Anda di halaman 1dari 9

edupedia Vol. 4, No.

2, Januari 2020 | 1

PEMBELAJARAN PAI BERBASIS MULTI-


KULTURAL DALAM RANGKA TOLE-
RANSI UMAT BERAGAMA
Abstract

Oleh: The purpose of this study have to know the management of multicultural-based
Imam Mashuri Islamic religious education learning in the build up religious tolerance students
Email: of SMK 17 August 1945 Genteng. The data collection have done are passive
mashuri5758.aba@gmail.com participatoryobservation, semi-structured interviews and documentation. The sampling
technique used purposive sampling that is the technique of taking data sources with
Fakultas Tarbiyah IAI Ibrahimy certain considerations. while, to analyze the data using descriptive qualitative technical
Genteng Banyuwangi analysis, which is one type of research that seeks to describe objects systematically
in accordance with what they are. The results showed that the planning of Islamic
religious education learning based on multiculturalism in fostering the tolerance of
student, teacher of islamic religion education do not have special planning, Islamic
religious education teachers make learning plans in accordance with the curriculum
used and in accordance with the material presented. Submission of material only
prepare material that is related to multicultural values.

Keywords: Learning, Islamic and Multicultural Religious Education

PENDAHULUAN pendidikan di Indonesia sedikit menyentuh persoalan


bagaimana menghargai kepercayaan-kepercayaan
Konteks Penelitian keagamaan dan keragaman kultural yang sangat kaya.
Pendidikan adalah salah satu faktor yang Ada kecenderungan homogenisasi yang diintrodusir
sangat menentukan dan berpengaruh terhadap secara sistematik melalui dunia pendidikan di bawah
perubahan sosial.1 Pendidikan diberi tanggungjawab payung kebudayaan nasional, hegemoni kebudayaan
untuk menciptakan rasa kemanusiaan, moral, dan jawa sebagai pusat dan kebudayaan lain sebagai
kepribadian yang mendukung terjadinya kedamaian pinggiran, dan pemiskinan budaya dengan meringkas
di masyarakat melalui penyebaran pengetahuan, keragaman identitas kultural sejumlah propinsi.3
wawasan, dan spirit bagi generasi (anak-anak, remaja, Dalam Undang-undang No. 20 Tahun
pemuda secara khusus dan rakyat secara umum). 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3,
Sedangkan pendidikan sendiri adalah usaha sadar dan diungkapkan bahwa pendidikan nasional berfungsi
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
mengemban potensi dirinya untuk memiliki kekuatan rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian. untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
Pendidikan tidak bisa dipisahkan dari kebudayaan, menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
oleh karena itu kebudayaan dan peradaban yang maju Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
(yang mana masyarakat sejahtera, damai, kreatif, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
produktif, dan suka keindahan) pastilah didukung
dengan pendidikan yang berhasil.2 Selama ini,
Liberal Marxix, Sosialis, Postmodern (Yogyakarta: Ar Ruzz
1
Kholilur Rahman, “Perkembangan Lembaga Pendidikan Media Group, 2010), 141.
Islam di Indonesia,” Tarbiyatuna (2018): 1–14. 3
Zakiyuddin Baidhawy, Pendidikan Agama Berwawasan
2
Nurani Soyomukti, Teori-Teori Pendidikan; Tradisional (neo) Multikultural (Jakarta: Erlangga,2005), 21.
Pembelajaran PAI Berbasis Multi-kultural dalam Rangka
 2 Toleransi Umat Beragama

