pc
1/1/2011
Abstrak
disikapi
dengan
perbedaan,kerjasama
karakter
antar
yang
individu
saling
menghormati
walaupun
berbeda
etnis,agama,maupun ras
Kata kunci: multikultural, kontekstual ,karakter
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Keragaman suku bangsa merupakan kekuatan bangsa dimiliki oleh
provinsi kalimantan Barat. Kemampuan untuk mengelola keragaman suku bangsa
yang besar diperlukan untuk mencegah terjadinya perpecahan yang akhirnya akan
mengganggu kesatuan bangsa. Kerusuhan dan pertikaian yang terjadi di berbagai
tempat di Kalimantan Barat ini menunjukkan antara lain kurangnya pendidikan
multikultural yang berkarakter pada masyarakat Kalimantan Barat . Konflik
muncul dengan menggunakan simbol-simbol etnis, agama, dan ras. Hal ini
kemungkinan terjadi akibat adanya akumulasi "tekanan" secara mental, spiritual,
politik sosial, budaya dan ekonomi yang dirasakan oleh sebagian masyarakat.
Menurut catatan Guru Besar Sosiologi Universitas Tanjungpura
(Untan),Prof.Dr.Syarif Ibrahim konflik etnis di Kalbar sudah terjadi 12 kali.
Sepuluh kali melibatkan Dayak dengan Madura, yakni pada tahun 1962, 1963,
1968, 1972, 1977, 1979, 1983, 1996, 1997 dan 1999. Sekali antara Dayak dengan
Tionghoa, yakni 1967. Kemudian dua kali Melayu dengan Madura, yakni tahun
1999 dan 2000.
Dari data di atas, maka diperlukan strategi khusus untuk memecahkan
persoalan tersebut melalui berbagai bidang; sosial, ekonomi, budaya, dan
pendidikan. Berkaitan dengan hal ini, maka pendidikan multikultural berkarakter
menawarkan satu alternatif melalui penerapan strategi dan konsep pendidikan
yang berbasis pada pemanfaatan keragaman yang ada di masyarakat, khususnya
yang ada pada siswa seperti keragaman etnis, budaya, bahasa, agama, status
sosial, gender, kemampuan, umur, dll di kalimantan barat ini.
Karena itulah yang terpenting dalam pendidikan multikultural berkarakter
adalah seorang pendidik tidak hanya dituntut untuk menguasai dan mampu secara
profesional mengajarkan mata pelajaran yang diajarkan. Lebih dari itu, seorang
pendidik juga harus mampu menanamkan nilai-nilai inti dari pendidikan
multikultural seperti demokrasi, humanisme, dan pluralisme atau menanamkan
nilai-nilai keberagamaan yang inklusif pada siswa. Pada gilirannya, out-put yang
dihasilkan dari sekolah tidak hanya cakap sesuai dengan disiplin ilmu yang
ditekuninya, tetapi juga mampu menerapkan nilai-nilai keberagamaan dalam
6. refleksi (reflection)
7. penilaian yang sebenarnya (authentic Assessment)
Bertolak dari model pembelajaran di atas, pola pembelajaran
kontekstual berbasis multikultural berkarakter dilakukan untuk meningkatkan
kesadaran diri siswa terhadap nilai-nilai keberbedaan dan keberagaman yang ada
pada pelangi serta melekat pula pada kehidupan sehari-hari siswa. Dengan
kesadaran diri siswa terhadap nilai-nilai kerjasama,kejujuran,menghormati
pendapat orang lain,serta kebersamaan antar siswa di samping memiliki ketegaran
dan ketangguhan secara pribadi, juga mampu melakukan pilihan-pilihan rasional
(rational choice) ketika berhadapan dengan isu-isu lokal, nasional dan global.
Siswa mampu menatap perspektif global sebagai suatu realitas yang tidak selalu
dimaknai secara emosional, akan tetapi juga rasional serta tetap sadar akan jati diri
bangsa dan negaranya. Kemampuan akademik tersebut, salah satu indikasinya
ditampakkan oleh siswa dalam perolehan hasil pembelajaran yang dialami.
Kriteria yang dapat digunakan untuk mengetahui keberhasilan
kegiatan belajar siswa adalah laporan kerja (makalah), unjuk kerja dan partisipasi
yang ditampilkan oleh siswa dalam pembelajaran dengan cara diskusi dan curah
pendapat, serta perkembangan prestasi belajar siswa setelah mengikuti tes di akhir
pembelajaran. Selain itu, kriteria lain yang dapat digunakan adalah unjuk kerja
yang ditampilkan oleh guru di dalam melaksanakan pendekatan multikultural
dalam pembelajarannya.
