Anda di halaman 1dari 23

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah salah satu bidang yang sangat menentukan dalam
kemajuan suatu Negara.Indonesia adalah Negara kesatuan yang terdiri dari
berbagai macam suku, adat,agama,
bahasa, dan lain-lain. Kesatuan ini akan menjadi bentuk Negara secara plural
melalui pendidikan. Perbedaan ini dapat disatukan agar tidak terjadi
diskriminasi yang menyudutkan pada salah satu golongan sehingga
pembangunan Indonesia terlambat. Pada prinsipnya, pendidikan multikultural
adalah pendidikan yang menghargai perbedaan. Pendidikan multikultural
senantiasa menciptakan struktur dan proses dimana setiap kebudayaan bisa
melakukan ekspresi. Tentu saja untuk mendesain pendidikan multicultural
secara praksis, itu tidaklah mudah.Tetapi, paling tidak kita mencoba melakukan
ijtihad untuk mendesain sesuai dengan prinsip-prinsip pendidikan
multikulturalisme. Setidaknya ada dua hal bila kita akan mewujudkan
pendidikan multikulturalisme yang mampu memberikan ruang kebebasan bagi
semua kebudayaan untuk berekspresi.
Pertama adalah dialog.Pendidikan multikultural tidak mungkin
berlangsung tanpa dialog. Dalam pendidikan multikultural, setiap peradaban dan
kebudayaan yang ada berada dalam posisi yang sejajar dan sama. Tidak ada
kebudayaan yang lebih tinggi atau dianggap lebih tinggi (superior) dari
kebudayaan yang lain. Dialog meniscayakan adanya persamaan dan kesamaan
diantara pihak-pihak yang terlibat. anggapan bahwa kebudayaan tertentu lebih
tinggi dari kebudayaan yang lain akan melahirkan fasisme, nativisme,dan
chauvinisme. Dengan dialog, diharapkan terjadi sumbang pemikiran yang pada
gilirannya akan memperkaya kebudayaan atau peradaban yang bersangkutan. Di
samping sebagai pengkayaan ,dialog juga sangat penting untuk mencari titik
temu antar peradaban dan kebudayaan yang ada. Pendidikan multikultural dapat
dirumuskan sebagai wujud kesadaran tentang keanekaragaman kultural, hak-hak
2

asasi manusia serta pengurangan atau penghapusan berbagai jenis prasangka


atau prejudise untuk membangun suatu kehidupan masyarakat yang adil dan
maju.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian Pendidikan Multikultural?
2. Apa saja dasar Pendidikan Multikultural?
3. Apa saja tujuan Pendidikan Multikultural?
4. Apa saja tujuan pembelajaran sejarah?
5. Bagaimanakah Paradigma Baru Pendidikan Multikultural?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian Pendidikan Multikultural
2. Untuk mengetahui dasar pendidikan multicultural
3. Untuk mengetahui tujuan pendidikan multicultural
4. Untuk mengetahui fungsi pendidikan multicultural
5. Untuk mengetahui paradigma Pendidikan Multikultural
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Multikultural


Kata budaya/kultur (culture)di pandang penting karena kata ini
membentuk dan merupakan bagian dari istilah Pendidikan Multikultural.
Bagaimana kita mendefinisikan budaya akan menentukan arti dari istilah
Pendidikan Multikultural. Tanpa kita mengetahui apa arti budaya / kultur, kita
akan sulit memahami implikasi pendidikan multicultural secara utuh. Misalnya
jika budaya didefinisikan sebagai warisan dan tradisi dari suatu kelompok
social, maka pendidikan multicultural berarti mempelajari tentang berbagai
(multi) warisan dan tradisi budaya.
Istilah multikultur berakar dari kata kultur yang diartikan sebatas pada
budaya dan kebiasaan sekelompok orang pada daerah tertentu (Ainul Yaqin,
2005:6). Secara etimologis multiculturalisme dibentuk dari
kata multi (banyak), culture (budaya), dan isme (aliran atau paham) (H.A.R
Tilaar,2004: Punggung). Multicultural sebenarnya merupakan kata dasar yang
mendapat awalan. Kata dasar dasar itu adalah kultur yang berarti kebudayaan,
kesopanan, atau pemeliharaan sedang awalannya adalah multi yang berarti
banyak, ragam, atau aneka. Dengan demikian, multikultur berarti keragaman
kebudayaan, aneka kesopanan, atau banyak pemeliharaan.
Multikulturalisme merupakan suatu paham atau situasi-kondisi
masyarakat yang tersusun dari banyak kebudayaan.Multikulturalisme sering
merupakan perasaan nyaman yang dibentuk oleh pengetahuan. Pengetahuan
dibangun oleh keterampilan yang mendukung suatu proses komunikasi yang
efektif, dengan setiap orang dari sikap kebudayaan yang ditemui dalam setiap
situasi dengan melibatkan sekelompok orang yang berbeda latar belakang
kebudayaannya. Multikulturalisme sebagai sebuah paham menekankan pada
kesenjangan dan kesetaraan budaya-budaya local tanpa mengabaikan hak-hak
dan ekstensi budaya yang ada.
4

Pengertian “Multikultural” secara luas mencakup pengalaman yang


membentuk persepsi umum terhadap usia, gender, agama, status social ekonomi,
jenis identitas budaya, bahasa, ras, dan berkebutuhan khusus.