negara yang demokratis dan bertanggung jawab.4 dipisahkan.8 Dari beberapa pengertian pendidikan
Realitanya ternyata masih banyak ditemui bentrok agama Islam di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
antar pelajar tingkat sekolah menengah atas seperti pembelajaran pendidikan agama Islam adalah upaya
yang dikabarkan oleh Sindonews pada hari Selasa, membelajarkan siswa secara sadar dan terencana
31 Juli 2018, pukul 22:38 WIB di Tangerang Selatan, dalam menyiapkan
siswa SMK Sasmita Jaya Pamulang terlibat tawuran
dengan siswa SMK Bhipuri Cilenggang. Tawarun peserta didik untuk mengenal, memahami,
tersebut di latar belakangi oleh intoleransi umat dan menghayati hingga mengimani, bertakwa dan
beragama.5 Membaca kabar berita tersebut, maka berahlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama
sangat penting pembelajaran pendidikan agama Islam dari Alquran dan Hadis, melalui kegiatan
Islam berbasis multikultural diterapkan. Pentingnya bimbingan, pengajaran, latihan serta penggunaan
pendidikan agama Islam berbasis multikultural yaitu pengalaman untuk mencapai hasil yang diinginkan
salah satu pendekatan yang menekankan terhadap berdasarkan kondisi pembelajaran yang ada.
pengenalan siswa dan menghargai budaya dari asal Sulalah, menuliskan istilah “multikultural”
mereka. dari aspek kebahasaan, mengandung dua pengertian
Pembelajaran agama Islam berbasis yang sangat kompleks yaitu “multi” yang berarti plural,
multikultural adalah salah satu model pembelajaran “kultural” berisi pengertian kultur atau budaya. Istilah
pendidikan agama Islam yang dikaitkan pada multi mengandung arti yang berjenis-jenis, bukan
keragaman yang ada, entah itu keragaman agama, sekedar pengakuan akan adanya yang berjenis-jenis
etnis, bahasa dan lain sebagainya.6 Di dalam kurikulum tetapi juga pengakuan tersebut mempunyai implikasi-
pendidikan agama Islam, Majid dan Andayani implikasi yang sangat luas dan kompleks karena
menyebutkan bahwa pendidikan agama Islam adalah berhubungan dengan ideologi, politik, dan ekonomi.
upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta Oleh sebab itu multikultural berkaitan pula dengan
didik untuk mengenal, memahami, menghayati agama yang mengandung prinsip-prinsip demokrasi,
hingga mengimani ajaran agama Islam, bertaqwa hak hidup kelompok-kelompok masyarakat yang
dan berakhlak mulia dalam mengamalkan agama ada dalam suatu komunitas karena mereka memiliki
Islam dari sumber utamanya kitab suci Alquran dan budayanya masing-masing.9 Menurut Maslikhah,
Hadits.7 Sedangkan menurut Darajat, mengartikan dalam jurnalnya Muhammed, pemahaman tentang
pendidikan Islam dilihat dari sisi bahasa bahwa, “bila pluralitas mencakup segala perbedaan dan keragaman,
kita melihat pengertian pendidikan dari segi bahasa, sedangkan kultur itu sendiri tidak dapat dilepas dari
maka kita harus melihat kepada kata Arab karena empat terma penting yaitu aliran (agama), ras (etnis),
ajaran Islam itu diturunkan dalam bahasa tersebut.” suku dan budaya. Dalam pendidikan multikultural
Kata “pendidikan” dengan kata kerja “rabba.” berarti pengakuan atas empat terma penting tersebut
Kata “pengajaran” dalam bahasa arabnya adalah untuk memprogramkan berlangsungnya pendidikan
“ta’lim” dengan kata kerja “allama”. Pendidikan dan multikultural. Pengakuan terhadap ke empat terma
pengajaran dalam bahasa arabnya “tarbiyah wa ta’lim,” penting tersebut menjadikan ciri khas pendidikan
sedangkan pendidikan Islam dalam bahasa arabnya multikultural.10 Jadi, pendidikan multikultural
adalah “tarbiyah islamiyah.” Jadi antara pendidikan merupakan model pendidikan yang menawarkan
dan pengajaran menurut bahasa adalah pengertian konsep persamaan, menghargai dan menghormati
pendidikan Islam sebagai kesatuan yang tidak bisa pluralitas dan heterogenitas, menghargai keragaman

4
Depdiknas, Undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003, tentang 8
Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi
Sistim Pendidikan Nasional. Aksara, 2012), 25.
5
http://metro.sindo.news.com, diakses tanggal 02 Agustus 9
Sulalah, Pendidikan Multikultural Didaktika Nilaai-Nilai
2019. Universalitas Kebangsaan (Malang: UIN Maliki Press, 2012),
6
Sutrisno, Revolusi Pendidikan di Indonesia (Yogyakarta: Ar 142.
Ruzz Media, 2005), 152. 10
Muhammad, “Pendidikan Multikultural dalam Perspektif
7
Abdul Majid & Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Islam: Upaya Pengenalan Nilai-Nilai Islam yang Universal
Berbasis Kompetensi; Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004 Kepada Peserta Didik Melalui Dunia Pendidikan,” Jurnal
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), 130. Tarbiyah UINSU (2016): 7.
Jurnal Studi Pendidikan dan Pedagogi Islam | Januari. ISSN: 225-8164 | 2020 3 

