Anda di halaman 1dari 5

Pemenuhan hak-hak anak oleh orang tua dan pendidik, baik di rumah atau

di sekolah, dapat dilakukan melalui proses kegiatan pembelajaran yang terjadual


maupun tidak. Ketika di rumah dan sekolah, orang tua dan pendidik dapat
melakukan dengan pembiasaan dan pengkondisian belajar.

Perlindungan anak bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak


agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai
dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi, demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas,
berakhlak mulia, dan sejahtera.

3. Multikultural
a. Konsep multikultural
Konsep pendidikan multikulturalisme yang berintikan penekanan upaya
internalisasi dan karakterisasi sikap toleransi terhadap perbedaan agama, ras,
suku, budaya adat istiadat dan lain-lain dikalangan peserta didik sangat
dibutuhkan. Manfaat dari pendidikan multikultural adalah bagian dari komitmen
untuk mewujudkan tatanan masyarakat yang lebih toleran dan dapat menerima
dan memberi di dalam perbedaan budaya, demokratis dalam perikehidupannya,
mampu menegakkan keadilan dan hukum, memiliki kebangsaan diri baik secara
individual maupun kolektif serta mendasarkan diri pada kehidupan beragama
dalam pergaulannya.

Pendidikan dan masyarakat multikultural memiliki hubungan timbal balik.


Artinya, bila pada satu sisi pendidikan memiliki peran signifikan guna
membangun masyarakat multikultural, di sisi lain masyarakat multikultural
dengan segala karakternya memiliki potensi untuk mensukseskan fungsi dan
peran pendidikan. Hal itu berarti, penguatan disatu sisi, langsung atau tidak
langsung, akan memberi penguatan pada sisi lain. Penguatan terhadap
pendidikan, misalnya dengan memperbaiki sistem dan mengefektifkan kegiatan
belajar, akan menambah keberhasilan dalam membangun masyarakat
multikultural. Disisi lain, penguatan pada masyarakat multikultural, yaitu dengan
mengelola potensi yang dimiliki secara benar, akan menambah keberhasilan
fungsi dan peran pendidikan umumnya.
Konsep pendidikan multikultural mencakup subjek-subjek tentang
ketidakadilan, kemiskinan, penindasan dan keterbelakangan kelompok-
kelompok minoritas dalam berbagai bidang sosial, budaya ekonomi, dan lain-lain.
Pendidikan multikultural yang mulai berkembang di Indonesia lebih diarahkan
agar semua entitas bangsa dapat masuk kedalam lembaga yang disebut
pendidikan, tanpa memandang miskin, kaya, priyayi, santri, dan seterusnya (Beni
Setiawan, 2006)

Peran pendidikan multikulturalisme hanya dapat dimengerti di dalam


kaitannya dengan falsafah hidup, kenyataan sosial, yang akan melipuiti disiplin-
disiplin ilmu yang lain seperti ilmu politik, filsafat, khususnya falsafah
posmodernisme, antropologi, dan sosiologi. Dalam hal ini dimaksudkan agar
dalam perjalanan sejarah pendidikan multikultural nantinya tidak kehilangan arah
atu bahkan berlawanan dengan nilai-nilai dasar multikulturalisme. Orientasi yang
seharunya dibangun dan diperhatikan antara lain:
1) Orientasi kemanusiaan yang menjadi landasan sekaligus tujuan pendidikan
yang besifat universal, global, diatas semua suku, aliran, ras, golongan dan
agama.
2) Orientasi kebersamaan yang akan membawa kedamaian, terlepas dari unsur
kolutif dan koruptif, serta tidak ada yang merasa dirugikan oleh dirinya sendiri,
orang lain, maupun lingkungan.
3) Orientasi kesejahteraan yang merupakan suatu kondisi sosial yang menjadi
harapan semua orang dan harus dibuktikan dengan prilaku menuju pada
terciptanya kesejahteraan masyarakat.
4) Orientasi profesional yang merupakan sebuah nilai yang didasarkan pada
prinsip tepat proses, tepat pelaku, tepat ruang, tepat waktu, tepat anggaran,
tepat kualitatif dan kuantitatif, serta tepat tujuan.
5) Orientasi mengakui pluralitas dan heterogenitas terhadap berbagai macam
bentuk keberagaman kondisi agama, ekonomi, sosial, dan budaya
masyarakat.
6) Orientasi anti hegemoni dan anti dominasi terhadap segala bentuk
kepentingan dan pelayanan terhadap masyarakat
b. Pentingnya pembelajaran multikultural
Pentingnya pembelajaran multikultural menjadi bagian dari materi
pendidikan antara lain: 1) dapat meningkatkan empati terhadap sesama dan
mengurangi prasangka, 2) mengantisipasi terjadinya konflik yang disebabkan
adanya perbedaan ras, suku, budaya, dan jenis kelamin, 3)
mengedepankan proses interaksi sosial diantara peserta didik, 4) model
pembelajaran multikultural membantu guru dalam mengelola proses
pembelajaran menjadi lebih efisien dan efektif, terutama memberikan
kemampuan peserta didik dalam membangun kolaboratif dan memiliki komitmen
nilai yang tinggi dalam kehidupan masyarakat yang serba majemuk, 5)
memberikan kontribusi bagi bangsa Indonesia dalam penyelesaian dan
mengelola konflik bernuansa SARA yang timbul di masyarakat dengan cara
meningkatkan empati dan mengurangi prasangka.

