Anda di halaman 1dari 4

Review Jurnal Penelitian

IDENTITAS ARTIKEL :
1. Judul Artikel : Implementasi Pendidikan Multikultural Dalam Praksis Pendidikan Di
Indonesia
2. Penulis : Akhmad Hidayatullah Al Arifin
3. Judul Jurnal : Jurnal Pembangunan Pendidikan Fondasi dan Aplikasi
4. Volume : Vol.1, No.1
5. Tahun : 2012
6. ISSN : 2442-3041

PENDAHULUAN
Artikel ini membahas pendidikan multikultural di Indonesia terutama di Sekolah
Dasar. Pengertian dari pendidikan itu sendiri adalah bagian dari kehidupan bermasayarakat
dan berbangsa. Oleh sebab itu kegiatan pendidikan merupakan perwujudan dari cita-cita
bangsa. Dengan demikian kegiatan pendidikan nasional perlu diorganisasikan dan dikelola
sedemikian rupa supaya pendidikan nasional sebagai organisasi yang dapat menjadi sarana
untuk mewujudkan cita-cita nasional. Pendidikan multikultural adalah suatu gerakan
pembaharuan dan proses untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang setara untuk
seluruh siswa. Pendidikan multikultural masih dipandang asing bagi masyarakat, bahkan
pengertiannya masih diperdebatkan di kalangan pakar pendidikan. Banyak sekali ahli-ahli
yang mengartikan pendidikan multikultural, seperti pendapat Andersen dan Cusher (1994)
sebagaimana dikutip Mahfud (2008) pendidikan multikultural diartikan sebagai pendidikan
mengenai keberagaman kebudayaan.

