Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Pendidikan NUsantara:

Kajian Ilmu Pendidikan dan Sosial Humaniora


Volume 1 Nomor 1, Agustus 2020, p. 1-12

PENDIDIKAN MULTIKULTURAL
DALAM DUNIA PENDIDIKAN DI INDONESIA

Mohamad Furqon
Dosen STKIP NU Kabupaten Tegal
masfurqon@stkipnutegal.ac.id

Abstrak
Pendidikan multikultural merupakan suatu pendekatan progresif untuk melakukan
transformasi pendidikan yang secara holistik memberikan kritik dan menunjukkan
kelemahan-kelemahan, kegagalan-kegagalan dan diskriminasi di dunia pendidikan.
Pendidikan multikultural sebagai instrumen rekayasa sosial mendorong sekolah supaya
dapat berperan dalam menanamkan kesadaran dalam masyarakat multikultur dan
mengembangkan sikap tenggang rasa dan toleran untuk mewujudkan kebutuhan serta
kemampuan bekerjasama dengan segala perbedaan yang ada. Artikel ini berusaha
menunjukkan bahwa praktek pendidikan multikultural di Indonesia dapat dilaksanakan
secara fleksibel, tidak harus dalam bentuk mata pelajaran yang terpisah atau monolitik.
Pelaksanaan pendidikan multikultural didasarkan atas lima dimensi: (1) integrasi konten,
(2) proses penyusunan pengetahuan, (3) mengurangi prasangka, (4) pedagogi setara, serta
(5) budaya sekolah dan struktur sekolah yang memberdayakan.

THE IMPLEMENTATION OF MULTICULTURAL EDUCATION IN THE EDUCATIONAL IN


INDONESIA.

Abstract
Multicultural education can be described as a progressive approach to do some education
transformations which holistically provide critics and show the weaknesses, failures, and
discriminations in education. Multicultural education as a social engineering instrument
encourages schools to take the role of raising students’ consciousness of the multicultural
society and developing their empathy and tolerance in fulfilling their needs and their ability
to cooperate in any differences among them. This article tries to show that multicultural
education practices in Indonesia can be carried out flexibly, without being separated as a
special subject or being treated as a monolithic subject. Instead, it can be included in the
other school subjects unseparately. The implementation of multicultural education is based
on five dimensions: (1) content integration, (2) the knowledge construction process, (3)
prejudice reduction, (4) an equity pedagogy, and (5) an empowering school culture and
social structure.

1
2 Mohamad Furqon

PENDAHULUAN dan mengembangkan kreativitas


Pendidikan merupakan peserta didik dalam proses
perwujudan dari cita-cita bangsa. pembelajaran, 5) Pendidikan
Dengan demikian kegiatan pendidikan diselenggarakan dengan
nasional perlu diorganisasikan dan mengembangkan budaya membaca,
dikelola sedemikian rupa supaya menulis, dan berhitung bagi segenap
pendidikan nasional sebagai suatu warga masyarakat, 6) Pendidikan
organisasi dapat menjadi sarana untuk diselenggarakan dengan
mewujudkan cita-cita nasional. memberdayakan semua komponen
masyarakat melalui peran serta dalam
Secara rinci cita-cita nasional
penyelenggaraan dan pengendalian
yang terkait dengan kegiatan
mutu layanan pendidikan.
pendidikan telah dituangkan dalam
Undang-Undang Sisdiknas No. 20 Tahun Adapun fungsi pendidikan
2003, bahwa tujuan pendidikan nasional sebagaimana tercantum pada
nasional adalah untuk berkembangnya Bab II pasal 3 disebutkan bahwa fungsi
potensi peserta didik agar menjadi pendidikan nasional adalah
manusia yang beriman dan bertakwa mengembangkan kemampuan dan
kepada Tuhan Yang Maha Esa, membentuk watak serta peradaban
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, bangsa yang bermartabat dalam rangka
kreatif, mandiri, dan menjadi warga mencerdaskan kehidupan bangsa.
Negara yang demokratis serta Selain itu, fungsi pendidikan juga dapat
bertanggung jawab. dilihat dalam dua perspektif. Pertama,
secara mikro (sempit), pendidikan
Selanjutnya prinsip
berfungsi untuk membantu secara
penyelenggaraan pendidikan secara
sadar perkembangan jasmani dan
jelas juga telah diuraikan dalam
rohani peserta didik. Kedua, secara
Undang-Undang Sisdiknas yang
makro (luas), pendidikan berfungsi
tercantum pada pasal 4, bahwa: 1)
sebagai pengembangan pribadi,
Pendidikan diselenggarakan secara
pengembangan warga Negara,
demokratis dan berkeadilan serta tidak
pengembangan kebudayaan dan
diskriminatif dengan menjunjung tinggi
pengembangan bangsa.
hak asasi manusia, nilai keagamaan,
nilai cultural, dan kemajemukan Dari paparan tentang tujuan,
bangsa, 2) Pendidikan diselenggarakan prinsip penyelenggaraan maupun
sebagai satu kesatuan yang sistemik fungsi pendidikan sebagai mana
dengan system terbuka dan tertuang dalam Undang-Undang
multimakna, 3) Pendidikan Sisdiknas No.20 Th.2003 sebenarnya
diselenggarakan sebagai suatu proses sudah memberi gambaran ruang gerak
pembudayaan dan pemberdayaan yang representative untuk
peserta didik yang berlangsung terselenggaranya pendidikan nasional
sepanjang hayat, 4) Pendidikan yang sesuai dengan latar belakang
diselenggarakan dengan memberi budaya dan kebhinekaan bangsa
keteladanan, membangun kemauan, Indonesia. Akan tetapi keberadaan

