Anda di halaman 1dari 10

TUGAS 2

ANALISIS URGENSI PEMBINAAN KOMPETENSI PENDIDIKAN


MULTIKULTURAL DI SEKOLAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Sosiologi dalam


Masyarakat Multikultural

Dosen Pengampu :
Prof. dr. H. Bunyamin, M.Pd., M.A.
Dr. Wilodati, M. Si

Disusun oleh :
Ajeng Gayatri Octorani Putri
2308034

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2024
A. Indonesia Sebagai Masyarakat Majemuk Dan Kompetensi Pendidikan
Masyarakat Multikultural

Dalam konteks Indonesia sebagai masyarakat majemuk yang kaya akan


keberagaman budaya, etnis, agama, dan bahasa, kompetensi pendidikan
masyarakat multikultural menjadi semakin penting. Keberagaman ini
merupakan aset yang berharga, tetapi juga memerlukan pemahaman dan
penghormatan yang mendalam untuk memastikan harmoni sosial dan
kemajuan bersama. Hal tersebut sesuai dengan yang dikatakn oleh Furnivall
bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang dapat masuk dalam
kategori masyarakat majemuk yang merupakan suatu konsep di mana
berbagai kelompok sosial memiliki sistem nilai yang berbeda. Hal ini
menyebabkan kurangnya loyalitas terhadap keseluruhan masyarakat,
kurangnya keseragaman budaya, dan hambatan dalam saling memahami satu
sama lain. Furnivall menjelaskan bahwa dalam masyarakat majemuk,
kelompok-kelompok tersebut cenderung terpisah berdasarkan garis budaya
yang spesifik, di mana setiap kelompok di dalam struktur politik memeluk
budaya yang berbeda. Meskipun berinteraksi dalam kegiatan sehari-hari,
seperti di pasar, setiap kelompok tetap mempertahankan praktik budayanya
sendiri tanpa menggabungkannya dengan kelompok lain. Sebagai hasilnya,
meskipun ada interaksi antarkelompok, namun perbedaan budaya tetap
dipertahankan dan tidak saling mencampuri. (Manullang. M., 2019, hal. 51).
Berdasarkan pemaparan tersebut maka dibutuhkan kerjasama oleh semua
pihak agar kemajemukan yang sudah ada di Indonesia bukan hanya sebatas
keanekaragaman identitas dari setiap kelompok masyarakat saja melainkan
mejadi kelebihan bagi Indonesia sebagai wujud nyata dari Bhineka Tunggal
Ika. Pihak yang dapat mengambil peran cukup penting salah satunya yaitu
guru, dimana guru memiliki peran sentral dalam mengintegrasikan nilai-nilai
multikultural ke dalam proses pendidikan.

Pendidikan masyarakat multikultural mencakup sejumlah kompetensi


yang esensial dalam membangun pemahaman yang mendalam tentang
keberagaman budaya, bahasa, agama, dan tradisi yang ada dalam suatu
masyarakat. Kompetensi pendidikan multikultural merujuk pada
keterampilan, pengetahuan, sikap, dan pemahaman yang diperlukan oleh
pendidik untuk efektif berinteraksi dengan peserta didik dari berbagai latar
belakang budaya (Halim. A., 2020, hal. 5). Kompetensi ini melibatkan
kemampuan untuk tidak hanya memahami perbedaan-perbedaan ini secara
sekilas, tetapi juga untuk menghargainya dengan mendalam. Ini melibatkan
pemahaman yang luas tentang berbagai nilai, norma, dan perspektif yang
mungkin berbeda dalam konteks sosial yang kompleks. Hal serupa juga
dijelaskan bahwa kompetensi pendidikan multikultural merujuk pada
kemampuan individu, terutama para pendidik dan konselor, untuk
berinteraksi secara efektif dengan individu dari berbagai latar belakang
budaya. Ini melibatkan pemahaman, penghargaan, dan penerapan praktik
yang sensitif terhadap perbedaan budaya dalam konteks pendidikan. (Azizah.
N., 2020, hal. 15). Dengan begitu kemampuan ini juga mencakup keterampilan
dalam berinteraksi secara efektif dengan individu dari latar belakang budaya
yang berbeda, termasuk kemampuan untuk berkomunikasi secara empatik,
berkolaborasi, dan memecahkan masalah secara inklusif.

