Anda di halaman 1dari 19

Golden Age: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, Vol. 2, No.

1 (Juni 2018)

Implementasi Pendidikan Multikultural dalam


Membentuk Karakter Anak Usia Dini

USWATUN HASANAH
Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini, Institut Agama Islam Negeri Metro
Email: uswatun.hasanah@metrouniv.ac.id

Article Received: 26-08-2018 Published Article: 13-12-2018

DOI: https://doi.org/10.29313/ga.v2i1.3990

Abstract
The purpose of this study was to reveal the implementation of multicultural education in
shaping the character of early childhood at the Builder State Kindergarten in the District of
Trimurjo, Central Lampung Regency. This research method is qualitative naturalistic. The
results of this study, including through 3 parts, namely: 1) self-development program,
2) integration in subjects; 3) school culture. First, self-development programs, there are
four activities, namely: routine activities, spontaneous activities, exemplary, conditioning.
Second, integration in subjects. Educators teach multicultural education in the learning
material. Third, school culture. Supporting factors for multicultural education include the
presence of extra-curricular activities. While the inhibiting factors for multicultural education
in Pembina Trimurjo State Kindergarten are: (1) Lack of understanding of educators about
multicultural education; (2) The absence of a standard concept from the government
regarding multicultural education related to the curriculum and methods.
Keywords: Multicultural Education, Character, and Early Childhood.

Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah mengungkap implementasi pendidikan multikultural dalam
membentuk karakter anak usia dini di TK Negeri Pembina Kecamatan Trimurjo Kabupaten
Lampung Tengah. Metode penelitian ini adalah kualitatif yang bersifat naturalistik. Hasil
penelitian ini, di antaranya melalui 3 bagian yaitu: 1) program pengembangan diri, 2)
pengintegrasian dalam mata pelajaran; 3) budaya sekolah. Pertama, program
pengembangan diri, terdapat empat kegiatan yaitu: kegiatan rutin, kegiatan spontan,
keteladanan, pengkondisian. Kedua, pengintegrasian dalam mata pelajaran. Pendidik
mengajarkan pendidikan multikultural yang ada dalam materi pembelajaran. Ketiga, budaya
sekolah. Faktor penunjang pendidikan multikultural di antaranya yaitu: adanya kegiatan
ekstra kurikuler. Sedangkan faktor penghambat pendidikan multikultural di TK Negeri
Pembina Trimurjo adalah: (1) Kurangnya pemahaman pendidik tentang pendidikan
multikultural; (2) Belum adanya konsep baku dari pemerintah tentang pendidikan
multikultural terkait kurikulum dan metodenya.
Kata Kunci: Pendidikan Multikultural, Karakter, dan Anak Usia Dini.

Pendahuluan titik puncak perjuangan Bangsa Indonesia.


Negara Indonesia merupakan suatu negara
Republik Indonesia merupakan sebuah
yang terdiri dari beberapa pulau dan berbagai
bangsa yang sesungguhnya sudah dirintis
kelompok etnis, budaya, suku, serta agama.
sejak awal abad ke-20. Kebangkitan nasional
Sehingga, Negara Indonesia secara sederhana
menjadi salah satu titik penting dalam langkah
dapat disebut sebagai masyarakat
awal mencapai kemerdekaan. Berikutnya
multikultural. Pluralitas dan multikultural
sumpah pemuda adalah momen penting yang
merupakan sebuah aturan Tuhan
menyatukan beragam perbedaan etnis,
(Sunnatullah) yang tidak bisa diingkari dan
budaya, suku, serta agama. Dan pada
barang siapa yang mencoba mengingkari
akhirnya, 17 Agustus 1945 menjadi
hukum kemajemukan budaya, maka akan

Golden Age: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini 35


USWATUN HASANAH, Implementasi Pendidikan Multikultural dalam Membentuk Karakter Anak Usia Dini

timbul fenomena pergolakan yang tidak pembelajaran berbasis budaya (multikultural)


berkesudahan.1 Pendidikan menurutnya, harus antara lain : (1) Pendidik kurang mengenal
mampu menciptakan tatanan masyarakat budayanya sendiri, budaya lokal maupun
yang hanya mengagungkan prestise sosial budaya peserta didik; (2) Pendidik kurang
sebagai akibat kekayaan dan kemakmuran menguasai garis besar struktur dan budaya
yang dialaminya. Pendidikan merupakan agen etnis peserta didiknya, terutama dalam
perubahan sosial dalam suatu masyarakat konteks mata pelajaran yang akan
yang tidak terlepas dari budaya masyarakat diajarkannya.; (3) Rendahnya kemampuan
tersebut. Nilai-nilai, pandangan, dan norma pendidik dalam mempersiapkan peralatan
yang dikembangkan merupakan integrasi dari yang dapat merangsang minat, ingatan, dan
budaya di mana pendidikan tersebut pengenalan kembali peserta didik terhadap
dilaksanakan, yang kemudian ditanamkan khasanah budaya masing-masing dalam
kepada si terdidik. Pendidikan, sebagai usaha konteks budaya masing-masing serta dalam
sadar dan sistematis untuk mencapai taraf dimensi pengalaman belajar yang diperoleh.
hidup atau kemajuan yang lebih baik.2 Pemahaman mengenai keragaman budaya
atau multikultur perlu dimiliki seluruh anggota
Bangsa Indonesia merupakan bangsa
masyarakat untuk menghindari konflik yang
yang kaya dengan beraneka ragam budaya
mungkin terjadi akibat perbedaan-perbedaan
dan agama. Sehingga, bangsa Indonesia ini
yang ada. Sejauh ini cara yang efektif untuk
memiliki slogan Bhinneka Tunggal Ika yang
memberikan pemahaman adalah melalui
berarti berbeda-beda, tetapi satu jua.
pendidikan. Multikultural bisa dibentuk melalui
Keberagaman budaya dan tradisi bangsa
proses pembelajaran, yaitu dengan
mengharuskan agar pemerintah lebih peka
menggunakan pembelajaran berbasis
terhadap psikologi masyarakat dalam
multikultural. Pembelajaran berbasis
melahirkan kebijakan, termasuk kebijakan
multikultural merupakan proses pembelajaran
pendidikan. Fenomena adanya kemajemukan
yang lebih mengarah pada upaya menghargai
budaya ini, menurut peneliti bagaikan dua sisi
perbedaan diantara sesama manusia sehingga
koin, satu sisi memberi dampak positif, yaitu
terwujud ketenangan dan ketentraman dalam
kita memiliki kekayaan khasanah budaya yang
tatanan kehidupan masyarakat.
beragam, akan tetapi sisi lain juga dapat
menimbulkan dampak negatif, karena Realita dalam kehidupan masyarakat
terkadang justru keragaman ini dapat memicu saat ini, sikap untuk bisa menerima
konflik antar kelompok masyarakat yang pada perbedaan dan bisa hidup berdampingan
gilirannya dapat menimbulkan instabilitas baik dengan orang atau masyarakat yang berbeda
secara keamanan, sosial, politik maupun dengannya sangat susah ditemukan, sehingga
ekonomi. Adapun cara untuk menghadapi hal tersebut sering memicu konflik dan
pluralisme budaya tersebut, maka diperlukan pertikaian dalam kehidupan masyarakat.
paradigma baru yang lebih toleran dan elegan Presiden Joko Widodo menaruh harapan besar
untuk mencegah dan memecahkan masalah pada Pendidik di Indonesia. Dia menitipkan
benturan-benturan budaya tersebut, yaitu amanah kepada para Pendidik agar bisa
paradigma pendidikan multikultural. membentuk generasi muda yang berkarakter.
Presiden mengemukakan bahwa jiwa anak-
Kemajemukan merupakan ciri khas
anak Indonesia harus diisi dengan berbagai
bangsa Indonesia. Seperti diketahui,
hal positif. Jiwa yang terisi positif akan
Indonesia merupakan negara kepulauan
menangkal arus perubahan yang tak bisa
dengan jumlah pulau terbesar di dunia, yang
dibendung. Dengan demikian, nantinya akan
mencapai 17.667 pulau besar dan kecil.
muncul jiwa-jiwa yang mulia, jiwa-jiwa yang
Dengan jumlah pulau sebanyak itu, maka
penuh integritas, kejujuran, moralitas, penuh
wajarlah jika kemajemukan masyarakat di
akal budi, budi pekerti yang baik.4 Mencetak
Indonesia merupakan suatu keniscayaan yang
generasi unggul dan “sukses hidup” di tengah
tak bisa dielakkan. Dan perlu disadari bahwa
persaingan global seperti sekarang ini dapat
perbedaan tersebut merupakan karunia dan
dilakukan dengan jalan menyelenggarakan
anugerah Tuhan.3 Permasalahan awal
pendidikan yang memberikan kesempatan
1 Nurcholish Madjid, Islam Agama Peradaban, seluas-luasnya kepada anak didik untuk
Membentuk Makna dan Relevansi Doktrin Islam tumbuh dan berkembang sesuai dengan
dalam Sejarah, (Jakarta: Paramadina, 1995), potensi, bakat, minat dan kesanggupannya.
hlm. 56
2 Achmad Sauqi dan Ngainun Naim, Pendidikan
Menyelenggarakan pendidikan yang
Multikultural, (Yogyakarta : ArRuzz Media,
2008), hlm. 29. 4 http://news.liputan6.com/read/3031902/jokowi-
3 Choirul Mahfud, Pendidikan Multikultural, cet. 3, Pendidik-pegang-amanah-negara-membentuk-
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm.184 karakter-anak-bangsa