Jurnal Pendidikan Nusantara – Volume 1 Nomor 1, Agustus 2020


Pendidikan Multikultural 3

suatu bangsa tidak bisa dilepaskan dari sebab itu untuk membangun rasa
dependensi bangsa lain. John Naisbit persatuan dan kesatuan serta rasa
dan Alvin Tofler memberi gambaran nasionalisme sekaligus menjawab
bahwa dunia saat ini terasa semakin beberapa problematika kemajemukan
sempit. Dunia merupakan suatu seperti yang digambarkan di atas
kampung besar (global village). Di era dibutuhkan langkah sistematis yang
globalisasi dewasa ini kita tidak dapat dapat dijadikan sebagai sebuah gerakan
melepaskan diri dari kehidupan global. nasional. Dalam makalah ini kami
Gelombang demokrasi semakin terbuka menawarkan solusi melalui
yang dampaknya bukan saja membawa “Pendidikan Multikultural dalam Dunia
nilai-nilai positif dalam pengertian Pendidikan di Indonesia”.
penghormatan terhadap hak-hak asasi Pendidikan multicultural dapat
manusia (HAM) dan eksistensi dirumuskan sebagai wujud kesadaran
kelompok masyarakat, tetapi juga tentang keanekaragaman cultural, hak-
mengandung bahaya perpecahan suatu hak asasi manusia serta pengurangan
negara. Samuel P. Huntington dalam the atau penghapusan jenis prasangka atau
Clash of Civilization meramalkan akan prejudice untuk suatu kehidupan
terjadinya benturan antarperadaban. masyarakat yang adil dan maju.
Benturan itu bisa disebabkan oleh Pendidikan multicultural juga dapat
faktor: politik, social, budaya, ekonomi, dijadikan instrument strategis untuk
ras, bahkan agama (Mahfud, 2006: viii). mengembangkan kesadaran atas
Melihat fenomena tersebut, kebanggaan seseorang terhadap
kegiatan pendidikan di Indonesia bangsanya.
dituntut untuk memiliki kepekaan Melalui pendidikan multicultural
menghadapi arus perputaran kita dapat memberi seluruh siswa-
globalisasi. Pola doktrinasi tanpa memandang status
monokulturalisme yang dipaksakan sosioekonomi; gender; orientasi
selama orde baru perlu dievaluasi, seksual; atau latar belakang etnis, ras
karena telah berimplikasi negatif bagi atau budaya-kesempatan yang setara
rekonstruksi kebudayaan Indonesia untuk belajar di sekolah. Pendidikan
yang multicultural. Di lain pihak masih multibudaya juga didasarkan pada
sering kita jumpai adanya fenomena kenyataan bahwa siswa tidak belajar
perpecahan di tengah masyarakat, baik dalam kekosongan, budaya mereka
berupa kerusuhan/ tawuran antar memengaruhi mereka untuk belajar
pelajar, antar RT, antar suku sampai dengan cara tertentu (Parkay dan
keinginan untuk memisahkan diri dari Stanford, 2011: 35).
NKRI sampai saat ini masih sering
mewarnai media nasional baik cetak
maupun elektronik. PEMBAHASAN
Gelombang demokrasi menuntut Pendidikan Multikultural
pengakuan perbedaan dalam tubuh Pendidikan multikultural adalah
bangsa Indonesia yang majemuk. Oleh merupakan suatu gerakan

