Anda di halaman 1dari 12

Wetri Pratama Dila || Thawalib Putri Padang Panjang

URGENSI PERGURUAN TINGGI BAGI MAHASANTRI DI


ERA SOCIETY 5.0

PERAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DALAM PENGEMBANGAN


KARAKTER MAHASISWA DI TENGAH PERKEMBANGAN ZAMAN
ERA SOCIETY 5.0

Oleh :

WETRI PRATAMA DILA

UNIVERSITAS DARUSSALAM GONTOR


JAWA TIMUR
2023

2023
Wetri Pratama Dila || Thawalib Putri Padang Panjang

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan salah satu aspek utama yang membentuk karakter


dan jati diri seseorang. Melalui proses pendidikan, kepribadian manusia akan
terbentuk dan ditempa. Tujuannya adalah untuk mengembangkan sumber daya
manusia yang benar-benar berkarakter kuat dengan pengetahuan atau wawasan
yang luas. Karakter yang terbentuk melalui proses pendidikan adalah kemampuan
memahami segala sesuatu dalam hubungannya dengan Sang Pencipta, manusia, diri
sendiri dan lingkungannya, yang terwujud dalam spiritual, logika, tingkah laku dan
tingkah laku berdasarkan hukum, agama, ritual, adat istiadat dan estetika. Hal ini
dapat tercipta jika lingkungan pendidikan juga mendukung, karena proses
pembentukan karakter tidak serta merta terjadi. Pendidik diperlukan untuk
memberikan contoh dan kebiasaan yang konkrit, bukan hanya bimbingan dan
bimbingan teoretis.

Proses pendidikan seseorang berlangsung di banyak lingkungan tempat


tinggalnya, seperti rumah, sekolah, dan masyarakat sekitar. Pengalaman yang
diperoleh dari lembaga pendidikan tersebut akan digunakan dan diterapkan dalam
kehidupannya. Selain itu, dalam pendidikan masyarakat, permasalahan semakin
kompleks dan beragam. Ki Hajar Dewantara menambahkan prinsip partisipasi
manusia dalam masyarakat bahwa “setiap orang adalah guru dan setiap tempat
adalah sekolah”. Oleh karena itu, penting bagi seseorang untuk memiliki
pengalaman berhubungan dengan masyarakat untuk meningkatkan proses belajar.

Multikulturalisme adalah diskusi berkelanjutan untuk mencari alternatif


cara hidup yang saling menghormati. Seperti yang dikatakan oleh Haviland yang
dikutip oleh Nana Najmina, multikulturalisme dapat dijelaskan sebagai multikultur
dan agama. Interaksi sosial dan politik antar masyarakat yang berbeda gaya hidup
dan cara berpikir dalam suatu masyarakat dapat terbangun dan berjalan secara
harmonis. Sekaligus menumpahkan esensi dari setiap klaim kebenaran (fanatisme),
prasangka, rasisme, kesukuan dan menerima keragaman yang ada secara inklusif
untuk menciptakan kehidupan yang utuh. Indonesia adalah negara multikultural

2023
Wetri Pratama Dila || Thawalib Putri Padang Panjang

terbesar di dunia. Selain itu, agama dan kepercayaan yang dianut warganya
berbeda-beda.

Keberagaman yang ada di Indonesia dapat menimbulkan masalah seperti


penyelewengan dana, kolusi, nepotisme, kebrutalan, kebencian politik, kemiskinan,
kekerasan dan sejenisnya. Masalah ini perlu dicarikan solusi dan cara untuk
mengatasinya. Hal tersebut dapat dicapai melalui pendidikan multikultural agar
penerus bangsa di masa depan dapat memahami kekayaan yang dimiliki
(multikulturalisme). Oleh karena itu, pendidikan multikultural dapat diterapkan di
berbagai lembaga pendidikan dengan mengedepankan strategi dan konsep
berdasarkan keragaman yang ada di masyarakat, terutama bagi mereka yang
memiliki suku, budaya, bahasa, agama, status sosial, jenis kelamin, kemampuan,
usia dan etnis siswa. Tujuannya adalah meningkatkan kesadaran siswa agar mereka
dapat bersikap humanis, pluralis, dan demokratis. Dari berbagai alasan latar
belakang di atas, maka pembahasan pada kajian ini yaitu ingin memaparkan
pendidikan multikultural dalam pengembangan karakter di era society 5.0 pada
perguruan tinggi.