36 ISSN 2549-8371 | EISSN 2580-5843


Golden Age: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, Vol. 2, No. 1 (Juni 2018)

membebaskan anak dari yang berbau tindak oleh pemerintah.8


kekerasan tanpa melepas pemberian
Anak-anak pada zaman sekarang
pendidikan yang memperlakukan anak dengan
berhadapan dengan berbagai perubahan yang
ramah. Sekaligus dengan menyelenggarakan
pesat di bidang sosial, politik, ilmu
pendidikan yang memanusiakan anak
pengetahuan, pendidikan, teknologi, industri,
(humanisasi) demi mewujudkan pendidikan
lingkungan dan lainnya. Hal demikianlah
untuk memenuhi hak-hak anak. Hal tersebut sehingga anak -anak perlu di stimulasi
akan terwujud jika pendidikan yang demikian berbagai aspek perkembangannya dengan
tersebut dilakukan sejak anak usia dini.5 berbagai kompetensi agar dapat menghadapi
Pendidikan Anak Usia Dini merupakan tantangan zaman.9Anak memiliki kemampuan
upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak seluas samudra:kemampuan kognitif yang
sejak lahir sampai usia enam tahun yang menghasilkan daya pikir positif, kemampuan
dilakukan melalui pemberian rangsangan, psikomotorik yang menghasilkan karya
jasmani, rohani dan akal supaya anak bermanfaat dan penampilan yang dahsyat,
memiliki kesiapan dalam memasuki serta kemampuan afektif yang menghasilkan
pendidikan selanjutnya.6 Ada beberapa teori nilai dan karakter yang manusiawi sesuai
Dewey tentang peran pendidik dalam fitrahnya.10 Usia dini merupakan fase penting
pelaksanaan program-program untuk anak dalam pertumbuhan anak. Proses
usia dini, yaitu7: (1) Mengamati anak-anak pembentukan identitas dan karakter dimulai
lebih dekat dengan merencanakan kurikulum sejak usia dini. Untuk itu nilai-nilai kesetaraan
berdasarkan minat dan pengalaman mereka.; yang tidak menganggap diri dan kelompok
(2) Pendidik jangan takut untuk menggunakan sendiri sebagai superior atas yang lain sangat
pengetahuan tentang anak-anak dan dunia untuk penting ditanamkan kepada anak sedini
memahami dunia bagi anak-anak. Disamping itu, mungkin. Hal ini dirasa penting karena disatu
Dewey mengatakan bahwa penting bagi pendidik sisi keragaman di Indonesia adalah realitas
untuk mengamati anak-anak dan untuk yang pasti akan dialami anak-anak saat
mengetahui keadaan anak. Dari hasil observasi mereka tumbuh, namun di sisi lain, saat ini
atau pengamatan, pendidik dapat mengetahui banyak muncul kelompok-kelompok sosial
jenis-jenis pengalaman apa yang menjadi minat keagamaan yang mengajarkan intoleransi.
dan siap dilalui anak-anak. Hal ini beranjak dari Kelompok-kelompok demikian biasanya
pemikiran Dewey bahwa jalur menuju pendidikan menanamkan kecurigaan dan permusuhan
yang bermutu adalah dengan mengenal anak- yang membuat demarkasi sosial berdasarkan
anak dengan baik, membangun pengalaman agama, suku
mereka atas pembelajaran yang lalu, menjadi dan golongan.11 Dengan demikian, maka
terorganisir, dan merencanakannya dengan baik. sebagai pendidik sangat penting untuk
mengarahkan kepada peserta didik dalam
mengatasi masalah realitas masyarakat yang
Sistem layanan pendidikan pada anak
beragam, sehingga mereka akan memiliki
usia dini selalu berubah-ubah dari waktu ke
sikap apresiatif terhadap keragaman
waktu seiring dengan perubahan zaman.
perbedaan tersebut. Terdapat bukti nyata
Artinya cara yang digunakan orang dalam
mengenai maraknya kerusuhan dan konflik
mendidik pada masa sekarang, dahulu dan
yang berlatar belakang suku, adat, ras, dan
yang akan datang itu berbeda- beda. Hal
agama menunjukkan bahwa pendidikan kita
demikian, disebabkan adanya berbagai
telah gagal dalam menciptakan kesadaran
perubahan yang terjadi di lingkungan anak,
akan pentingnya multikulturalisme. Oleh
misalnya perubahan ilmu pengetahuan,
karena itu, pembahasan implementasi
terknologi dan arus informasi yang demikian
pendidikan multikultural dalam pendididikan
pesat. Pendidikan usia dini dulu, sekarang dan
Anak Usia Dini menjadi penting, mengingat
yang akan datang sangat terkait dengan
pendidikan pada anak usia dini sebagai masa
multicultural education, bukan bagian dari
tetapi berasal dari. Dalam layanan pendidikan 8 Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan
usia dini, anak harus mendapat kesempatan Anak Usia Dini, (Jakarta: PT. Indeks, 2009),
yang sama. Hal demikian, sering diabaikan h.131-132
9 Dirjen kelembagaan Agama Islam Depag RI.,
Pedoman pelaksanaan Kurikulum RA,
5 Mursid, Belajar dan Pembelajaran PAUD, (Jakarta:2005), h.1.
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015), h.13-14 10 Munif Chatib, Orangtuanya Manusia, (Bandung:
6 Helmawati, Mengenal dan Memahami PAUD, Kaifa, 2012),h.86
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015) h.48 11 Suhadi Cholil, Resonasi Dialog Agama dan
7 Rita Eka Izzaty, Perilaku Anak Prasekolah, (Jakarta: Budaya, (Yogyakarta:CRCS, Graduate School
PT.Elex Media Komputindo, 2017),h.28-29 UGM, 2008),h.6

37
USWATUN HASANAH, Implementasi Pendidikan Multikultural dalam Membentuk Karakter Anak Usia Dini

kritis dan sensitif yang akan menentukan pendidikan multikultural dalam membentuk
sikap, nilai dan pola perilaku seorang anak karakter pada anak usia dini. Dalam penelitian
dikemudian hari. Di masa kritis ini potensi dan pendidikan multikultural pada anak usia dini,
kecenderungan serta kepekaannya akan peneliti mengambil lokasi di TK Negeri Pembina
mengalami aktualisasi apabila mendapatkan Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung
rangsangan yang tepat. Selain itu, pendidikan Tengah yang sudah lama menyelenggarakan
multikultural bagi anak usia dini sangat urgen pendidikan multikultural, Taman Pendidikan
untuk di dorong sebagai fondasi bagi Kanak- Kanak Negeri Pembina yang dalam
pengembangan masyarakat Indonesia yang visinya adalah Terwujudnya Generasi yang
lebih terbuka, toleran dan demokratis. bermartabat, kreatif, mandiri, berkarakter dan
Pendidikaan ini tidak sekedar terpaku pada cinta lingkungan”. Selain itu, terdapat tiga Misi
dimensi kognitif (pengetahuan), tetapi juga dari TK Negeri Pembina adalah Pertama,
afektif (sikap) dan psikomotorik mewujudkan peserta didik yang bermartabat dan
(keterampilan). Kekuatan yang paling kreatif; Kedua, Memberi Kebebasan Kepada
menonjol dalam pendidikan multikultural pada peserta didik dalam berkreasi; Ketiga,
anak adalah kemampuan mereka menerima Mewujudkan sikap mandiri dan
keberbedaan sebagai sesuatu yang wajar, dan bertanggungjawab serta cinta lingkungan.
menekankan pentingnya pendidikan religuitas Selama ini telah berupaya untuk
untuk memperjuangkan dan mewujudkan nilai memformulasikan sebuah sistem pendekatan
universal diantara anak didik tanpa pembelajaran yang memberikan peluang yang
membedakan agama dan kepercayaannya. sama tanpa membedakan latar belakang peserta
Jika sejak dini, anak dibiasakan untuk didik yang meliputi agama, ras/etnis, budaya.13
memahami setiap perbedaan dan pluralitas
kelompok, maka setidaknya anak akan Hal yang menarik untuk diteliti kaitannya
mampu untuk lebih terlatih dalam menata dan dalam penelitian ini adalah bagaimana sebuah
mengendalikan emosinya ketika setiap kali konsep pendidikan multikultural dapat
bersinggungan dengan perbedaan, karena ia diterapkan dan di laksanakan di tengah anak-
sudah dibekali dan memiliki perspektif anak yang berusia dini, sementara anak dalam
pandangan yang menghargai setiap proses pertumbuhan dan perkembangan yang
perbedaan. masih dalam kondisi belum begitu sempurna
Proses pendidikan multikultural pada untuk dapat mengerti dan memahami tentang
anak usia dini, semestinya disampaikan makna dan esensi dari pendidikan multikultural
melalui proses pembelajaran yang itu sendiri. Penyelenggaraan pendidikan
memperhatikan pertumbuhan dan multikultural pada anak usia dini yang
perkembangannya, anak usia dini memiliki diterapkan tentu juga harus terkoneksi secara
kecenderungan aktif dalam mengekspresika integratif pada aspek-aspek perkembangan
ide-ide polosnya, seperti melakukan kecerdasan anak lainnya. Hal ini dilakukan
permainan, bernyanyi, mendengarkan cerita supaya perkembangan dan pertumbuhan anak
dan mengekspresikan yang dia dapat terbimbing dan terekplorasi dengan
inginkan.Perilaku aktif yang ditunjukkan oleh maksimal. Untuk mengintegrasikan pendidikan
anak dapat dieksplorasi dengan memberikan multikultural dalam proses pembelajaran
materi-materi yang memberikan pengalaman khususnya bagi anak tentu juga bukanlah
belajar baru, informasi yang nantinya akan sesuatu yang
menyerap dalam memori ingatannya. Di mudah. Adapun jenis penelitian ini adalah
Kecamatan Trimurjo saat ini memiliki 23 TK penelitian lapangan (field research) sebuah
dan TK Negeri Pembina Trimurjo menjadi penelitian dengan prosedur penelitian yang
rujukan utama TK Negeri Pembina Trimrjo menggali data dari lapangan untuk kemudian
merupakan daerah yang memiliki beragam dicermati dan disimpulkan. Adapun sifat
agama serta budaya. TK Negeri Pembina penelitian ini bersifat kualitatif atau
Trimurjo merupakan lembaga pendidikan yang Naturalistik. Penelitian penggunaan kualitatif
didalam sekolahnya terdapat peserta didik ini juga bertujuan supaya data-data yang
yang beraneka ragam, mulai dari latar diperoleh mendalam sesuai dengan makna
belakang sosial ekonomi yang berbeda, dan fakta di lapangan. Menurut Nasution,
sampai dengan agama yang berbeda.12 pada dasarnya penelitian kualitatif berusaha
untuk mendeskripsikan permasalahan secara
Penelitian yang akan dilakukan oleh
komprehensif, holistic, integratif dan
peneliti yaitu mengenai implementasi
mendalam melalui kegiatan mengamati orang
12 Andika Suhendra, Pendidikan Karakter dalam
13 Riyanti, Hasil Wawancara dengan Kepala TK
Lampung Pos, 7 Oktober 2017.
Negeri Pembina Trimurjo, 2017