Jurnal Pendidikan Nusantara – Volume 1 Nomor 1, Agustus 2020


4 Mohamad Furqon

pembaharuan dan proses untuk pendidikan multikultural memiliki


menciptakan lingkungan pendidikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
yang setara untuk seluruh siswa. Prinsip pertama: pendidikan
Sebagai sebuah gerakan pembaharuan, multikultural adalah gerakan politik
istilah pendidikan multicultural masih yang bertujuan menjamin keadilan
dipandang asing bagi masyarakat sosial bagi seluruh warga masyarakat
umum, bahkan penafsiran terhadap tanpa memandang latar belakang yang
definisi maupun pengertian pendidikan ada. Prinsip kedua: pendidikan
multicultural juga masih diperdebatkan multikultural mengandung dua
di kalangan pakar pendidikan. dimensi: pembelajaran (kelas) dan
Seperti pendapat Andersen dan kelembagaan (sekolah) dan antara
Cusher (1994) sebagaimana dikutip keduanya tidak bisa dipisahkan, tetapi
Mahfud (2008), bahwa pendidikan justru harus ditangani lewat reformasi
multicultural diartikan sebagai yang komprehensif
pendidikan mengenai keragaman Prinsip ketiga: pendidikan
kebudayaan. Sedangkan Hernandez multikultural menekankan reformasi
(1989), mengartikan pendidikan pendidikan yang komprehensif dapat
multikultural sebagai perspektif yang dicapai hanya lewat analisis kritis atas
mengakui realitas sosial, politik, dan sistem kekuasaan dan privileges untuk
ekonomi yang dialami oleh masing- dapat dilakukan reformasi
masing individu dalam pertemuan komprehensif dalam pendidikan.
manusia yang kompleks dan beragam Prinsip keempat: berdasarkan analisis
secara kultur, dan merefleksikan kritis ini, maka tujuan pendidikan
pentingnya budaya, ras, seksualitas dan multikultural adalah menyediakan bagi
gender, etnisitas, agama, status social, setiap siswa jaminan memperoleh
ekonomi, dan pengecualian- kesempatan guna mencapai prestasi
pengecualian dalam proses pendidikan. maksimal sesuai dengan kemampuan
Ahli lain, Sleeter dan Grant (2007, yang dimiliki. Prinsip kelima:
2009) dan Smith (1998) sebagaimana pendidikan multikultural adalah
dikutip Zamroni (2011) mendefinisikan pendidikan yang baik untuk seluruh
pendidikan multikultural sebagai suatu siswa, tanpa memandang latar
pendekatan progresif untuk melakukan belakangnya.
transformasi pendidikan yang secara Konsep multikulturalisme
holistik memberikan kritik dan menekankan pentingnya memandang
menunjukkan kelemahan-kelemahan, dunia dari bingkai referensi budaya
kegagalan-kegagalan dan diskriminasi yang berbeda, dan mengenali serta
yang terjadi di dunia pendidikan menghargai kekayaan ragam budaya di
(Zamroni, 2011: 144) dalam Negara dan di dalam komunitas
Sebagai suatu gerakan global. Multikulturalisme menegaskan
pembaharuan dan proses untuk perlunya menciptakan sekolah di mana
menciptakan lingkungan pendidikan berbagai perbedaan yang berkaitan
yang setara untuk seluruh siswa, dengan ras, etnis, gender, orientasi

