Anda di halaman 1dari 16

SEJARAH PEMBENTUKAN DAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL

Lailatus Syarifah,Galuh Novi Pradita, Muhammad Farhan Mahdi


Universitas Yudharta Pasuruan, Jawa Timur, Indonesia
lailasyarifaa900@gmail.com

ABSTRAK: Penelitian ini menunjukkan bahwa pendidikan multikultural merupakan sesuatu yang
sangat diperlukan dalam menghadapi konflik di era revolusi industri 4.0 yang berasal
dari keragaman suku, budaya, etnis dan agama. Pendidikan multikultural (multicultural
education) merupakan respon terhadap perkembangan keragaman populasi sekolah,
serta tuntutan persamaan hak bagi setiap kelompok. Untuk mengimplementasikan hal
tersebut, peran tenaga pendidik sangat diperlukan karena dapat membantu
menanamkan nilai-nilai kehidupan sehingga dapat membentuk karakter yang
mencerminkan jati diri bangsa. Hal ini dapat tersirat di sekolah melalui (1) membangun
paradigma keberagaman inklusif di lingkungan sekolah, (2) menghargai keberagaman
bahasa di sekolah, (3) membangun sikap sensitif gender di sekolah, (4) membangun
pemahaman kritis dan empati terhadap ketidakadilan dan perbedaan sosial. , (5)
membangun sikap anti diskriminasi etnis, (6) menghargai perbedaan kemampuan, dan
(7) menghargai perbedaan usia. Yang harus terus dikembangkan adalah pendidikan
multikultural sebagai bidang studi sehingga ketika terjadi revolusi global pendekatan
multikultural ini akan tetap relevan. Kata kunci: Multikultural, Pendekatan, Pendidikan.

Kata
kunci: Pembentukan dan pendekatan Pendidikan multikultural

1. PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan hal terpenting dalam peradaban bangsa. Pendidikan merupakan
investasi masyarakat yang sangat berharga, nyatanya pendidikan tidak hanya sekedar
pengembangan kemampuan kognitif peserta didik. Namun pendidikan harus mampu
mengembangkan ranah afektif dan psikomotorik peserta didik, yang mengarahkan peserta
didik menjadi peserta didik yang berkarakter yang mencerminkan bangsa itu sendiri.Secara
regional, Indonesia merupakan negara multikultural atau mempunyai kebudayaan yang
berbeda-beda. Keberagaman merupakan salah satu aspek penguatan sosial ketika semua
kelompok dapat bersinergi dengan baik, namun keberagaman juga dapat menjadi sumber
konflik dalam masyarakat yang dapat menggoyahkan fondasi suatu bangsa apabila tidak
dikelola dengan baik.
Indonesia telah mengalami beberapa konflik karena keberagaman, antara lain tragedi
Sampit tahun 2001 yang berbasis perbedaan etnis dan konflik Maluku yang berbasis
perbedaan agama. Kedua ketegangan tersebut tumbuh akibat minimnya nilai-nilai
multikultural di masyarakat. Oleh karena itu, pendidikan Indonesia harus mampu
menanamkan nilai-nilai multikultural pada peserta didik. Membangun karakter multikultural
sangatlah penting karena Indonesia tidak hanya memiliki budaya yang berbeda-beda, namun
Indonesia sendiri juga memiliki suku, ras, dan agama yang berbeda-beda. Oleh karena itu
diperlukan sikap multikultural, agar semua kelompok dapat hidup berdampingan.1
Oleh karena itu, pembentukan karakter multikultural sangat diperlukan, karena hendaknya
peserta didik mempunyai sikap toleransi yang tinggi, agar tidak mudah tersakiti. Apabila
dalam kehidupan siswa tidak mempunyai nilai toleransi yang tinggi maka siswa tidak akan
mampu menyelesaikan konflik-konflik yang ada, malah siswa akan menimbulkan konflik-
konflik yang berujung pada perpecahan.
Pendidikan multikultural sebagai sebuah konsep atau gagasan tidak lahir dari ruang
kosong, melainkan kepentingan politik, sosial, ekonomi, dan spiritual yang mendukung
kelahirannya.2
Wacana pendidikan multikultural pada awalnya sangat bias Amerika karena akar
sejarahnya terletak pada gerakan hak asasi manusia dari berbagai kelompok tertindas di
negara tersebut. Banyak jejak sejarah atau asal usul pendidikan multikultural menunjuk pada
gerakan sosial orang Afrika-Amerika dan kelompok kulit berwarna lainnya yang mengalami
praktik diskriminatif di lembaga-lembaga publik selama perjuangan hak-hak sipil pada tahun
1960an.
Beberapa aspek yang menjadi kunci penerapan pendidikan multikultural dalam struktur
sekolah antara lain tidak adanya kebijakan anti toleransi, termasuk tidak adanya penghinaan
berbasis ras, etnis, dan gender. Hal ini juga harus meningkatkan kepekaan terhadap
perbedaan budaya, termasuk pakaian, musik dan makanan favorit. Selain itu, memberikan
kebebasan kepada anak untuk merayakan hari besar keagamaan dan memperkuat sikap anak
untuk merasakan perlunya berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang demokratis.3

2. METODE
Dalam penelitian tersebut penulis mencari topik-topik yang berkaitan dengan
pembangunan manusia dan pendidikan, kemudian menyatakan bahwa topik pendidikan
multikultural penting untuk disimak, karena multikulturalisme saat ini penting dan banyak
terjadi di Indonesia. Penulis mencari di Google Scholar dan Science Direct untuk mencari

1
Kuni Isna Fauziah, ‘FILSAFAT PENDIDIKAN MULTIKULTURAL SEBAGAI UPAYA MENCEGAH RADIKALISME’,
Dinamika Penelitian: Media Komunikasi Penelitian Sosial Keagamaan, 2020
<https://doi.org/10.21274/dinamika.2019.19.2.208-223>.
2
Muhammad Anas Ma`arif, ‘PENDIDIKAN MULTIKULTURAL SEBAGAI PEMBENTUKAN KARAKTER PESERTA
DIDIK’, TA’LIM : Jurnal Studi Pendidikan Islam, 2019 <https://doi.org/10.52166/talim.v2i2.1413>.
3
Suharsono Suharsono, ‘Pendidikan Multikultural’, EDUSIANA: Jurnal Manajemen Dan Pendidikan Islam, 2017
<https://doi.org/10.30957/edusiana.v4i1.3>.