38 ISSN 2549-8371 | EISSN 2580-5843


Golden Age: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, Vol. 2, No. 1 (Juni 2018)

dalam lingkungannya dan berinteraksi dengan Definisi Pendidikan Karakter


mereka mengenai dunia sekitar.14 Dengan Menurut John S.Brubacher dalam
kata lain, penelitian ini di sebut penelitian Helmawati mengemukakan bahwa pendidikan
kualitatif karena merupakan penelitian yang adalah proses pengembangan potensi,
tidak mengadakan perhitungan. kemampuan, dan kapasitas manusia yang
Dengan demikian, mudah dipengaruhi oleh kebiasaan, kemudian
maka pendidikan multikultural pada anak disempurnakan dengan kebiasaan-kebiasaan
usia dini tentu sudah menjadi keharusan yang baik, didukung dengan alat (media)
untuk ditanamkan kepada anak sejak yang disusun sedemikian rupa sehingga
sedini mungkin. Penanaman wawasan pendidikan dapat digunakan untuk menolong
tersebut, akan memberikan pencerahan orang lain atau dirinya sendiri dalam
kepada pembentukan karakter anak untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah
menghargai perbedaan. Dalam penelitian ini, ditetapkan.16Sedangkan kata karakter secara
peneliti akan membahas tentang implementasi etimologis, berasal dari bahasa latin yaitu
pendidikan multikultural dalam membentuk kharakter atau dalam bahasa Yunani yaitu
karakter anak usia dini pada TK Negeri kharassein yang berarti memberi tanda (to
Pembina Kecamatan Trimurjo Kabupaten mark), atau dalam bahasa Prancis yaitu
Lampung Tengah. carakter, yang memiliki arti membuat tajam
atau membuat dalam.17Menurut Ki Hajar
Dewantara18, pendidikan karakter adalah
Membentuk Karakter Anak melalui watak atau karakter merupakan dari segala
Pendidikan Multikultural tabiat manusia yang bersifat tetap sehingga
menjadi tanda khusus untuk membedakan
Definisi Pendidikan Multikultural
orang yang satu dengan yang lainnya.
Indonesia dikenal sebagai negeri Karakter adalah kumpulan tata nilai yang
yang elok dan permai. selain itu, masih menuju pada suatu sistem yang melandasi
banyak yang bisa dibanggakan dari pemikiran, perasaan, sikap, dan perilaku yang
Indonesia. Negara kita tercinta ini memiliki ditampilkan seseorang. Untuk membentuk
berbagai sumber daya manusia. Selain itu, karakter yang baik dapat dilakukan melalui
Indonesia juga memiliki wilayah yang pendidikan dan pelatihan secara terus-
terbentang dari Sabang sampai Merauke.15 menerus yang dimulai dalam keluarga.
Sekolah memegang peranan penting Karena sifat karakter dapat dipengaruhi
dalam menanamkan nilai multikultural pada lingkungannya, maka penanaman nilai-nilai
peserta didik. Apabila mereka memiliki nilai- agama, moral, dan budi pekerti sangat
nilai kebersamaan, toleran, cinta damai, dan penting dilakukan sejak dini.
menghargai perbedaan, maka yang terjadi Anak adalah manusia kecil yang memiliki
adalah nilai-nilai tersebut akan tercermin pada potensi yang masih harus dikembangkan. Anak
tingkah laku mereka sehari- hari karena memiliki karakteristik tertentu yang khas dan
terbentuk pada kepribadiannya. Bila hal tidak sama dengan orang dewasa, mereka selalu
tersebut berhasil dimiliki para generasi muda aktif, dinamis, antusias dan ingin tahu terhadap
kita, maka kehidupan mendatang dapat apa yang dilihat, didengar, dirasakan, mereka
diprediksi akan relatif damai dan penuh seolah-olah tidak pernah bereksplorasi dan
penghargaan antara sesama dapat terwujud. belajar. Anak bersifat egosentris, memiliki rasa
Multikultural adalah kenyataan yang harus ingin tahu secara alamiah, merupakan makhluk
diterima oleh umat manusia, karena itu, sosial, unik, kaya dengan fantasi, memiliki daya
kenyataan tersebut tidak harus membuat perhatian yang pendek, dan merupakan masa
umat manusia yang berasal dari kultur yang yang paling potensial untuk belajar. Pendidikan
berbeda menjadi terpecahbelah dan saling anak dapat dilaksanakan melalui jalur formal,
memusuhi satu sama lain. Sekalipun non-formal dan informal. Pendidikan formal
demikian, sejarah umat manusia telah (pendidikan yang dikelola oleh pemerintah)
membuktikan, banyak kisah sedih yang seorang anak dapat diperoleh dari bangku PAUD,
memilukan yang diakibatkan oleh adanya TK, SD, SMA, dan sampai tingkat
pertentangan antar kelompok kultur yang
berbeda (agama, etnis, ras, dan lain-lain).
16 Helmawati, Mengenal dan Memahami PAUD,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015) h.30
14 Nasution S., Metode penelitian Naturalistik
17 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan
Kualitatif (Bandung: Tarsito, 1991), h.5
Karakter Perspektif Islam (Bandung: Remaja
15 Apri Subagio, Go...Go.. Indonesia, Rosdakarya, 2012), h.11
(Jakarta: Cerdas Interaktif, 2013),h.1 18 Ki Hajar Dewantara, Manusia menuju merdeka
(Yogyakarta: Leutika, 2009), h.87-90.