(budaya, agama, suku, bangsa,etnis). Paling tidak komunitas mengenal dan menghargai perbedaan-
ada tiga tujuan dari pendidikan yang berwawasan perbedaan yang ada.
multikultural menurut Tilaar, yaitu: (1) Tujuan
atitudinal (sikap), yakni membudayakan sikap sadar, Menurut Yaya Suryana dan Rusdiana
sensitive, toleran, respek terhadap identitas budaya, terdapat beberapa nilai yang harus diperhatikan
responsive terhadap berbagai permasalahan yang dalam pendidikan multikultural, yaitu:13
timbul dalam masyarakat; (2) Tujuan kognitif, yakni a. Nilai toleransi, yaitu sikap menghormati,
terkait dengan pencapaian akademik, pembelajaran menerima pilihan, pandangan, keyakinan,
berbagai bahasa, memperluas pengetahuan terhadap kebiasaan, dan pendapat orang lain yang berbeda
kebudayaan yang spesifik, mampu menganalisa dan dengan dirinya.
menginterpretasi tingkah laku budaya dan menyadari b. Nilai kesamaan/kesetaraan, yaitu mengakui
adanya perspektif budaya tertentu; (3) Tujuan adanya persamaan derajat, persamaan hak, dan
intruksional, yaitu menyampaikan berbagai informasi persamaan kewajiban sebagai sesama manusia.
mengenai berbagai kelompok etnis secara benar di Dalam proses pendidikan seharusnya pendidik
dalam teks maupun dalam pengajaran, membuat menganggap semua peserta didik itu sama tidak
strategi tertentu dalam menghadapi masyarakat yang menspesialkan atau membedakan antara peserta
plural, menyiapkan alat konseptual untuk komunikasi didik yang satu dengan peserta didik yang lain.
antar budaya dan untuk pengembangan keterampilan, c. Nilai persatuan, yaitu membentuk pemahaman,
mempersiapkan teknik evaluasi dan membuka diri pikiran, dan sikap yang mengutamakan keutuhan
untuk mengklarifikasi dan penerangan mengenai dan kedaulatan, kebersamaan dan kerjasama.
nilai-nilai dan dinamika budaya.11 d. Nilai kekerabatan atau persaudaraan, yaitu sikap
Selama ini, pendidikan di Indonesia sedikit bersahabat, kekeluargaan yang lahir dari rasa
menyentuh persoalan bagaimana menghargai persaudaraan dan menjadi bagian dari kelompok
kepercayaan-kepercayaan keagamaan dan keragaman dan masyarakat itu sendiri. Dengan adanya
kultural yang sangat kaya. Ada kecenderungan rasa kekeluargaan ini akan muncul rasa kesetia
Homogenisasi yang diintrodusir secara sistematik kawanan, rasa persaudaraan dengan berbagai
melalui dunia pendidikan di bawah payung kebudayaan suku bangsa, etnis, golongan, dan agama, serta
nasional, hegemoni kebudayaan jawa sebagai pusat dan memahami akan arti perbedaan.
kebudayaan lain sebagai pinggiran, dan pemiskinan e. Nilai keadilan, yaitu memberikan hak kepada
budaya dengan meringkas keragaman identitas seseorang sesuai dengan porsinya masing-
kultural sejumlah propinsi12, juga menjelaskan masing. Sehingga adanya keseimbangan dan
memang pergeseran-pergeseran sosial tersebut keharmonisan antara menuntut hak dengan
merupakan sesuatu yang lumrah karena tidak dikenal menjalankan kewajiban, mengakui adanya potensi
sebelumnya. Masing-masing komunitas menutup yang sama dalam berekspresi, dan mengakui
dirinya sendiri dan mempunyai suatu persatuan semu adanya kesempatan yang sama dalam pelayanan
yang dipaksakan. Kita lihat sebelumnya di dalam publik.
pendidikan multikultural tidak ada pengelompokan- Sedangkan menurut Baidhawy ada empat
pengelompokan komunitas yang mengagungkan alasan utama yang dipaparkan mengapa multikultural
nilai-nilai kelompok sendiri tetapi yang mengenal harus diakomodir dalam sistem pendidikan
akan nilai-nilai hidup budaya/komunitas yang lain. kewarganegaraan umumnya, dan pendidikan agama
Oleh sebab pendidikan multikultural tidak akan khususnya. Di antaranya adalah sebagai berikut:14
dikenal adanya fanatisme atau fundamentalisme
sosial-budaya termasuk agama, karena masing-masing

11
H.A.R.Tilaar, Multikulturalisme, Tantangan-Tantangan Global 13
Yaya Suryana & Rusdiana, Pendidikan Multikultural Suatu
Masa Depan dalam Transformasi Pendidikan Nasional (Jakarta: Upaya Penguatan Jati Diri Bangsa (Bandung: Pustaka Setia,
Grasindo, 2004), 82. 2015), 237-243.
12
Zakiyuddin Baidhawy, Pendidikan Agama Berwawasan 14
Zakiyuddin Baidhawy, Pendidikan Agama Berwawasan
Multikultural (Jakarta: Erlangga, 2005), 21. Multikultural (Jakarta: Erlangga, 2005), 22-30.
Pembelajaran PAI Berbasis Multi-kultural dalam Rangka
 4 Toleransi Umat Beragama