2
sumber artikel ilmiah yang relevan dengan menggunakan kata kunci “multikulturalisme”,
“pendidikan multikultural”; dan "pengembangan karakter". Di antara kata kunci tersebut,
penulis mencari enam artikel yang berkaitan dengan tahun penulisan lebih dari 2010. Setelah
mencari enam artikel, penulis menelusuri ringkasan dan kesimpulan artikel tersebut dan
mempersempit pencarian menjadi tiga artikel ilmiah yang paling relevan dengan yang
diberikan. tema dan topik pembahasan yang ingin penulis selidiki. Selain tiga artikel ilmiah
terpenting yang menjadi sumber ulasan, penulis juga mencari sumber literatur pendukung
lainnya. Sumber .
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kepustakaan
(library Research), dimana objek penelitiannya adalah bahan pustaka, menggunakan buku,
artikel, dan lain-lain. (Hadi, 2002) Sifat penelitian ini sendiri adalah analisis deskriptif, yang
mana seluruh konsep yang penting dari sudut pembahasan diuraikan secara sistematis dalam
penelitian ini. Data yang dikumpulkan kemudian diorganisasikan dengan baik dan dianalisis
lebih lanjut. (Beker, 1996) Teknik pengumpulan data penelitian ini menggunakan metode
penelitian kepustakaan atau studi kepustakaan. Untuk penelitian, informasi dikumpulkan dari
berbagai literatur, yang tidak hanya digunakan dalam bentuk buku, tetapi dapat berupa bahan
dokumenter, artikel penelitian, surat kabar, majalah, dan lain-lain.4

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Pembentukan Multikultural
Secara historis, perkembangan kepribadian multikultural dapat ditelusuri kembali ke karya
Ramirez (1991), yang berfokus pada konseling 4.444 individu yang memiliki budaya
berbeda. Dan konseling bertujuan untuk membantu imigran dan klien baru dengan keragaman
budaya dan kepribadian multikultural, yang kemudian didefinisikan oleh Ramírez sebagai
sintesis dan fusi, belajar dari perbedaan masyarakat dan budaya yang berbeda, mencoba
mengembangkan kepribadian dan sikap yang mencerminkan nilai-nilai multicultural dan
identitas.
Kepribadian multikultural dianggap sebagai kepribadian atau karakter yang didasarkan
pada etnosentrisme dan dianggap sebagai cara adaptasi budaya dalam masyarakat yang
heterogen secara budaya seperti masyarakat Indonesia . Makna etnosentrisme sendiri sebagai
kecenderungan kepribadian multikultural adalah menilai budaya lain hanya berdasarkan nilai
dan norma budayanya sendiri.

4
Lathifah Abdiyah, ‘Filsafat Pendidikan Islam: Pendidikan Multikultural’, Tarbawy : Jurnal Pendidikan Islam,
2021 <https://doi.org/10.32923/tarbawy.v8i2.1827>.

3
Pendidikan keberagaman terdiri dari dua kata, yang pertama pendidikan kedua adalah
keberagaman. Menurut Kneller, pendidikan dapat dilihat dalam pengertian teknis yang lebih
luas, yang juga mencerminkan hasil dan proses.
Kepribadian majemuk dan multikultural mempunyai korelasi yang kuat, karena
kepribadian multikultural mempunyai kepekaan budaya yang tinggi, dapat menghargai
perbedaan budaya, toleran, universal, dan universal, kognitif dan fleksibilitas, diartikan
sebagai kepribadian multikultural. Kepribadian) faktor-faktor seperti perkembangan identitas
ras dan etnis yang tinggi, toleransi dan rasa hormat terhadap orang-orang yang memiliki
keragaman budaya, sifat spiritual dan rasa keterhubungan dengan orang lain, seperti sikap
refleksi diri dan fleksibel secara kognitif dalam interaksi sosial. , sebuah inisiatif dalam
hubungan interpersonal kontak dengan individu dan aktivis Keanekaragaman budaya
menunjukkan kesediaan untuk melawan ketidakadilan sosial dalam berbagai bentuknya.
SMP Plus Al-Mashduqiah berupaya mengembangkan kepribadian multikultural melalui
pendidikan keberagaman, mengembangkan karakter bertanggung jawab terhadap diri sendiri
dan orang lain. Dimulai dari tanggung jawab terhadap diri sendiri, menjadi pribadi yang
multikultural, bukan egois. Jika dilihat dari beberapa metode yang dilakukan di SMA Al-
Mashduqiah Plus, yaitu dengan penguatan peraturan, kegiatan rutin, kegiatan program studi
dan promosi kampus (PROSPEK) yang meliputi program mingguan olah raga dan seni,
setiap tahunnya. apel , kuliah umum penerbangan, lomba camp lifter dan filler serta adegan
bahagia. Tidak terbatas pada saja, strategi pengembangan kepribadian multikultural juga
dilaksanakan melalui peran asatizi dan mudabbir serta melalui lingkungan fisik dan non fisik
pilihan siswa . Penerapan Strategi Pembentukan Kepribadian Multikultural SMP Plus Al-
Mashduqiah melalui pendidikan keberagaman yang mengkaji beberapa tahapan,
dikorelasikan dengan tahapan yang nantinya akan diselesaikan di MA Plus Al-Mashduqiah.
Metode dan strategi tahapan pengembangan kepribadian multikultural sama dengan tahapan
pendidikan multikultural yang dikemukakan oleh James A. Bank, meliputi pendekatan
berbasis kontribusi, pendekatan aditif, pendekatan transformasional, dan akses aksi social.5
Pendidikan multikultural adalah paradigma baru dan cara untuk - menciptakan
lingkungan pendidikan yang setara bagi semua siswa. Menurut Andersen dan Cusher (1994)
Mahfud (2008) adalah pendidikan multikultural pendidikan diartikan sebagai pendidikan
budaya yang beragam, sekaligus Hernandez (1989) pendidikan sosial. dan Realitas Sosial