Tahapan proses tindakan yang dilakukan dalam mengembangkan model
pembelajaran kontekstual berbasis multikultural berkarakter dikemukakan dalam
matriks berikut.Tahap Kegiatan Deskripsi Kegiatan :
1. Studi eksplorasi diri dan lingkungan sosial-budaya (lokal) siswa yang potensial
dengan substansi multikultural Menugaskan kepada siswa untuk melakukan
eksplorasi lokal, yang meliputi terjadinya pelangi dan istilah pelangi dari
berbagai daerah beserta cerita mitosnya.
2. Presentasi hasil eksplorasi Siswa mempresentasikan hasil eksplorasi (bisa
individual atau kelompok) terhadap masalah terjadinya pelangi dan warna-warna
dari pelangi yang menarik bagi dirinya, di hadapan teman atau kelompok lain.
3. Peer group analysis , siswa yang telah dibagi menjadi beberapa kelompok,
dimohon untuk mengalisis dan memberi komentar terhadap presentasi hasil
eksplorasi tentang materi terjadinya pelangi dan jenis-jenis warnanya . Secara
bergiliran masing-masing siswa atau kelompok memprensentasikan hasil
analisisnya. Guru merekam beberapa masukan dan komentar yang muncul di
antara mereka.
4. Expert opinion Guru memberikan komentar mengenai hasil eksplorasi yang
dipresentasikan dan beberapa komentar teman.
5. Refleksi, rekomendasi dan membangun komitmen Guru bersama siswa
melakukan refleksi tampilan siswa
Menyusun Rancangan Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan
Multikultural. Beberapa perangkat yang diperlukan dalam menyusun rancangan
pembelajaran berbasis multikultural, antara lain, adalah menetapkan topik
pembelajaran yang mengandung pesan multikultural, organisasi materi, penetapan
strategi, metode dan teknik pembelajaran multikultural, penetapan media, dan
evaluasi pembelajaran penuangan dalam format rancangan pembelajaran.
Alternatif, topik yang diangkat dalam pembelajaran dengan pendekatan
8
Warna
Panjang gelombang
Ungu
400-440nm
Biru
440-495nm
Hijau
495-580nm
Kuning
580-600nm
Orange
600-640nm
Merah
640-750nm
Sebuah
prisma
atau
kisi
kisi
mempunyai
kemampuan
untuk
menguraikan cahaya menjadi warna warna spektralnya. Indeks cahaya suatu
bahan menentukan panjang gelombang cahaya mana yang dapat diuraikan
menjadi komponen komponennya. Untuk cahaya ultravioletadalah prisma dari
kristal, untuk cahaya putih adalah prisma dari kaca, untuk cahaya infrared adalah
prisma dari garam batu.
Peristiwa dispersi ini terjadi karena perbedaan indeks bias tiap warna cahaya.
Cahaya berwarna merah mengalami deviasi terkecil sedangkan warna ungu
mengalami deviasi terbesar.
Rancangan pembelajaran dengan pendekatan multikultural dapat dikemukakan
sebagai berikut:
Pokok Bahasan/Topik: Mengembangkan Kesadaran bahwa berbeda itu indah jika
dihimpun dengan harmoni yang serasi.
Jenjang : SMA
Kelas : XII (duabelas)
Semester : 1 (satu)
9
10
12
DAFTAR PUSTAKA
Al-Hakim, Suparlan. 2002. Strategi Pembelajaran Berdasarkan Deep
Dialogue/Critical Thinking (DD/CT), P3G, Dirjen Dikdasmen.
Ali, Muhamad. 2003. Teologi Pluralis-Multikultural: Menghargai Kemajemukan
Menjalin Kebersamaan. Jakarta. Penerbit Buku Kompas.
Banks, J.A. 1993. Multicultural Educatian: Historical Development, Dimentions
and Practrice In Review of Research in Education, vol. 19, edited by L. DarlingHammond. Washington, D.C.: American Educational Research Association.
Banks, J.A. 1991. Multicultural Education: Its Effects on Studies Racial and
Gender Role Attitude In Handbook of Research on Sociel Teachng and Learning.
New York: MacMillan.
Banks, J.A. 1992. Multicultral Education: Historical Development, Dimentions
and Practice In Review of Research in Education, Vol 19, edited by L DarlingHammond, Washington, D.C.: American Educational Research Association.
Banks, J.A. 1993. Multicultural Education: Its Effects on Studies Racial abd
Gender Role Attitude In Handbook of Research on Social Teaching and
Learning. New York.: MacMillan.
Banks, J.A. 1994b. Multiethnic Education: Theory and Practice, 3rd ed. Boston:
Allyn and Boston.
Liliweri, Alo. 2005. Prasangka & Konflik: Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat
Multikultural. Yogyakarta. LKiS..
Sleeter, C.E. & Grant, C.A. 1988. Making Choice for Multicultural Education,
File Approaches to Race, Class, and Gender. New York. MacMillan Publishing
Compeny.
Supiyanto. 2007. Fisika 3 untuk SMA Kelas XI. Jakarta : Phibeta.
13
14