Pendidik memiliki peluang untuk meningkatkan kompetensi


multikultural mereka melalui sejumlah langkah konkrit yang dapat membantu
mereka lebih efektif dalam membimbing individu dari latar belakang budaya
yang beragam, dimana seorang pendidik juga perlu memiliki beberapa
kompetensi multicultural, diantaranya : (Azizah. N., 2020, hal. 15)

1. Kesadaran Budaya: Pendidik perlu memiliki pemahaman yang mendalam


tentang beragam nilai, keyakinan, dan praktik budaya yang mungkin
berbeda antara individu. Ini melibatkan pengakuan akan keberagaman dan
kompleksitas budaya, serta kesadaran akan implikasi-nilai-nilai tersebut
dalam konteks pendidikan.
2. Pengetahuan Budaya: Selain kesadaran, pendidik juga perlu
meningkatkan pengetahuan mereka tentang berbagai budaya, sejarah, dan
tradisi. Hal ini akan memungkinkan peserta didik untuk memahami lebih
baik perspektif dan latar belakang secara holistik, sehingga dapat
memberikan bimbingan yang lebih tepat dan relevan.
3. Keterampilan Komunikasi Lintas Budaya: Pendidik harus aktif
mengembangkan keterampilan komunikasi yang memfasilitasi dialog
efektif dengan peserta didik dari latar belakang budaya yang berbeda. Ini
mencakup kemampuan untuk mendengarkan dengan empati,
mengakomodasi perbedaan komunikasi, dan menjaga hubungan yang
positif dan berkelanjutan dengan klien.
4. Empati dan Sensitivitas Budaya: Pendidik harus mampu
mempertimbangkan dengan penuh empati perasaan, pengalaman, dan
kebutuhan klien, sambil memperhatikan sensitivitas terhadap perbedaan
budaya. Hal ini memungkinkan mereka untuk memberikan dukungan yang
sesuai dan membangun hubungan yang kuat dengan peserta didik.
5. Refleksi Diri: Pendidik perlu secara teratur melakukan refleksi diri untuk
memahami bagaimana latar belakang budaya pribadi pendidik dapat
memengaruhi interaksi dengan peserta didik dari budaya lain. Ini
termasuk pengakuan terhadap bias atau stereotip yang mungkin dimiliki
serta komitmen untuk terus belajar dan berkembang dalam konteks
multikultural.
Hal serupa juga dijelaskan bahwa ada beberapa aspek penting yang
perlu dimiliki oleh seorang pendidik dalam kompetensi mutikulturalnya
sebagai berikut : (Halim. A., 2020, hal. 5).

1. Keterampilan: Kemampuan untuk mengelola keberagaman budaya


dalam lingkungan pendidikan, termasuk keterampilan dalam
berkomunikasi, berinteraksi, dan mengelola konflik yang mungkin timbul
akibat perbedaan budaya.
2. Pengetahuan: Pemahaman yang mendalam tentang keberagaman budaya,
nilai-nilai etnis, nasional, dan global, serta pemahaman tentang bagaimana
kebudayaan memengaruhi pembelajaran dan perkembangan peserta
didik.
3. Sikap: Sikap positif terhadap keberagaman budaya, seperti toleransi,
menghargai perbedaan, dan kesediaan untuk belajar dari budaya-budaya
lain.
4. Pemahaman: Pemahaman yang mendalam tentang pentingnya
pendidikan multikultural dalam menciptakan lingkungan belajar yang
inklusif dan mendukung perkembangan seluruh peserta didik.
5. Kesadaran Profesional: Kesadaran akan tanggung jawab sebagai
pendidik untuk menciptakan lingkungan belajar yang mendukung semua
peserta didik, tanpa memandang latar belakang budaya mereka.