5
Muhammad Hifdil Islam and Maskuri Maskuri, ‘PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN MULTIKULTURAL MELALUI
PENDIDIKAN DIVERSITAS’, PENDIDIKAN MULTIKULTURAL, 2020
<https://doi.org/10.33474/multikultural.v4i1.6714>.

4
Politik yang dialami oleh semua Manusia Pertemuan yang kompleks dan beragam budaya
dan mencerminkan budaya, ras, gender, seksualitas agama dan sosial dan Kebangsaan, Status
Pengecualian kecuali untuk proses pelatihan. Menurut Mashad (2009).
Pendidikan multikultural merupakan gerakan reformasi dan proses untuk menciptakan
lingkungan pendidikan yang setara bagi seluruh siswa. Anderseni ja Cusheri (1994) pånga
Mahfud (2008) perspektif yang mengakui realitas sosial, politik dan ekonomi yang dialami
oleh masing-masing individu dalam pertemuan manusia yang kompleks dan beragam budaya
dan mencerminkan pentingnya budaya, ras, seksualitas dan gender, etnis, agama, status
sosial, ekonomi dan pengecualian terhadap proses tersebut. . pendidikan. Menurut Mashad
(2009), pendidikan multikultural sadar berusaha mengembangkan kepribadian di dalam dan
di luar kampus, yang belajar dari berbagai status sosial, ras, suku, agama untuk menciptakan
kepribadian yang cerdas. dan toleran menghadapi permasalahan keanekaragaman budaya.6

2. Hakikat Pendidikan Multikultural


Pada dasarnya hakikat pendidikan adalah usaha manusia untuk memelihara kehidupannya,
yang tidak hanya menyangkut keberlangsungan hidup jasmani atau fisiknya saja, tetapi juga
ketahanan jiwanya dan kualitas peradabannya sesuai dengan reproduksi kehidupan. mutu
kebudayaannya, baik melalui pendidikan yang diberikan secara alami oleh orang tua kepada
anak atau oleh masyarakat kepada generasinya, atau melalui pendidikan yang diberikan oleh
lembaga pendidikan yang lebih dikenal dengan sekolah formal atau informal. Dengan
demikian, berarti pendidikan berlangsung seumur hidup atau seumur hidup.
Menurut Azyurmadi Azra yang dikutip oleh Yaya Suryana dan H.A.R Rusdiana
menjelaskan bahwa multikulturalisme pada hakikatnya adalah pandangan dunia yang dapat
diterjemahkan ke dalam berbagai kebijakan budaya yang menekankan pada penerimaan
realitas agama, pluralistik, dan multikultural dalam masyarakat . 4 Sementara itu, menurut
Lawrence Blum yang dikutip dalam Lubis dan kembali dikutip oleh Yaya Suryono dan
H.A.R Rusdiana, menjelaskan bahwa multikulturalisme meliputi pemahaman budaya,
penghayatan dan penghargaan, serta rasa hormat dan keingintahuan terhadap budaya etnis
orang lain.

Multikulturalisme yang berkembang di Indonesia pada hakikatnya merupakan hasil dari


kondisi sosial budaya dan geografis yang begitu beragam dan sangat luas . Kita ketahui

6
Estalita Kelly, ‘PEMBENTUKAN SIKAP TOLERANSI MELALUI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI UNIVERSITAS
YUDHARTA PASURUAN’, Jurnal Psikologi : Jurnal Ilmiah Fakultas Psikologi Universitas Yudharta Pasuruan, 2018
<https://doi.org/10.35891/jip.v5i1.1167>.

5
bahwa kondisi geografis Indonesia terdiri dari rangkaian pulau-pulau, dimana pulau-pulau
tersebut dihuni oleh kelompok-kelompok masyarakat yang membentuk masyarakat . Dan
kelompok ini membentuk beragam kebudayaan yang menonjolkan masyarakatnya.
Manusia tidak pernah dimaksudkan untuk menjadi sama, manusia hanya dimaksudkan
untuk menjadi berbeda. Realitas kehidupan manusia mempunyai banyak segi dan
multidimensional. Ada banyak perbedaan mendasar antara manusia sebagai individu dan
sebagai sosial. Perbedaan-perbedaan tersebut pada awalnya menjadi bukti penelitian dan
perkembangan diskusi filosofis-historis dalam kurun waktu yang lebih lama.
Ada beberapa aliran pemikiran yang mencoba menilai secara kritis realitas perbedaan
manusia, atau yang biasa disebut moral monisme. (Indrawan et al., 2020) Multi diartikan
banyak, sedangkan kultural adalah aliran budaya atau ideologi. Multikulturalisme berarti
pemikiran yang menganut banyak ideologi/aliran budaya. Multikulturalisme membentuk cara
berpikir tentang keberagaman kehidupan dunia atau kebijakan kebudayaan, yang
menekankan pada penerimaan terhadap keberadaan keberagaman dan keberagaman budaya
dalam realitas masyarakat dalam kaitannya dengan nilai-nilai, praktik budaya, sistem sosial,
filosofi politik yang dianut pada negara-negara tertentu. konteks, dan kebiasaan
Multikulturalisme tidak bertujuan untuk menciptakan kesatuan ala monisme dan tidak
bermaksud menciptakan kesamaan budaya ala pluralitas. Multikulturalisme lebih maju
dibandingkan monisme dan pluralisme.
(Indrawan et al., 2020) Multikulturalisme mendukung perbedaan dan perjuangan demi
kepentingan kelompok yang berbeda, termasuk kelompok minoritas dengan ukuran berbeda
(suku, ras, agama, budaya, politik, gender, dll). Multikulturalisme pada tingkat yang
sempurna mengarah pada kebijakan yang mengakui identitas setiap budaya yang beragam
dalam suatu negara-bangsa. James Banks dikenal sebagai pionir pendidikan multikultural.
(Indrawan dkk., 2020) Bank percaya bahwa bagian dari pendidikan adalah mengajarkan
berpikir, bukan mengajarkan berpikir.
Banks mencatat bahwa siswa harus diajarkan untuk memahami segala macam
pengetahuan (konstruksi pengetahuan) serta interpretasi yang berbeda-beda. (Pankki, 1994)
Siswa yang baik adalah siswa yang selalu mempelajari segala informasi dan berpartisipasi
aktif dalam diskusi untuk mengumpulkan pengetahuan. Harus dijelaskan juga kepada siswa
bahwa informasi yang diterimanya akan dimaknai berbeda-beda, ditentukan oleh kepentingan
masing-masing. Siswa harus belajar menerima perbedaan yang ada disekitarnya
(Indrawan et al., 2020) Belakangan, Banks berpendapat bahwa pendidikan multikultural
adalah seperangkat keyakinan dan deskripsi yang mengakui dan menghargai pentingnya