B. Dasar Pendidikan Multikultural


1. Kesadaran Nilai Penting Keragaman Budaya
Pendidikan multikultural ini memberikan pemahaman mengenai
berbagai jenis kegiatan pendidikan sebagai bagian integral dari kebudayaan
universal.
2. Gerakan Pembaharuan Pendidikan
Ini ditujukan agar tidak ada kesenjangan sosial dan diskriminasi di
masyarakat.Contohnya seperti kesenjangan ketika muncul fenomena sekolah
favorit yang didominasi oleh golongan orang kaya karena ada kebijakan
lembaga yang mengharuskan untuk membayar uang pangkal yang mahal
untuk bisa masuk ke sekolah favorit itu.Sedangkan siswa dengan
karakteristik budaya yang berbeda tidak memiliki kesempatan itu.
3. Proses Pendidikan
Pendidikan multikultural juga merupakan proses (pendidikan) yang
tujuannya tidak akan pernah terealisasikan secara penuh. Pendidikan
Multikultural harus dipandang sebagai suatu proses yang terus menerus, dan
bukan sebagai sesuatu yang langsung bisa tercapai. Tujuan utama dari
pendidikan multicultural adalah untuk memperbaiki prestasi secara utuh
bukan sekedar meningkatkan skor.

C. Tujuan Pendidikan Multikultural


1. Pengembangan Literasi Etnis dan Budaya
Mempelajari tentang latar belakang sejarah, bahasa, karakteristik
budaya, sumbangan, peristiwa kritis, individu yang berpengaruh, dan kondisi
social, politik, dan ekonomi dari berbagai kelompok etnis mayoritas dan
minoritas.
2. Perkembangan Pribadi
5

Menekankan pada pengembangan pemahaman diri yang lebih besar,


konsep diri yang positif, dan kebanggaan pada identitas pribadinya yang
berkontribusi pada perkembangan pribadi siswa, yang berisi pemahaman
yang lebih baik tentang diri yang pada akhirnya berkontribusi terhadap
keseluruhan prestasi intelektual, akademis, dan social siswa.
3. Klarifikasi Nilai dan Sikap
Merupakan langkah kunci dalam proses melepaskan potensi kreatif
individu untuk memperbarui diri dan masyarakat untuk tumbuh-kembang
lebih lanjut.
4. Kompetensi Multikultural
Dengan mengajarkan keterampilan dalam komunikasi lintas budaya,
hubungan antar pribadi, pengambilan perspektif, analisis kontekstual,
pemahaman sudut pandang dan kerangka berpikir alternatif, dan
menganalisa bagaimana kondisi budaya mempengaruhi nilai, sikap,
harapan, dan perilaku.
5. Kemampuan Keterampilan Dasar
Untuk memfasilitasi pembelajaran untuk melatih kemampuan
keterampilan dasar dari siswa yang berbeda secara etnis dengan memberi
materi dan teknik yang lebih bermakna untuk kehidupan dan kerangka
berpikir dari siswa yang berbeda secara etnis.
6. Persamaan dan Keunggulan Pendidikan
Tujuan persamaan multikultural berkaitan erat dengan tujuan
penguasaan ketrampilan dasar, namun lebih luas dan lebih filosofis. Untuk
menentukan sumbangan komparatif terhadap kesempatan belajar, pendidik
harus memahami secara keseluruhan bagaimana budaya membentuk gaya
belajar, perilaku mengajar, dan keputusan pendidikan.
7. Memperkuat Pribadi untuk Reformasi Sosial
Tujuan terakhir dari Pendidikan multikultural adalah memulai
proses perubahan di sekolah yang pada akhirnya akan meluas ke
masyarakat. Tujuan ini akan melengkapi penanaman sikap, nilai, kebiasaan
dan ketrampilan siswa sehingga mereka menjadi agen perubahan sosial
6

(social change agents) yang memiliki komitmen yang tinggi dengan


reformasi masyarakat untuk memberantas perbedaan (disparities) etnis dan
rasial dalam kesempatan dan kemauan untuk bertindak berdasarkan
komitmen ini. Untuk melakukan itu, mereka perlu memperbaiki
pengetahuan mereka tentang isu etnis di samping mengembangkan
kemampuan pengambilan keputusan, ketrampilan tindakan sosial,
kemampuan kepemimpinan, dan komitmen moral atas harkat dan
persamaan.
8. Memiliki Wawasan Kebangsaan/Kenegaraan yang Kokoh
Dengan mengetahui kekayaan budaya bangsa itu akan tumbuh rasa
kebangsaan yang kuat. Rasa kebangsaan itu akan tumbuh dan berkembang
dalam wadah negara Indonesia yang kokoh. Untuk itu Pendidikan
Multikultural perlu menambahkan materi, program dan pembelajaran yang
memperkuat rasa kebangsaan dan kenegaraan dengan menghilangkan
etnosentrisme, prasangka, diskriminasi dan stereotipe.
9. Memiliki Wawasan Hidup yang Lintas Budaya dan Lintas Bangsa sebagai
Warga Dunia.
Hal ini berarti individu dituntut memiliki wawasan sebagai warga
dunia (world citizen). Namun siswa harus tetap dikenalkan dengan budaya
lokal, harus diajak berpikir tentang apa yang ada di sekitar lokalnya.
Mahasiswa diajak berpikir secara internasional dengan mengajak mereka
untuk tetap peduli dengan situasi yang ada di sekitarnya - act locally and
globally.
10.Hidup Berdampingan secara Damai
Dengan melihat perbedaan sebagai sebuah keniscayaan, dengan
menjunjung tinggi nilai kemanusian, dengan menghargai persamaan akan
tumbuh sikap toleran terhadap kelompok lain dan pada gilirannya dapat
hidup berdampingan secara damai.
7

