atau untuk memuliakan manusia. Untuk terlaksananya pendidikan

dengan baik dan tepat, diperlukan suatu ilmu yang mengkaji secara mendalam

bagaimana harusnya pendidikan itu dilaksanakan. Ilmu yang menjadi dasar

tersebut haruslah yang telahteruji kebenarannya. Ilmu tersebut merupakan ilmu

16
Sari, Eliza Ayu Permata. "Implementasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis
Multikultural Dalam Membina Sikap Toleransi Umat Beragama Siswa Di Smk N 3 Salatiga Tahun
Pelajaran 2019/2020." (2020).
pendidikan. Pendidikan tanpa ilmu pendidikan akan menimbulkan tidak

tercapainya tujuan pendidikan.17

2. Pendidikan Berbasis Multikultural

Istilah pendidikan multikultural secara etimologis terdiri dari dua terma, yaitu

pendidikan dan multikultural. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sedangkan secara

terminologis, pendidikan multikultural merupakan proses pengembangan seluruh

potensi manusia yang menghargai pluralitas dan heterogenitas sebagai

konsekuensi keragaman budaya, etnis, suku dan aliran (agama), ekonomi, sosial

dan politik. Meminjam pendapat Andersen dan Cusher, bahwa pendidikan

multikultural dapat diartikan sebagai pendidikan mengenai keragaman

kebudayaan. Kemudian, James Banks mendefinisikan pendidikan multikultural

sebagai pendidikan untuk people of color. Artinya, pendidikan multikultural ingin

mengeksplorasi perbedaan sebagai keniscayaan (anugerah Tuhan/Sunnatullah).

Kemudian bagaimana kita mampu menyikapi perbedaan tersebut dengan penuh

toleran dan semangat egaliter.18

Multikulturalisme merupakan konsep ketika sebuah komunitas dalam konteks

kebangsaan dapat mengakui keberagaman, perbedaan, dan kemajemukan budaya,


17
Hasan, Muhammad, et al. Landasan pendidikan. Penerbit Tahta Media Group, 2013: hlm. 1
18
Adhani, Yuli. "Konsep Pendidikan Multikultural Sebagai Sarana Alternatif Pencegahan
Konflik." Sosio-Didaktika: Social Science Education Journal 1.1 (2014): 111-121.
baik ras, suku, etnis dan agama. Bangsa yang multikultur adalah bangsa yang

terdiri dari kelompok-kelompok etnik dan budaya (etnic and cultural groups)

yang dapat hidup berdampingan secara damai dalam prinsip co-existence yang

ditandai oleh kesediaan untuk menghormati budaya lain. Pendidikan multikultural

(multicultural education) merupakan strategi pendidikan yang memanfaatkan

keberagaman latar belakang kebudayaan dari peserta didik sebagai salah satu

kekuatan untuk membentuk sikap multikultural.19

Pendidikan multikultural memiliki peran penting dalam memberikan potensi

positif bagi pengembangan anak usia dini untuk membangun perdamaian di masa

yang akan datang. Pendidikan berbasis multikultural sebaiknya dapat

dikembangkan ke dalam kurikulum sekolah dan pelaksanaannya dapat dilakukan

sebagai pelajaran ekstra-kurikuler atau menjadi bagian dari kurikulum sekolah

(khususnya untuk daerah-daerah rawan konflik sosial). Pendidikan berbasis

multikultural akan menjadi sangat penting diterapkan guna meminimalisasi dan

mencegah terjadinya konflik dalam kehidupan masyarakat secara luas. Melalui

pendidikan berbasis multikultural, sikap dan mindset (pemikiran) anak usia dini

akan lebih terbuka untuk memahami dan menghargai keberagaman. Adapun

upaya yang dapat dilakukan secara konseptual dalam penerapan pendidikan

multikultural sangat penting bagi anak usia dini adalah sebagai berikut: 20

Pertama, pendidikan berbasis multikultural selayaknya dipandang sebagai

program pendidikan, dalam makna pendidikan (education) bukan kegiatan

19
Aeni, Sofia Nur. Pengembangan Budaya Toleransi Beragama Berbasis Multikultural Dalam
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Sd Nasional 3 Bahasa Putera Harapan Purwokerto.
Diss. Iain Purwokerto, 2018.
20
Kusuma, Wira Hadi. "Urgensi pendidikan multikultural bagi anak usia dini." Al-Lughah:
Jurnal Bahasa 2.1 (2013): hlm. 10
persekolahan (schooling) atau sekedar menjadi program-program sekolah formal.