Jurnal Pendidikan Nusantara – Volume 1 Nomor 1, Agustus 2020


Pendidikan Multikultural 5

seksual, keterbatasan, dan kelas sosial Pendidikan multikultural


diakui dan seluruh siswa dipandang merupakan suatu proses transformasi
sebagai sumber yang berharga untuk yang tentunya membutuhkan waktu
memperkaya proses belajar mengajar. panjang untuk mencapai maksud dan
Proses belajar mengajar atau tujuannya. Menurut Zamroni (2011)
proses pembelajaran merupakan suatu disebutkan beberapa tujuan yang akan
proses yang rumit dan kompleks, dikembangkan pada diri siswa dalam
karena tidak semua faktor yang terlibat proses pendidikan multikultural, yaitu:
bisa dikendalikan oleh guru. Dalam a. Siswa memiliki kemampuan
analisisnya, Maurianne Adams and berpikir kritis atas apa yang telah
Barbara J. Love (2006). Menyebutkan dipelajari.
bahwa ada empat faktor yang terdapat b. Siswa memiliki kesadaran atas sifat
dalam proses pembelajaran, yaitu: 1). sakwasangka atas fihak lain yang
Faktor bawaan siswa, 2) faktor bawaan dimiliki, dan mengkaji mengapa
guru, 3) faktor pedagogy, dan 4) faktor dan dari mana sifat itu muncul,
isi kurikulum. serta terus mengkaji bagaimana
cara menghilangkannya
Faktor pertama; guru, ketika guru
c. Siswa memahami bahwa setiap
memasuki suatu kelas, sudah memiliki
ilmu pengetahuan bagaikan sebuah
bawaan sendiri-sendiri, ada yang
pisau bermata dua: dapat
bersifat umum dan ada yang bersifat
dipergunakan untuk menindas atau
sangat pribadi. Kedua; siswa, demikian
meningkatkan keadilan sosial.
pula siswa juga memiliki bawaan
d. Para siswa memahami bagaimana
sendiri-sendiri, ada yang bersifat umum
mengaplikasikan ilmu pengetahuan
dan ada yang bersifat sangat pribadi.
yang dimiliki dalam kehidupan.
Ketiga; kurikulum, bisa dipersepsi dan
e. Siswa merasa terdorong untuk
memiliki dampak berbeda untuk setiap
terus belajar guna mengembangkan
individu siswa. Keempat; pedagogy, di
ilmu pengetahuan yang
tangan guru berbeda bisa memiliki
dikuasainya.
makna dan dampak yang berbeda pula.
f. Siswa memiliki cita-cita posisi apa
Keempat faktor tersebut harus diramu
yang akan dicapai sejalan dengan
oleh seorang guru dalam suatu proses.
apa yang dipelajari.
Kegagalan dalam proses meramu g. Siswa dapat memahami keterkaitan
guru menyebabkan siswa dengan status apa yang dilakukan dengan
sosial ekonomi rendah tidak dapat berbagai permasalahan dalam
mengikuti pembelajaran sebagaimana kehidupan masyarakat-berbangsa.
mereka siswa yang datang dari
kelompok sosial ekonomi tinggi. Paradigma Pendidikan Multikultural
Demikian pula halnya bagi siswa yang
Bangsa Indonesia adalah bangsa
memiliki latar belakang budaya yang
yang masyarakatnya sangat majemuk
berbeda akan gagal beradaptasi dalam
atau pluralis. Kemajemukan sudah
proses pembelajarannya.
menjadi ciri khas bangsa Indonesia.
Kemajemukan ini dapat dilihat dari dua

Jurnal Pendidikan Nusantara – Volume 1 Nomor 1, Agustus 2020


6 Mohamad Furqon

perspektif, yaitu: perspektif horizontal ditawarkan Zamroni (2011) adalah


dan vertikal. Dalam perspektif sebagai berikut:
horizontal, kemajemukan bangsa kita a. Pendidikan multikultural adalah
dapat dilihat dari perbedaan agama, jantung untuk menciptakan
etnis, bahasa daerah, geografis, dan kesetaraan pendidikan bagi
budayanya. Sedangkan dalam seluruh warga masyarakat.
perspektif vertikal, kemajemukan b. Pendidikan multikultural bukan
bangsa Indonesia dapat dilihat dari sekedar perubahan kurikulum atau
perbedaan tingkat pendidikan, perubahan metode pembelajaran.
ekonomi, dan tingkat sosial budayanya. c. Pendidikan multikultural
Fenomena kemajemukan ini mentransformasi kesadaran yang
bagaikan pisau bermata dua, satu sisi memberikan arah kemana
memberi dampak positif, yaitu kita transformasi praktik pendidikan
memiliki kekayaan khasanah budaya harus menuju.
yang beragam, akan tetapi sisi lain juga d. Pengalaman menunjukkan bahwa
dapat menimbulkan dampak negatif, upaya mempersempit kesenjangan
karena terkadang justru keragaman ini pendidikan salah arah yang justru
dapat memicu konflik antar kelompok menciptakan ketimpangan semakin
masyarakat yang pada gilirannya dapat membesar.
menimbulkan instabilitas baik secara e. Pendidikan multikultural bertujuan
keamanan, sosial, politik maupun untuk berbuat sesuatu, yaitu
ekonomi. membangun jembatan antara
kurikulum dan karakter guru,
Dalam menghadapi pluralisme
pedagogi, iklim kelas, dan kultur
budaya tersebut, diperlukan paradigma
sekolah guna membangun visi
baru yang lebih toleran dan elegan
sekolah yang menjunjung
untuk mencegah dan memecahkan
kesetaraan.
masalah benturan-benturan budaya
tersebut, yaitu paradigma pendidikan Menurut James A. Banks (2002:
multikultural. Hal ini penting untuk 14) pendidikan multicultural adalah
mengarahkan anak didik dalam cara memandang realitas dan cara
menyikapi realitas masyarakat yang berfikir dan bukan hanya konten
beragam, sehingga mereka akan tentang beragam kelompok etnis, ras
memiliki sikap apresiatif terhadap dan budaya. Secara spesifik Banks
keragaman perbedaan tersebut. Bukti menyatakan bahwa pendidikan
nyata tentang maraknya kerusuhan dan multicultural dapat dikonsepkan atas
konflik yang berlatar belakang suku, lima dimensi, yaitu:
adat, ras, dan agama menunjukkan a. Integrasi konten; pemaduan konten
bahwa pendidikan kita telah gagal menangani sejauh mana guru
dalam menciptakan kesadaran akan menggunakan contoh dan konten
pentingnya multikulturalisme. dari beragam budaya dan kelompok
untuk menggambarkan konsep,
Adapun bangunan paradigma
prinsip, generalisasi serta teori
pendidikan multikultural yang