D. Fungsi Pendidikan Multikultural


The National Council for Social Studies (Gorski, 2001) mengajukan
sejumlah fungsi yang menunjukan pentingnya keberadaan dari pendidikan
multikultural. Fungsi tersebut adalah :
1. Memberi konsep diri yang jelas.
2. Membantu memahami pengalaman kelompok etnis dan budaya ditinjau dari
sejarahnya.
3. Membantu memahami bahwa konflik antara ideal dan realitas itu memang
ada pada setiap masyarakat.
4. Membantu mengambangkan pembuatan keputusan (decision making),
partisipasi social, dan keterampilan kewarganegaraan (citizenship skills)
5. Mengenal keberagaman dalam penggunaan bahasa.[3]
E. Paradigma Baru Pendidikan Multikultural
Kemajemukan merupakan ciri khas bangsa Indonesia.Seperti diketahui
Indonesia merupakan Negara Kepulauan dengan jumlah pulau terbesar di dunia.
Pada satu sisi kemajemukan masyarakat memberikan side effect (dampak)
secara positif namun pada sisi lain juga menimbulkan dampak negatif, karena
kemajemukan itulah justru terkadang sering menimbulkan konflik antar
kelompok masyarakat. Pada akhirnya, konflik-konflik antar kelompok
masyarakat tersebut akan melahirkan distabilitas keamanan, sosioekonomi, dan
ketidakharmonisan social (social disharmony).
Dalam menghadapi fluralism budaya diperlukan paradigma baru
yang lebih toleran yaitu paradigma Pendidikan Multikultural.Paradigma
Pendidikan Multikultural itu penting sebab dapat mengarahkan anak didik untuk
bersikap dan berpandangan toleran dan inklusif terhadap realitas masyarakat
yang beragam baik dalam hal budaya, suku, ras, etnis, maupun agama.
Pendidikan multikultural sebagai pendidikan alternatif patut
dikembangan dan dijadikan sebagai model pendidikan di Indonesia dengan
alasan, Pertama, realitas bahwa Indonesa adalah negara yang dihuni oleh
berbagai suku, bangsa, etnis agama, dengan bahasa yang beragam dan
membawa budaya yang heterogen serta tradisi dan perdaban yang beraneka
8

ragam. Kedua, pluralitas tersebut secara inheren sudah ada sejak bangsa
Indonesia ini ada.Ketiga, masyarakat menentang pendidikan yang berorientasi
bisnis, komersialisasi, dan kapitalis, yang mengutamakan golongan atau orang
tertentu.Keempat, masyarakat tidak menghendaki kekerasan dan kesewenang-
wenangan pelaksanaan hak setiap orang.Kelima, pendidikan multikultur sebagai
resistensi fanatisme yang mengarah pada berbagai jenis kekerasan dan
kesewenang-wenangan.Keenam, pendidikan multikultural memberikan harapan
dalam mengatasi berbagai gejolak masyarakat yang terjadi akhir-akhir
ini.ketujuh, pendidikan multikultutral sarat dengan nilai-nilai kemanusiaan,
social, kalaman, dan keTuhanan.

F. Pembelajaran Sejarah
1. Pengertian Pembelajaran Sejarah
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-
unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling
mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Manusia yang terlibat
dalam sistem pembelajaran terdiri dari peserta didik, guru dan tenaga lainnya,
misalnya tenaga laboratorium. Meterialnya, meliputi buku- buku, papan tulis
dan kapur, fotografi, slide dan film, audio dan visual tape. Fasilitas dan
perlengkapan, terdiri dari ruang kelas, pelengkapan audio visual, juga komputer.
Prosedur, meliputi jadwal dan penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian,
dan sebagainya. Pembelajaran lebih menggambarkan usaha pendidik untuk
membuat peserta didik melakukan proses pembelajaran.
Pembelajaran juga dapat dikatakan sebagai kegiatan pendidik secara
terprogram dalam desain intruksional untuk membuat peserta didik belajar
secara aktif, yang menekankan pada sumber-sumber belajar.

Berdasarkan uaraian, empat hal yang perlu diperhatikan dalam


pembelajaran, yaitu (1) pembelajaran merupakan kegiatan guru yang
terprogram, (2) pelaksanaan pembelajaran berdasarkan program atau
rencana pembelajaran, (3) pembelajaran dilaksanakan untuk pembelajaran,
9

dan (4) dalam pembelajaran disediakan sumber belajarbagi peserta didik.