Dengan demikian, pendidikan multikultural hendaknya masuk dalam program

pendidikan secara terstruktur dan terencana, bahkan masuk pada sentra-sentra

yang telah dipersipakan tentang keragaman budaya dan perbedaan serta upaya-

upaya dalam mengatasi perbedaan budaya tersebut, antara perlu pendidikan

toleransi dan saling menghargai bagi masing-masing anak usia dini. Dengan

harapan pendidikan ini tidak hanya formalitas atau hanya pada kegiatan-kegiatan

formal yang tidak bersentuhan pada perilaku anak usia dini, yang secara

psikologis belajar sambil bermain. Maka penerapannya harus mempertimbangkan

aspek psikososiologis anak, agar apa yang direncanakan dapat terlaksana sesuai

dengan harapan. 21

Kedua, selayaknya pendidikan berbasis multikultural ini jangan sampai

menyamakan pandangan bahwa kebudayaan sebagai kelompok etnik. Oleh karena

individu-individu memiliki berbagai tingkat kompetensi dalam berbagai dialek

atau bahasa, dan berbagai pemahaman mengenai situasi-situasi dimana setiap

pemahaman tersebut sesuai, maka individu-individu memiliki berbagai tingkat

kompetensi dalam sejumlah kebudayaan. Pada anak usia dini pendidikan

multikultural dapat dipraktekkan melalui memberikan gambaran tentang jenis-

jenis perbedaan budaya secara umu yang ada pada masyarakat Indonesia, dan

tentu harus dibangun rasa saling memahami dan tidak terdapat budaya yang lebih

unggul dan budaya yang lebih rendah, sehingga anak usia dini diajarkan dengan

21
Kusuma, Wira Hadi. "Urgensi Pendidikan Multikultural Bagi Anak Usia Dini." Al-Lughah:
Jurnal Bahasa 2.1 (2013): hlm. 10
pola kesamaanpandangan bahwa perbedaan yang ada adalh sunnatullah yang

memang harus ada dalam semua aspeknya.

Ketiga, dengan pengembangan pendidikan berbasis multikultural pada

pendidikan di Indonesia, diharapkan dapat meningkatkan kompetensi dalam

beberapa kebudayaan. Kebudayaan mana yang akan diadopsi seseorang pada

suatu waktu ditentukan oleh situasinya. Meski jelas berkaitan, harus dibedakan

secara konseptual antara identitas-identitas yang disandang individu dan identitas

sosial dalam kelompok etnik tertentu. Misalnya dalam di sekolah anak usia dini

memiliki makan kesukaan masing-masing dan tentu ada yang sama dan ada pula

yang berbeda, persamaan dan perbedaan masing tidak untuk dijadikan justifikasi

dalam memberkan label bahwa yang satu lebih “mulia” dibanding yang lain,

tetapi lebih diajarkan tentang bagaimana sebaiknya memahami mengapa si A

menyukai makan ini, dan si B menyukai makan itu. Hal ini akan memberikan

gambaran positif bagi perkembangan pendidikan multikultural bagi anak usia

dini.22

Adapun tujuan pendidikan multikulturalimse pada AUD yaitu, agar anak-anak

dapat menghormati keanekaragaman budaya yang ada dan mendorong mereka

secara nyata untuk dapat mengenali dan melenyapkan kecurigaan serta

diskriminasi yang sudah ada. Oleh karena itu, hal yang terpenting dalam

pendidikan multikultural ini adalah, seorang guru tidak hanya di tuntuut untuk

menguasai dan mampu secara profesional. Dan seorang pendidik juga harus

mampu menanamkan nilainilai inti dari pendidikan multikultural seperti

22
Ibid. hlm. 10-12
demokrasi, humanisme dan pluralisme.23 Adapun indikator atau niali-nilai

perkembangan yang telah di miliki anak usia dini sejak ia lahir yaitu:

a) Anak sudah dapat berinteraksi dengan baik.