39
USWATUN HASANAH, Implementasi Pendidikan Multikultural dalam Membentuk Karakter Anak Usia Dini

jenjang pendidikan selanjutnya. Pendidikan Anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi yang
non-formal (pendidikan yang dikelola oleh berkarakter jika ia tumbuh pada lingkungan
yayasan) dapat diperoleh mulai dari PAUD, yang berkarakter pula. Dengan begitu, fitrah
TPA, KB atau sejenisnya dan sampai pada setiap anak dilahirkan suci bisa berkembang
selanjutnya. Sedangkan pendidikan optimal. Pembentukan karakter ada tiga hal
informal diperoleh sejak dari masih berada yang berlangsung secara terintegrasi.
dalam kandungan seorang ibu (pendidikan Pertama, anak mengerti baik dan buruk,
prenatal) dan dari lingkungan anak.19 mengerti tindakan apa yang harus diambil,
mampu memberikan prioritas hal- hal yang
Pada usia dini ini, pertumbuhan otak
baik. Kedua, mempunyai kecintaan terhadap
seseorang belum berkembang secara optimal,
kebajikan, dan membenci perbuatan buruk.
sehingga rangsangan yang tepat dilakukan
Kecintaan ini merupakan obor atau semangat
pada periode kritis ini akan berdampak pada
untuk berbuat kebajikan. Misalnya anak tak
pertumbuhan otak secara optimal. 20 Pada
mau mencuri, karena tau mencuri itu buruk,
usia 0 hingga 5 tahun adalah masa keemasan
ia tidak mau melakukannya karena mencintai
bagi otak anak. Di usia ini, otak anak
kebajikan. Ketiga, anak mampu melakukan
berkembang pesat dan mudah menerima
kebajikan, dan terbiasa melakiannya.23
rangsangan dari luar. Masa ini dikenal dengan
sebutan golden age (masa keemasan) anak.
Lalu apa yang harus dilakukan pada masa-
Nilai-nilai Pendidikan Karakter
masa itu? Orangtua perlu merangsang dan
mengajak anak-anak untuk belajar sembari Menurut Kementerian Pendidikan
bermain, dengan memberikan makanan yang Nasional, terdapat delapan belas nilai
bergizi lengkap sesuai dengan kebutuhannya. pendidikan karakter, yaitu24:
Berbagai macam penelitian menunjukkan,
Pertama, Religius, yaitu sikap dan
lebih dari 50% perkembangan individu terjadi
perilaku yang patuh dalam melaksanakan
pada usia dini yang merupakan periode subur
ajaran agama yang dianutnya, toleran
bagi pertumbuhan otak. Pada masa ini asupan
terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan
gizi sangat berpengaruh. Selain itu,
hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
penanaman nilai-nilai moral sangat perlu
Kedua, Jujur, yaitu perilaku yang didasarkan
diperkenalkan dan ditanamkan.21 Membangun
pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang
karakter ibarat mengukir. Sifat ukiran adalah
yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,
melekat kuat di atas benda yang di ukir, tidak
tindakan dan pekerjaan. Ketiga, Toleransi,
mudah usang tertelan waktu atau aus karena
yaitu sikap dan tindakan yang menghargai
gesekan. Demikian juga dengan karakter yang
perbedaan agama, suku, etnis, pendapat,
merupakan sebuah pola, baik itu pikiran,
sikap, dan tindakan oranglain yang berbeda
perasaan, sikap, maupun tindakan yang
dari dirinya. Keempat, Disiplin, yaitu tindakan
melekat pada diri seseorang dengan sangat
yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh
kuat dan sulit dihilangkan. Proses membangun
pada berbagai ketentuan dan peraturan.
karakter pada anak juga ibarat mengukir atau
Kelima, Kerja Keras, yaitu perilaku yang
memahat jiwa sedemikian rupa, sehingga
menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam
“berbentuk” unik, menarik, dan berbedaa
mengatasi berbagai hambatan belajar dan
antara satu dengan yang lain. Setiap orang
tugas serta menyelesaikan tugas dengan
memiliki karakter berbeda-beda. Ada orang
sebaik- baiknya. Keenam, Kreatif, yaitu
yang berperilaku sesuai dengan nilai-nilai, ada
berpikir dan melakukan sesuatu untuk
juga yang berperilaku negatif atau tidak
menghasilkan cara atau hasil baru dari
sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dalam
sesuatu yang telah dimiliki. Ketujuh, Mandiri,
budaya setempat (tidak/belum berkarakter
yaitu sikap dan perilaku yang tidak mudah
atau “berkarakter” tercela).22
bergantung pada orang lain dalam
Membangun karakter, merupakan menyelesaikan tugas- tugas. Kedelapan,
proses yang berlangsung seumur hidup, Demokratis, yaitu cara berpikir, bersikap, dan
bertindak yang menilai sama hak dan
19 Mursid, Belajar dan Pembelajaran PAUD,
kewajiban dirinya dan orang lain.
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015), h.34
20 Rahmat Rosyadi, Pendidikan Islam dalam
pembentukan karakter anak usia dini, (Jakarta: 23 Zubaedi, Strategi Taktis pendidikan Karakter
RajaGrafindo Persada, 2013), h. 21 (Untuk PAUD dan Sekolah), (Depok: Rajawali
21 M. Fauzi Rachman, Islamic Parenting, (Jakarta: Pers, 2017),h.36
Erlangga, 2011), h.59 24 Anas Salahudin & Irwanto Alkrienciehie, Pendidikan
22 Nana Prasetyo, Membangun Karakter Anak Usia Karakter (Pendidikan Berbasis Agama dan Budaya
Dini, (Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Bangsa) (Bandung: CV.Pustaka Setia, 2013) h.54
Anak Usia Dini, 2013)H.7-8

40 ISSN 2549-8371 | EISSN 2580-5843


Golden Age: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, Vol. 2, No. 1 (Juni 2018)

Kesembilan, Rasa Ingin Tahu, yaitu contoh yang bersifat konkret pula. Segala
sikap dan tindakan yang selalu berupaya hal yang bersifat teoretis, kaki, banyak
untuk mengetahui lebih mendalam dan nasihat, dan monoton membuat mereka
meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat kehilangan minat dan tidak segan untuk
dan didengar. Kesepuluh, Semangat mengalihkan perhatiannya pada hal lain
Kebangsaan, yaitu cara berpikir, bertindak yang lebih memuaskan hatinya. Namun
dan berwawasanyang menempatkan sebaliknya, mereka akan sangat antusias
kepentingan bangsa dan negara di atas. terhadap segala bacaan atau tontonan yang
Kesebelas, Cinta Tanah Air, yaitu cara dapat membangkitkan imajinasi dan daya
berpikir, bersikap, dan berbuat yang fantasinya seperti: menggambar, bermain
menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan peran, bermain, dan mendengarkan
penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, cerita.25Biechler dan Snowman menegaskan
lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi dan anak usia prasekolah yaitu anak yang
politik bangsa. Kedua belas, Menghargai berusia antara 3-6 tahun. Pemerintah
Prestasi, yaitu sikap dan tindakan yang indonesia menetapkan bahwa anak TK dan
mendorong dirinya untuk menghasilkan RA adalah anak yang berada dalam rentang
sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan usia 4 sampai 6 tahun. Dibawah ini adalah
mengakui, serta menghormati keberhasilan karakteristik anak usia prasekolah menurut
orang lain. Ketiga belas, para ahli, yaitu26:
Bersahabat/Komunikatif, yaitu tindakan yang
memperlihatkan rasa senang berbicara,
bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain. Faktor yang Mempengaruhi Pemben-
Keenam belas, Cinta Damai, yaitu sikap, tukan Karakter Anak Usia Dini
perkataan, dan tindakan yang menyebabkan
Masa usia dini adalah masa keemasan,
orang lain merasa senang dan aman atas
artinya masa tersebut merupakan masa
kehadiran dirinya. Ketujuh belas, Gemar
terbaik dalam proses belajar yang hanya
Membaca, yaitu kebiasaan menyediakan
sekali dan tidak pernah akan terulang
waktu untuk membaca berbagai bacaan yang
kembali. Pertumbuhan dan perkembangan
memberikan manfaat bagi dirinya. Kedelapan
anak pada masa ini berlangsung sangat cepat
belas, Peduli Lingkungan, yaitu sikap dan
dan akan menjadi penentu bagi sifat-sifat
tindakan yang berupaya mencegah kerusakan
atau karakter anak di masa dewasa.27
lingkungan alam di sekitarnya, dan
Pembentukan karakter dipengaruhi oleh dua
mengembangkan upaya-upaya untuk
faktor, diantaranya yaitu: 1) faktor bawaan;
memperbaiki kerusakan alam yang sudah
2) faktor lingkungan28
terjadi. Kesembilan belas, Peduli Sosial, yaitu
sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi
bantuan pada orang lain dan masyarakat yang
Faktor Bawaan
membutuhkan. Kedua puluh, Tanggung
jawab, yaitu sikap dan perilaku seseorang Ada yang menyebut faktor hereditas ini
untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, dengan istilah nature. Faktor herediter atau
yang seharusnya dia lakukan terhadap diri nature merupakan karakteristik bawaan yang
sendiri, masyarakat, lingkungan alam diturunkan dari orangtua biologis atau
(karakter dimulai dalam sosial budaya) negara orangtua kandung kepada anaknya. Jadi
dan Tuhan Yang Maha Esa. faktor tersebut merupakan pemberian biologis
sejak lahir. Faktor hereditas ini merupakan
Dengan demikian, dasar pendidikan
salah satu faktor penting yang mempengaruhi
tersebut dapat diterapkan sejak usia kanak-
perkembangan anak usia dini. Menurut
kanak atau yang biasa disebut para ahli
penelitian, faktor hereditas ini mempengaruhi
psikologi sebagai usia emas (golden age),
kemampuan intelektual dan kepribadian
karena pada saat usia dini terbukti sangat
seseorang.
menentukan kemampuan anak dalam
mengembangkan potensinya. Anak pada usia 25 Zubaedi, Strategi Taktis pendidikan Karakter
dini belum mampu menangkap konsep (Untuk PAUD dan Sekolah),..... ,h.38
abstrak. Anak masih pada fase berpikir 26 Anita Yus, Penilaian Perkembangan Belajar Anak
Taman Kanak-Kanak,(Jakarta:Kencana,
konkret. Mereka hanya dapat mengerti 2011),h.16-18
tentang hal yang ditangkap oleh indranya. Hal 27 Nana Prasetyo, Membangun Karakter Anak Usia
yang bersifat abstrak dan berupa konsep, Dini, (Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan
seperti: kejujuran, masih sulit diterima oleh Anak Usia Dini, 2013), h.12
28 Nana Prasetyo, Membangun Karakter Anak Usia
akalnya, kecuali bila dijelaskan dengan
Dini, (Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan
Anak Usia Dini, 2013),h.8