Tujuan pokok dari pendidikan multikultural adalah untuk menerapkan


prinsip-prinsip keadilan, demokrasi dan sekaligus humanisme. Sehingga
dengan begitu pendidikan multicultural pun memiliki dimensi yang memiliki
keterkaitan satu dengan lainnya. Antaralain : (Ningsih., et al., 2022, hal. 1088 -
1089)

1. Integrasi Konten, merangkai berbagai budaya dan kelompok untuk


mengilustrasikan konsep dasar, gagasan umum, dan teori dalam bidang
ilmu tertentu.
2. Proses Konstruksi Pengetahuan, mengarahkan peserta didik untuk
memahami implikasi budaya yang terkandung dalam disiplin ilmu
tersebut.
3. Pedagogi Kesetaraan, menyesuaikan metode pengajaran sesuai dengan
gaya belajar peserta didik untuk memfasilitasi potensi akademik mereka
yang beragam.
4. Mengurangi Prasangka, mengenali karakteristik ras siswa dan
menentukan metode pengajaran yang sesuai.

Dalam mencapai tujuan untuk membangun pendidikan miltikultural yang


memiliki tantangannya sendiri maka dibutuhkan juga beberapa pendekatan
dalam proses pendidikan multicultural. Perspektif yang luas terhadap
pendidikan multikultural menggambarkan pendidikan sebagai sebuah proses
transmisi budaya yang membebaskan pendidik dari kesalahan asumsi bahwa
pendidikan hanya merupakan tanggung jawab sekolah semata, namun
menjadi tanggung jawab bersama banyak pihak. Hal ini karena program-
program pendidikan di sekolah juga harus relevan dengan pembelajaran yang
terjadi di luar sekolah.

1. Mencegah pandangan yang mengidentifikasi budaya dengan kelompok


etnik tertentu adalah penting. Ini berarti pendidikan tidak seharusnya
mengasosiasikan budaya dengan kelompok etnik spesifik seperti yang
sering terjadi. Dalam konteks pendidikan multikultural, pendekatan ini
diharapkan mendorong para pengembang kurikulum untuk
menghilangkan kecenderungan mengkotak-kotakkan peserta didik
berdasarkan stereotip yang terkait dengan identitas mereka.
Sebaliknya, pendekatan ini mengusulkan eksplorasi yang lebih mendalam
terhadap kesamaan dan perbedaan di antara peserta didik.
2. Pendidikan multikultural masih relatif baru dalam dunia pendidikan di
Indonesia. Diperlukan interaksi dengan individu yang memiliki
kompetensi dalam hal ini sebagai upaya pendidikan untuk
mendukung pluralisme budaya.
3. Pendidikan multikultural dapat meningkatkan kompetensi dalam
berbagai budaya. Budaya mana yang akan diadopsi oleh individu akan
bergantung pada situasi dan kondisi personal masing-masing.
4. Baik pendidikan formal maupun non-formal dapat meningkatkan
kesadaran akan kompetensi dalam berbagai budaya, membuka peluang
untuk peningkatan pemahaman dan penghargaan terhadap
keragaman budaya.

B. Urgensi Kompetensi Pendidikan Multicultural Bagi Guru dan Peserta


Didik

Kompetensi pendidikan multikultural menunjukkan urgensinya bahwa


kemampuan ini merupakan pondasi kunci dalam membangun hubungan yang
harmonis dan mengurangi konflik antarbudaya dalam masyarakat yang
semakin terhubung secara global. Melalui pemahaman yang mendalam
tentang keberagaman, individu menjadi lebih terbuka dan inklusif terhadap
perbedaan, yang pada gilirannya memungkinkan terbentuknya lingkungan
sosial yang lebih harmonis. Kemampuan untuk menghargai keberagaman juga
memperkuat toleransi dan rasa saling menghormati antarindividu, serta
mendorong kerjasama yang efektif di antara orang-orang dari latar belakang
budaya yang berbeda. Khususnya Indonesia yang sudah nyata terlihat menjadi
salah satu negara yang cukup besar dan memiliki keberagaman, dimana
keberagaman tersebut merupakan sebuah anugerah sekaligus juga tantangan
bagi masyarat Indonesia itu sendiri. Sekolah menjadi salah satu sarana yang
tepat dalam menerapkan pendidikan multikultral ini dengan guu dan peserta
didik sebagai peran utamanya yang nantinya akan dapat meyebarluaskan hal
tersebut di lingkungan masyarakat pada umumnya. Pentingnya kompetensi
pendidikan multikultural didasarkan pada beberapa faktor seperti : (Ningsih.,
et al., 2022, hal. 1089)

