Anda di halaman 1dari 3

Nama : SANDRI ATIKASARI

NIM : 530047142

SESI 2

Pada pertemuan ke-2 tuton ini, Anda diminta untuk menganalisis isu sosial multikultural atau
keragaman yang menjadi penyebab terjadinya masalah dalam penerapan kebijakan pendidikan
yang terjadi di sekitar Anda. Silakan tuliskan jawaban Anda di forum diskusi.

Jawab :

Analisis Implementasi Pendidikan Berwawasan Multikultural Di Indonesia

Indonesia sebagai negara yang memiliki latar belakang agama, budaya, suku bangsa, dan
bahasa yang berbeda-beda membutuhkan suatu pendekatan strategik yang harus
diselenggarakan secara nasional untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa agar
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dapat terjaga. Melalui pendidikan multikultural
diharapkan tertanam dalam benak peserta didik rasa toleran dan tenggang rasa yang kuat
sehingga akhirnya bermuara pada kemampuan untuk bisa saling kerjasama mewujudkan
berbagai tujuan dan kepentingan bersama dalam lingkup perbedaan (unity and diversity).

Prinsip Pendidikan Berwawasan Multikultural

Masyarakat multikultur merupakan masyarakat yang mampu memerankan dirinya penengah


bagi proses rekonsiliasi ketika proses dialetika tersebut menemukan titik jenuh. Tilaar (2004:37)
menjelaskan bahwasanya masyarakat multikultur menyimpan banyak kekuatan dari masing-
masing kelompok, sekaligus menjadi benih perpecahan. Sebuah bangsa yang multikultur
adalah bangsa dimana anggota dan kelompok etnik atau budaya (etnic and cultural groups)
dapat hidup berdampingan secara damai dalam prinsip co existence dimana terdapat sikap
saling menghormati antar masyarakat. Fenomena masyarakat majemuk dan heterogen ini
tergambar dalam prinsip “Bhinneka Tunggal Ika” meskipun berbeda-beda tetapi tetap
terintegrasi dalam bingkai kesatuan.

Salah satu strategi yang bisa dilakukan dalam mewujudkan harmonisasi kehidupan kebangsaan
Indonesia yaitu melalui pendidikan multicultural yang dapat dilaksanakan dalam setting
pendidikan formal maupun pendidikan informal. Pendidikan multikultural memiliki prinsip-prinsip
sebagai berikut :

1. Pendidikan multikultural adalah gerakan politik yang bertujuan menjamin keadilan social
bagi seluruh warga masyarakat tanpa memandang latar belakang yang ada.
2. Pendidikan multikultural mengandung dua dimensi yaitu pembelajaran di kelas dan
kelembagaan di sekolah yang keduanya tidak bisa dipisahkan tetapi harus ditangani
lewat reformasi yang komprehensif.
3. Pendidikan multikultural menekankan pada reformasi pendidikan yang komprehensif, hal
ini dapat dicapai hanya lewat analisis kritis atas system kekuasaan dan privileges untuk
dapat dilakukan reformasi komprehensif dalam pendidikan.
4. Tujuan pendidikan multikultural adalah menyediakan bagi setiap siswa jaminan untuk
memperoleh kesempatan guna mencapai prestasi maksimal sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki.
5. Pendidikan multikultural adalah pendidikan yang baik untuk seluruh siswa tanpa
memandang latar belakangnya.

Kemudian menurut Banks (Tilaar, 2004:132), terdapat lima dimensi yang terkait dengan
pendidikan multikultural, yaitu:

1. Content integration, mengintegrasikan berbagai budaya dan kelompok untuk


mengilustrasikan konsep mendasar, generalisasi dan teori dalam mata
pelajaran/disiplin ilmu.
2. The knowledge contruction procces, membawa siswa untuk memahami implikasi
budaya ke dalam sebuah mata pelajaran (disiplin).
3. An equity paedagogy menyesuaikan metode pengajaran dengan cara belajar siswa
dalam rangka memfasilitasi prestasi akademik siswa yang beragam baik dari segi ras,
budaya ataupun social.
4. Prejudice reduction, mengidentifikasi karakteristik ras siswa dan menentukan metode
pelajaran mereka.
5. Empowering school culture, melatih kelompok untuk berpartisipasi dalam kegiatan
olahraga, berinteraksi dengan seluruh staf dan siswa yang berbeda etnis dan ras dalam
upaya menciptakan budaya akademik.