6
keragaman budaya dan etnis dalam pendidikan untuk gaya hidup, identitas pribadi,
pengalaman sosial, dan peluang. individu , kelompok atau negara. Banks menggambarkan
pendidikan multikultural sebagai suatu gagasan, gerakan, modernisasi pendidikan dan proses
pendidikan, yang tujuan utamanya adalah mengubah struktur lembaga pendidikan sehingga
peserta didiknya laki-laki dan perempuan, peserta didik berkebutuhan khusus dan suku
bangsa. , ras atau agama. kelompok dan juga bahwa budaya yang berbeda masih mempunyai
peluang yang sama untuk mencapai prestasi pendidikan di sekolah.
(Bank, 1994) Howard berpendapat bahwa pendidikan multikultural memberikan
kompetensi multikultural. Dengan pendidikan multikultural sejak dini, anak diharapkan dapat
memahami dan bertoleransi terhadap keberagaman budaya yang berujung pada perbedaan
pemanfaatan (perilaku masyarakat); adat istiadat populer (adat istiadat yang terdapat dalam
masyarakat); adat istiadat (kode etik masyarakat); dan kebiasaan pergaulan). Dalam
pendidikan multikultural, peserta didik mampu menerima keberagaman, mengkritik serta
merasakan empati dan toleransi terhadap orang lain, tanpa memandang kelas, jenis kelamin,
status atau latar belakang akademis. (Farida Hanum., 2005) Senada dengan Musa
Asyaand#039;rie yang berpendapat bahwa pendidikan multikultural penting sebagai proses
pengembangan gaya hidup yang menghargai, ikhlas dan bertoleransi hidup di tengah
keberagaman budaya. masyarakat majemuk, sehingga pesertanya nantinya memperoleh
ketahanan mental dan keluwesan masyarakat dalam menyikapi.
(Musa Asyand#039;arie, 2004) Pendidikan multikultural merupakan upaya menciptakan
hubungan yang harmonis, yaitu kegiatan pendidikan yang bertujuan untuk mengembangkan
kearifan, pemahaman, sikap, kesadaran dan perilaku peserta didik terhadap keberagaman
budaya, masyarakat, dan agama. Dalam penafsiran ini, pendidikan multikultural dapat
mencakup pendidikan agama dan pendidikan umum yang bersifat “Indonesia”; karena hal ini
merupakan respons terhadap peluang dan tantangan yang ditimbulkan oleh keragaman
budaya, sosial dan agama. Maka tentu saja pendidikan multikultural di sini tidak hanya
memerlukan “pendidikan agama” tetapi juga “pendidikan agama”. (Arif, 2012) Lingkungan
pendidikan merupakan suatu pola yang terdiri dari beberapa aspek dan variabel utama seperti
kebijakan sekolah, politik, budaya sekolah dan formalisasi kurikulum dan program studi. Jika
terjadi perubahan dalam hal ini, maka perubahan tersebut harus fokus pada penciptaan dan
pemeliharaan lingkungan sekolah dalam ruang multikultural yang efektif. Setiap anak harus
beradaptasi dengan lingkungan sekolah dalam kondisi multikultural. Tujuan utama
pendidikan multikultural adalah mengubah model belajar mengajar yang mengarah pada
sistem yang dapat memberikan kesempatan yang sama bagi setiap anak. Jadi tidak ada yang

7
dikorbankan untuk persatuan. Oleh karena itu, kelompok hendaknya saling memahami,
bersikap tenang, mengakhiri perbedaan yang ada, namun tetap menjunjung tinggi nilai-nilai
yang ada demi tujuan bersama yaitu persatuan. Perlu didorong pemikiran lateral,
keberagaman dan juga agar keunikan dihargai dalam diri siswa. Oleh karena itu, harus ada
perubahan perilaku, sikap dan nilai khususnya di kalangan guru sekolah. Ketika seorang
siswa berada pada posisi diantara teman-temannya yang berbeda latar belakang, maka mereka
harus saling belajar dalam berkomunikasi dan berinteraksi agar dapat menerima perbedaan
satu sama lain sebagai pengayaan kepribadian masing-masing. (Indrawan dkk., 2020)..