1. Persiapan Peserta Didik untuk Lingkungan Budaya yang Beragam:


Pendidikan multikultural bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik
dengan sikap dan keterampilan yang diperlukan untuk berinteraksi dalam
lingkungan budaya yang mencakup budaya lokal mereka, budaya nasional,
serta budaya antar bangsa. Ini menekankan pentingnya guru memiliki
kemampuan pendidikan multikultural untuk membimbing siswa dalam
menghargai dan berinteraksi dengan keberagaman budaya.
2. Menghormati, Menerima, dan Menghargai Keragaman Budaya:
Pendidikan multikultural membantu peserta didik untuk memahami,
menerima, dan menghargai individu dari berbagai latar belakang suku,
budaya, dan nilai. Dengan memiliki kompetensi pendidikan multikultural,
guru dapat membantu siswa dalam membentuk sikap yang demokratis,
humanis, dan pluralis dalam lingkungan mereka.
3. Meningkatkan Kesadaran tentang Kompetensi dalam Berbagai
Kebudayaan: Baik melalui pendidikan formal maupun non-formal,
kesadaran akan kompetensi dalam berbagai budaya akan meningkat. Guru
yang memiliki kompetensi pendidikan multikultural dapat membantu
siswa dalam memahami implikasi budaya dalam berbagai disiplin ilmu
serta mengintegrasikan berbagai budaya dan kelompok untuk
menjelaskan konsep dasar pembelajaran.

Dengan begitu kompetensi pendidikan multicultural ini bukan hanya


dirasakan manfaatnya oleh guru saja sebagai pendidik melainkan juga bagi
peserta didik dimana peserta didik akan menjadi lebih terbuka dan
menghargai perbedaan antar budaya, agama, dan latar belakang sosial. Hal ini
dapat membantu menciptakan lingkungan yang inklusif dan harmonis, peserta
didik dapat menjadi lebih adaptif terhadap perubahan dan tantangan yang ada
di lingkungan global yang beragam, membantu peserta didik dalam
mengembangkan keterampilan komunikasi lintas budaya, peserta didik
menjadi cenderung lebih empatik terhadap orang lain dan mampu melihat
dunia dari sudut pandang yang berbeda, peserta didik yang memiliki
kompetensi multikultural akan lebih siap untuk sukses dalam lingkungan
kerja yang multikultural dan global. (Futaqi. S., 2021, hal. 44)
Oleh karena itu, urgensi kompetensi pendidikan multikultural terletak
pada kemampuan guru untuk mempersiapkan peserta didik dalam
menghadapi lingkungan budaya yang beragam, memupuk sikap toleransi dan
penghargaan terhadap keberagaman, serta meningkatkan kesadaran dan
pemahaman tentang kompetensi dalam berbagai kebudayaan. Ini menjadi
kunci untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif, mendukung
perkembangan siswa secara holistik, dan mempersiapkan mereka untuk
hidup dalam masyarakat yang multikultural.

C. Wujud Pendidikan Multikultural di Sekolah

Ketika guru mengabaikan upaya dalam memperkenalkan pendidikan


multikultural, dampak negatif yang beragam dapat muncul, yang pada
akhirnya dapat menghalangi terbentuknya lingkungan belajar yang inklusif
dan masyarakat yang berfungsi dengan baik.