Jurnal Pendidikan Nusantara – Volume 1 Nomor 1, Agustus 2020


Pendidikan Multikultural 7

utama dalam bidang mata pelajaran harus memiliki keyakinan bahwa;


atau disiplin mereka. perbedaan budaya memiliki kekuatan
b. Proses penyusunan pengetahuan; dan nilai, sekolah harus menjadi
sesuatu yang berhubungan dengan teladan untuk ekspresi hak-hak
sejauh mana guru membantu siswa manusia dan penghargaan untuk
paham, menyelidiki, dan untuk perbedaan budaya dan kelompok,
menentukan bagaimana asumsi keadilan dan kesetaraan sosial harus
budaya yang tersirat, kerangka menjadi kepentingan utama dalam
acuan, perspektif dan prasangka di kurikulum, sekolah dapat menyediakan
dalam disiplin mempengaruhi cara pengetahuan, keterampilan, dan
pengetahuan disusun di dalamnya. karakter (yaitu nilai, sikap, dan
c. Mengurangi prasangka; dimensi ini komitmen) untuk membantu siswa dari
fokus pada karakteristik dari sikap berbagai latar belakang, sekolah
rasial siswa dan bagaimana sikap bersama keluarga dan komunitas dapat
tersebut dapat diubah dengan menciptakan lingkungan yang
metode dan mater pengajaran. mendukung multibudaya.
d. Pedagogi kesetaraan; pedagogi
kesetaraan ada ketika guru Urgensi Pendidikan Multikultural di
mengubah pengajaran mereka ke Indonesia
cara yang akan memfasilitasi Menurut Gibson (1997),
prestasi akademis dari siswa dari sebagaimana dikutip Djohar (2003: 85)
berbagai kelompok ras, budaya, dan menyatakan bahwa masa depan bangsa
kelas sosial. Termasuk dalam memiliki kriteria khusus yang ditandai
pedagogi ini adalah penggunaan oleh hiper kompetisi, suksesi revolusi
beragam gaya mengajar yang teknologi serta dislokasi dan konflik
konsisten dengan banyaknya gaya sosial, menghasilkan keadaan yang non-
belajar di dalam berbagai kelompok linier dan sangat tidak dapat
budaya dan ras. diperkirakan dari keadaan masa
e. Budaya sekolah dan struktur lampau dan masa kini. Masa depan
sekolah yang memberdayakan ; hanya dapat dihadapi dengan
praktik pengelompokan dan kreativitas, meskipun posisi keadaan
penamaan partisipasi olah raga, sekarang memiliki peranan penting
prestasi yang tidak proporsional, untuk memicu kreativitas. Lebih lanjut
dan interaksi staf, dan siswa antar dijelaskan bahwa perubahan keadaan
etnis dan ras adalah beberapa dari yang non-linier ini tidak akan dapat
komponen budaya sekolah yang diantisipasi dengan cara berpikir linier.
harus diteliti untuk menciptakan Pemikiran linier dan rasional yang
budaya sekolah yang sekarang kita kembangkan tidak lagi
memberdayakan siswa dari fungsional untuk mengakomodasi
beragam kelompok, ras, etnis dan perubahan keadaan yang akan terjadi.
budaya. Keadaan ini mestinya dapat mendorong
Untuk itu, para guru yang kita untuk memiliki disain pendidikan
memberikan pendidikan multibudaya masa depan yang memungkinkan