3. Pendekatan Multikultural
Selain pengetahuan umum, penerapan pendekatan pendidikan multikultural juga harus
mencakup pengenalan nilai-nilai kehidupan yang mencerminkan karakter dan jati diri bangsa
Indonesia. Menurut Nana (2018), terdapat empat ciri utama masyarakat Indonesia, yaitu
manusia yang beragama harus mencerminkan bangsa, manusia sebagai individu, manusia
sosial, dan manusia sebagai warga negara. Untuk menumbuhkan karakter tersebut diharapkan
lembaga pendidikan dapat menanamkan nilai-nilai kehidupan pembentuk jati diri bangsa
yaitu religius, jujur, toleran, disiplin, pekerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin
tahu, semangat kebangsaan, cinta kasih. . . bernegara, menghargai prestasi, bersahabat, cinta
perdamaian, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan bertanggung jawab.
Sejalan dengan pengenalan nilai-nilai dan karakter kebangsaan, pendidikan multikultural
juga harus diintegrasikan ke dalam jati diri bangsa melalui penciptaan kurikulum berbasis
kearifan lokal. Dalam proses belajar mengajar, guru harus menerapkan teori dan praktik yang
memperhatikan keberagaman sosial dan budaya, dimana guru dapat memaparkan studi kasus
terkait multikulturalisme Indonesia atau juga dapat dilakukan secara tidak langsung dengan
memposisikan siswa sebagai yang aktif bersosialisasi. . makhluk hidup. sosial Pendidikan
kewarganegaraan juga patut dilestarikan bahkan dioptimalkan dalam kurikulum pendidikan ,
karena di dalamnya kita dapat mengembangkan nilai-nilai jati diri bangsa yang telah
dijelaskan sebelumnya kepada siswa dengan harapan agar siswa tidak hanya mengetahui,
tetapi juga menerapkan. nilai-nilai ini. di dalam kehidupan sehari-harinya. 7
Penerapan pendekatan pendidikan multikultural telah diterapkan pada kelompok sosial
material dalam masyarakat multikultural . Pendidikan multikultural dipahami sebagai upaya
mengubah sekolah dan lembaga pendidikan agar siswa dari semua kelas sosial, gender, ras,
dan kelompok budaya mempunyai kesempatan yang sama untuk belajar. Lubis (2007)
7
Sipuan Sipuan and others, ‘Pendekatan Pendidikan Multikultural’, Aksara: Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal,
2022 <https://doi.org/10.37905/aksara.8.2.815-830.2022>.

8
menyatakan bahwa perubahan yang dilakukan tidak hanya terbatas pada kurikulum saja,
namun juga pada aspek lain seperti metode, strategi, manajemen pembelajaran dan
lingkungan sekolah.
. Dari segi proses, pendidikan multikultural dapat dipahami sebagai proses untuk mencapai
tujuan tercapainya kesetaraan pendidikan bagi seluruh siswa. Kesetaraan dalam pendidikan,
seperti halnya kebebasan dan keadilan, tidak mudah untuk dicapai, sehingga proses ini harus
berkelanjutan. Pendidikan multikultural bertujuan untuk menciptakan kesadaran, toleransi,
pemahaman dan pengetahuan yang memperhatikan perbedaan budaya, serta perbedaan dan
persamaan antar budaya dan hubungannya dengan pandangan dunia, konsep, nilai, keyakinan
dan sikap. Saha, 1997: 348 in (Maulanusantara, 2008).8
Di era Revolusi Industri 4.0, kita harus memperjuangkan pendidikan multikultural yang
merupakan nilai penting dalam pendidikan. Karena itu diperlukan untuk demokrasi di
kawasan, hak asasi manusia dan kesejahteraan rakyatnya seperti yang kita alami saat ini.
Salah satu upaya untuk mewujudkan nilai-nilai multikultural dalam pendidikan di era
revolusi industri 4.0 adalah pendidikan multikultural, dimana pengertian pendidikan
multikultural mengacu pada adanya keberagaman dalam arti istilah tersebut.
Kata pendidikan dan multikulturalisme mengandung arti bahwa pendidikan multikultural
adalah proses pengembangan seluruh potensi peserta didik dengan menerapkan keberagaman
masyarakat, khususnya keberagaman peserta didik seperti suku, budaya, bahasa, agama,
keberagaman status, sosial, seksual. keberagaman , kemampuan, umur, kebangsaan dan ras.
Dalam terwujudnya pendidikan multikultural, tujuan strategi pendidikan ini tidak hanya
menjadikan siswa mudah belajar di kelas, namun juga menyadarkan siswa agar selalu
berperilaku humanis, pluralistik, dan demokratis. nilai-nilai penting. dalam kehidupan sosial
[8]. Dalam pendidikan multikultural juga menekankan filosofi pluralisme budaya dalam
sistem pendidikan berdasarkan prinsip kesetaraan, saling menghormati dan menerima, serta
pemahaman dan komitmen moral terhadap permasalahan sosial. keadilan, yang nantinya
dapat dijadikan nilai inti untuk menyikapi berbagai konflik horizontal dan vertikal di era
Revolusi Industri 4.0.
Di era Revolusi Industri 4.0 saat ini berdampak pada semakin berkembangnya aspek
kehidupan masyarakat, mulai dari aspek ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, dan politik.
Hal ini dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang yang

8
Akbar Wahyu Riyadi, ‘PENDEKATAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI SMA
KELAS XI’, KOMUNITAS: International Journal of Indonesian Society and Culture, 2013
<https://doi.org/10.15294/komunitas.v3i2.2315>.