Undang-Undang No 20: 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional


Pasal 1 Ayat 20 menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar pembelajaran adalah suatu usaha untuk membuat peserta didik
belajar atau suatu kegiatan untuk membelajarkan peserta didik. Selanjutnya,
Sudjana berpendapat bahwa pembelajaran adalah setiap upaya yang
sistematik dan sengaja untuk menciptakan kegiatan interaksi edukatif antara
dua pihak, yaitu peserta didik dan pendidik yang melakukan kegiatan
pembelajaran.

Kemudian Crow mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu proses


dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk
memungkinkan turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-
kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu,
pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan.

Sejalan dengan pendapat tersebut, Syaiful Sagala menyatakan bahwa


ada empat tentang konsep pembelajaran diantaranya yaitu:

a. Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain


instruksional, untuk membuat siswa belajar lebih aktif, yang menekankan
pada sumber belajar.

b. Pembelajaran adalah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan


maupun teori belajar merupakan penentu utamakeberhasilan pendidikan
atau proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukakan oleh pihak guru
sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau
murid.
c. Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara
disengaja dikelolah untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah
laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons
terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subjek khusus dari
10

pendidikan.
d. Mengajar adalah upaya memberikan stimulus, bimbingan, pengarahan dan
dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
adalah sesuatu yang dirancang secara disengaja, terstruktur, sistematis, dalam
suatu proses interaksi yang terjadi antara pendidik dengan peserta didik dan
lingkungan yang bertujuan untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Sejarah dalam pandangan R. Mohammad Ali adalah (1) sejumlah
perubahan, kejadian, dan peristiwa-peristiwa dalam kenyataan sekitar kita,
(2) cerita tentang perubahan itu dan sebagainya, dan (3) ilmu yang bertugas
menyelidiki tentang perubahan dan sebagainya. Pengertian sejarah lebih
dipertegas oleh Roeslan Abdulgani yang menyatakan bahwa sejarah ialah
salah satu cabang ilmu yang meneliti dan menyelidiki secsra sistematis
keseluruhan perkembangan masyarakat serta manusia di masa lampau,
beserta segala kejadian-kejadiannya, dengan maksud untuk menilai secara
kritis seluruh hasil penelitian dan penyelidikan itu, untuk akhirnya dijadikan
pembendaharaan pedoman bagi penilaian dan penentuan keadaan sekarang
serta arah proses masa akan datang.
Pembelajaran sejarah merupakan suatu aktifitas belajar mengajar
yang dilakukan oleh pendidik dengan cara menjelaskan pada siswa tentang
gambaran kehidupan masyarakat masa lampau yang menyangkut peristiwa-
peristiwa penting dan memiliki arti khusus.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari segala peristiwa
atau kejadian yang telah terjadi pada masa lampau dalam kehidupan manusia
yang berpengaruh pada masa sekarang dan masa akan datang. Dalam
kehidupan manusia, peristiwa sejarah merupakan suatu peristiwa yang abadi,
unik, dan penting.
Dengan mempelajari kejadian yang pernah terjadi atau mengalami
kejadian sendiri, diharapkan seseorang akan mendapatkan kebijaksanaan.
Sehingga apabila di masa yang lalu seseorang melakukan kesalahan atau
11

menemukan kesalahan, maka dia tidak akan terjebak untuk kedua kalinya
pada kesalahan yang sama.
2. Tujuan Pembelajaran Sejarah

Pada hakikatnya pendidikan dan pembelajaran adalah usaha yang


bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik. Semua kegiatan
pendidikan dan pembelajaran dilaksanakan untuk mencapai suatu tujuan.
Selain itu, segala sesuatu yang dilakukan dalam kehidupan ini semuanya
mengarah kepada tujuan.

Secara umum tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional adalah


rumusan pernyataan mengenai kemampuan atau tingkah laku yang
diharapkan, dimiliki dan dikuasai oleh siswa setelah ia menerima proses
pembelajaran. Rumusan tujuan ini dibuat oleh guru untuk siswa sesuai
dengan materi yang akan diberikan oleh pendidik kepada peserta didik.
Setiap materi itu mempunyai tujuan yang berbeda-beda bagi peserta
didik.

Pembelajaran Sejarah bertujuan memberikan pengetahuan fakta


Sejarah yang harus diketahui oleh setiap warga negara Indonesia sesuai
tingkat pendidikannya. Pengetahuan fakta adalah dasar pengertian dan
penghayatan Sejarah. Pengetahuan fakta bukanlah sekedar rangkaian
peristiwa Sejarah melainkan pengetahuan mengenai hubungan kausal
antara suatu konsep yang utuh. Pembelajaran Sejarah dapat memberikan
pengetahuan intelektual yang baik.