b) Anak sudah memiliki kemampuan untuk memahami apa yang ingin dia

ketahui

c) Anak mulai mengetahui aturan-aturan, baik di lingkungan keluarga

maupun dalam lingkungan bermain.

d) Memiliki kemampuaun mengenal, menerima, dan berbicara tentang

perasaanya.

e) Dapat mengenal dan bergaul dengan teman sebaya yang beragam

(multibudaya) baik etnis, agama dan budaya. 24

Adapun langkah-langkah penerapan pendidikan multikulturalisme untuk anak usia

dini sebagai berikut :

a) Mengenalkan budaya-budaya yang ada di indonesia, dengan membuat

acara perlombaan seperti : lomba tari pada anak usia dini.

b) Setiap hari-hari besar, seperti hari kartini pada tanggal 21 April, anak-anak

di minta untuk mengenakan pakaian adat yang ada di indonesia.

c) Menumbuhkan sikap tolernsi dengan tidak saling menggangu teman

(bullying)

d) Mengenalkan pakaian-pakaian adat yang ada di indonesia.

e) Memperkenalkan dan mengajak anak-anak usia dini menyanyikan lagu-

lagu daerah.
23
Sundari, Yuvicha. Relevansi Konsep Pendidikan Multikulturalisme Menurut M Quraish
Shihab Terhadap Pendidikan Islam Anak Usia Dini. Diss. IAIN Bengkulu, 2020: hlm. 21
24
Ibid, hlm. 23
f) Mengajak anak-anak studytour ke museum dan mengenalkan sejarah serta

ilmu yang ada di museum tersebut.

g) Mengajak anak-anak study wisata ke tempat beribadah setiap agama.

Dengan sudah mulai diterapkan nya pendidikan multkultural di Indonesia

pada anak usia dini, di harapkan kedepannya generasi penerus lebih

mencintai budaya indonesia dan lebih menghormati serta menghargai

peredaan yang ada pada diri manusia satu sama lain.25

Beberapa masalah yang berkaitan dengan pentingnya pendidikan multikultural

diterapkan pada pendidikan nonformal dan pentingnya revitalisasi nasionalisme

melalui pendidikan anak usia dini, yaitu:

a) Masalah krisis multidimensi yang dihadapi Indonesia setelah runtuh-nya

orde baru berakibat terjadinya disintegrasi sosial, kemiskinan, ke-sengsaraan

sosial, pelanggaran hukum, ketidakadilan, korupsi, kebang-krutan rohani

sehingga perbedaan kultural, pluralisme budaya tidak mendapat tempat yang

semestinya dan pada akhirnya semangat nasio-nalisme mengalami

kelunturan. Dalam kondisi yang demikian peran pendidikan sangat

menentukan dalam merevitalisasi watak calon pemimpin yang mempunyai

jiwa nasionalisme yang tinggi. 26

b) Pada masa lalu pluralisme kultur, perbedaan budaya, danperbedaan ras,

suku, jenis kelamin, latar belakang sosial ekonomi kurang mendapat

perhatian, bahkan perbedaan yang ada terkadang dianggap suatu upaya

menentang pusat kekuasaan. Kondisi semacam itu pada era demokrasi


25
Ibid, hlm. 23-24
26
Sutarto, Joko. "Pentingnya Pembelajaran Multikultural Pada Pendidikan Anak Usia
Dini." Edukasi 13.1 (2019): hlm. 4
sekarang ini perlu direvitalisasi sehingga integrasi nasional tetap berdiri

tegak di bumi Indonesia. Untuk itu satuan pendidikan mempunyai tugas

untuk mengembangkannya melalui pendidikan multikultural.

c) Masalah disintegrasi wilayah, civil society, dan dwifungsi ABRI me-

rupakan sesuatu yang perlu terus dipecahkan agar integrasi nasional tetap

terjaga, peran masyarakat sipil semakin diperhitungkan, dan ABRI lebih

terfokus pada pengamanan negara.

d) Masalah hak asasi manusia merupakan masalah yang sangat krusial bagi

bangsa Indonesia, karena pada masa lalu hak asasi manusia kurang

diperhatikan, bahkan sangat terabaikan sehingga pada masa itu banyak

terjadi pelanggaran hukum dan HAM. menanamkan jiwa nasionalisme

dalam arti yang sebenarnya seperti yang dicita-citakan pendiri Negara

(Sukarno), yaitu nasionalisme yang mengakui adanya perbedaan kultural,

ras, suku, dan lainnya.