9
digunakan manusia. Kondisi saat ini menciptakan pola ketergantungan antara sesama
manusia, dan daerah, karena pada era ini batas wilayah tidak lagi menjadi hambatan dalam
komunikasi dan pertukaran budaya antar masyarakat, kelompok dan daerah.
Melihat kondisi tersebut dan segala permasalahan serta tantangan yang dihadapi bangsa di
Indonesia, khususnya dalam bidang pendidikan, pendidikan mengandaikan pembangunan
Indonesia dan kemampuan bersaing dengan bangsa lain, maka diperlukan pendidikan yang
kreatif, inovatif dan berorientasi untuk penggunaan. teknologi. Salah satu permasalahan
utama pendidikan Indonesia di era revolusi industri 4.0 adalah pendidikan multikultural dapat
menyelesaikan permasalahan pendidikan yang berbeda di Indonesia seperti perkelahian,
radikalisme, diskriminasi, stereotip budaya, toleransi dan kejahatan sekolah. . - anak-anak
tua. Dampak langsung dari berbagai permasalahan tersebut adalah merosotnya jati diri bangsa
sebagai bangsa Indonesia.9

4. Prinsip, Tujuan, Fungsi, dan Perspektif Pendidikan Multikultural


Menurut Groski, prinsip pendidikan multicultural adalah sebagai berikut:
a. sebuah. Isi materi pelajaran yang diseleksi wajib memiliki perbedaan dan persamaan dalam
lintas kelompok.
b. Pemilihan materi pelajaran wajib terbuka secara budaya didasarkan pada siswa.
Keterbukaan ini wajib menyatukan opini/pendapat yang bertentangan serta interpretasi-
interpretasi yang berbeda.
c. Pendidikan sebaiknya memuat model belajar mengajar yang interaktif agar mudah
dipahami.
d. Materi pelajaran yang diseleski harus sesuai dengan konteks waktu dan tempat.
e. Pengajaran seluruh pelajaran wajib menggambarkan serta dibentuk berlandaskan pada
pengalaman serta pengetahuan yang dibawa speserta didik ke dalam kelas. (Indrawan et al.,
2020)10
Pendidikan multicultural juga memiliki dua suku kata, yakni pendidikan dan multikultural.
Multikultural tersusun atas dua kata, yakni multi yang bermakna banyak atau beragam dan
kultural yang berarti budaya. Dari sini dapat disimpulkan bahwa multikultural yakni
keberagaman budaya.

9
Abdul Rohman and Yenni Eria Ningsih, ‘Pendidikan Multikultural : Penguatan Identitas Nasional Di Era’,
Seminar Nasional Multidisiplin 2018, September, 2018, 44–50.
10
Abdiyah.

10
Multikultural adalah tidak memperdulikan budaya, ras, entik, bahasa, gender, dan agama
dan bersedia untuk menerima segala perbedaan sebagai kesatuan.kesediaan menerima
perbedan satu sama lain ini harus ditanamkan pada pribadi seseorang. Apalagi jika terdapat
seseorang yang mengingikan orang lain agar menjadi seperti dirinya. Dari sinilah perlu
adanya sikap saling menghormati agar terhindar dari pertengkaran atau koflik.
Dengan begitu, pendidikan multikultural memiliki beberapa prinsip, yakni:
1) Pendidikan multikultural merupakan gerakan politik yang bertujuan untuk
menyamaratakan setiap golongan agar tercapainya keadilan masyarakat tanpa memandang
latar belakang yang ada.
2) Pendidikan multikultural memiliki dua dimensi, yakni pembelajaran dengan dimensi
lingkup kecil (kelas) dan pembelajaran dengan dimensi lingkup besar (sekolah). Dua dimensi
ini tidak boleh dipisahkan, bahkan harus ditangani dengan cara yang lebih kompleks.
3) Pendidikan multikultural menekankan reformasi komprehensif pada pendidikan yang
dapat dicapai melalui analisis kritis agar dapat mencapai reformasi komprehansif yang dalam
pada pendidikan.
4) Menyediakan kesempatan yang sama kepada seluruh siswa agar dapat tercapainya prestasi
yang maksimal sesuai potensi yang dimiliki siswa. 5) Pendidikan multikultural merupakan
pendidikan yang baik untuk seluruh siswa, karena pendidikan yang tidak memandang latar
belakang yang dimiliki siswa.11
Tujuan pendidikan multikultural dapat didefinisikan sebagai berikut: a) berperannya
sekolah dalam melihat eksistensi siswa yang berbeda-beda, b) membantu siswa
mengembangkan sikap positif terhadap kelompok budaya, ras, suku, agama. perbedaan, c)
membekali siswa dengan ketahanan dengan mengajari mereka pengambilan keputusan dan
keterampilan sosial, d) membantu siswa membangun ketergantungan antar budaya dan
memberi mereka gambaran positif tentang perbedaan kelompok.12
Tujuan pendidikan multicultural juga dapat dibagi menjadi 3 (tiga) jenis tujuan, yaitu:
tujuan sikap, pengetahuan dan pembelajaran (Lawrence J. Saha, 1997: 349). Tujuan
pendidikan multikultural yang berkaitan dengan aspek sikap (attitudinal goal) adalah
pengembangan kesadaran dan kepekaan budaya, toleransi budaya, penghormatan terhadap
identitas budaya, sikap responsif terhadap budaya, penghindaran dan penyelesaian konflik.
Tujuan dari pendidikan multikultural terkait dengan perspektif pengetahuan (tujuan bahasa
ibu gigi ) adalah untuk memperoleh pengetahuan tentang bahasa dan budaya orang lain dan