Tujuan pembelajaran Sejarah menurut Kementrian Pendidikan dan


Kebudayaan dalam kurikulum 2013 mata pelajaran Sejarah Sekolah
Menengah Atas (SMA) / Madrasah Aliyah (MA) bertujuan agar peserta
didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
a. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman mengenai perjalanan
kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia serta dunia.
b. Mengembangkan rasa kebangsaan, cinta tanah air, dan penghargaan
12

terhadap hasil dan prestasi bangsa di masa lalu.


c. Membangun kesadaran tentang konsep waktu dan ruang dalam
berfikir kesejarahan.
d. Mengembangkan kemampuan berfikir Sejarah (historical thinking),
keterampilan Sejarah (historycal skills), dan wawasan terhadap isu
Sejarah (historical issues), serta menerapkan kemampuan,
keterampilan dan wawasan tersebut dalam kehidupan masa kini.
e. Mengembangkan perilaku yang didasarkan pada nilai dan moral yang
mencerminkan karakter diri, masyarakat dan bangsa.
f. Menanamkan sikap berorientasi kepada masa kini dan masa depan.
g. Memahami dan mampu menangani isu-isu controversial untuk
mengkaji permasalahan yang terjadi di lingkungan masyarakat.
h. Mengembangkan pemahaman internasional dan menelaah fenomena
aktual dan global.
Sedangkan tujuan pembelajaran Sejarah menurut Permendiknas No.
20 Tahun 2016, yaitu kelas X, dan program IPS (XI dan XII) di bagi atas dua
muatan sejarah pada SMA yang pertama untuk kelompok peminatan yaitu :
cara berpikir sejarah, prinsip dasar ilmu sejarah, peradaban awal manusia,
perkembangan negara- negara tradisional di indonesia, revolusi besar dunia dan
pengaruhnya heoirsme dan kebangsaan Indonesia. Dunia pada masa perang
dingin dan perubahan politik global, perjuangan mempertahankan kemerdekaan
Indonesia, Indonesia pada masa Orde Baru dan Reformasi, Indonesia dan Dunia
pada masa Refolusi teknologi informasi dan komunikasi. Kedua sejarah
Indonesia untuk kelompok wajib pada SMA, yaitu menganalisis prinsip dasar
ilmu sejarah, zaman kuno, zaman pertengahan, zaman pergerakan daerah,
zaman modern, tokoh sejarah, demokrasi liberal, demokrasi terpimpin, Orde
Baru, Reformasi, Indonesia dalam konteks pergaulan dunia.
Mata pelajaran Sejarah bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan
sebagai berikut:
1. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat
yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini dan masa
13

depan
2. Melatih daya krisis peserta didik untuk memahami fakta Sejarah secara
benar dan didasarkan pada pendekatan ilmiah dan metodologi keilmuan.
3. Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap
peninggalan Sejarah sebagai bukti peradaban bangsa Indonesia di masa
lampau.
4. Menumbuhkan pemahaman peserta didik terhadap proses terbentuknya
bangsa Indonesia melalui Sejarah panjang dan masih berproses hingga
masa kini dan masa yang akan datang.
5. Menumbuhkan kesadaran dalam diri peserta didik sebagai bagian bangsa
Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air yang dapat
diimplementasikan dalam berbagai bidang kehidupan baik nasional maupun
internasional.
Oleh karena itu dapat dipahami bahwa tujuan pembelajaran
adalah sesuatu yang sangat mempengaruhi dalam sebuah pembelajaran
karena tanpa adanya tujuan, suatu pembelajaran tidak akan terarah dan
tidak akan tercapai apa yang diharapkan. Begitupun halnya dengan
pembelajaran Sejarah, bahwa tujuan merupakan sesuatu yang ingin dicapai
dalam pelaksanaan pembelajaran sejarah, sebab tujuan sebuah komponen
yang dapat mempengaruhi komponen pengajaran yang lainnya, semua
komponen harus bersesuaikan dan didaya gunakan untuk mencapai tujuan
seefektif dan seefisien mungkin yang menyangkut aspek pengetahuan,
sikap dan keterampilan.
G. Sumber Belajar
1. Pengertian Sumber Belajar
Dalam pengertian yang sederhana (hingga dewasa ini dunia
pengajaran praktis masih berpandangan) sumber belajar (learning resources)
adalah guru dan bahan-bahan pelajaran/bahan pengajaran baik buku-buku
bacaan atau semacamnya. Sumber belajar adalah segala daya yang dapat
dipergunakan untuk kepentingan proses/ aktivitas pengajaran baik secara
langsung maupun tidak langsung, diluar peserta didik (lingkungan) yang
14

melengkapi diri mereka pada saat berlangsung.