41
USWATUN HASANAH, Implementasi Pendidikan Multikultural dalam Membentuk Karakter Anak Usia Dini

Islam telah mengindikasikan pentingnya untuk anak-anak perlu indah dan teratur rapi
faktor hereditas dalam perkembangan anak sehingga anak-anak dapat belajar tata tertib
sejak 14 abad yang lalu. Dalam disiplin ilmu dari lingkungan itu.30 Faktor lingkungan ini
pendidikan, orang yang mempercayai bahwa sering disebut dengan istilah nurture. Faktor
perkembangan seorang anak dipengaruhi oleh lingkungan diartikan sebagai kekuatan
faktor hereditas disebut aliran nativisme yang kompleks dari dunia fisik dan sosial yang
dipelopori oleh Schopenhauer. Aliran tersebut mempengaruhi susunan biologis dan
berpendapat bahwa perkembangan anak telah pengalaman psikologis anak sejak sebelum
ditentukan oleh faktor -faktor yang dibawa ada dan sesudah lahir. Faktor ini meliputi
sejak lahir. Hereditas oleh aliran ini juga semua pengaruh lingkungan, termasuk
disebut pembawaan. Pembawaan yang telah didalamnya pengaruh-pengaruh berikut ini:
terdapat pada anak sejak dilahirkan itulah
yang menentukan perkembangannya kelak.
Dalam perspektif hereditas, perkembangan Keluarga
seorang anak sangat dipengaruhi oleh: Proses pembentukan karakter diawali
dengan kondisi pribadi ibu-ayah sebagai figur
yang berpengaruh untuk menjadi panutan,
Bakat
keteladanan, dan diidolakan atau ditiru anak-
Anak dilahirkan dengan membawa anak. Dalam keluarga, ayah berkewajiban
bakat-bakat tertentu. Bakat tersebut mendidik anak-anaknya, sedangkan ibu wajib
diibaratkan seperti bibit kesanggupan atau mengajarkan kebaikan kepada anak-anaknya.
bibit kemungkinan yang terkandung dalam Suami menjadi teladan bagi istrinya, menjadi
diri anak. Setiap anak memiliki berbagai pemimpin yang mengayomi keluarganya,
macam bakat sebagai pembawaannya, sedangkan istri harus taat dan berbakti
seperti bakat musik, seni, agama, akal yang kepada keluarganya dengan dasar agama dan
tajam dan sebagainya. Bakat yang dimiliki nilai-nilai budaya yang positif.31
oleh si anak tersebut pada dasarnya Lembaga keluarga merupakan tempat
diwarisi oleh orangtuanya, bisa bapak atau pembentukan karakter anak yang utama,
ibunya atau bahkan nenek moyangnya. terlebih pada masa-masa awal pertumbuhan
mereka sebagai manusia. Dalam hal ini,
keluarga memiliki investasi afeksi yang tidak
Sifat-sifat keturunan
dapat tergantikan oleh peranan lembaga lain
Sifat-sifat keturunan yang diwariskan di luar keluarga, seperti sekolah, lembaga
oleh orangtua atau nenek moyangnya agama dan masyarakat. Jadi, sedekat apapun
terhadap seorang anak dapat berupa fisik hubungan emosional antara pendidik dan
maupun psikis. Mengenai fisik misalnya siswa, katakanlah seandainya mereka
bentuk hidungnya, bentuk badannya, dan memiliki keterikatan emosional mereka
suatu penyakit. Sementara itu mengenai dengan orangtua mereka di rumah, ikatan
psikisnya seperti sifat pemalas, sifat pemarah, emosional ayah dan ibu merupakan sebuah
pandai, gemar bicara, dan sebagainya. pengalaman tak tergantikan yang menjadi
modal dasar pertumbuhan emosi dan
Setiap anak sudah berbeda sejak lahir.
kedewasaan anak. Selain memiliki fungsi
Namun, bukan lebih pada karena dia laki-laki
sebagai lembaga pertama tempat sang anak
atau perempuan, tapi karena memang tiap
menjalani apa yang disebut sosialisasi,
individu berbeda. Anak-anak membawa
keluarga merupakan sebuah tempat anak-
keunikannya (misalnya: sifat, bakat, kondisi
anak menerima pendidikan nilai. Anak banyak
fisik), masing-masing yang harus dihargai
belajar dari cara bertindak, cara berpikir
oleh orang-orang dewasa di sekelilingnya.29
orangtua. Merekalah yang menjadi model
peran pertama dalam hal pendidikan nilai.
Singkatnya, orangtualah yang menjadi tempat
Faktor Lingkungan
pertama pembentukan karakter anak.
Anak -anak belajar bahasa dan
Meskipun memiliki posisi sangat
ketrampilan hidup dari lingkungan dimana
strategis sebagai tempat investasi emosional
mereka menghabiskan waktu mereka. Karena
pertama sang anak dalam masa-masa awal
alasan itulah ia berpikir bahwa lingkungan
30 Rita Eka Izzaty, Perilaku Anak Prasekolah, (Jakarta:
29 Elga Andriana, Tanya-jawab Problema Anak Usia PT.Elex Media Komputindo, 2017),h.32.
Dini Berbasis Gender, (Yogyakarta: Kanisius, 31 Tatang, Ilmu Pendidikan, (Bandung: Pustaka
2006),h.19-20 Setia, 2012),h.79

42 ISSN 2549-8371 | EISSN 2580-5843


Golden Age: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, Vol. 2, No. 1 (Juni 2018)

pertumbuhannya, posisi istimewa orang tua perkembangannya. Misalnya jika pendidik


ini juga bisa menjadi titik lemah bagi PAUD mudah melakukan kekerasan baik
pembentukan karakter anak. sebab, tidak fisik maupun psikis terhadap anak maka
ada korelasi antara kemampuan untuk pada saat itu anak juga akan
melahirkan anak dan kemampuan diri dari menyelesaikan berbagai masalah yang
orangtua untuk menjadi pendidik. Untuk dialaminya dengan kekerasan atau celaan,
menjadi orangtua hanya prasyarat biologis dan tentunya hal itu dapat menghambat
yang diperlukan, sedangkan untuk menjadi perkembangan emosi dan sosialnya.
pendidik dibutuhkan pengalaman, keahlian
dan pemahaman tentang pedagogi. Jadi,
visi pendidikan dan dan keyakinan filosofis, Masyarakat
dan pengalaman pribadi orangtua tentang Secara sederhana, masyarakat diartikan
pendidikan anak inilah yang menentukan sebagai kumpulan individu atau kelompok
berhasil tidaknya orangtua menjadi yang diikat oleh kesatuan negara,
pendidik nilai bagi anak-anaknya.32 kebudayaan, dan agama. Di dalamnya
Adapun pola asuh yang dilakukan oleh termasuk semua jalinan hubungan yang
orangtua dalam membentuk karakter anak, timbal balik yang berangkat atas kepentingan
diantaranya terdapat 4 pola asuh, yaitu: (1) bersama, adat, kebiasaan, pola-pola, teknik-
Otoritatif; para orangtua yang menggunakan teknik, sistem hidup, undang-undang,
pola asuh ini menghadirkan lingkungan rumah institusi, dan semua segi fenomena yang
yang penuh kasih dan dukungan, melibatkan dirangkum oleh masyarakat dalam pengertian
anak dalam mengambil keputusan.; (2) luas dan baru.
Otoritarian; pola asuh ini akan berdampak
Orangtua dan pendidik adalah sosok
negatif terhadap perkembangan anak kelak
pendamping saat anak melakukan aktivitas
yang pada gilirannya anak sulit
kehidupannya setiap hari. peranan mereka
mengembangkan potensi yang dimiliki, karena
sangat dominan dan sangat menentukan
harus mengikuti apa yang dikehendaki
kualitas anak di kemudian hari. Dengan
orangtua, walau bertentangan dengan
demikian, ada dua faktor yang memengaruhi
keinginan anak. (3) Permisif; pola asuh
pembentukan karakter, yaitu bawaan dari
dimana orangtua tidak mau terlibat dan tidak
dalam diri anak dan pandangan anak terhadap
mau pula peduli terhadap kehidupan anaknya.
dunia yang dimilikinya, seperti pengetahuan,
(4) Acuh tak acuh; pola asuh tipe acuh tak
pengalaman, prinsip-prinsip moral yang
acuh adalah pola dimana orangtua hanya
diterima, bimbingan, pengarahan dan
menyediakan sedikit dukungan emosional
interaksi (hubungan) orangtua-anak.
terhadap anak.33
Lingkungan yang positif akan membentuk
karakter yang positif pula pada anak.34
Lembaga Pendidikan
Lembaga pendidikan merupakan Implementasi Pendidikan Multikul-
lingkungan kedua bagi anak, di lembaga tural dalam Membentuk Karakter
pendidikan seperti di KB atau TK/RA, anak Anak di TK Negeri Pembina Keca-
berinteraksi dengan pendidik PAUD dan teman matan Trimurjo Kabupaten
sebayanya. Proses interaksi antara anak dengan Lampung Tengah
pendidik PAUD dan anak dengan teman
Didalam sebuah lembaga pendidikan
sebayanya dapat mempengaruhi perkembangan
segala program kegiatan harus diketahui oleh
anak. Stimulus yang diberikan oleh pendidik
PAUD terhadap anak memiliki andil yang tidak
kepala sekolah, karena kepala sekolah
sedikit dalam mengoptimalkan perkembangan
merupakan leader pada lembaga tersebut.
anak. Pendidik PAUD merupakan wakil dari
Dalam hal ini, peneliti melakukan wawancara
orangtua mereka saat mereka berada di sekolah.
kepada Kepala Sekolah dan hasilnya adalah
Pola asuh dan perilaku yang ditampilkan pendidik sebagai berikut: “TK Negeri Pembina Trimurjo
PAUD dihadapan anak juga dapat mempengaruhi sudah melaksanakan Kurikulum 2013”.
Berkaitan dengan penerapan kurikulum
32 Doni Koesoma A, Pendidikan Karakter: Strategi
di TK Negeri Pembina Trimurjo, pada
Mendidik Anak di zaman Global,(Jakarta: PT. kenyataannya sudah menerapkan Kurikulum
Grasindo,2010),h.181
33 Uswatun Hasanah, Pola Asuh Orangtua dalam 34 Nana Prasetyo, Membangun Karakter Anak Usia
Membentuk Karakter Anak, (Jurnal Elementary, Dini, (Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan
Vol.2 Edisi 2, Juli, 2016),h.75-76 Anak Usia Dini, 2013),h.8