Pendidikan Multikultural

Indonesia adalah negara multikultural yang dibuktikan dengan keragaman


suku, budaya dan agama. Masyarakat multikultural Indonesia adalah masyarakat
yang bersatu dimana anggotanya menerima keragaman tanpa memandang
perbedaan budaya, ras, gender, bahasa atau agama. Hal ini sejalan dengan prinsip
kesatuan keanekaragaman. Keragaman ini harus disambut dan dianggap sebagai
kebutuhan dan aset yang unik. Dengan demikian, apakah itu kelompok, individu,
atau kelompok suku, ras, atau agama, tidak akan ada lagi konflik.

Kehidupan dalam masyarakat multikultural mau tidak mau melibatkan


paham-paham yang didasarkan pada etnosentrisme (sikap menilai kehidupan
budaya suku lain dengan menggunakan standar yang berlaku pada sukunya sendiri)
dan primitivisme (mengutamakan orang yang satu suku, agama, ras). Adapun sikap
kritis yang harus dimiliki oleh setiap masyarakat multikultur dalam mengatasi
persoalan yang dihadapi antara lain:

2023
Wetri Pratama Dila || Thawalib Putri Padang Panjang

1. Mengembangkan sikap toleransi dalam menghadapi persoalan


masyarakat yang multikultural.

2. Menjauhkan dari sikap berprasangka buruk yang dapat memicu persoalan


masyarakat multikultural.

3. Menanamkan rasa cinta terhadap tanah air tanpa memikirkan


perbedaannya.

4.Menyadarkan setiap individu sebagai anggota masyarakat yang memiliki


peranannya sendiri.

Pendidikan multikultural digunakan untuk membangun pemahaman kritis


tentang apa artinya menjadi etnis dan ras. Hal ini penting karena dapat
memunculkan dan menumbuhkan pemahaman yang positif terhadap bangsa dan ras
lain. Selain itu, pendidikan multikultural membangun dan mengembangkan
karakter peserta didik yang mampu bersikap demokratis, manusiawi, dan pluralistik
di lingkungannya. Oleh karena itu, lembaga pendidikan harus menerapkan
pendidikan multikultural dalam kegiatan pengajaran untuk mengajarkan
pemahaman budaya. Mengingat masyarakat Indonesia adalah masyarakat
multikultural dan menghadapi banyak masalah, maka perlu dilakukan pendidikan
multikultural untuk memecahkan masalah (problem solving).

Pendidikan multikultural itu sendiri merupakan suatu gagasan yang


diperbarui dan diolah yang berupaya mengubah struktur kelembagaan agar siswa
yang berbeda dapat saling peduli dan menyadari perbedaan tersebut dalam prestasi
sekolah. Mengutip James Bank yang dikutip Isparwoto, pendidikan multikultural
merupakan proses akulturasi ganda. Akulturasi inilah yang diharapkan dapat
menumbuhkan dan menciptakan sikap saling menghargai, solidaritas dan cinta
sesama, yang dirasakan melalui pengalaman belajar. Pendidikan multikultural
adalah tentang menggali perbedaan agar kelak kita bisa bersikap toleran, mau
menerima keragaman di sekitar kita, tanpa membeda-bedakan entitas.

Juga merefleksikan pentingnya budaya, ras, seksualitas, gender, etnisitas,


agama, status sosial, dan pengecualian-pengecualian dalam proses pendidikan.

2023
Wetri Pratama Dila || Thawalib Putri Padang Panjang

Selanjutnya, semua komponen pendidikan diikutsertakan dalam partisipasi


sosialisasi terkait multikultural untuk menciptakan budaya yang toleran inklusif.