Sumber belajar adalah sekumpulan bahan atau situasi yang diciptakan
dengan sengaja dan dibuat agar memungkinkan peserta didik belajar sendiri
secara individual. Asosiasi Teknologi Komunikasi Pendidikan (AECT)
mendefinisikan sumber belajar adalah sebagai atau semua sumber baik yang
berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh siswa
dalam belajar baik secarah terpisah maupun secara terkombinasi, sehingga
memudahkan peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Sumber belajar adalah segala sesuatu baik berupa data, orang, wujud
tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam belajar baik secarah
terpisah maupun secara terkombinasi, sehingga memudahkan siswa dalam
mencapai tujuan pembelajaran kompetensi tertentu. Edgar Dale seorang ahli
pendidikan mengemukakan sumber belajar adalah segalah sesuatu yang
dapat dimanfaatkan untuk memfasilitasi belajar seseorang.
Pengertian lain tentang sumber belajar (learning
resources)dikemukakan oleh Sudrajat bahwa semua sumber baik berupa
data, berupa data, orang, wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta
didik dalam belajar baik secarah terpisah maupun secara terkombinasi,
sehingga memudahkan peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau
mencapai kompetensi tertentu.
Pernyataan ini juga sejalan dengan Majid yang menyatakan bahwa
sember belajar ditetapkan sebagai informasi yang disajikan dan disimpan
dalam berbagai bentuk media, yang dapat membantu peserta didik dalam
belajar sebagai perwujudan kurikulun, bentuknya tidak terbatas apakah
dalam bentuk cetakan, vidio, format perangkat lunak atau kombinasi dari
berbagai format yang dapat dipergunakan oleh peserta didik ataupun
pendidik. Dengan demikian, sumber belajar juga diartikan sebagai segala
tempat atau lingkungan sekitar, benda, dan orang yang mendukung informasi
dapat digunakan sebagai wahana bagi peserta didik untuk melakukan proses
perubahan tingkah laku.
Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan
15

sebagai tempat di mana bahan pengajaran terdapat atau asal untuk belajar
seseorang.Roestiyah N.K. menyatakan bahwa sumber-sumber belajar adalah
:
a. Manusia (dalam keluarga, sekolah dan masyarakat);
b. Buku/perpustakaan
c. Media masa (majalah, surat kabar, radio, TV, dan lain);
d. Lingkungan alam, sosial dan lain;
e. Alat pelajaran ( buku pelajaran, peta, gambar, kaset, tape, papan tulis,
kapur, spidol dan lain-lain);
f. Museum (tempat penyimpanan benda-benda kuno).
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan sumber belajar adalah
segala sesuatu yang dapat memberikan informasi. Dengan kata lain, sumber
belajar berperan dalam menyediakan berbagai informasi dan pengetahuan yang
diperlukan dalam mengembangkan berbagai kompetensi yang diinginkan pada
bidang studi atau mata pelajaran yang dipelajarinya. Oleh karena itu, sumber
belajar yang beraneka ragam, diantaranya berupa bahan pembelajaran
memberikan sumbangan yang positif dalam peningkatan mutu pendidikan dan
pembelajaran sehingga tercapai tujuan pembelajaran.
Jadi, dapat di simpulkan sumber belajar sejarah ialah segalah sesuatu yang
memiliki informasi yang bernuansa sejarah baik berupa benda maupun berupa
non benda yang dapat digunakan sebagai wahana bagi pendidik dan peserta
didik untuk memudahkan dalam mencapai tujuan pembelajaran.
2. Macam-macam Sumber Belajar
Sumber belajar dapat diklafisikasikan dengan mudah melalui
pertanyaan-pertantayaan sebagai berikut: apa, siapa, di mana, dan
bagaimana. Berpangkal dari kata-kata tersebut selanjutnya dapat
dikembangkan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

a. Apakah jenis informasi yang akan ditransmisikan?


b. Siapa yang melaksanakan transmisikan itu?
c. Bagaimana cara transmisikan itu?
16

d. Di mana transmisikan itu diadakan?

Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan dari Willington ini selanjutnya dapat


dapat disusun klafisikasi sumber belajar sebagai berikut:
No Pertanyaan Jawaban: sumber belajar

1 Apakah jenis informasi yang Peserta, berita, informasi, dan


akan di transmisikan? lain-lain

Siapa yang melaksanakan Manusia, material, alat. Teknik,


2 transmisikan itu? metode, prosedur. Ditempat yang
diatur (setting).
Bagaimana cara transmisikan
itu?
3
Di mana transmisikan itu
diadakan?

Klafisikasi ini kemudian memberi inspirasi pada AECT (Association for


Education Communication and Technology,1979 ) untuk membentuk klafisikasi
lebih lanjut.
AECT (Association for Education Communication and Technology)
mengklasifikasi sumber belajar menjadi enam macam.
a. Message (pesan), yaitu informasi/ajaran yang diteruskan oleh
komponen lain dalam bentuk gagasan, fakta, arti dan data. Termasuk
dalam kelompok pesan adalah semua bidang studi/mata kulia atau
bahan pengajaran yang diajarkan kepada peserta didik, dan sebagainya.
b. People (orang), yakni manusia yang bertindak sebagai penyimpan,
pengolah dan penyaji pesan. Termasuk kelompok ini misalnya,
guru/dosen, tutor, peserta didik, dan sebagainya.
c. Material (bahan), yaitu perangkat lunak yang mengandung pesan
17