a. Realitas Bangsa yang sangat Plural. prioritas utamanya adalah memperlakukan semua
siswa sebagai umat manusia, tanpa memandang
Kekayaan akan keanekaragaman-agama, identitas etnik, latar belakang budaya, atau status
etnik, dan kebudayaan ibarat pisau bermata dua. ekonomi, ia telah menciptakan suatu paradoks.
Di satu sisi kekayaan ini merupakan khazanah Kemanusiaan seseorang tidak dapat diasingkan
yang patut dipelihara dan memberikan nuansa dan dan dipisahkan dari kebudayaan dan etnisitasnya.
dinamika bagi bangsa, dan dapat pula merupakan titik Pengaruh budaya dan etnisitas sejak awal telah
pangkal perselisihan, konflik vertikal dan horizontal. nyata dan terus menjangkau keseluruhan proses
Perbedaan kelompok-kelompok keagamaan, perkembangan dan pertumbuhan manusia.
kelompok etnik, dan kelompok sosio-kultural yang
semakin meningkat dari segi ukuran dan signifikansi c. Benturan Global antar Kebudayaan
politiknya dalam beberapa tahun terakhir, telah
melahirkan tuntutan agar kebijakan dan program- Pemisahan terbesar antara umat manusia
program sosial responsif terhadap kebutuhan dan dan sumber konflik utama berasal dari kebudayaan
kepentingan keragaman tersebut. atau peradaban. Meskipun negara-bangsa akan
menjadi aktor kuat, tetapi konflik utama dalam
Memenuhi tuntutan ini akan menghendaki politik global akan terjadi antar bangsa dan kelompok
lebih kepekaan kultural (cultural sensitivity), koalisi kebudayaan yang berbeda-beda. Globalisasi telah
pelangi dan negosiasi-kompromi secara pluralistik melahirkan paradoks. Pemberontakan permanen
pula. Ketegangan etnik dan kelompok-kelompok atas keseragaman dan integrasi. Yang ada adalah
kepentingan tertentu dapat diakselerasi, dan akibatnya budaya bukan negara. Bagian bukan keseluruhan.
terjadi persaingan terhadap berbagai sumber daya Sekte bukan agama. Di samping suku, agama juga
yang terbatas seperti lapangan pekerjaan, perumahan, merupakan medan pertempuran. Apapun bentuk
kekuasaan politik, dan sebagainya. Semua persoalan universalisme yang telah memberi karunia dalam
krusial tersebut tidak akan terpecahkan tanpa sejarah, seperti monoteisme Yahudi, Kristen dan
meninggalkan konsep masyarakat majemuk atau Islam. Dalam perwujudan modernnya tiga agama
plural dan beralih ke konsep masyarakat multikultural. besar ini bersifat parokial dari pada kosmopolitan.
Dalam proses globalisasi, integrasi pasar dunia,
b. Pengaruh Budaya dan Etnisitas terhadap negara-bangsa, dan teknologi yang memungkinkan
Perkembangan Manusia individu, korporasi dan negara-bangsa menjangkau
Dalam banyak cara etnisitas dapat dipandang pelosok dunia lebih jauh dalam waktu relatif capat
sebagai fenomena persepsi diri (self-perception): suatu dan biaya lebih murah, juga meninggalkan mereka
komunitas etnik adalah komunitas yang mempercayai yang tidak mampu membayar tiket globalisasi. Karena
dirinya sebagai memiliki asal-usul etnik yang sama. itu, para pendukung multikultural yakin bahwa
Berbagai kebiasaan-kebiasaan kultural yang sama, penghargaan pada kemajemukan, akan menjawab
mempunyai nenek moyang yang sama, sejarah ketegangan antar kebudayaan.
dan mitologi bersama. Kebudayaan membentuk d. Efektivitas Belajar tentang Perbedaan
perilaku, sikap dan nilai manusia. Perilaku manusia
adalah hasil dari proses sosialisasi, dan sosialisasi Problem efektivitas belajar-mengajar untuk
selalu terjadi dalam konteks lingkungan etnik dan menanamkan kesadaran akan perbedaan. Salah
kultural tertentu. Etnisitas dapat didefinisikan sebagai satu premis pendidikan multikultural menyatakan
kesadaran kolektif kelompok yang menanamkan bahwa belajar-mengajar merupakan proses kultural
rasa memiliki yang berasal dari keanggotaan yang terjadi dalam konteks sosial. Pengalaman
dalam komunitas yang terikat oleh keturunan dan Indonesia cukup menunjukkan kegagalan sistem
kebudayaan yang sama. Manusia adalah makhluk pendidikan dalam rangka mengatasi dan mengelola
sosial yang membawa karakter biologis dan psikologis keragaman agama, etnik dan kultural. Salah satu
alamiah sekaligus warisan dari latar belakang historis premis Pendidikan multikultural menyatakan
kelompok etniknya, pengalaman kultural dan warisan bahwa belajar-mengajar merupakan proses kultural
kolektif. Ketika seorang pendidik mengklaim bahwa yang terjadi dalam konteks sosial. Pengalaman
Jurnal Studi Pendidikan dan Pedagogi Islam | Januari. ISSN: 225-8164 | 2020 5 