43
USWATUN HASANAH, Implementasi Pendidikan Multikultural dalam Membentuk Karakter Anak Usia Dini

2013 sebagaimana yang telah disosialisasikan TK Negeri Pembina Kecamatan Trimurjo


oleh pemerintah. Dengan demikian, TK Negeri Lampung Tengah mengatakan bahwa
Pembina sudah menggunakan Kurikulum membentuk karakter anak dimulai dari
2013. Hal senada juga dikatakan oleh kandungan. Dalam psikologi perkembangan
pendidik di TK Negeri Pembina Kecamatan disebut dengan istilah masa prenatal. Selain
Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah. Berikut itu, ia mengatakan bahwa anak itu bagaikan
petikan wawancaranya. Istilah pendidikan kertas putih, terserah lingkungan yang akan
multikultural kurang populer di kalangan membentuk karakter anak menjadi positif
Pendidik TK Negeri Pembina Trimurjo, namun atau negatif. Semua pendidik di TK Negeri
pada realita di TK Negeri Pembina Kecamatan Pembina Kecamatan Trimurjo Kabupaten
Trimurjo Lampung Tengah sudah tercermin Lampung Tengah selalu mengajarkan pada
nilai-nilai multikultural sesuai dengan visi misi anak untuk mandiri. Menurutnya, Anak yang
sekolah yaitu: “Visi TK Negeri Pembina adalah memiliki karakter mandiri tentu akan
Terwujudnya Generasi yang bermartabat, mempunyai rasa percaya diri dan tanggung
kreatif, mandiri, berkarakter dan cinta jawab yang baik. “Anak mandiri memiliki
lingkungan”. Selain itu, terdapat tiga Misi dari kualitas yang baik dalam kehidupan sehari-
TK Negeri Pembina adalah Pertama, hari dibandingkan dengan anak belum
mewujudkan peserta didik yang bermartabat mandiri. Oleh karena itu sekolah kami
dan kreatif; Kedua, Memberi Kebebasan menanamkan sikap mandiri tidak lain adalah
Kepada peserta didik dalam berkreasi; Ketiga, melatih anak agar terbiasa mengerjakan
Mewujudkan sikap mandiri dan sesuatu dan tidak selalu meminta bantuan
bertanggungjawab serta cinta lingkungan. kepada orang lain, terkecuali hal-hal yang
Hasil Wawancara ini juga sesuai dengan memang tidak dapat dilakukan anak.
observasi yang peneliti lakukan di TK Negeri
Beberapa anak di TK Negeri Pembina
Pembina Kecamatan Trimurjo Kabupaten
Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung
Lampung Tengah.
Tengah, pada hari kartini peserta didik
Pendidik sudah mengimplementasikan mengikuti lomba baju adat daerah. Lomba ini
pendidikan multikultural tapi belum maksimal, membawa pesan indahnya keberagaman di
Hal ini disebabkan adanya pendidik yang Indonesia dan mengajak semua anak bangsa
membedakan peserta didik yang pintar dan mencintai Indonesia dengan berbagai
kurang pintar, peserta didik yang pintar perbedaan dan kekayaan budaya yang ada di
diagungkan sementara yang lain diabaikan. dalamnya. Pendidikan multikultural
Indonesia sebagai negara majemuk baik merupakan pendidikan nilai yang harus
dalam segi agama, suku, bangsa golongan ditanamkan pada siswa sebagai calon warga
maupun budaya lokal perlu menyusun konsep negara. Adapun tujuan TK Negeri Pembina
pendidikan multikultural sehingga menjadi Trimurjo adalah Membangun Landasan bagi
pegangan untuk memperkuat identitas perkembangan potensi peserta didik agar
nasional. Sekolah memegang peranan penting menjadi manusia yang berguna bagi nusa,
dalam menanamkan nilai multikultural pada bangsa, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
peserta didik sejak dini. Apabila sejak awal Maha Esa”. Berdasarkan temuan penelitian di
mereka telah memiliki nilai-nilai kebersamaan, ketahui bahwa pendidikan multikultural yang
toleran, cinta damai, dan menghargai diterapkan di TK Negeri Pembina Trimurjo ini
perbedaan, maka nilai-nilai tersebut akan sesuai dengan Visi dan Misinya yaitu dengan
tercermin pada tingkah laku mereka sehari- “Visi TK Negeri Pembina adalah Terwujudnya
hari karena terbentuk pada kepribadiannya. Generasi yang bermartabat, kreatif, mandiri,
berkarakter dan cinta lingkungan”. Selain itu,
terdapat tiga Misi dari TK Negeri Pembina
Kesadaran anak terhadap perasaan
adalah Pertama, mewujudkan peserta didik
orang lain dan kompleksitas ekspresi emosi
yang bermartabat dan kreatif; Kedua,
juga perlu diperkenalkan secara dini kepada
Memberi Kebebasan Kepada peserta didik
anak- anak. Dengan kesadaran ini seorang
dalam berkreasi; Ketiga, Mewujudkan sikap
siswa akan terlatih untuk menyimpulkan
mandiri dan bertanggungjawab serta cinta
perasaan dirinya dan orang lain dalam bentuk
lingkungan.36
ekspresi wajah, perawakan (posture) dan
gerak isyarat (gesture). Kemampuan afektif Pelaksanaan pendidikan multikultural
ini juga akan mampu menggiring pemahaman dalam membentuk karakter anak yang
siswa bahwa emosi itu dapat diubah lewat sudah di lakukan di TK Negeri Pembina
pikiran dan aktivitas tubuh lainnya.35 Kepala
36 Riyanti, Hasil Wawancara dengan Kepala TK
35 Ahmad Baedowi, dkk., Potret Pendidikan Kita, Negeri Pembina Trimurjo, 2017
(Jakarta: PT. Pustaka Alvabet, 2015),h.11

44 ISSN 2549-8371 | EISSN 2580-5843


Golden Age: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, Vol. 2, No. 1 (Juni 2018)

Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung


Tengah dengan cara melalui kegiatan sehari-
hari di sekolah, diantaranya yaitu sebagai
berikut: (a) program pengembangan diri; (b)
pengintegrasian dalam mata pelajaran; (c)
Budaya sekolah.37. Dibawah ini, merupakan
hasil dari pengamatan peneliti selama
melakukan penelitian di TK Negeri Pembina
Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung
Tengah, yaitu:

Program Pengembangan diri


Kegiatan rutin Gambar 1.
Kegiatan rutin merupakan kegiatan Kegiatan Rutin Upacara Bendera
yang dilakukan oleh peserta didik secara
terus-menerus dan konsisten setiap saat. Implementasi pendidikan multikultural
Adapun contoh kegiatan rutin adalah dalam membentuk karakter “cinta tanah air”
Upacara pada hari senin, pemeriksaan yaitu dengan cara“Mengikuti Upacara Bendera
kebersihan badan (kuku, gigi, dan lain-lain) pada tiap hari senin dan Selama kegiatan
dan Shalat bersama (bagi yang beragama upacara berlangsung, Pendidik selalu
Islam), dan lain-lain. membiasakan peserta didiknya untuk
menyanyikan lagu-lagu kebangsaan.
Pendidik harus memiliki wawasan yang
Misalnya: Menyanyikan Lagu “Indonesia
cukup tentang kesetaraan gender. Wawasan
Raya”, Lagu “Satu Nusa Satu Bangsa” dan
ini penting karena pendidik merupakan figur
Lagu “Garuda Pancasila”. Selain itu,
utama yang menjadi pusat perhatian peserta
mendengarkan pada peserta didik lagu-lagu
didik di kelas sehingga diharapkan mampu
daerah lain. Hal demikian, bertujuan guna
bersikap adil dan tidak diskriminatif terhadap
membentuk karakter “Cinta Tanah Air” yang
peserta didik perempuan ataupu laki-laki.
dilakukan sejak Anak usia dini. Adapun
Implementasi pendidikan multikultural melalui
langkah-langkah dalam pelaksanaan kegiatan
kegiatan rutin dalam membentuk karakter
upacara bendera, yaitu: a) Pendidik mengajak
“disiplin dan cinta tanah air” yang dilakukan
anak untuk melakukan kegiatan upacara
oleh pendidik yaitu dengan cara: “peserta
bendera setiap hari senin; b) Pendidik
didik mengikuti Upacara Bendera pada tiap
memastikan semua anak telah siap mengikuti
hari senin bersama pendidik”. Disiplin adalah
upacara bendera; c) Pendidik mengucapkan
tindakan yang menunjukkan perilaku tertib
teks pancasila dan diikuti oleh semua anak.;
dan patuh pada berbagai ketentuan dan
d) Pendidik mengajak anak untuk mengenal,
peraturan. Sedangkan arti Cinta tanah air
mengenang dan mendoakan para pahlawan
adalah Cara berfikir, bersikap, dan berbuat
yang telah gugur dalam memperjuangkan
yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian dan
penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, kemerdekaan Negara Indonesia.
lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan Pendidik tidak diskriminasi terhadap
politik bangsa.38 peserta didik yang berjenis kelamin laki atau
perempuan, semuanya dibiasakan agar peserta
Pada upacara bendera, pendidik tidak
diskriminasi terhadap peserta didik yang didik membiasakan mandiri. Implementasi
menjadi petugas pada upacarabendera, baik pendidikan multikultural dalam membentuk
peserta didik yang berjenis kelamin laki-laki karakter mandiri anak usia dini. Yaitu dengan
ataupun perempuan. Pendidik mengajarkan cara : pendidik melaksanakan Kegiatan
peserta didik agar “disiplin” pada saat kemandirian rutin pada setiap hari. Pendidik
pelaksanaan upacara bendera. Misalnya: membiasakan anak untuk melakukan pekerjaan
Datang ke sekolah tepat waktu serta memakai dirinya sendiri tanpa bantuan orang lain.
sepatu hitam dan kaos kaki berwarna putih. Pendidik tidak diskriminasi terhadap
peserta didik yang berjenis kelamin laki atau
37 Zainal Aqib dan Ahmad Amrullah, Pedoman perempuan, semuanya dibiasakan agar peserta
Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, didik membiasakan bersahabat komunikatif.
(Yogyakarta: PT.Gava Media, 2017), h.57-62
38 Zainal Aqib dan Ahmad Amrullah, Pedoman Implementasi pendidikan multikultural dalam
Pendidikan Budaya dan Karakter membentuk karakter “Bersahabat Komunikatif”
Bangsa,.....h.50-51