Pada pendidikan ini memang sangat dibutuhkan sekali manajemen yang


baik sebagaimana untuk menciptakan masyarakat Indonesia yang modern dan
berbudaya, tetapi tetap harus mengedepankan urusan akidah agar tidak terjadi suatu
permasalahan atau suatu paham agama. Manajemen pendidikan dapat dilakukan
dengan proses transformasi nilai, visi, dan misi ke dalam perencanaan. Kemudian
langkah berikutnya terdapat pelaksanaan di mana di dalamnya fokus terhadap hasil
dari perencanaan tersebut untuk mengukur tingkat keberhasilan antara rencana dan
hasil pelaksanaannya.

Pendidikan multikultural yang diinginkan yaitu dengan melakukan banyak


hal tentunya dengan menyelenggarakan pendidikan regular dan memiliki visi dan
misi sebagai lembaga pendidikan yang menanamkan nilai-nilai multikultural guna
membentuk pendidikan yang mempunyai lulusan toleran terhadap perbedaan.
Sehingga, akan terwujud suatu keharmonisan dalam bingkai persatuan dan kesatuan
bangsa karena menemukan pemecahan masalah yang damai
(peacefulresolutionofdif- ferences) dengan menjunjung nilai-nilai tanggung jawab
sosial, kerjasama, toleransi, sportivitas, apresiasi, dan rasa saling percaya.

Selain itu, pendidikan multikultural juga dijadikan sebagai sebuah landasan


berpikir atau falsafah dalam pendidikan yang memiliki arti bahwa pandangan
terhadap kekayaan keberagaman budaya Indonesia hendaknya dimanfaatkan
sebaik-baiknya dalam usaha mengembangkan dan meningkatkan sistem pendidikan
di Indonesia. Integrasi pendidikan multikultural dan local wisdom dalam penerapan
kurikulum akan semakin memperlihatkan nilai-nilai filosofi budaya yang ada.
Keragaman yang ada di masyarakat seperti budaya, sosial, ekonomi, dan politik
adalah masuk dalam kajian kurikulum pendidikan multikultural. Akan tetapi harus
menempatkan peserta didik dalam prinsip kebebasan sebagai makhluk sosial yang
bergerak aktif di masyarakat, bangsa, dan dunia internasional.

Penanaman nilai-nilai pendidikan multikultural yang benar diharapkan akan


menjadikan generasi muda Indonesia yang memiliki keterampilan lengkap, baik

2023
Wetri Pratama Dila || Thawalib Putri Padang Panjang

hard skill maupun soft skill. Selain itu, generasi muda juga harus memiliki jiwa
yang kreatif dan inovatif sehingga karakter multikultural akan muncul dalam diri
pemuda Indonesia yang berintegritas dan menjunjung tinggi toleransi sesuai dengan
nilai-nilai identitas nasional. Dengan menempatkan multikulturalisme sebagai
pendekatan, maka struktur dan isi kurikulum hingga proses pembelajaran akan
mempunyai nuansa dan corak yang khas karena menjadikannya sebagai landasan
seluruh proses pembelajaran yang berorientasi pada pembentukan cara berpikir
mahasiswa.

Society 5.0 dalam Pembentukan Karakter di Era Society 5.0

Pada era society 5.0, Lembaga pendidikan dihadapkan langsung dalam


proses pembelajarannya dengan Artificial Intelligence (AI) yang dirancang untuk
menggantikan guru atau dipantau dari jarak jauh. Fokus era ini terdiri dari
kreativitas, berpikir kritis, komunikasi, dan kolaborasi. Semua mahasiswa
diperguruan tinggi harus mampu menyelesaikan permasalahan yang ditemuinya
secara cepat dan tepat.

Oleh karena itu, diharapkan dapat segera menemukan solusi yang tepat
untuk menyelesaikan problem ini. Bertujuan untuk membangun karakter
mahasiswa agar dapat mengartikan nilai-nilai secara normatif. Pemerintah juga
telah membuat program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang
diselenggarakan sejak tahun 2010.