PEMBAHASAN
Konsep multikulturalisme menekankan pada pelihat perbedaan dalam referensi
budaya yang berbeda dan mengenali dan menghargai ragam budaya di dalam Negara maupun
dalam komunitas global. Multikulturakisme menegaskan perlunya menciptakan sekolah
dimana semua yang dianggap memiliki perbedaan seperti ras, gender, etnis dll dianggap
sebagai sesuatu yang berharga untuk memperkaya proses pembelajaran.
Pendidikan multikultural memiliki prinsip-prinsip, yaitu :
1. Menjamin keadilan untuk semua orang tanpa memandang latar belakangnya.
2. Memiliki 2 dimensi, yaitu pembelajaran (kelas) dan kelembagaan (sekolah). Antara
keduanya tidak bisa dipisahkan tetapi harus ditangani.
3. Menekankan reformasi yang komprehensif.
4. Menyediakan jaminan kepada setiap siswa untuk memperoleh kesempatan dalam
prestasi sesuai kemampuan yang dimiliki.
5. Pendidikan yang baik untuk seluruh siswa.
Kegagalan dalam proses pengolahan Guru menyebabkan siswa yang dalam status sosial
ekonomi rendah tidak dapat mengukuti pembelajaran seperti siswa yang dalam status sosial
ekonomi tinggi. Demikian juga siswa yang memiliki latar budaya yang berbeda akan
menghambat adaptasi dalam proses pembelajarannya.
Paradigma Pendidikan Multikultural
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang masyarakatnya sangat majemuk atau pluralis.
Kemajukam ini dapat dilihat dalam 2 dimensi, yaitu :
1. Dimensi horizontal, dapat dilihat dalam perbedaan suku, ras, budaya, dan agama.
2. Dimensi vertical, dapat dilihat dalam perbedaan tingkat pendidikan, ekonomi dan
tingkat sosial budayanya.
Kemajemukan ini memberi dampak positif dan negatif. Dalam segi dampak positifnya
adalah kita memiliki kekayaan budaya yang beragam. Dalam segi negatif, dalam perbedaan
ini menimbulkan banyak perdebatan dan konflik antar kelompok masyarakat. Dalam
menghadapi konflik-konflik seperti ini, diperlukan pandangan yang baru yang lebih
menjunjung sikap toleransi dan elegan untuk mencegah dan memecahkan permasalahan-
permasalahan tersebut. Bukti nyata tentang banyaknya konflik tentang perbedaan suku, ras,
budaya dan agama menunjukkan bahwa pendidikan telah gagal dalam menciptakan kesadaran
pentingnya multikulturalisme.
Maka dari itu, para Guru yang memberikan pendidikan multibudaya harus memiliki
kepercayaan bahwa, perbedaan budaya memiliki kekuatan dan nilai, sekolah harus sebagai
contoh untuk para siswa untuk ekspresi hak-hak manusia dan penghargaan untuk perbedaan
budaya dan kelompok, keadilan dan kesetaraan sosial harus menjadi kepentingan utama
dalam kurikulum, sekolah menyediakan pengetahuan, keterampilan dan karakter ( nilai, sikap
dan komitmen) untuk membantu siswa dari berbagai latar belakang agar dapat menciptakan
lingkungan yang mendukung multibudaya.
Urgensi Pendidikan Multikultural di Indonesia
Menuriut Gibson (1997) , sebagaimana dikutip Djohar (2003; 85) menyatakan bahwa
masa depan bangsa memiliki kriteria khusus yang ditandai oleh hiper kompetisi, suksesi
revolusi teknologi serta dislokasi dan konflik sosial, menghasilkan keadaan yang non-linier
dan sangat tidak dapat diperkirakan dari keadilan masa lampau dan masa kini. Perubahan
keadaan non-linier tidak dapat diantisipasi dengan cara berpikir linier. Keadaan seperti ini
seharusnya mendorong kita untuk mendesain pendidikan dimasa depan.
Dari banyaknya penyebab dari masalah-masalah ini, menyatakan bahwa pendidikan
multikultural menjadi sesuatu yang sangat penting untuk implementasikan dalam praksis
pendidikan di Indonesia. Pendidikan multikultural berfungsi sebagai sarana alternatif
pemecahan konflik. Melalui pembelajaran seperti ini, siswa diharapkan tidak goyah dari akar
budayanya. Bagi dunia pendidikan untuk mengolah ragam perbedaan tersebut sebagai asset
bukan sebagai sumber perpecahan. Tugas dari pendidikan multikultural ini adalah selain
menyatukan bangsa yang terdiri dari berbagai budaya juga harus menyiapkan bangsa
Indonesia untuk menghadapi arus budaya luar yang masuk ke Negeri ini.
Praktek Pendidikan Multikultural di Indonesia
Praktek pendidikan multikultural di Indonesia masih belum dilaksanakan, masih
sebagai omongan saja. Jika dilaksanakan pun tidak dapat 100% berhasil, seperti di Amerika
Serikat walaupun ditinjau dari keragaman budaya yang banyak kemiripan. Hal itu dilatar
belakangi oleh primordialisme. Misalnya pendirian sekolah dilatar belakangi oleh agama,
daerah dll. Praktek pendidikan multikultural di Indonesia dapat dilaksanakan secara fleksibel
dengan menggunakan prinsip-prinsip dasar multikultural. Prinsip fleksibilitas pendidikan
multikultural disarankan oleh Gay (2002) sebagaimana dikutip Zamroni (2001; 150)
dikatakan bahwa amat keliru kalau melaksanakan pendidikan multikultural harus dalam
bentuk mata pelajaran yang terpisah atau monolitik. Dia mengusulkan agar pendidikan
multikultural diperlakukan sebagai pendekatan untuk memajukan pendidikan secara utuh dan
menyeluruh. Diberlakukannya pendidikan multikultural juag dapat menjadikan masyarakat
lebih memiliki sikap toleran.i terhadap berbagai perbedaan.
Pendidikan multikultural sangat relevan dengan pendidikan demokrasi di masyarakat
plural seperti Indonesia, yang menekankan pada pemahaman akan multi etnis, multi ras, dan
multikultur yang memerlukan konstruksi baru atas keadilan, kesetaraan dan masyarakat yang
demokatis.

KESIMPULAN
1. Pendidikan multikultural merupakan wujud kesadaran tentang keanekaragaman
kultural. Pendidikan multikultural juga dapat dijadikan pengembangan kesadaran atas
kebanggaan seseorang terhadap bangsanya.
2. Dalam menghadapi pluralisme budaya supaya lebih toleran perlu dilaksanakannya
pendidikan multikultural.
3. Pendidikan multikultural juga relevan dengan pendidikan demokrasi dimasyarakat
plural seperti di Indonesia

REKOMENDASI
Kelebihan dari artikel ini adalah dapat menjelaskan dengan detail dari materi yang
akan dibahas. Sedangkan, kelemahan dari artikel ini adalah penggunaan bahasanya terlalu
berlalu rumit dan bahasanya susah untuk dipahami. Seharusnya langsung ke tujuan langsung
dari apa yang ingin dibahas.

SUMBER ARTIKEL
https://journal.uny.ac.id/index.php/jppfa/article/view/1052

Anda mungkin juga menyukai