Jurnal Pendidikan Nusantara – Volume 1 Nomor 1, Agustus 2020


8 Mohamad Furqon

peserta didik dan pelaku praksis ini pendidikan multikultural memiliki


pendidikan dapat mengaktualisasikan tugas ganda, yaitu selain menyatukan
dirinya. bangsa sendiri yang terdiri dari
Sebagai bangsa dengan beragam berbagai macam budaya tersebut, juga
kultur memiliki resistensi yang tinggi harus menyiapkan bangsa Indonesia
terhadap munculnya konflik sebagai untuk siap menghadapi arus budaya
konsekuensi dinamika kohesivitas luar yang masuk ke negeri ini.
sosial masyarakat. Akar munculnya Pendidikan multikultural juga
konflik dalam masyarakat multikultur dapat dimanfaatkan untuk membina
disebabkan oleh: (1) adanya perebutan siswa agar tidak tercerabut dari akar
sumber daya, alat-alat produksi, dan budayanya, sebab pertemuan antar
kesempatan ekonomi (access to budaya di era globalisasi ini bisa jadi
economic resources and to means of dapat menjadi ancaman serius bagi
production); (2) perluasan batas-batas anak didik kita. Dalam kaitan ini siswa
sosial budaya (social and cultural perlu diberi penyadaran akan
borderline expansion); (3) dan benturan pengetahuan yang beragam, sehingga
kepentingan politik, idiologi, dan agama mereka memiliki kompetensi yang luas
(conflict of political, ideology, and akan pengetahuan global, termasuk
religious interest). aspek kebudayaan.
Dari paparan tersebut
mengindikasikan bahwa pendidikan Praktek Pendidikan Multikultural
multikultural menjadi sesuatu yang Dalam Dunia Pendidikan di Indonesia
sangat penting dan mendesak untuk Sampai saat ini pendidikan
diimplementasikan dalam praksis multicultural memang masih sebatas
pendidikan di Indonesia. Karena wacana. Praktek pendidikan
pendidikan multikultural dapat multikultural di Indonesia nampaknya
berfungsi sebagai sarana alternatif tidak dapat dilaksanakan seratus
pemecahan konflik. Melalui persen ideal seperti di Amerika Serikat,
pembelajaran yang berbasis walaupun ditinjau dari keragaman
multikultur, siswa diharapkan tidak budaya memang banyak kemiripan. Hal
tercerabut dari akar budayanya, dan itu disebabkan oleh perjalanan panjang
rupanya diakui atau tidak pendidikan histori penyelenggaraan pendidikan
multikultural sangat relevan di yang banyak dilatarbelakangi oleh
praktekkan di alam demokrasi seperti primordialisme. Misalnya pendirian
saat ini. lembaga pendidikan berdasar latar
Spektrum kultur masyarakat belakang agama, daerah, perorangan
Indonesia yang amat beragam memang maupun kelompok.
merupakan tantangan tersendiri bagi Oleh karenanya praktek
dunia pendidikan untuk mengolah pendidikan multikultural di Indonesia
bagaimana ragam perbedaan tersebut dapat dilaksanakan secara fleksibel
justru dapat dijadikan asset, bukan dengan mengutamakan prinsip-prinsip
sumber perpecahan. Di era globalisasi dasar multikultural. Apapun dan