Indonesia cukup menunjukkan kegagalan sistem Pendidikan berbasis multikultural membantu


pendidikan dalam rangka mengatasi dan mengelola siswa mengerti, menerima dan menghargai orang
keragaman agama, etnik dan kultural. Pendidikan dari suku, budaya, sosial dan agama yang berbeda.
agama termasuk civic-education pada masa lampau Atau dengan kata lain, siswa diajak untuk menghargai
sebenarnya juga menyinggung masalah pentingnya bahkan menjunjung tinggi pluralitas dan heterogenitas.
kerukunan antarumat beragama, namun lebih bersifat Paradigma Pendidikan multikultural mengisyaratkan
permukaan. Istilah “kerukunan” yang diintrodusir bahwa individu siswa belajar bersama dengan
lewat indoktrinasi sangat artifisial, karena tidak individu lain dalam suasana saling menghormati,
mencerminkan dialektika, dinamika apalagi kerjasama saling toleransi dan saling memahami.
Sulalah berpendapat dalam pembelajaran Direktorat Pendidikan Agama Islam
pendidikan multikultural di lembaga keagamaan, yang dikutip oleh Muqarramah dalam ringkasan
perilaku yang dicontohkan oleh para pimpinan penelitiannya17 menjelaskan bahwa ada prinsip
pendidikan memiliki nilai sangat penting untuk yang perlu dijelaskan ketika mengimplementasikan
ditanamkan sejak dini. Sebab hal itu kumpulan nilai-nilai multikultural dalam wilayah keagamaan.
nilai bermanfaat yang dapat digunakan standar Berikut adalah prinsip-prinsip penting yang harus
pegangan hidup. Dengan demikian nilai pancasila dihormati dan dipedomani:
dipahamkan pada komunitas lembaga pendidikan
melalui berbagai cara. Para pemimpin sebagai sarana a. Pelaksanaan nilai-nilai multikultural tidak boleh
yang dianggap paling tepat untuk menanamkan nilai- pada masalah akidah karena hal ini berkaitan
nilai multikultural, karena di dalamnya terkandung dengan keyakinan seseorang terhadap Tuhannya.
muatan nilai, moral dan norma yang diaplikasikan Masalah akidah ini tidak bisa dicampuradukan
oleh para pemimpin dalam memerankan fungsi dalam hal-hal yang berkaitan dengan multikultural.
social.15 Jadi tidak ada kompromi dalam hal keimanan,
kita harus tegas mengatakannya.
Mughni menjelaskan pendidikan agama b. Pelaksanaan nilai-nilai multikultural tidak boleh
Islam sebagai sebuah sistem tidak hanya bergantung berada pada wilayah ibadah (ubudiyah). Masalah
bagaimana input dan proses yang diterapkan, akan ibadah dalam agama juga murni sesuai tuntunan
tetapi juga bagaimana lingkungan pendidikan, Rasulullah. Syarat, tatacara, waktu dan tempat
apakah cukup mendukung terlaksananya proses, pelaksanaan ibadah telah diatur dalam Islam.
sehingga mampu mencapai output atau hasil yang Oleh karena itu tidak dibolehkan menerapkannya
diharapkan16. Terkait dengan wacana multikultural, menurut kemauannya sendiri dengan alasan
berkaca pada lingkungan pendidikan, kebanyakan menjaga pluralistik. Misalnya demi menghormati
sekolah belum berusaha menciptakan lingkungan agama orang lain, lalu kita melakukan sholat
yang mendukung terciptanya wawasan multikultural ditempat ibadah agama orang lain. Ini jelas
peserta didik. Tanpa mengabaikan nilai-nilai teologis dilarang dalam Islam.
seperti iman, tauhid, dan jihad, nilai-nilai yang c. Pelaksanaan nilai-nilai multikultural tidak dalam
dapat menciptakan lingkungan yang berwawasan hal-hal yang dilarang dalam ajaran Islam. Misalnya
multikultural ini perlu ditekankan. Untuk mendukung demi menghormati dan menghargai orang lain
peserta didik agar dapat mengenal dan pada gilirannya yang kebetulan dalam suatu pesta acara dirumah
saling menghargai, bahkan bekerja sama, maka perlu orang non-muslim, ternyata ada menu makanan
dilakukan usaha-usaha menciptakan lingkungan yang yang diharamkan dalam Islam. Maka kita harus
berbasis multikultural. menjauhinya dan tidak boleh ikut memakannya.
15
Sulalah, Pendidikan Multikultural Didaktika Nilai-Nilai Berdasarkan apa yang dibahas di awal,
Universalitas Kebangsaan (Malang: UIN Maliki Press, 2012), pembelajaran pendidikan agama Islam berbasis
125. multikultural menawarkan satu alternatif melalui
16
Mudofar Mughni, PAI Berwawasan Multikultural (Kasus
Pendidikan Agama Islam Di SMK) dalam Aziz, Albone
(Pengantar) dalam Perspektif Pendidikan Agama Islam dalam Muqarramah, Multikultural, diakses pada tanggal 30
17

Perspektif Multikulturalisme, (Jakarta: Balai Litbang Agama, Agustus 2019, http://idr.uin-antasari.ac.id/5164/7/