e) Pembelajaran multikultural perlu dikembangan pada pendidikan anak usia

dini sebab melalui pembelajaran multikultural dapat ditanamkan jiwa

nasionalisme, menghargai perbedaan, menghormati perbedaan, berpikiran

global dalam konteks masyarakat Indonesia.27

Upaya yang diperlukan dari permasalahan yang diidentifikasi selanjutnya

ditawarkan alternatif atau solusi pemecahan masalah yang ada, yaitu sebagai

berikut:
27
Ibid, hlm. 4-5
a) Perlu dilakukan revitalisasi nasionalisme yang mengarah kepada inte-grasi

nasional, nasionalisme yang menghargai perbedaan kultural. Upaya yang

dilakukan dapat dilakukan melalui pendidikan keluarga, dan pendidikan

dalam masyarakat yang dilakukan melalui teladan dan pembiasaan. Dengan

demikian peran pendidik sangat menentukan. Pendidikan anak usia dini

dipandang sangat penting menanamkan nasionalisme sejak usia dini

sehingga nilai nasionalisme yang ditanamkan sejak dini akan terpatri secara

relatif konstan dan akan terbawa sampai dewasa. Penanaman nilai tersebut

dapat dilakukan melalui nyanyian, bermain peran, teladan, dongeng, dan

semacamnya yang dapat menggugah anak.

b) Terkait dengan solusi pertama di atas, maka kurikulum pada jalur pen-

didikan anak usia dini perlu dikemas dengan pemberian muatan untuk etnis-

etnis yang ada. Untuk itu diperlukan revitalisasi atau mengkonsepkan

kembali makna integrasi, disinilah pentingnya pendidikan untuk berperan

dengan melibatkan tenaga pendidik yang dimiliki.28

3. Pengertian Anak Usia Dini

Ada beragam pendapat tentang hal ini. Batasan tentang anak usia dini antara

lain disampaikan oleh NAEYC (National Association for The Education of Young

Children), yang mengatakan bahwa anak usia dini adalah anak yang berada pada
28
Ibid,..
rentang usia 0-8 tahun, yang tercakup dalam program pendidikan di taman

penitipan anak, penitipan anak pada keluarga (family child care home),

pendidikan prasekolah baik swasta maupun negeri, TK, dan SD. Sedangkan

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional pada Pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa pendidikan anak

usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir

sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan

pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani

agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.29

G. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang peneliti lakukan adalah penelitian kualitatif. Penelitian

kualitatif yaitu “suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan

menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi,

pemikiran orang secara individual maupun kelompok”.30

2. Waktu dan Tempat Penelitian

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di TK Pembinaan Pasir Putih. TK

Pembinaan Pasir Putih beralamatkan di Pasir Putih (Jln. Kota Denpasar),

Pangkalpinang, Kepulauan Bangka Belitung, Indonesia. Alasan memilih lokasi

29
Amini, Mukti, and Siti Aisyah. "Hakikat Anak Usia Dini." Perkembangan dan Konsep
Dasar Pengembangan Anak Usia Dini (2014): 1-43.
30
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2010), hlm. 60
penelitian di TK Pembinaan Pasir Putih yakni peneliti ingin mengetahui lebih jauh

tentang proses yang dilakukan oleh guru untuk implementasi pendidikan berbasis

multikultural di TK Pembinaan Pasir Putih.

3. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini yaitu guru-guru dan siswa TK Pembinaan Pasir Putih

untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan oleh penelitian dalam melengkapi

data-data yang diperlukan peneliti.