Jurnal Pendidikan Nusantara – Volume 1 Nomor 1, Agustus 2020


Pendidikan Multikultural 9

bagaimanapun bentuk dan model kesempatan bagi siswa untuk


pendidikan multikultural, mestinya mempelajari bagaimana suatu kultur
tidak dapat lepas dari tujuan umum masyarakat bisa berperan dalam upaya
pendidikan multikultural, yaitu: peningkatan kemakmuran dan
(1) Mengembangkan pemahaman yang kesejahteraan bagi warganya.
mendasar tentang proses Dalam pandangan Zamroni
menciptakan sistem dan (2011), pendidikan multikultural
menyediakan pelayan pendidikan diusulkan untuk dapat dijadikan
yang setara. instrument rekayasa sosial lewat
(2) Menghubungkan kurikulum dengan pendidikan formal, artinya institusi
karakter guru, pedagogi, iklim kelas, sekolah harus berperan dalam
budaya sekolah dan konteks menanamkan kesadaran hidup dalam
lingkungan sekolah guna masyarakat multikultural dan
membangun suatu visi “lingkungan mengembangkan sikap tenggang rasa
sekolah yang setara” dan toleransi untuk mewujudkan
Prinsip fleksibilitas pendidikan kebutuhan serta kemampuan
multikultural juga disarankan oleh Gay bekerjasama dengan segala perbedaan
(2002) sebagaimana dikutip Zamroni yang ada.
(2011: 150), dikatakan bahwa amat Sekolah harus dipandang sebagai
keliru kalau melaksanakan pendidikan suatu masyarakat, masyarakat kecil;
multikultural harus dalam bentuk mata artinya, apa yang ada di masyarakat
pelajaran yang terpisah atau monolitik. harus ada pula di sekolah. Perspektif
Sebaliknya, dia mengusulkan agar sekolah sebagai suatu masyarakat kecil
pendidikan multikultural diperlakukan ini memiliki implikasi bahwa siswa
sebagai pendekatan untuk memajukan dipandang sebagai suatu individu yang
pendidikan secara utuh dan memiliki karakteristik yang terwujud
menyeluruh. Pendidikan multikultural dalam bakat dan minat serta aspirasi
juga dapat diberlakukan sebagai alat yang menjadi hak siswa.
bantu untuk menjadikan warga
Pada level sekolah, dengan
masyarakat lebih memiliki toleran,
adanya berbagai perbedaan yang
bersifat inklusif, dan memiliki jiwa
dimiliki masing-masing individu, maka
kesetaraan dalam hidup
sekolah harus memperhatikan: a)
bermasyarakat, serta senantiasa
setiap siswa memiliki kebutuhan
berpendirian suatu masyarakat secara
perkembangan yang berbeda-beda,
keseluruhan akan lebih baik, manakala
termasuk kebutuhan personal dan
siapa saja warga masyarakat
sosial, b) kebutuhan vokasi dan karier,
memberikan kontribusi sesuai dengan
c) kebutuhan psikologi dan
kemampuan dan kesempatan yang
perkembangan moral spiritual.
dimiliki bagi masyarakat sebagai
keutuhan. Pada level masyarakat, yang perlu
dipenuhi kebutuhannya adalah
Bahkan Gay merekomendasikan
mencakup: a) kebutuhan akademik, b)
agar pembelajaran perlu memberi
kebutuhan psikologis, kebutuhan

Jurnal Pendidikan Nusantara – Volume 1 Nomor 1, Agustus 2020


10 Mohamad Furqon

kebersamaan, dan d) kebutuhan rasa Secara detail, kompetensi kultural


aman. Pendidikan harus dapat mencakup berbagai hal sebagai berikut:
memenuhi kebutuhan tersebut. Sekolah 1. Kompetensi individu untuk
harus dapat dijadikan tempat yang menerima, menghormati dan
aman, memiliki suasana kekerabatan membangun kerjasama dengan
dan juga terdapat semangat saling siapapun juga yang memiliki
dukung mendukung. Berkaitan dengan perbedaan-perbedaan dari dirinya.
itu, maka proses pembelajaran 2. Kompetensi kultural merupakan
diarahkan pada pengembangan hasil dari kesadaran atas
individu secara utuh yang mencakup pengetahuan dan “bias kultural”
intelektual, sosial, dan moral spiritual. yang dimilikinya atau sebagai
Tekanan dan dorongan siswa untuk faktor yang mempengaruhi
bekerja keras tidak hanya bersifat perbedaan kultur
ekstrinsik, bahkan lebih dari itu harus Proses pengembangan kompetensi
ditekankan pada penggunaan intrinsik kultural memerlukan
motivation. pengembangan pengetahuan,
Dari perspektif hasil ketrampilan, sikap dan perilaku
pembelajaran, pendidikan multikultural yang memungkinkan seseorang
memiliki tiga sasaran yang memahami dan berinteraksi secara
dikembangkan pada diri setiap siswa; efisien dengan orang yang memiliki
perbedaan kultur.
Pertama, pengembangan identitas
kultural yakni merupakan kompetensi Berkaitan dengan kompetensi
yang dimiliki siswa untuk kultural dan bagaimana kompetensi
mengidentifikasi dirinya dengan suatu tersebut dibentuk, Papadopoulos & Lee
etnis tertentu. Kompetensi ini (2003) mengajukan model
mencakup pengetahuan, pemahaman pengembangan kompetensi kultural
dan kesadaran akan kelompok etnis sebagai berikut: Kompetensi kultural
dan menimbulkan kebanggaan serta dibentuk oleh berbagai faktor:
percaya diri sebagai warga kelompok penguasaan pengetahuan, critical
etnis tertentu. thinking, daya kritis, kemampuan
mengembangkan sesuatu, dan
Kedua, hubungan interpersonal.
kemampuan praktis. Keempat faktor
Yakni, kompetensi untuk melakukan
tersebut tidak statis melainkan dinamis
hubungan dengan kelompok etnis lain,
terus bergerak, membentuk kompetensi
dengan senantiasa mendasarkan pada
kultural.
persamaan dan kesetaraan, serta
menjauhi sifat syakwasangka dan Pendidikan multikultural juga
stereotip. sangat relevan dengan pendidikan
demokrasi di masyarakat plural seperti
Ketiga, memberdayakan diri
Indonesia, yang menekankan pada
sendiri. Yakni suatu kemampuan untuk
pemahaman akan multi etnis, multi ras,
mengembangkan secara terus menerus
dan multikultur yang memerlukan
apa yang dimiliki berkaitan dengan
konstruksi baru atas keadilan,
kehidupan multikultural.