Pendidikan karakter mempunyai dua arti yaitu secara luas dan sempit.
Pendidikan karakter secara luas adalah semua yang berkaitan dengan komunikasi
dengan antar masyarakat termasuk ke dalam pendidikan karakter. Sedangkan
pendidikan karakter dalam arti sempit adalah karakter yang disengaja baik target
dan tujuannya sangat jelas. Pembiasaan itu dimaksudkan untuk menanamkan nilai-
nilai keragaman budaya yang dimiliki oleh negara Indonesia yang nantinya dapat
membuat karakter-karakter para generasi penerus terkhusus mahasiswa pada
jenjang perguruan tinggi. Nantinya dapat sesuai dengan tujuan utama yakni
menciptakan generasi bangsa yang adaptif dengan tuntutan zaman era society 5.0.
Sehingga, mampu beradaptasi dengan lingkungan budaya yang multikultural

2023
Wetri Pratama Dila || Thawalib Putri Padang Panjang

dengan saling toleransi dan saling menghormati pluralitas yang ada di sekitar
kehidupannya.

Pendidikan multikultural sangat penting dalam menciptakan kondisi


pembelajaran lebih harmonis dan kondusif. Memasukkan tema-tema ataupun
materi yang berkaitan dengan multikultural dalam pembelajaran akan sangat
membantu mengenalkan wawasan multikultural. Sehingga tujuan pendidikan bisa
lebih optimal dalam mewujudkan kemaslahatan manusia yakni terciptanya suasana
hidup toleran dengan adanya keberagaman.

Pendidikan Multikultural dan Pembentukan Karakter di Era Society 5.0

Cerminan bangsa Indonesia dapat dilihat dari peran pendidikan yang


membentuk generasi mudanya. Terutama dalam hal pembentukan karakter. Praktik
karakter sopan santun, saling menghargai dan saling menghormati sudah banyak
terlupakan. Padahal, negara Indonesia terkenal akan bangsa yang memiliki jiwa
toleransi tinggi dengan cerminan sikap sopan santunnya. Sekaligus menciptakan
suasana demokratis. Selain itu, cepatnya pertumbuhan generasi muda akan menjadi
terarah jika dibarengi dengan penerapan sikap tanggung jawab, toleransi, dan
kebersamaan dalam bingkai gotong royong di lingkungan sekitarnya.

Fenomena masuknya era globalisasi, kapitalisasi, dan industrialisasi yang


mempengaruhi dunia pendidikan menjadikan terkikisnya sikap saling
menghormati, saling menghargai maupun toleransi. Padahal, pendidikan menjadi
tolok ukur yang menunjukkan bangkitnya suatu bangsa dari kebodohan baik
intelektual maupun moralitas nya. Belum lagi ditambah dengan adanya berita-berita
di media sosial yang sangat mempengaruhi generasi saat ini. Sehingga, cara
berkomunikasi dengan orang lain pun sering tidak sesuai dengan prinsip kesopanan.
Kecenderungan generasi muda yang menerima informasi secara sekilas tanpa
adanya penelaahan lebih dalam terhadap sumber dan jenis informasi yang
diterimanya juga sebagai bentuk penyebab adanya ketidakharmonisan.

Memberikan pengetahuan yang membiasakan siswa berkomunikasi dengan


memperhatikan tata krama dan sopan santun. Misalnya pada saat menghubungi
seorang guru, dalam hal ini dosen pada suatu perguruan tinggi, harus diperhatikan

2023
Wetri Pratama Dila || Thawalib Putri Padang Panjang

waktu, bahasa yang digunakan dan identitas mahasiswa (mahasiswa). Terkadang


masih banyak siswa yang berkomunikasi secara langsung Dan dosen suka
berkomunikasi dengan teman lain. Jadi bukannya menyelesaikan masalah, malah
membuat masalah baru. Oleh karena itu, kemajuan teknologi di era Society 5.0
harus diimbangi dengan peningkatan kecerdasan sosial. Seperti yang dikatakan
Fahrudin Faiz dan dikutip oleh Nuhdi sebagai ciri post-truth salah satunya
kemajuan teknologi belum dibarengi dengan adaptasi sosial atau pemerintah,
pesatnya perkembangan teknologi belum dibarengi dengan peningkatan kecerdasan
sosial, yang menyebabkan kerusuhan.