4. Sumber Data

Penelitian yang Peneliti gunakan adalah penelitian yang bersifat penelitian

deskriptif kualitatif lapangan bertujuan untuk membuat pencandraan (deskriptif)

secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta yang ada. Penelitian

deskriptif adalah “Penelitian yang bermaksud untuk membuat gambaran mengenai

situasi atau kejadian-kejadian.31

Dengan demikian data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data yang

diklasifikasikan maupun analisis untuk mempermudah dalam menghadapkan pada

pemecahan permasalahan, perolehannya dapat berasal dari:

a. Data Primer

Data primer adalah data dalam bentuk verbal atau kata-kata yang diucapkan

secara lisan, gerak-gerak atau perilaku yang dilakukan oleh subjek yang dapat

31
Ibid, hlm. 71
dipercaya, dalam hal ini subjek penelitian yang berkenaan dengan variabel yang

akan diteliti.32

b. Data Sekunder

Data Sekunder yaitu data yang biasanya disusun dalam bentuk dokumen-

dokumen, misalnya data mengenai keadaan geografis, data mengenai produktifitas

suatu sekolah, data mengenai persediaan pangan disuatu daerah dan sebagainya.33

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian adalah prosedur yang sistematis

untuk memperoleh data yang diperoleh data yang diperlukan. Dalam penelitian

kualitatif teknik pengumpulan data dapat dilakukan melalui berbagai sumber, dan

berbagai cara. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik observasi,

wawancara, dan dokumentasi sebagai teknik pengumpulan data yaitu sebagai

berikut:

1) Teknik Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang sering digunakan dalam

penelitian kualitatif. Melaksanakan teknik wawancara berarti melakukan interaksi

komunikasi atau percakapan antara pewawancara (interviewer) dan terwawancara

(interviewee). Metode ini ditujukan kepada kepala sekolah dan guru yang

digunakan untuk memperoleh data tentang bagaimana upaya pendidik/guru, dalam

32
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010): hlm. 23
33
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosdakarya, 2002): hlm. 156.
menerapkan kedisiplinan beribadah peserta didik TK Pembinaan Pasir Putih ,

serta apa saja faktor pendukung dan penghambat guru dalam implementasi

pendidikan berbasis multikultural di TK Pembinaan Pasir Putih.

2) Teknik Observasi

Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila, penelitian

berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila

responden yang diamati tidak terlalu besar.34 Metode ini digunakan untuk melihat

secara langsung bagaimana upaya guru dalam implementasi pendidikan berbasis

multikultural di TK Pembinaan Pasir Putih. Hasil yang didapat ketika observasi

adalah jumlah anak di TK Pembinaan Pasir Putih berjumlah 20, jumlah guru yang

mengajar dikelas ada 1 setiap kelasnya. Terdapat kelas A dan kelas B yaitu kelas

A anak berusia 3-4 tahun sedangkan kelas B anak berusia 5-6 tahun.

3) Teknik Dokumentasi Teknik

Pengumpulan data yang juga berperan besar dalam penelitian kualitatif adalah

dokumentasi. “Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari

seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya, catatan harian, sejarah

kehidupan (life histories), cerita, biografi, peraturan, kebijakan”. 35 Metode ini

digunakan untuk memperoleh sejarah berdirinya sekolah, keadaan guru, struktur

organisasi sekolah, dan letak geografis.

4) Teknik Penjamin Keabsahan Data

34
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010): hlm. 203
35
Ibid, hlm 205
Untuk memperoleh data yang valid maka peneliti menggunakan keabsahan

data dengan cara mengadakan perpanjangan keikutsertaan, ketekunan,

pengamatan, triangulasi (membandingkan/memeriksa, mengecek keabsahan data),

seperti membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara,

membandingkan apa yang dikatakan di depan umum dengan yang di katakan

secara pribadi. Teknik penjamin keabsahan data merupakan cara-cara yang

dilakukan peneliti untuk mengukur derajat kepercayaan (credibility) dalam proses

pengumpulan data penelitian.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif, yaitu

menggunakan kata-kata hal ini bisa dipengaruhi oleh kredibilitas informannya,

waktu pengungkapan, kondisi yang dialami. Maka peneliti perlu melakukan

triangulasi yaitu pengecekan dari berbagai sumber dengan berbagai cara.

Sehingga ada triangulasi dari sumberdan triangulasi dari teknik pengumpulan

data.

5) Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara

mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. 36

Berdasarkan keterangan di atas maka peneliti di dalam pengambilan data

menggunakan teknik wawancara untuk upaya pendidik/guru, dalam implementasi

pendidikan berbasis multikutural di TK Pembnaan Pasir Putih.