Jurnal Pendidikan Nusantara – Volume 1 Nomor 1, Agustus 2020


Pendidikan Multikultural 11

kesetaraan dan masyarakat yang akan multi etnis, multi ras, dan
demokratis. multikultur yang memerlukan
konstruksi baru atas keadilan,
KESIMPULAN kesetaraan dan masyarakat yang
Dari paparan di atas, dapat ditarik demokratis.
beberapa kesimpulan bahwa:
1. Pendidikan multikultural di
Indonesia masih menjadi wacana
baru yang perlu direspon untuk
menjaga keutuhan bangsa yang
kaya akan multi kultur.
2. Pendidikan multikultural
merupakan wujud kesadaran
tentang keanekaragaman kultural,
hak-hak asasi manusia serta
pengurangan atau penghapusan
jenis prasangka atau prejudice
untuk suatu kehidupan masyarakat
yang adil dan maju. Pendidikan
multikultural juga dapat dijadikan
instrumen strategis untuk
mengembangkan kesadaran atas
kebanggaan seseorang terhadap
bangsanya.
3. Dalam menghadapi pluralisme
budaya, diperlukan paradigma
baru yang lebih toleran dan elegan
untuk mencegah dan memecahkan
masalah benturan-benturan
budaya tersebut, yaitu perlunya
dilaksanakan pendidikan
multicultural.
4. Oleh karenanya praktek
pendidikan multikultural di
Indonesia dapat dilaksanakan
secara fleksibel dengan
mengutamakan prinsip-prinsip
dasar multikultural.
5. Pendidikan multikultural juga
sangat relevan dengan pendidikan
demokrasi di masyarakat plural
seperti Indonesia, yang
menekankan pada pemahaman

Jurnal Pendidikan Nusantara – Volume 1 Nomor 1, Agustus 2020


12 Mohamad Furqon

DAFTAR PUSTAKA Zamroni, 2011. Pendidikan Demokrasi


pada Masyarakat Multikultural.
Yogyakarta: Gavin Kalam Utama
Banks, James A. 2002. An introduction to
Multicultural Education, Boston-
London: Allyn and Bacon Press.

Banks, James A. 2007. Educating citizens


in multicultural society. Second
edition. New York: Teachers
College Columbia University.

Djohar. 2003. Pendidikan Strategik,


Alternatif untuk Pendidikan Masa
Depan, Yogyakarta: LESFI

Hernandez, Hilda. 1989. Multicultural


Education: A teacher Guide to
linking Context, Process, and
Content, New Jersey & Ohio:
Prentice Hall

Mahfud, Choirul. 2008. Pendidikan


Multikultural, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar

M. Ainul Yaqin. 2005.


Pendidikan multikultural:
cross-cultural understanding
untuk demokrasi dan keadilan.
Yogyakarta: Pilar Media.

Tilaar, H.A.R. 2002. Pendidikan,


kebudayaan dan masyarakat
madani Indonesia. Jakarta: Remaja
Rosdakarya.

Zamroni. (2010a). The implementation


of multicultural education. A
reader. Yogyakarta: Graduate
Program The State University of
Yogyakarta.

Zamroni. (2010b). A conception frame-


work of multicultural teachers
education. A reader. Yogyakarta:
Graduate Program The State
University of Yogyakarta.

Jurnal Pendidikan Nusantara – Volume 1 Nomor 1, Agustus 2020

Anda mungkin juga menyukai