2009), 124. MULTIKULTURAL%202015.pdf.
Pembelajaran PAI Berbasis Multi-kultural dalam Rangka
 6 Toleransi Umat Beragama

penerapan pembelajaran pendidikan agama Islam penelitian adalah di SMK 17 Agustus 1945 Genteng,
di SMK 17 Agustus 1945 Genteng dalam toleransi yang beralamat di Jalan Jember Setail Genteng
umat beragama, maka ada hal berharga yang perlu Banyuwangi. Subjek dalam penelitian dengan
diungkap dari proses belajar mengajar yang ada, menggunakan purposive sampling (teknik pengambilan
khususnya proses belajar mengajar pendidikan agama sumber data dengan pertimbangan tertentu)19 yaitu
Islam yang berbasis multikultural pada pemanfaatan kepala sekolah, Waka. kurikulum, guru pendidikan
keragaman dalam toleransi umat beragama. agama Islam kelas XI TKJ, wali kelas XI TKJ,
siswa-siswi kelas XI TKJ. Objek dalam penelitian
Perumusan Masalah ini adalah manajemen pembelajaran dan faktor-
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah faktor pendukung dan penghambat pembelajaran
sebagai berikut: pendidikan agama Islam berbasis multikultural dalam
membina toleransi umat beragama siswa SMK 17
1. Bagaimana pembelajaran pendidikan agama Islam Agustus 1945 Genteng-Banyuwangi.
berbasis multikultural dalam membina toleransi
umat beragama siswa di SMK 17 Agustus 1945 Teknik pengumpulan data dalam penelitian
Genteng? ini, peneliti menggunakan jenis observasi partisipasi
2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat pasif (passive participation) untuk mendapat informasi
pembelajaran pendidikan agama Islam berbasis tentang letak geografis, visi-misi, profil sekolah,
multikultural dalam membina toleransi umat dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
beragama siswa di SMK 17 Agustus 1945 Peneliti menggunakan wawancara semi terstruktur
Genteng? untuk mengetahui model pembelajaran, metode
pembelajaran, strategi dan teknik pembelajaran.
Tujuan Penelitian Peneliti menggunakan dokumentasi dalam bentuk
Penelitian ini dilakukan untuk tulisan dan gambar. Dalam penelitian kualitatif, yang
mengungkapkan jawaban terhadap permasalahan menjadi instrumen atau alat penelitiannya adalah
yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah. peneliti sendiri. Dalam hal ini peneliti menggunakan
Tujuan tersebut adalah: triangulasi sumber untuk membandingkan dan
memperkuat data yang didapat. Teknik analisis
1. Mendeskripsikan pembelajaran pendidikan agama data menggunakan teknik analisis data Miles dan
Islam berbasis multikultural dalam membina Huberman dalam Sugiyono, yaitu data reduksi data,
toleransi umat beragama siswa di SMK 17 data penyajian data, verivication.20
Agustus 1945 Genteng.
2. Menjelaskan faktor pendukung dan penghambat PEMBAHASAN
pembelajaran pendidikan agama Islam berbasis Manajemen Pembelajaran Pendidikan Agama
multikultural dalam membina toleransi umat Islam Berbasis Multikultural dalam Membina
beragama siswa di SMK 17 Agustus 1945 Toleransi Umat Beragama Siswa SMK 17 Agustus
Genteng. 1945 Genteng
Metode Penelitian Dalam proses pembelajaran terdiri dari tiga
Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
dan berbetuk deskriptif, yaitu penelitian yang Kesemuanya itu merupakan satu kesatuan yang tidak
berlandaskan pada filsafat postpositivisme, yang dapat dipisahkan satu sama lainnya, oleh karena
digunakan untukn meneliti pada kondisi objek itu tahapan-tahapan tersebut sangat menunjang
yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) keberhasilan pembelajaran.
di mana peneliti adalah sebagai instrumen kunci,
pengambilan sampel sumber data dilakukan secara
purposive dan snowball.18 Tempat yang dijadikan objek 19
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif,dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2016), 300.
20
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif,
18
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2016), 345.
Kualitatif,dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2016), 15.
Jurnal Studi Pendidikan dan Pedagogi Islam | Januari. ISSN: 225-8164 | 2020 7 