untuk disajikan melalui penggunaan alat/perangkat keras ataupun


dirinya sendiri, contoh: buku, transparansi, film, slides, gambar, grafik
yang dirancang untuk pembelajaran, relief, candi, arca, komik, dan
sebagainya;
d. Device (alat), yakni sesuatu (perangkat keras) yang digunakan untuk
menyampaikan pesan yang tersimpan dalam bahan. Misalnya,
overhead proyector, slide, video tape/recorder, pesawat radio/TV, dan
sebagainya.
e. Technique (teknik), yaitu prosedur atau acuan yang dipersiapkan untuk
penggunaan bahan, peralatan, orang, lingkungan untuk menyampaikan
pesan. Misalnya, pengajaran berprogram/modul, simulasi, demonstrasi,
tanya jawab, CBSA, dan sebagainya.
f. Setting (lingkungan), yakni situasi atau suasana sekitar di mana pesan
disampaikan. Baik lingkungan fisik, ruang kelas, gedung sekolah,
perpustakaan, laboratorium, teman, lapangan, dan sebagainya. Juga
lingkungan non fisik misalnya suasana belajar itu sendiri, tenang,
ramai, lelah, dan sebagainya.
Ditinjau dari segi tipe atau asal usul, sumber belajar menurut Rahardi
dapat dibedakan menjadi dua, yakni sebagai berikut:
a. Sumber belajar yang dirancang yaitu sumber belajar yang memang
disengaja dibuat untuk tujuan pembelajaran. Sumber belajar semacam ini
sering disebut bahan pembelajaran. Contohnya adalah: buku pelajaran,
modul, program audio, program slide suara, tranparasi (OHP).
b. Sumber belajar yang sudah bersedia dan tinggal dimanfaatkan yaitu
sumber belajar yang tidak secara khusus dirancang untuk keperluan
pembelajaran, namun dapat ditemukan, dipilih dan dimanfaatkan untuk
keperluan pembelajaran. Contoh pejabat pemerintah, tenaga ahli, pemuka
agama, olaragawan, kebun binatang, waduk, museum film, sawah,
terminal, surat kabar siaran telivisi, dan masih banyak yang lainnya.

Sumber sejarah berdasarkan dari segi bentuk secara umum dapat


18

dibedakan menjadi tiga, yaitu: lisan, tertulis dan benda. Pertama, sumber lisan
ialah cerita tentang hal tertentu yang diturunkan dari generasi ke generasi
berikutnya.Kedua, sumber sejarah tertulis di bagi atas dua sumber yang disengaja
dan sumber yang tidak disengaja.
Sumber yang disengaja dibuat untuk kepentingan sejarah berupa:
otobiografi, biografi, annal (catatan perstiwa per tahun), buku peringatan
(peristiwa secara tertentu, seperti 30 tahun Indonesia mardeka), foto atau
dokumenter (tentang suatu peristiwa), dan prasasti atau piagam. Sedangkan
sumber sejarah yang tidak disengaja dibuat untuk kepentingan sejarah, misalnya
surat kabar, majalah, berita-berita pemerintahan (lembega negara), dokumen
arsip, dan bahasa yang pernah dipakai di masa lampau. Ketiga sumber sejarah
dalam bentuk benda.21 Sumber sejarah dalam bentuk benda berupa: (1) alat-alat
kerja (seperti kapak, pacul dan sebagainya), (2) alat-alat rumah tangga (periuk
dan belanga), (3) bangunan (seperti istana, rumah adat, candi, mesjid, dan gereja),
(4) arca atau patung, (5) jenis-jenis senjata, (6) benda-benda perhiasan (manik-
manik), (7) mata uang dan sebagainya.

H. Sumber Belajar dalam Pembelajaran Sejarah

Sumber belajar adalah suatu sistem, yang terdiri dari sekumpulan bahan
atau situasi yang di ciptakan dengan sengaja dan di buat memungkinkan peserta
didik belajar secara individual. Segala sesuatu yang ada di sekitar lingkungan
kegiatan belajar yang secara fungsional dapat digunakan untuk membantu
optimalisasi hasil belajar. Optimalisasi belajar ini dapat dilihat tidak hanya dari
hasil belajar (output) namun juga dilihat dari proses berupa interaksi siswa
dengan berbagai macam sumber yang dapat merangsang siswa untuk belajar
dan mempercepat pemahaman dan penguasaan bidang ilmu yang dipelajarinya.
Implementasi pemanfaatan sumber belajar di dalam proses pembelajaran
tercantum dalam kurikulum saat ini bahwa dalam proses pembelajaran yang
efektif adalah proses pembelajaran yang menggunakan berbagai ragam sumber
belajar.
19

Pada proses pembelajaran sejarah, tidak selamanya pendidik membawa


peserta didik kepada obyek sebenarnya atau sebaliknya membawa objek
sebenarnya kepada siswa. Sebagai contoh, pendidik ingin mengajar mengenai
zaman pra-sejarah kurang tepat bila diceritakan dan hanya diperlihatkan gambar
berupa peningggalan-peninggalan sejarah pada zaman tersebut. Oleh karena itu,
sumber belajar dalam pembelajaran sejarah yang tepat adalah dengan
mendatangi tempat yang berhubungan dengan hal tersebut sebagai contoh
mendatangi museum. Dengan kata lain, setiap pembelajaran menggunakan satu
atau lebih sumber belajar. Pendidik merupakan salah satu dari sumber belajar
yang dapat memungkinkan siswa belajar.