Kunci utama dalam pendidikan multicultural adalah kesederajatan dan penghargaan atas
referensi keberagaman budaya baik dalam lingkup negara maupun dalam komunitas global.
Menciptakan suasana global dengan pengakuan yang sama dan sederajat terhadap siswa dari
berbagai latar belakang yang beda seperti ras, etnis, agama, budaya, dan kelas sosial serta
perbedaan lainnya. Seluruh siswa dipandang sebagai sumber potensi yang sangat berharga
dalam memperkaya hasanah budaya bangsa yang diangkat dalam proses pembelajaran di
sekolah.

Pemerintah perlu mewajibkan pendidikan multikultural agar diintegrasikan ke dalam kurikulum


baik di persekolahan maupun di perguruan tinggi. Melalui pendidikan multikultural diharapkan
akan bisa menjadi salah satu alternatif pemecahan permasalahan berbagai konflik yang terjadi
di Indonesia. Dengan demikian, pendidikan multikultural memiliki tugas, yaitu (1) menyatukan
berbagai keberagaman (plural) yang ada melalui penyadaran warga negara akan berbagai
perbedaan tersebut sehingga menjadi harmonisasi kebangsaan menuju Indonesia maju yang
berkeadaban dan berkeadilan, (2) menyiapkan bangsa Indonesia untuk menghadapi benturan
peradaban budaya di era globalisasi, terutama menyiapkan peserta didik agar tidak
meninggalkan akar budaya bangsanya sendiri.

Tantangan dalam pelaksanaan pendidikan multikultural sebagai upaya penanaman nilai


keantarbudayaan, antara lain :

1. Semakin meningkatnya etnisitas dikalangan warganegara,


2. Semakin lemahnya budaya tolong-menolong, toleransi, dan saling menghormati dan
menghargai antar sesama warganegara.
3. Semakin terkikisnya nasionalisme masyarakat sebagai sebuah bangsa. Tantangan lain
adalah masuknya budaya-budaya luar secara global melalui teknologi informasi dan
komunikasi yang secara tepat.

Strategi yang harus dilakukan adalah perlu memuat nilai multikultural yang terintegrasi dengan
keseluruhan mata pelajaran dengan berlandaskan pada :

1. Asas wawasan nasional/kebangsaan (persatuan dalam keberagaman) yang


menekankan pada konsep kenasionalan/kebangsaan dan didasarkan kepemilikan
bersama (sense of belonging) yang menjadi ciri budaya bangsa,
2. Asas Bhinneka Tunggal Ika (perbedaan dalam persatuan),
3. Asas kesederajatan yang memandang semua budaya adalah sederajat, diakui dan
dikembangkan dalam keseteraan. Tidak ada dominasi yang memaksakan ke kelompok
kecil, serta. Asas selaras, serasi dan seimbang, yakni semua budaya yang ada
dikembangkan selaras dengan perkembangan masing-masing, diserasikan dengan
kondisi riil masing-masing dan seimbang di seluruh wilayah dan seluruh kondisi
Indonesia.

Masyarakat Indonesia yang beranekaragam lebih cocok menggunakan pendekatan multikultur


dalam pendidikannya. Paradigma pendidikan multikultural dimana peserta didik difasilitasi
dalam suasana lingkungan pendidikan yang sederajat, tidak diskriminatif, menyenangkan,
mengedapankan aspek penghargaan terhadap berbagai perbedaan yang ada.

Sumber :

Tatang Herman , dkk.2019. Studi komparatif pendidikan Dasar  di berbagai Negara. Tangerang
Selatan : Universitas Terbuka

Anda mungkin juga menyukai