Perencanaan Pembelajaran proses pembelajaran, metode yang dipakai


guru PAI adalah ceramah dan diskusi. Faktor
Dalam membuat perencanaan, guru penunjang lain untuk menunjang keberhasilan
pendidikan agama Islam mengacu pada kurikulum pembelajaran adalah menggunakan media
dari pemerintah, jadi lebih mudah penyusunannya. pembelajaran. SMK 17 Agustus 1945 Genteng
Langkah-langkah yang dilakukan guru pendidikan memiliki LCD proyektor di setiap kelasnya.
agama Islam SMK 17 Agustus 1945 Genteng adalah Sedangkan sumber belajar menggunakan
menganalisis hari efektif, membuat program tahunan buku PAI dan Budi Pekerti Kelas XI SMK
dan semester, menyusun silabus dan menyusun RPP. Kurikulum 2013, Tafsir Alquran, dan kitab
Pelaksanaan Pembelajaran Shahih Muslim. Proses pembelajaran di SMK
17 Agustus 1945 Genteng dominan di kelas.
Pembelajaran pendidikan Islam di SMK Hal ini dikarenakan memanfaatkan fasilitas dari
17 Agustus 1945 Genteng tidak hanya diikuti oleh sekolah yang berupa LCD proyektor. Dengan
siswa Islam saja, namun siswa non muslim terkadang memutarkan video- video yang terkait dengan
juga mengikuti proses pembelajarannya. Pelaksanaan materi pembelajaran, membuat rasa ingin tahu
pembelajaran pendidikan agama Islam di SMK 17 siswa lebih aktif. Sehingga proses pembelajaran
Agustus 1945 Genteng di kelompokkan sebagai berlangsung dengan baik.
berikut: d. Evaluasi pembelajaran. Guru pendidikan
a. Pendekatan dalam pembelajaran. Pendekatan agama Islam SMK 17 Agustus 1945 Genteng
pembelajaran menjadi titik tolak atau sudut mengartikan evaluasi adalah hal utama yang harus
pandang kita terhadap proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran.
merujuk pada pandangan tentang terjadinya Dengan melakakukan evaluasi maka guru dapat
suatu proses yang sifatnya masih sangat mengetahui perkembangan hasil belajar siswa,
umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, hubungan sosialnya dan seberapa paham siswa
menguatkan, dan melatari metode pembelajaran mengenai materi yang telah diajarkan. Evalusi
dengan cakupan teoritis tertentu. Pendekatan hasil pembelajaran pendidikan agama Islam di
pembelajaran yang dipakai guru PAI adalah student SMK 17 Agustus 1945 Genteng sama halnya
centered approach atau pendekatan pembelajaran dengan evaluasi yang diterapkan oleh sekolah
yang berpusat pada siswa. lainnya, yaitu sama-sama melibatkan tiga ranah
b. Strategi dalam pembelajaran. Strategi tersebut. Kognitif melalui tes tulis dan tes
pembelajaran memegang peran penting untuk lisan. Psikomotoriknya berupa tugas, tindakan,
menunjang berlangsungnya proses pembelajaran. observasi. Afektif yaitu penilaian terhadap sikap
Penerapan srtategi biasanya beriringan dengan keseharian siswa. Guru lebih dominan pada
penerapan metode dalam pembelajaran. Strategi afektifnya, jadi lebih banyak melihat bagaimana
pembelajaran yang sering kali digunakan guru siswa tersebut dalam kesehariannya.
PAI yakni strategi pembelajaran berbasis masalah Faktor-faktor pendukung dan penghambat
(problem based learning). Pembelajaran pendidikan manajemen pembelajaran pendidikan agama
agama Islam dengan problem based learning, siswa Islam berbasis multikultural dalam membina
yang dengan beragam perbedaan ini sudah toleransi umat beragama siswa SMK 17 Agustus
mendapatkan nilai-nilai karakter diantaranya 1945 Genteng
siswa dapat bertanggung jawab, kerja keras,
toleransi dan demokratis, mandiri dan peduli Penerapkan pendidikan multikultural di
dalam memecahkan suatu masalah, meskipun di SMK 17 Agustus 1945 Genteng bukanlah perkara
RPP tidak tertera secara tertulis. Dengan segala mudah. Semua guru harus saling bekerja sama,
perbedaan yang ada tersebut menjadikan mereka terutama guru pendidikan agama Islam harus bekerja
bersatu sesuai dengan Bhineka Tunggal Ika keras menjalankan perannya dengan baik, melihat
yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu jua. kondisi heterogenitas siswa yang ada. Berikut faktor-
c. Metode dan teknik dalam pembelajaran. Dalam faktor pendukung dan penghambat manajemen
Pembelajaran PAI Berbasis Multi-kultural dalam Rangka
 8 Toleransi Umat Beragama