AECT (Association for Education Communication and Technology)


mengklasifikasi sumber belajar menjadi enam macam.

a. Message (pesan), yaitu informasi/ajaran yang diteruskan oleh


komponen lain dalam bentuk gagasan, fakta, arti dan data. Termasuk
dalam kelompok pesan adalah semua bidang studi/mata kulia atau
bahan pengajaran yang di ajarkan kepada peserta didik, dan
sebagainya.

b. People (orang), yakni manusia yang bertindak sebagai penyimpan,


pengolah dan penyaji pesan. Termasuk kelompok ini minsalnya,
guru/dosen, tutor, peserta didik, dan sebagainya.

c. Material (bahan), perangkat lunak yang mengandung pesan untuk


disajikan melalui penggunaan alat/perangkat keras ataupun dirinya
sendiri,contoh: buku, transparansi, film, slides, gambar, grafik yang
dirancang untuk pembelajaran, relief, candi, arca, komik, dan
sebagainya.
d. Device (alat), yakni sesuatu (perangkat keras) yang digunakan
untuk menyempaikan pesan yang tersimpan dalam bahan. Misalnya,
overhead proyector, slide, vidio tape/recorder, pesawat radio/TV,
dan sebagainya.
20

e. Technique (teknik), yaitu prosedur atau acuan yang dipersiapkan


untuk penggunaan bahan, peralatan, orang, lingkungan untuk
menyampaikan pesan. Misalnya, pengajaran berprogram/modul,
simulasi, demonstrasi, tanya jawab, CBSA, dan sebagainya.
f. Setting (lingkungan), yakni situasi atau suasana sekitar dimana
pesan disampaikan. Baik lingkungan fisik, ruang kelas, gedung
sekolah, perpustakaan, laboratorium, teman, lapangan, dan
sebagainya. Juga lingkungan nonfisik misalnya suasana belajar itu
sendiri, tenang, ramai, lelah, dan sebagainya.
Dalam pembelajaran sejarah, banyak sumber belajar yang
dapat dipergunakan. Sumber belajar tersebut dapat dilihat pada tabel
berikut.
Sumber Belajar Dalam Pembelajaran Sejarah

Sumber Pengertian Indicator


Belajar
Pesan Informasi yang harus  Bahan-bahan
disalurkan oleh komponen lain pelajaran (sumber
berbentuk ide, fakta, pengertian belajar yang
dan data dirancang)
 Cerita rakyat
 Nasehat (sumber
belajar yang di
manfaatkan)
Manusia Orang yang menyimpan  Pendidik
informasi atau menyalurkan  Actor
informasi.  Peserta didik
 Narasumber
 Pemuka masyarakat
 Pimpinan kantor
21

 Responden
Bahan Suatu yang bisa disebut  Transportasi
media/sofwere yang mengandung  Flem
pesan untuk disajikan melalui  Slide
pemakaian alat.  Tape
 Buku
 Gambar
 Relief
 Candi arca
 Peralatan
teknik
Alat Sesuatu yang bisa disebut  OHP
media/sofwere yang menyalurkan  Proyektor
pesan untuk disajikan yang ada di  Slides
dalam soofwere  Flem
 Tv
 Kamera
 Papan tulis
 Generator
 Mesin
Teknik Prosedur yang disiapkan dalam  Ceramah
mempergunakan bahan pelajaran,  Diskusi
peralatan, situasi dan oang untuk  Sosiodrama
menyampaikan pesan  Simulasi
 Kuliah
 Belajar
mandiri
 Permainan
 percakapan
Lingkungan Situasi sekitar dimana pesan  ruang
22

disalurkan/ditransmisikan kelas
 studio
 perpustak
aan
 audiotoriu
m
 aula
 teman
 kebun
 pasar
 mesium
 tokoh.

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sumber belajar dalam


pembelajaran sejarah beranekaragam yang ada di lingkungan peserta didik. Baik
yang didesain maupun non desain yang dapat dipergunakan dalam proses
pembelajaran yang efektif dan efesien untuk mencapai tujuan pembelajaran.

BAB III
23

PENUTUP

Pendidikan multikultural adalah suatu penedekatan progresif untuk


melakukan transformasi pendidikan yang secara menyeluruh membongkar
kekurangan, kegagalan dan praktik-praktik diskriminatif dalam proses
pendidikan.

Pendidikan multikultural didasarkan pada gagasan keadilan sosial dan


persamaan hak dalam pendidikan. Sedangkan dalam doktrin Islam sebenarnya
tidak membeda-bedakan etnik, ras dan lain sebagainya dalam pendidikan.
Manusia semuanya adalah sama, yang membedakannya adalah ketakwaan
mereka kepada Allah SWT. Dalam Islam, pendidikan multikultural
mencerminkan bagaimana tingginya penghargaan Islam terhadap ilmu
pengetahuan dan tidak ada perbedaan di antara manusia dalam bidang ilmu.

Pendidikan multikultural seharusnya memfasilitasi proses belajar


mengajar yang mengubah perspektif monokultural yang esensial, penuh
prasangka dan diskriminatif ke perspektif multikulturalis yang menghargai
keragaman dan perbedaan, toleran dan sikap terbuka. Perubahan paradigma
semacam ini menuntut transformasi yang tidak terbatas pada dimensi kognitif
belaka.

Anda mungkin juga menyukai