11
Ma`arif.
12
Fauziah.

11
kemampuan menganalisis dan menerjemahkan perilaku budaya dan informasi tentang
kesadaran perspektif budaya.
Pada saat yang sama, pendidikan budaya terkait siswa (tujuan pengajaran) bertujuan untuk
memperbaiki distorsi, stereotip dan kesalahpahaman tentang kelompok etnis dalam buku teks
dan media pendidikan; menawarkan berbagai strategi untuk menavigasi perbedaan
antarpribadi, menyediakan alat konseptual untuk komunikasi antarbudaya; mengembangkan
keterampilan komunikasi; sendiri memberikan teknik penilaian; membantu menjelaskan
nilai ; dan menjelaskan dinamika kebudayaan.13
Dan Pendekatan Pendidikan Multikultural Dalam menerapkan pendekatan pendidikan
multikultural, selain pengetahuan umum, pengenalan nilai-nilai kehidupan yang
mencerminkan karakter dan jati diri bangsa Indonesia juga harus dicantumkan. Menurut Nana
(2018), empat karakter utama bangsa yang harus tercermin dalam masyarakat Indonesia
adalah pribadi yang beragama, pribadi sebagai individu, pribadi sosial, dan pribadi sebagai
warga negara. Untuk menumbuhkan karakter tersebut diharapkan lembaga pendidikan dapat
menanamkan nilai-nilai kehidupan pembentuk jati diri bangsa yaitu religius, jujur, toleran,
disiplin, pekerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan,
cinta kasih, bernegara, menghargai prestasi, bersahabat, cinta perdamaian, gemar membaca,
peduli lingkungan, peduli sosial dan bertanggung jawab.
Strategi pendidikan multikultural selanjutnya perlu dijabarkan dalam implikasi di
sekolah. Hal ini dapat diimplikasikan di sekolah melalui :
(1) membangun paradigma keberagaman inklusif di lingkungan sekolah, (2) menghargai
keragaman bahasa di sekolah.
(3) membangun sikap sensitif gender di sekolah.
(4) membangun pemahaman kritis dan empati terhadap ketidakadilan serta perbedaan sosial.
(5) membangun sikap antidiskriminasi etnis, (6) menghargai perbedaan kemampuan. dan
(7) menghargai perbedaan umur.
Multikultural memiliki tiga aspek dalam mengembangkan dalam diri siswa, yakni:
a. Pengembangan identitas kultur Yakni kebanggaan siswa terhadap identitasnya, kompetensi
dalam hal ini menyangkut beberapa hal, yakni pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran akan
etnis. Yang akan menimbulkan sikap percaya diri dan kebanggaan.
b. Hubungan interpersonal Yakni kompetensi interaksi dengan kelompok lain dengan
mendasarkan pada sikap persamaan dan kesetaraan.

13
Riyadi.

12
c. Memberdayakan diri sendiri Yakni kemampuan untuk mengembangkan potensi diri sendiri
yang berkaitan dengan multicultural.
Sejalan dengan menanamkan nilai serta karakter kebangsaan, pendidikan multikultural
ini juga perlu diintegrasikan dengan identitas nasional melalui desain kurikulum yang
berbasis kearifan lokal. Dalam proses belajar mengajar, pendidik perlu menerapkan teori
serta praktik yang memperhatikan keragaman sosial dan budaya dimana pendidik dapat
memberi suatu studi kasus terkait multikuturalisme di Indonesia atau dapat juga dilakukan
secara tidak langsung dengan memposisikan peserta didik sebagai makhluk sosial yang aktif
dalam kehidupan bermasyarakat. Pendidikan kewarganegaraan juga sebaiknya tetap
dipertahanakan bahkan dioptimalisasi di dalam kurikulum pendidikan, karena di dalamnya
kita dapat mengembangkan nilai-nilai identitas nasional yang telah diuraikan sebelumnya
kepada peserta didik dengan harapan peserta didik tidak hanya sekedar mengetahui namun
juga menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kesehariannya.
Menurut bahasa, karakter adalah tabiat atau kebiasaan. Sedangkan menurut ahli
psikologi, karakter adalah sebuah sistem keyakinan dan kebiasaan yang mengarahkan
tindakan seorang individu. Karena itu, jika pengetahuan mengenai karakter seseorang itu
dapat diketahui, maka dapat diketahui pula bagaimana individu tersebut akan bersikap untuk
kondisi-kondisi tertentu.14

4. KESIMPULAN
Multi dimaknai banyak, sedangkan kulturalisme adalah aliran atau ideologi budaya,
Multikulturalisme bermakna pemikiran yang mencakup banyak ideologi/aliran budaya.
Pendidikan multikultural merupakan suatu bentuk upaya dalam mewujudkan hubungan
yang harmonis, yaitu kegiatan edukasi dengan maksud menumbuh kembangkan kearifan
pemahaman, sikap, kesadaran, dan perilaku peserta didik terhadap keaneka ragaman budaya,
masyarakat, dan agama.
Dengan penafsiran tersebut, pendidikan multikultural dapat mencakup pendidikan agama
dan pendidikan umum yang "mengindonesia" karena responsif terhadap kesempatan dan
tantangan kemajemukan budaya, masyarakat, dan agama. Maka tentu saja dalam pendidikan
multikultural di sini tidak hanya sekedar membutuhkan "pendidikan agama", namun juga
"pendidikan religiusitas".
Adapun prinsip pendidikan multikultural adalah sebagai berikut:

14
Sipuan and others.

13
1) isi materi pelajaran yang diseleksi wajib memiliki perbedaan dan persamaan dalam lintas
kelompok,
2) pemilihan materi pelajaran wajib terbuka secara budaya didasarkan pada siswa.
Keterbukaan ini wajib menyatukan opini/pendapat yang bertentangan serta interpretasi-
interpretasi yang berbeda,
3) pendidikan sebaiknya memuat model belajar mengajar yang interaktif agar mudah
dipahami,
4) materi pelajaran yang diseleski harus sesuai dengan konteks waktu dan tempat,
5) pengajaran seluruh pelajaran wajib menggambarkan serta dibentuk berlandaskan pada
pengalaman serta pengetahuan yang dibawa speserta didik ke dalam kelas.
Dalam penerapan pendidikan multikultural, terdapat lima "P" yang dibutuhkan dalam
mendukung keberhasilam dalam proses implementasi pendidikan multikultural itu sendiri,
diantaranya:
1) Perspektif (paradigma, cara pandang, visi atau misi sekolah),
2) Policy (kebijakan, aturan yang dikeluarkan oleh pimpinan sekolah),
3) Program (rencana paket kegiatan yang diselenggarakan untuk pencapaian saasaran
tertentu); 4) Pribadi (pelaksana, terutama para guru yang menjadi ujung tombak);
5) Praktik (implementasi, pelaksanaan di kelas/sekolah).
Bahwa pendidikan multikulural adalah sebuah rangkaian keyakinan (set of beliefs) serta
uraian yang mengakui dan mengevaluasi seberapa pentingnya keberagaman budaya dan juga
etnis di dalam wujud gaya hidup, identitas pribadi, pengalaman sosial, kesempatan
pendidikan dari individu, kelompok ataupun Negara.
Banks mendeskripsikan pendidikan multikultural merupakan gagasan, gerakan,
pemodernan pendidikan dan proses pendidikan yang memiliki tujuan utama untuk mengganti
susunan lembaga pendidikan agar peserta didik baik laki-laki maupun perempuan, peserta
didik berkebutuhan khusus, dan peserta didik yang merupakan bagian dari kelompok etnis,
ras, dan juga buudaya yang beragam tersebut akan tetap memiliki kesempatan yang serupa
dalam mencapai prestasi pendidikan di sekolah.
Di sini disimpulkan lagi bahwa pendidikan merupakan elemen kunci dalam peradaban
suatu bangsa. Pendidikan tidak hanya mencakup pengembangan kemampuan kognitif, tetapi
juga harus mampu membentuk ranah afektif dan psikomotorik peserta didik agar menjadi
individu yang berkarakter, mencerminkan keberagaman bangsa.
Keberagaman di Indonesia sebagai negara multikultural memerlukan pendidikan yang
mampu menanamkan nilai-nilai multikultural pada peserta didik. Kekurangan nilai-nilai

14
multikultural dapat menyebabkan konflik, seperti yang telah terjadi dalam sejarah Indonesia.
Oleh karena itu, pendidikan multikultural menjadi penting untuk menciptakan siswa yang
memiliki sikap toleransi tinggi dan dapat menyelesaikan konflik dengan damai.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah penelitian
kepustakaan dengan mencari sumber-sumber artikel ilmiah terkait dengan kata kunci
"multikulturalisme", "pendidikan multikultural", dan "pengembangan karakter". Hasil
penelitian tersebut mengungkapkan bahwa pendidikan multikultural merupakan gerakan
reformasi untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang setara bagi semua siswa,
mengakui dan menghargai keberagaman budaya serta mempersiapkan mereka untuk
kehidupan di masyarakat yang multicultural.
Pendidikan multikultural memiliki prinsip-prinsip, tujuan, dan fungsi yang melibatkan
pengenalan nilai-nilai kehidupan, pembentukan karakter bangsa, dan integrasi kearifan lokal
dalam kurikulum. Penerapan pendekatan pendidikan multikultural juga memerlukan
perubahan dalam metode, strategi, manajemen pembelajaran, dan lingkungan sekolah.

15
DAFTAR PUSTAKA

Kuni Isna Fauziah, ‘FILSAFAT PENDIDIKAN MULTIKULTURAL SEBAGAI UPAYA


MENCEGAH RADIKALISME’, Dinamika Penelitian: Media Komunikasi Penelitian
Sosial Keagamaan, 2020 <https://doi.org/10.21274/dinamika.2019.19.2.208-223>.

Muhammad Anas Ma`arif, ‘PENDIDIKAN MULTIKULTURAL SEBAGAI


PEMBENTUKAN KARAKTER PESERTA DIDIK’, TA’LIM : Jurnal Studi
Pendidikan Islam, 2019 <https://doi.org/10.52166/talim.v2i2.1413>.

Suharsono Suharsono, ‘Pendidikan Multikultural’, EDUSIANA: Jurnal Manajemen Dan


Pendidikan Islam, 2017 <https://doi.org/10.30957/edusiana.v4i1.3>.

Lathifah Abdiyah, ‘Filsafat Pendidikan Islam: Pendidikan Multikultural’, Tarbawy : Jurnal


Pendidikan Islam, 2021 <https://doi.org/10.32923/tarbawy.v8i2.1827>.

Muhammad Hifdil Islam and Maskuri Maskuri, ‘PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN


MULTIKULTURAL MELALUI PENDIDIKAN DIVERSITAS’, PENDIDIKAN
MULTIKULTURAL, 2020 <https://doi.org/10.33474/multikultural.v4i1.6714>.

Estalita Kelly, ‘PEMBENTUKAN SIKAP TOLERANSI MELALUI PENDIDIKAN


MULTIKULTURAL DI UNIVERSITAS YUDHARTA PASURUAN’, Jurnal
Psikologi : Jurnal Ilmiah Fakultas Psikologi Universitas Yudharta Pasuruan, 2018
<https://doi.org/10.35891/jip.v5i1.1167>.

Sipuan Sipuan and others, ‘Pendekatan Pendidikan Multikultural’, Aksara: Jurnal Ilmu
Pendidikan Nonformal, 2022 <https://doi.org/10.37905/aksara.8.2.815-830.2022>.

Akbar Wahyu Riyadi, ‘PENDEKATAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL PADA MATA


PELAJARAN SOSIOLOGI SMA KELAS XI’, KOMUNITAS: International Journal
of Indonesian Society and Culture, 2013
<https://doi.org/10.15294/komunitas.v3i2.2315>.

Abdul Rohman and Yenni Eria Ningsih, ‘Pendidikan Multikultural : Penguatan Identitas
Nasional Di Era’, Seminar Nasional Multidisiplin 2018, September, 2018, 44–50.

Nama kelompok 6:
1.Muhammad Farhan Mahdi (202369080022)
2.Lailatus Syarifah (202369080009)
3.Galuh Novi Pradita (202369080030)

16

Anda mungkin juga menyukai