pembelajaran pendidikan agama Islam berbasis c. Evaluasi pembelajaran pendidikan agama Islam
multikultural dalam membina toleransi umat berbasis multikultural dalam membina toleransi
beragama siswa SMK 17 Agustus 1945 Genteng: umat beragama SMK 17 Agustus 1945 Genteng
melibatkan tiga ranah kognitif, psikomotorik
Faktor-Faktor Pendukung dan afektif. Guru PAI lebih dominan pada
Berikut beberapa faktor pendukung afektifnya, jadi lebih banyak melihat bagaimana
manajemen pembelajaran pendidikan agama Islam siswa tersebut dalam kesehariannya.
berbasis multikultural dalam membina toleransi umat Adapun faktor-faktor pendukung dan
beragama siswa SMK 17 Agustus 1945 Genteng: penghambat manajemen pembelajaran pendidikan
a. Pihak sekolah yang memberi kepercayaan kepada agama Islam berbasis multikultural dalam membina
guru untuk merencanakan proses pembelajaran. toleransi umat beragama SMK 17 Agustus 1945
b. Adanya komunikasi yang baik antar guru Genteng adalah sebagai berikut:
maupun antar siswa yang beda latar belakang, a. Faktor-faktor pendukung adalah pihak sekolah
rasa toleransi yang tinggi juga kebersamaan yang yang memberi kepercayaan kepada guru untuk
ada di lingkup sekolah. merencanakan proses pembelajaran, adanya
c. Lingkungan belajar sangat mendukung, diimbangi komunikasi yang baik antar guru maupun antar
sarana prasarana yang memadai. siswa yang beda latar belakang, lingkungan
d. Sumber belajar seperti buku, mendukung belajar, sarana prasarana dan sumber belajar
pengetahuan siswa yang dapat mereka baca yang memadai serta partisipasi siswa dalam
secara mandiri. kegiatan keagamaan yang di adakan di sekolah
e. Partisipasi siswa dalam kegiatan keagamaan yang cukup tinggi.
diadakan di sekolah cukup tinggi. b. Faktor-faktor penghambat adalah masih terdapat
Faktor-Faktor Penghambat siswa yang kurang peduli terhadap heterogenitas
yang ada di sekolah, masih terdapat siswa
Adapun faktor penghambat manajemen yang belum lancar membaca Alqurannya dan
pembelajaran pendidikan agama Islam berbasis pemahaman siswa terhadap pembelajaran PAI
multikultural dalam membina toleransi umat yang beragam.
beragama siswa SMK 17 Agustus 1945 Genteng
sebagai berikut: DAFTAR PUSTAKA

a. Masih terdapat siswa yang kurang peduli terhadap Baidhawy, Zakiyuddin. Pendidikan Agama Berwawasan
heterogenitas yang ada di sekolah. Multikultural. Jakarta: Erlangga, 2005.
b. Masih terdapat siswa yang belum lancar membaca Darajat, Zakiah. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi
Alqurannya. Aksara, 2012.
c. Pemahaman siswa terhadap pembelajaran PAI
yang beragam. Majid, Abdul dan Dian Andayani. Pendidikan Agama
Islam Berbasis Kompetensi; Konsep dan Implementasi
SIMPULAN Kurikulum 2004. Bandung: Remaja Rosdakarya,
Manajemen pembelajaran pendidikan agama 2004.
Islam berbasis multikultural dalam membina toleransi Mughni, Mudofar. PAI Berwawasan Multikultural (Kasus
umat beragama SMK 17 Agustus 1945 Genteng Pendidikan Agama Islam Di SMK) dalam Aziz,
adalah: Albone (Pengantar) dalam Perspektif Pendidikan
a. Guru PAI tetap membuat RPP dan silabus yang Agama Islam dalam Perspektif Multikulturalisme.
sesuai dengan materi yang akan di sampaikan Jakarta: Balai Litbang Agama, 2009.
dan sesuai dengan kurikulum yang di pakai. Muhammad, “Pendidikan Multikultural dalam
b. Guru PAI hanya memberikan nilai-nilai Perspektif Islam: Upaya Pengenalan Nilai-Nilai
multikultural yang sesuai dengan materi pada Islam yang Universal Kepada Peserta Didik
kegiatan inti.
Jurnal Studi Pendidikan dan Pedagogi Islam | Januari. ISSN: 225-8164 | 2020 9 

Melalui Dunia Pendidikan,” Jurnal Tarbiyah


UINSU (2016).
Rahman, Kholilur. “Perkembangan Lembaga
Pendidikan Islam di Indonesia,” Tarbiyatuna
(2018).
Soyomukti, Nurani. Teori-Teori Pendidikan; Tradisional
(neo) Liberal Marxix, Sosialis, Postmodern.
Yogyakarta: Ar Ruzz Media Group, 2010.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung :
Alfabeta, 2016.
Sulalah, Pendidikan Multikultural Didaktika Nilaai-Nilai
Universalitas Kebangsaan. Malang: UIN Maliki
Press, 2012.
Suryana, Yaya dan Rusdiana. Pendidikan Multikultural
Suatu Upaya Penguatan Jati Diri Bangsa. Bandung:
Pustaka Setia, 2015.
Sutrisno, Revolusi Pendidikan di Indonesia. Yogyakarta:
Ar Ruzz Media, 2005.
Tilaar, H.A.R. Multikulturalisme, Tantangan-Tantangan
Global Masa Depan dalam Transformasi Pendidikan
Nasional. Jakarta: Grasindo, 2004.
Muqarramah. Multikultural, diakses pada tanggal
30 Agustus 2019, http://idr.uin-antasari.
ac.id/5164/7/MULTIKULTURAL%202015.
pdf.
http://metro.sindo.news.com, diakses tanggal 02
Agustus 2019.

Anda mungkin juga menyukai