Pendidikan karakter dalam kerangka multikultural harus ada dan terus ada
sebagai entitas dan budaya semua lembaga pendidikan. Sebagai contoh, budaya
saling menghormati telah menjadi nilai luhur sejak dahulu kala dan harus
dilestarikan. Tujuannya agar siswa terbiasa dan mampu menerapkannya dalam
kehidupan mereka. Pada dasarnya setiap orang dalam suatu lembaga pendidikan
telah belajar untuk hidup bersama dan mengasah kepekaan moralnya. Untuk
menjadi pribadi yang bermoral, diperlukan disiplin diri dan ketaatan pada prinsip-
prinsip moral yang dianggap benar. Singkatnya, perguruan tinggi di era society 5.0
membutuhkan pendidikan multikultural untuk menciptakan suasana yang harmonis
di semua aspek pendidikan. Terutama hubungan siswa-pendidik. Kemudian
menyebar ke masyarakat, bangsa dan negara. Dengan demikian, meskipun zaman
berubah, cerminan karakter tetap muncul pada diri siswa.

Langkah yang perlu ditempuh untuk mengimplementasikan pendidikan


multikultural adalah menyediakan kurikulum berbasis kearifan lokal agar peserta
didik dapat menimba budaya masing-masing untuk memahami dan
mengembangkan berbagai wawasan, konsep, keterampilan, nilai, sikap, dan
harapan etis. Sekaligus memahami multikulturalisme dengan memperhatikan
keragaman sosial, budaya, ekonomi, dan politik yang ada di lingkungannya, karena
mahasiswa adalah makhluk sosial, budaya, dan politik serta hidup sebagai anggota
aktif masyarakat, bangsa, dan dunia. Memahami pendidikan multikultural sebagai
falsafah atau cara pandang tentang kekayaan keragaman budaya Indonesia harus

2023
Wetri Pratama Dila || Thawalib Putri Padang Panjang

dimanfaatkan dengan baik untuk mengembangkan dan memperbaiki sistem


pendidikan dan kegiatan pengajaran di Indonesia.

KESIMPULAN

Pendidikan di era society 5.0 harus dilakukan dengan teliti dan seksama.
Terutama dalam usaha membentuk karakter mahasiswa. Pengembangan sumber
daya manusia juga harus selaras dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang terbarukan. Perguruan tinggi pun perlu mempersiapkan fasilitas dan
sarana yang memadai agar menghasilkan profil mahasiswa lulusan terbaik dan
berkualitas dengan menggunakan pendidikan yang berbasis kompetensi, internet
ofthings, dan artifical intelligence. Penguatan karakter mahasiswa juga harus
diterapkan agar mengurangi jiwa-jiwa koruptif dan amoral pada generasi bangsa.
Sehingga, memiliki kemampuan untuk menghargai dan menghormati segala
perbedaan yang ada di sekelilingnya. Pelaksanakan pembelajaran berbasis
multikultural di perguruan tinggi pun harus ditopang oleh kompetensi dosen yang
memiliki wawasan luas tentang keberagaman. Sehingga, mampu memberikan
penerapan atau contoh-contoh serta dampak-dampak yang akan ditimbulkan jika
tidak saling menghargai perbedaan yang ada.

2023
Wetri Pratama Dila || Thawalib Putri Padang Panjang

DAFTAR PUSTAKA

Fuad, Jauhar. “Perguruan Tinggi dan Pendidikan Multikultural.” Tribakti: Jurnal


Pemikiran Keislaman 22, no. 2 (2011): 179–96.
https://doi.org/10.33367/tribakti.v22i2.88.

Hidayat, Rahmat. “Paradigma Pendidikan Profetik Dalam Konsep Pendidikan Ki


Hajar Dewantara Dan Aktualisasinya Di Era Disrupsi.” Jurnal Intelektual: Jurnal
Pendidikan Dan Studi Keislaman 11, no. 1 (2021): 60–73.
https://doi.org/10.33367/ji.v11i1.1610.

Isparwoto, Isparwoto. “Peran Pendidikan Multikultural Dalam Membangun


Budaya Dan Karakter Bangsa.” Journalof Chemical Informationand Modeling 53,
no. 9 (2016): 1689–99.
https://ejournal.unibabwi.ac.id/index.php/jppkn/article/view/30.