Pertama, kurangnya pemahaman tentang keberagaman budaya dapat


meningkat di antara siswa. Tanpa edukasi yang memadai tentang berbagai
budaya, siswa mungkin tidak memiliki pemahaman yang memadai tentang
latar belakang, nilai, dan tradisi budaya orang lain. Hal ini dapat memperkuat
stereotip dan prasangka yang menjadi akar konflik antarbudaya. Kedua,
kekurangan sosialisasi terhadap pendidikan multikultural dapat memperkuat
stereotip dan prasangka. Tanpa kesempatan untuk memahami dan
menghargai keberagaman budaya, siswa cenderung bergantung pada
stereotip dangkal atau prasangka terhadap kelompok lain. Hal ini dapat
menyebabkan ketegangan dan konflik di dalam lingkungan sekolah.
Selanjutnya, konflik antarbudaya dapat meningkat ketika siswa tidak memiliki
kesempatan untuk belajar dan berinteraksi secara positif dengan individu dari
latar belakang budaya yang berbeda. Tanpa pemahaman dan pengalaman
langsung tentang keberagaman, siswa mungkin merasa tidak nyaman atau
bahkan takut terhadap orang lain yang berbeda dari mereka, yang dapat
memperparah ketegangan antarbudaya.

Sebagai akibatnya, sikap toleransi, kerjasama, dan kesadaran akan


keberagaman mungkin tidak berkembang dengan baik di kalangan siswa.
Padahal, sikap-sikap ini penting sebagai dasar bagi masyarakat yang harmonis
dan inklusif. Tanpa pemahaman dan penghargaan terhadap keberagaman,
siswa mungkin kesulitan dalam berinteraksi secara positif dengan individu
dari latar belakang yang berbeda, sehingga menghambat terbentuknya
komunitas yang inklusif dan harmonis.
Wujud pendidikan multikultural di sekolah tercermin dalam berbagai
praktik dan kegiatan. Mulai dari desain kurikulum yang mencakup materi-
materi tentang keberagaman budaya hingga pengembangan kegiatan
ekstrakurikuler yang mendorong dialog antarbudaya, sekolah memiliki peran
penting dalam mempromosikan pemahaman dan penghargaan terhadap
keberagaman. Selain itu juga penerapan kurikulum Jabar Masagi untuk ruang
lingkung regional daerah serta kurikulum merdeka menjadi salah satu
jembatan penghubung dalam mengimplementasikan pendidikan multicultural
di sekolah pada kegiatan P5. Dimensi yang ada dalam kegiatan P5 juga sudah
mulai mewujudkan pendidikan multicultural di sekolah. Disamping itu juga
penggunaan metode pengajaran yang digunakan juga memperhitungkan
keberagaman siswa dengan mendorong partisipasi aktif, refleksi, dan dialog
yang inklusif. Selain itu, sekolah juga memiliki tanggung jawab untuk
mempromosikan nilai-nilai toleransi, penghargaan terhadap perbedaan, dan
kerjasama antarbudaya melalui kebijakan, program, dan budaya sekolah yang
inklusif.

Untuk mewujudkan pendidikan multikultural di sekolah, langkah-


langkah konkret perlu diambil seperti berikut ini : (Ramadhan. F. A., Usriyah.
L., 2021. Hal. 63 – 65)

1. Integrasi Nilai Multikultural dalam Kurikulum: Pendidikan


multikultural dapat tercermin dalam kurikulum sekolah, di mana nilai-
nilai toleransi, keragaman, dan penghargaan terhadap perbedaan
diintegrasikan ke dalam berbagai mata pelajaran seperti Pendidikan
Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, dan mata pelajaran lainnya. Guru
dapat memasukkan nilai-nilai multikultural ke dalam kompetensi inti
pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang keragaman
budaya .
2. Pembelajaran Berorientasi Konten Multikultural: Guru dapat
mengimplementasikan pendidikan multikultural melalui pembelajaran
berorientasi konten, di mana nilai-nilai multikultural disertakan dalam
materi pembelajaran, terutama pada mata pelajaran yang relevan seperti
Pendidikan Agama Islam dan Pendidikan Kewarganegaraan. Hal ini
membantu siswa memahami dan menghargai keragaman budaya dalam
konteks pembelajaran mereka .
3. Penggunaan Materi Pembelajaran yang Mendukung
Multikulturalisme: Guru dapat menggunakan materi pembelajaran yang
mendukung nilai-nilai multikultural, seperti buku-buku teks yang
menggambarkan keragaman budaya, cerita-cerita dari berbagai latar
belakang budaya, dan sumber belajar lainnya yang memperkaya
pemahaman siswa tentang perbedaan budaya .
4. Penanaman Nilai Kemanusiaan dan Kebangsaan: Pendidikan
multikultural juga mencakup penanaman nilai-nilai kemanusiaan,
kebangsaan, dan suku bangsa. Guru dapat menggunakan metode
pembelajaran yang demokratis dan menghargai keragaman budaya bangsa
serta menilai perilaku siswa dalam menghormati budaya lain sebagai
bagian dari evaluasi pembelajaran .
5. Pengembangan Kesadaran Perbedaan dalam Kehidupan
Bermasyarakat: Tujuan pendidikan multikultural adalah
mengembangkan kesadaran akan perbedaan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Guru dapat membantu siswa
menjadikan perbedaan sebagai wahana untuk mencapai tujuan bersama
dan membangun masyarakat yang kuat, maju, adil, dan sejahtera tanpa
memandang perbedaan suku, ras, agama, dan budaya

Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa penguatan kurikulum dengan


memasukkan materi-materi yang mencerminkan keberagaman budaya
Indonesia, sejarah bangsa, dan nilai-nilai pluralisme menjadi penting. Selain
itu, pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler seperti festival budaya, seminar
antarbudaya, dan kegiatan kolaboratif antaragama dapat memperkaya
pengalaman belajar siswa dalam memahami dan menghargai keberagaman.
Guru juga perlu dilatih secara khusus dalam pendekatan pengajaran yang
menghargai keberagaman siswa, termasuk penggunaan materi ajar yang
relevan dengan konteks lokal dan mendukung dialog terbuka antarbudaya di
kelas. Dukungan dari pihak sekolah, pemerintah, dan masyarakat juga
diperlukan untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan
mendukung bagi semua siswa, tanpa memandang latar belakang budaya
mereka. Melalui upaya bersama ini, pendidikan multikultural dapat
diwujudkan sebagai fondasi yang kuat bagi pembangunan masyarakat yang
harmonis, inklusif, dan berkeadilan di Indonesia.
Daftar Rujukan

Azizah. N,. (2020). Urgensi Kompetensi Multikultural Dari Konselor Sebagai


Sarana Membangun Integritas Bangsa. 1 (1) (2020) : 12 – 19.
COUNSENESIA : Indonesian Journal of Guidance and Counseling. E-
ISSN : 2746-3532DOI: https://doi.org/10.36728/cijgc.v1i01.1170
Futaqi. S,. (2021). Memperkuat Kompetensi Multikultural Siswa Dalam
Menghadapi Tantangan Global. MIDA: Jurnal Pendidikan Dasar Islam|
P-ISSN 2620-9004 | E-ISSN 2620-8997 Vol. 4 No.1 Januari 2021 | Hal
30-46. DOI: https://doi.org/10.52166/mida.v4i1.3857
Halim. A., (2020). Kompetensi Multikultural Guru Pendidikan Agama Islam.
Turatsuna : Jurnal Keislaman dan Pendidikan. Vol. 2. No. 2 (2020).
ISSN: 2337-6325
Manullang. M,. (2019). Misi Dalam Masyarakat Majemuk. Jurnal Teologi
Cultivation. Volume 3. No. 2, 49-63, 2019. E- ISSN : 2581-0510. DOI:
https://doi.org/10.46965/jtc.v3i2.267
Ningsih, I., Mayasari, A., & Ruswandi, U. (2022). Konsep Pendidikan
Multikultural di Indonesia. Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 6(1), 1083-
1091. https://doi.org/10.33487/edumaspul.v6i1.3391
Ramadhan, F. A., & Usriyah, L. . (2021). Strategi Guru dalam
Mengimplementasikan Pendidikan Multikultural pada Sekolah Dasar
Pada Masa Pandemi Covid-19. AKSELERASI: Jurnal Pendidikan Guru
MI, 2(2), 59-68. https://doi.org/10.35719/akselerasi.v2i2.114

Anda mungkin juga menyukai