45
USWATUN HASANAH, Implementasi Pendidikan Multikultural dalam Membentuk Karakter Anak Usia Dini

pada anak usia dini. Yaitu dengan cara: Hari Pendidikan Nasional. Pendidik
pendidik melaksanakan Kegiatan Bermain beserta peserta didik dengan melibatkan
dan senam serta lomba-lomba. orangtua, mengajak berjalan- jalan keliling
Kegiatan Bermain. Kegiatan Bermain
dengan peserta didik tersebut mengenakan
yang dilakukan oleh peserta didik merupakan
baju adat, dan lain sebagainya. Selain itu
suatu kegiatan yang sangat disenangi anak. juga pendidik mengajak orangtua untuk
Pada berbagai situasi dan tempat selalu saja pawai bendera.
anak menyempatkan untuk menggunakannya Hari Ulang Tahun Republik Indonesia 17
sebagai arena bermain dan permainan. Agustus, maka pendidik mengajak kerja sama
Kegiatan belajar di TK Negeri Pembina dengan orangtua dalam membantu anak
Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung belajar. Adapun bentuk partisipasi orang tua
Tengah lebih banyak dilakukannya aktivitas terhadap TK bervariasi tergantung
belajar dengan bermain. Hal ini dapat dilihat kemampuannya. Ada orang tua peserta didik
dengan penataan benda-benda yang ada, yang kaya dan banyak uang, tetapi ia tidak
warna, gambar dan peralatannya. Pada mengerti program TK atau tidak memiliki
kegiatan bermain, pendidik memberikan waktu untuk bergabung di TK, tetapi ia dapat
kesempatan kepada anak untuk memilih menyumbangkan dana untuk kegiatan di TK.
mainan dan bersosialisasi pada teman Dengan demikian, TK harus pandai-pandai
sebayanya yang mereka inginkan. Melalui mengakomodasikan keterlibatan orang tua
tersedianya alat permainan edukatif yang ada sesuai kemampuan masing- masing.
di dalam kelas maupun di luar kelas. Dengan Selanjutnya, jenis lomba pada 17 agustus
kegiatan bermain maka akan membentuk 2017 diantaranya adalah guru dan orangtua
karakter “Bersahabat komunikatif”. mengikuti lomba kelereng, lomba memasak.
Pendidik mengajak anak untuk sehat Selain itu, lomba yang dilakukan oleh peserta
dengan cara melaksanakan kegiatan senam didik adalah lomba memasukkan air ke dalam
bersama peserta didik. Adapun langkah- botol, lomba memasukkan bendera ke dalam
langkahnya diantaranya yaitu:a) Pendidik botol, memasukkan bola kedalam keranjang.
menyiapkan tip, kaset; b) Membunyikan bel
tanda persiapan; c)Pendidik mengatur
Kegiatan Spontan
susunan barisan anak yang satu dengan yang
lain; d) Pendidik membimbing senam inti Kegiatan spontan yaitu kegiatan yang
dengan dilakukan oleh pendidik di depan dilakukan secara spontan pada saat itu juga.
sebagian pendidik di barisan belakang anak- Kegiatan ini dilakukan biasanya pada saat
anak; e) Peserta didik dikur tinggi badan dan Pendidik dan tenaga kependidikan yang lain
menimbang berat badan selanjutnya mengetahui adanya perbuatan yang kurang
bersama- sama mengikuti senam. senam baik dari peserta didik yang harus di koreksi
dilakukan 2 kali putaran; f) Setelah kegiatan pada saat itu juga. Apabila Pendidik
senam anak diberi kesempatan untuk istirahat mengetahui adanya perilaku dan sikap kurang
sekitar 10 menit; g) Membunyikan bel tanda baik, maka pada saat itu juga Pendidik harus
masuk kelas. melakukan evaluasi sehingga peserta didik
tidak akan melakukan tindakan yang tidak
Pendidik bersama peserta didik dan
baik itu. Adapun contoh kegiatannya meliputi:
orangtua, melakukan kegiatan lomba dalam
Membuang sampah tidak pada tempatnya,
rangka memperingati hari-hari bersejarah
berteriak- teriak sehingga mengganggu pihak
di Negara Indonesia.
lain, berkelahi dan tidak rapih dalam
berpakaian. Pendidik dituntut untuk memiliki
pemahaman dan wawasan yang luas tentang
pentingnya sikap yang tidak diskriminatif
terhadap peserta didik yang berbeda umur,
tanpa membedakan anak yang lebih muda
dan yang lebih tua. Pendidik juga harus
bersikap adil kepada seluruh peserta didik
tanpa harus mengistimewakan salah satu dari
mereka meskipun latar belakang status sosial
mereka berbeda.
Implementasi pendidikan multikultural
Gambar 2.
melalui kegiatan spontan akan membentuk
Kegiatan Lomba Fashion Show “Baju Adat”

46 ISSN 2549-8371 | EISSN 2580-5843


Golden Age: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, Vol. 2, No. 1 (Juni 2018)

karakter “disiplin dan cinta damai” pada


anak, diantaranya yaitu:
Peserta didik di TK Negeri Pembina
Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung
Tengah, mereka belajar banyak hal melalui
pengalaman langsung. Adapun salah satu
contohnya dalam kegiatan spontan adalah
ketika anak mewarnai gambar tentang
membuang sampah pada tempatnya. Maka
pendidik mengajak semua anak-anak diajak
untuk mencari sampah disekitar tempat
duduknya dan kemudian membuangnya di
tempat sampah. bila pengalaman ini terus- Gambar 3. Pendidikan Multikultural dalam
menerus menjadi pengalaman anak, maka
membentuk karakter Cinta Damai
dengan sendirinya, setelah beberapa waktu,
internalisasi kebiasaan “karakter disiplin
untuk membuang sampah pada tempatnya” Penanaman rasa cinta damai pada
itu terjadi dalam diri anak. anak dapat dimulai dengan mengenalkan
anak cara bersosialisasi yang baik dengan
Peserta didik laki-laki dan perempuan
teman dan orang lain. Mengajarkan pada
harus rapih dalam berpakaian. Misal ketika
anak untuk tidak membeda-bedakan teman
hari senin, pada saat upacara berlangsung,
yang satu dengan yang lain, mengajarkan
melihat adanya anak yang tidak berpakaian
anak untuk tidak memiliki rasa dendam
rapih, maka dalam kegiatan spontan
terhadap orang lain, mengajarkan anak
tersebut, para pendidik di TK Negeri
untuk memiliki sportifitas dalam segala hal,
Pembina Kecamatan Trimurjo Kabupaten
mengajarkan anak untuk tidak iri dengan
Lampung Tengah mengingatkan anak-anak
oran lain atau teman.
untuk berpakaian rapih dengan memakai
topi, dasi, kaos kaki yang telah dianjurkan
oleh pendidik. Hal ini jika dibiasakan maka Keteladanan
akan terbentuk karakter disiplin pada anak.
Pendidik diharapkan dapat memberikan
Pendidik mengajarkan pendidikan
contoh dan bimbingan kepada orang yang
multikultural dalam membentuk karakter
berbeda umur. Sebagai contohnya adalah
“Cinta Damai” pada anak usia dini melalui
pendidik harus dapat memberikan perhatian
kegiatan belajar sambil bermain. Cinta Damai
yang sama terhadap peserta didiknya tanpa
adalah sikap, perkataan dan tindakan yang
membedakan anak yang lebih tua dengan
menyebabkan oranglain merasa senang dan yang lebih muda. Selain itu, Pendidik juga
aman atas kehadiran dirinya.39 Ketika memberikan perlakuan adil terhadap seluruh
terdapat peserta didik yang sedang dalam peserta didik yang ada. Dengan demikian,
keadaan bertengkar, Pendidik membentuk diharapkan peserta didik meniru dan berlatih
karakter “Cinta Damai” pada peserta didik untuk bersikap dan bertingkah laku adil
sejak usia dini. Dengan cara Pendidik melerai terhadap teman-temannya yang berbeda
pertikaian peserta didik dan menyuruh etnis. Pendidik juga harus bersikap adil
peserta didik untuk mengulurkan tangannya kepada seluruh peserta didik tanpa harus
dan mengucapkan kata “Maaf” kepadanya. mengistimewakan salah satu dari mereka
Misalnya: “ Azka, saya minta maaf” kemudian meskipun latar belakang status sosial mereka
dibalas dengan ”Iya, saya maafkan”. berbeda.
Implementasi pendidikan multikultural
melalui keteladanan akan membentuk
karakter “tanggungjawab” pada anak,
diantaranya yaitu: Jika Pendidik menghendaki
agar peserta didik di TK Negeri Pembina
Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung
Tengah berperilaku dan bersikap sesuai
dengan nilai-nilai multikultural, maka Pendidik
39 Zainal Aqib dan Ahmad Amrullah, Pedoman di TK tersebut adalah orang yang pertama
Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, dan utama memberikan contoh berperilaku
(Yogyakarta: PT.Gava Media, 2017), h.51 dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai itu.