Junaidi, Junaidi. “Model Pendidikan Multikultural.” Al-Insyiroh: Jurnal Studi


Keislaman 2, no. 1 (2018): 57–72. https://doi.org/10.35309/alinsyiroh.v2i1.3332.

Najmina, Nana. “Pendidikan Multikultural Dalam Membentuk Karakter Bangsa


Indonesia.” Jupiis: Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial 10, no. 1 (2018), 52-56.
https://doi.org/10.24114/Jupiis.V10i1.8389.

2023
Wetri Pratama Dila || Thawalib Putri Padang Panjang

Naim, Zaedun. “Membumikan Pendidikan Multikultural Dalam Bingkai


Pendidikan Islam.” Tarbiya Islamiya: Jurnal Pendidikan dan Keislaman 10, no. 2
(2020): 167–74, http://ejurnal.unim.ac.id/index.php/tarbiya/article/view/802.

Ningsih, Yenni Eria, and Abdul Rohman. “Pendidikan Multikultural: Penguatan


Identitas Nasional Di Era Revolusi Industri 4.0.” UNWAHA Jombang 1, (2018):
44–50. https://ejournal.unwaha.ac.id/index.php/snami/article/view/261.

Nurcholis, Dani. Tranformasi Pendidikan Multikultural Di Sekolah. Pasuruan:


Abimanyu, 2019.

PGSD/MI, Tim Dosen. Memperkuat Identitas Bangsa Melalui Pendidikan:


Konsep-Prinsip-Implementasi. Bogor: Guepedia, 2020.

Rahayu, Komang Novita Sri. “Sinergi Pendidikan Menyongsong Masa Depan


Indonesia Di Era Society 5.0.” Edukasi: Jurnal Pendidikan Dasar 2, no. 1 (2021):
87–100. https://doi.org/10.55115/edukasi.v2i1.1395.

Salsabila, Unik Hanifah, Annisa Septarea Hutami, Safira Aura Fakhiratunnisa,


Wulan Ramadhani, andYuike Silvira. “Peran Pendidikan Islam Terhadap
Pembentukan Karakter Disiplin Peserta Didik.” Jurnal Intelektual: Jurnal
Pendidikan Dan Studi Keislaman 10, no. 3 (2021): 329–43.
https://doi.org/10.33367/ji.v10i3.1391.

Sibilana, Annas Ribab. “Pendidikan Karakter Melalui Pembelajaran Berbasis


MultipleIntelligences Di MarkazArabiyah Pare Kediri.” Indonesian Journalof
Islamic EducationStudies (IJIES) 3, no. 1 (June 15, 2020): 48–62.
https://doi.org/10.33367/ijies.v3i1.1123.

Tofiqurrohman, Hanif. “Pendidikan Multikultural Dan Relevansinya Dengan


Pendidikan Agama Islam.” Jurnal Kependidikan 7, no. 2 (2019): 179–91.
https://doi.org/10.24090/jk.v7i2.3080.

Anshori, Yoyo Zakaria. “Penguatan Karakter Disiplin Siswa Melalui Peranan


Guru Di Sekolah Dasar.” Jurnal ElementariaEdukasia 3, no. 1 (2020): 126–35.
https://doi.org/10.31949/jee.v3i1.2121.

2023
Wetri Pratama Dila || Thawalib Putri Padang Panjang

Arifin, NuhdiFutuhal, and A. Jauhar Fuad. “Dampak Post-Truth Di Media


Sosial.” Jurnal Intelektual: Jurnal Pendidikan Dan Studi Keislaman 10, no. 3
(2021): 376–78. https://doi.org/10.33367/ji.v10i3.1430.

Daheri, Mirzon. “Pendidikan Multikultural Di Amerika: Tinjauan Sejarah Dan


Kebijakan.” EdukasiaMultikultura 3, no. 1 (2021): 8-14.
http://dx.doi.org/10.29300/jem.v3i1.4680.

2023

Anda mungkin juga menyukai