36
Ibid, hlm. 330
Kemudian dicek dengan observasi yaitu dengan melihat langsung

prosespeningkatan kedisiplinan beribadah diluar kelas atau dalam praktek yang

sebenarnya, kemudian dengan didokumentasi.

6) Analisis Data

Analisis adalah suatu usaha untuk mengurai suatu masalah atau fokus kajian

menjadi bagian-bagian (decomposition) sehingga susunan atau tatanan bentuk

sesuatu yang diurai itu tampak dengan jelas dan karenanya bisa secara lebih

terang ditangkap maknanya atau lebih jernih dimengerti duduk perkaranya. 37

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tiga tahapan yaitu sebagai berikut:

a) Reduksi Data

Dalam penelitian tentu saja akan mendapatkan data yang banyak dan relatif

beragam dan bahkan sangat rumit. Untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan

rinci. Makin lama peneliti kelapangan maka jumlah data akan makinbanyak,

komplek dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis datamelalui reduksi

data. Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-halyang pokok, memfokuskan

pada hal-hal yang penting, dicari tema danpolanya dan membuang yang tidak

perlu. Berdasarkan keterangan di atas maka dalam penelitian ini peneliti akan

mencatat dan merangkum data, kemudian akan memilih hal-hal pokok dan

penting kemudian akan membuang hal yang tidak penting.

b) Data Display

Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun, sehingga

menimbulkan penarikan kesimpulan.38 Setelah data direduksi, maka langkah


37
Ibid, hlm. 336
38
Umrati dan Hengki Wijaya, Analisis Data Kualitatif Teori Konsep dalam Penelitian
Pendidikan, (Makassar: Sekolah Tinggi Theologia Jaffray, 2020), hlm.120
selanjutnya adalah mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian

data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,

flowchart dan sejenisnya. Penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat

naratif.39 Berdasarkan keterangan di atas maka peneliti akan menyajikan data yang

berbentuk uraian dalam bentuk teks naratif. Penyajian data ini merupakan salah

satu proses dalam pembuatan laporan penelitian agar mudah dipahami. Penyajian

data ini didapat dari hasil wawancara dan observasi, yaitu mengenai implementasi

pendidikan berbasis multikultural di TK Pembinaan Passir Putih.

c) Penyimpulan (Conclusion Drawing/Verification)

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan

verifikasi. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru

yang sebelumnya belum pernah ada. Temuandapat berupa deskripsi atau

gambaran suatu objek yang sebelumnya masih belum jelas atau gelap sehingga

setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif,

hipotesis atau teori.40 Berdasarkan keterangan di atas maka peneliti mengambil

kesimpulan yang bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-

bukti yang kuat dalam pengumpulan data.

H. Rancangan Sistematika

Pembahasan Untuk lebih mempermudah dalam memahami isi penelitian

skripsi ini, maka peneliti menyusun sistematika penulisannya sebagai berikut:

39
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 203
40
Ibid, hlm. 345
Bab I: Pendahuluan, yang berisikan tentang latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, telaah pustaka, dan sistematika

penulisan.

Bab II: Landasan Teori, yang berisikan tentang pengertian umum dan teoriteori

strategi proses penanaman nilai-nilai karakter pendidikan agama islam pada anak

usia dini serta kerangka teori penelitian dan hipotesis.

Bab III: Metodologi Penelitian, metode yang digunakan adalah kualitatif yaitu

kombinasi pengamatan lapangan dengan kualifikasi datayang berisikan tentang

lokasi penelitian, jenis penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan

data, serta teknik analisis data.

Bab IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan, yang berisikan tentang gambaran

umum tentang objek penelitian, hasil penelitian, dan pembahasan.

Bab V: Kesimpulan dan Saran, yang berisikan tentang kesimpulan dan saransaran

yang diambil dari hasil pembahasan.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam,

(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 2.


Adhani, Yuli. "Konsep Pendidikan Multikultural Sebagai Sarana Alternatif

Pencegahan Konflik." Sosio-Didaktika: Social Science Education

Journal 1.1 (2014): 111-121.

Aeni, Sofia Nur. Pengembangan Budaya Toleransi Beragama Berbasis

Multikultural Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Sd

Nasional 3 Bahasa Putera Harapan Purwokerto. Diss. Iain Purwokerto,

2018.