c. Peran pendidik dalam pembelajaran multikultural


Pembelajaran multikultural adalah sebuah proses pembelajaran yang dapat
membimbing, membentuk dan mengkondisikan siswa agar memiliki mental atau
karakteristik terbiasa hidup ditengah-tengah perbedaan yang sangat kompleks,
baik perbedaan ideologi, perbedaan sosial, perbedaan ekonomi dan perbedaan
agama. Dengan pembelajaran mutikultural para lulusan akan dapat memiliki
sikap kemandirian dalam menyadari dan menyelesaikan segala problem
kehidupannya, melalui berbagai macam cara dan strategi pendidikan serta
mengimplementasikanya yang mempunyai visi dan misi yang selalu
menegakkan dan menghargai pluralisme, demokrasi dan humanisme.
Dalam proses pembelajaran, pendidik/pendidik adalah sebagai fasilitator,
motivator, dinamisator dan mediator segala elemen dalam pembelajaran yang
memiliki tugas dan kewenangan memberi falisitas, memotivasi, memidiasi segala
faktor agar setiap peserta didik/siswa memiliki kesempatan yang baik dalam
melakukan proses pembelajaran. Karena itu, peran pendidik dalam proses
pembelajaran multikultural antara lain:
1) Pendidik berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk
manusia pembangunan yang sesuai dengan falsafah negara. Pendidik harus
mengabdikan dirinya secara ikhlas untuk menuntun dan mengantarkan anak
didik seutuhnya, baik jasmani maupun rohani, baik fisik maupun mental agar
menjadi insan pembangunan yang menghayati dan mengamalkan serta
melaksanakan berbagai aktivitasnya dengan mendasarkan pada falsafah
negara.
2) Pendidik memiliki kejujuran profesional dalam menerapkan kurikulum sesuai
dengan kebutuhan anak didik masing-masing. Berkaitan dengan item ini,
maka pendidik harus mampu mendesain program pengajaran sesuai dengan
keadaan keadaan dan kebutuhan setiap diri anak didik. Yang lebih penting lagi
pendidik harus menerapkan kurikulum secara benar, sesuai dengan
kebutuhan masing-masing anak didik.
3) Pendidik mengadakan komunikasi, terutama dalam memperoleh informasi
tentang anak didik. Dalam kaitan belajar mengajar, pendidik perlu
mengadakan komunikasi dan hubungan baik dengan anak didik. Hal ini
terutama agar pendidik mendapatkan informasi secara lengkap mengenai diri
anak didik. Dengan mengetahui keadaan dan karakteristik anak didik ini, maka
akan sangat membantu bagi pendidik dan siswa dalam upaya menciptakan
proses belajar mengajar yang optimal.

d. Aplikasi pendidikan multikultural


Dalam proses pembelajaran anak usia dini, penerapan pendidikan
multikultural dilaksanakan dalan bentuk:
1) Misalnya dengan tidak membedakan perilaku atau meng’anak emas’kan
anak tertentu karena dari suku yang sama
2) Tidak melabel anak secara negative hanya karena ia berasal dari
suku/agama tertentu
3) Cerita yang dibacakan bisa bervariasi, menceritakan anak dari beragam
budaya
4) Lagu yang dinyanyikan bisa berasal dari beragam budaya
5) Untuk anak usia 4-6 tahun yang sudah bisa bermain kelompok, bisa
dicampur kelompoknya, tidak berdasarkan suku/agama/gender tertentu.

Kemudian dapat diajarkan juga bagaimana anak toleransi terhadap


perbedaan yang ada, yaitu dengan:
1) Misalnya melalui membacakan cerita tentang anak yang dijauhi karena ia
berbeda secara fisik (contoh: pindahan dari Ambon-kulit hitam rambut
keriting). Apa akibatnya? Bagaimana perasaannya? Boleh tidak memilih-
miih teman?
2) Selalu menekankan bahwa tiap orang unik, ada lebih ada kurangnya, ada
persamaan dan perbedaan dengan kita. Tidak ada yang lebih baik dari yang
lain.

4. Makna Profesional
a. Pengertian profesional
Menurut pengertian istilah yang ada di kamus besar Bahasa Indonesia,
bahwa profesional adalah kegiatan yang dilakukan berkaitan/ bersangkutan
dengan profesi yang tekuni, memerlukan kemampuan/ kepandaian khusus untuk
menjalankannya, serta mengharuskan adanya pembayaran utuk melakukannya.

b. Indikator pekerjaan profesional


Pekerjaan yang profesional adalah suatu pekerjaan yang memerlukan
pendidikan lanjut di dalam ilmu pengetahuan dan teknologi yang digunakan
sebagai perangkat dasar untuk diimplementasikan dalam berbagai kegiatan yang

Anda mungkin juga menyukai