Aeni, Sofia Nur. Pengembangan Budaya Toleransi Beragama Berbasis

Multikultural Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Sd

Nasional 3 Bahasa Putera Harapan Purwokerto. Diss. Iain Purwokerto,

2018.

Aly, Abdullah. "Model Kurikulum Pendidikan islam Multikultural Di Pondok

Pesantren Modern Islam Assalam Surakarta." Jurnal Varidika 24.4 (2012).

Amini, Mukti, and Siti Aisyah. "Hakikat Anak Usia Dini." Perkembangan dan

Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini (2014): 1-43.

Amirin, Tatang M. "Implementasi pendekatan pendidikan multikultural

kontekstual berbasis kearifan lokal di Indonesia." Jurnal pembangunan

pendidikan: Fondasi dan aplikasi 1.1 (2012).

Awaru, A. Octamaya Tenri. "Membangun Karakter Bangsa Melalui Pendidikan

Berbasis Multikultural Di Sekolah." Prosiding Seminar Nasional Himpunan

Sarjana Ilmu-Ilmu Sosial. Vol. 2. 2017.


Harun, Harun. Strategi Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Menanamkan

Pendidikan Berbasis Multikultural Di Smk Negeri 3 Seluma. Diss. Iain

Bengkulu, 2019.

Hasan, Muhammad, et al. Landasan pendidikan. Penerbit Tahta Media Group,

2013.

Hodijah, Ai Siti. Peran Guru Dalam Pendidikan Berbasis Multikultural

Perspektif Ki Hajar Dewantara Dan Kh. Hasyim Asy’ari. Diss. Uin Fas

Bengkulu, 2021.

Junanto, Subar, and Latifah Permatasari Fajrin. "Internalisasi Pendidikan

Multikultural pada Anak Usia Dini." Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini

Undiksha 8.1 (2020): 28-34.

Kirom, Askhabul. "Peran guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran

berbasis multikultural." Jurnal Al-Murabbi 3.1 (2017): 69-80.

Kusuma, Wira Hadi. "Urgensi pendidikan multikultural bagi anak usia dini." Al-

Lughah: Jurnal Bahasa 2.1 (2013).

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosdakarya,

2002), h. 156.

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2010), h. 60

Nurfuadi, Profesionalisme Guru, (Purwokerto: STAIN Press, 2012), hlm. 18.

Putri, Mei Tria. Nilai-Nilai Pendidikan Multikultural Dalam Novel Tentang Kamu

Karya Tere Liye Dan Implementasinya Dalam Pembelajaraan Pai Skripsi.

Diss. IAIN, 2018.


Rini, Yuli Sectio, and Jurusan Pendidikan Seni Tari. Pendidikan: Hakekat,

Tujuan, dan Proses, (Jogyakarta: Pendidikan Dan Seni Universitas Negeri

Jogyakarta (2013).

Rohmah, Hidayatur. "Implementasi Nilai-Nilai Pendidikan Multikultural di

Sekolah (Studi Kasus SMA Kharisma Bangsa Global Education Kota

Tangerang Selatan." (2021).

Sari, Eliza Ayu Permata. "Implementasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Berbasis Multikultural Dalam Membina Sikap Toleransi Umat Beragama

Siswa Di Smk N 3 Salatiga Tahun Pelajaran 2019/2020." (2020).

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 203

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 203

Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 23

Sundari, Yuvicha. Relevansi Konsep Pendidikan Multikulturalisme Menurut M

Quraish Shihab Terhadap Pendidikan Islam Anak Usia Dini. Diss. IAIN

Bengkulu, 2020.

Sutarto, Joko. "Pentingnya pembelajaran multikultural pada pendidikan anak usia

dini." Edukasi 13.1 (2019).

Tri, Indah Yani. Pendidikan Toleransi Beragama Berbasis Multikultural. Diss.

IAIN Purwokerto, 2020.

Umrati dan Hengki Wijaya, Analisis Data Kualitatif Teori Konsep dalam

Penelitian Pendidikan, (Makassar: Sekolah Tinggi Theologia Jaffray, 2020),

hlm.120
Widisuseno, Iriyanto. "Pendidikan Berbasis Multikulturalisme Suatu Upaya

Penguatan Jatidiri Bangsa." Humanika 15.9 (2012).

Anda mungkin juga menyukai