47
USWATUN HASANAH, Implementasi Pendidikan Multikultural dalam Membentuk Karakter Anak Usia Dini

Misalnya: Bertutur kata sopan, Berpakaian digunakan untuk membersihkan lingkungan di


rapih, Menjaga kebersihan, datang tepat dalam dan di luar sekolah.; b) Pendidik
pada waktunya, perhatian terhadap peserta memberikan pengarahan kepada anak-anak
didik. Keteladanan adalah perilaku dan arti dan makna serta tujuan dari adanya
sikap Pendidik dan tenaga kependidikan Jum’at bersih. c)Pendidik mengajak anak
yang lain dalam memberikan contoh untuk melakukan bersama-sama kegiatan
terhadap tindakan-tindakan yang baik jum’at bersih dengan memberikan contoh
sehingga diharapkan menjadi panutan bagi bagaimana cara-cara membersihkan sekolah
peserta didik untuk mencontohnya. (menyapu, buang sampah, menyusun sandal
sepatu, dan lain-lain).; d) Pendidik
memastikan anak-anak melakukan kebersihan
Pengkondisian dengan senang gembira dan peserta didik
dapat membedakan sampah yang kering dan
Pendidik memiliki peran terhadap
basah untuk dibuang pada tempatnya; e)
pengembangan sikap peserta didik untuk
Peralatan yang digunakan tidak
memiliki sikap kepedulian sosial yang ada di
membahayakan bagi anak; f) Memberikan
dalam ataupun di luar lingkungan sekitarnya.
pengawasan dan perhatian saat anak-anak
Untuk mengimplementasikan pendidikan
melakukan kegiatan Jum’at Bersih; g)Pendidik
multikultural dalam membentuk karakter
mengajak anak untuk minum jika merasa
“Peduli Lingkungan” pada anak, maka sekolah
haus dengan mencuci tangan terlebih dahulu.
harus dikondisikan sebagai pendukung
kegiatan itu. Sekolah harus mencerminkan
kehidupan nilai-nilai multikultural. Misalnya,
Pengintegrasian dalam Mata Pela-
toilet yang selalu bersih, tong sampah ada di
berbagai tempat.
jaran
Pengembangan nilai-nilai pendidikan
Pada setiap hari senin sampai dengan
sabtu, di sekolah TK Negeri Pembina Kecamatan
budaya dan karakter bangsa diintegrasikan
Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah. Pendidik
dalam setiap pokok bahasan dari setiap mata
disana mengajarkan Toilet Training pada anak pelajaran. Nilai-nilai tersebut dicantumkan
dalam rangka membentuk karakter “Peduli dalam silabus dan RPP. Adapun salah satu
Lingkungan”. Adapun langkah-langkah dalam cara pengembangan nilai-nilai itu dalam
pelaksanaannya, diantaranya meliputi: a) silabus ditempuh melalui cara-cara berikut ini:
Pendidik mempersilahkan anak untuk ke toilet mengembangkan proses pembelajaran secara
pada waktu tertentu, namun tetap disesuaikan aktif yang memungkinkan peserta didik
dengan kebutuhan anak; memiliki kesempatan melakukan internalisasi
b) Pendidik melatih anak untuk mengenakan nilai dan menunjukkannya dalam perilaku
alas kaki dan berhati-hati (tidak berlarian) yang sesuai. Di TK ada STTPA (Standar
Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak Usia
agar tidak terpeleset dan mengembalikan alas
Dini), KI (Kompetensi Inti), KD (Kompetensi
kaki ke tempatnya kembali.;c)Pendidik
Dasar), dan Indikator Pencapaian
melatih anak untuk melepas dan mengenakan
Perkembangan dalam rancangan
celana secara mandiri atau sesuai tahapan
pembelajaran. STTPA adalah kriteria tentang
perkembangan.; d) Pendidik melatih anak
kemampuan yang dicapai anak pada seluruh
untuk menyiram toilet ;e) Pendidik mengawasi
aspek perkembangan dan pertumbuhan,
serta memberikan bantuan jika dibutuhkan.
mencakup aspek nilai agama dan moral, fisik-
Pendidik mengajarkan pendidikan motorik, kognitif, bahasa, sosial-emosional
multikultural dalam membentuk karakter serta seni.
“Peduli Lingkungan” melalui Kegiatan Jum’at
Adapun Tema yang diajarkan di TK Negeri
Bersih. Peduli lingkungan adalah sikap dan
Pembina Kecamatan Trimurjo Kabupaten
tindakan yang selalu berupaya mencegah
Lampung Tengah pada Semester 1 yaitu: 1)
kerusakan pada lingkungan alam di
Diriku dengan sub tema : Identitasku, Tubuhku,
sekitarnya, dan mengembangkan upaya-
Kesukaanku; 2) Keluargaku dengan sub tema:
upaya untuk memperbaiki kerusakan alam
Anggota keluargaku, profesi anggota keluarga;
yang sudah terjadi.40 Adapun, kegiatan yang
3) Lingkungan dengan sub tema: Rumahku,
dilakukan dalam membentuk karakter “peduli
Sekolahku; 4) Binatang dengan sub tema:
lingkungan”, diantaranya yaitu:a) Pendidik
Binatang di air, Binatang di darat, Binatang
menyiapkan semua peralatan yang akan
Bersayap, Binatang Hutan.
40 Zainal Aqib dan Ahmad Amrullah, Pedoman
Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa,
....h.51

48 ISSN 2549-8371 | EISSN 2580-5843


Golden Age: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, Vol. 2, No. 1 (Juni 2018)

Selanjutnya, tema yang diajarkan di TK Pendidik Mengenalkan beragam Suku dan


Negeri Pembina Kecamatan Trimurjo Agama yang berada di Negara Indonesia
Kabupaten Lampung Tengah pada Semester melalui alat peraga.
2 yaitu: 1) Tanaman dengan sub tema:
Pendidik mengajarkan pendidikan
tanaman buah, tanaman sayuran, tanaman
multikultural melalui kegiatan belajar
hias, tanaman obat; 2) Kendaraan dengan
mengajar dalam membentuk karakter
sub tema: Kendaraan di darat, kendaraan
“Mandiri”. Mandiri adalah Sikap dan perilaku
di air, kendaraan di udara; 3) Alam
yang tidak mudah tergantung pada orang lain
Semesta dengan sub tema: Benda-benda
dalam menyelesaikan tugas-tugas.41
alam, Benda-benda langit, Gejala Alam; 4)
Negaraku dengan sub tema: Tanah airku. Pendidik mengajarkan pendidikan
multikultural dalam membentuk karakter
Pendidik agar selalu menghindari sikap
“toleransi”. Toleransi adalah sikap dan
yang diskriminatif terhadap perbedaan
tindakan yang menghargai perbedaan
kemampuan peserta didik, baik di dalam maupun
agama, suku, etnis, pendapat, sikap dan
di luar kelas, termasuk di luar sekolah. Adanya
tindakan orang lain yang berbeda dari
Perbedaan kemampuan peserta didik yang pintar
dirinya.42 Implementasi pendidikan
dan kurang pintar. Pendidik juga harus bersikap
multikultural dalam membentuk karakter
adil kepada seluruh peserta didik tanpa harus
toleransi, diantaranya yaitu:
mengistimewakan salah satu dari mereka
meskipun latar belakang status sosial mereka
berbeda. Dibawah ini Implementasi pendidikan
multikultural melalui pengintegrasian dalam
mata pelajaran akan membentuk karakter “Cinta
Tanah Air, Mandiri, Cinta Damai, Toleransi
Religius dan lain sebagainya”:

Implementasi pendidikan multikultural


dengan cara melaksanaan Kegiatan Belajar
Mengajar (KBM), diantaranya yaitu:
Pendidik mengenalkan kepada Anak
mengenai warna bendera Negara Indonesia
dan memastikan anak dapat mengibarkan
Gambar 4.
bendera merah putih dan menghormatinya.
Media Multikultural
Pendidik Mengenalkan dan dapat menyanyikan
lagu kebangsaan Indonesia Raya dengan
tertib. Pendidik juga mengenalkan dan Pendidik menunjukkan tempat-tempat
menyanyikan lagu-lagu wajib (Garuda dan cara ibadah yang berbeda. Gambar yang
Pancasila, Halo -Halo Bandung, Bagimu berada di atas terdapat tempat beribadah
negeri), pendidik juga mengenalkan Presiden yang berbeda, diantaranya adalah: 1) Agama
dan Wakil Presiden. Selain itu, Pendidik Budha, 2)Agama Islam, 3)Agama Kristen, 4)
mengajarkan Pendidikan Multikultural dalam Agama Hindu. 1) Agama Budha, nama tempat
membentuk karakter “ Cinta Tanah Air” pada ibadahnya adalah Wihara dan nama kitab
anak dengan tema “Negaraku”. Pendidik sucinya Tripitaka serta nama hari rayanya
Mengenalkan Tokoh Presiden dan Wakil adalah Hari Raya Waisak.;2) Agama Islam,
Presiden melalui poster dan Peserta didik nama tempat ibadahnya adalah Masjid dan
bercerita tentang “Aku Cinta Indonesia”. nama Kitab sucinya adalah Al-Qur’an serta
nama hari rayanya adalah Hari Raya Idul Fitri;
Pendidik Mengenalkan tokoh-tokoh
3) Agama Kristen dan Agama Katholik, nama
pejuang dari berbagai daerah dalam dan luar
tempat ibadahnya adalah Gereja dan Kitab
negeri. Dan Pendidik juga, Mengenalkan
Sucinya adalah Injil serta nama hari rayanya
Bendera Bangsa Indonesia Merah Putih
adalah Hari Raya Natal.; 4) Agama Hindu,
melalui menggambar dan membuat bendera
nama tempat ibadahnya adalah Pura dan
merah putih dari kertas. Selain itu juga,
nama kitab sucinya adalah Wedha serta nama
masing- masing peserta didik diberi puzle
hari rayanya adalah Hari Raya Galungan.43
bendera merah putih kemudian menyusun
kepingan puzle tersebut. 41 Zainal Aqib dan Ahmad Amrullah, Pedoman
Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa,...... h.51
Pendidik Mengenalkan “Bhineka Tunggal 42 Zainal Aqib dan Ahmad Amrullah, Pedoman
Ika” melalui Menggambar Garuda Pancasila. Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa,... h .50
43 Tim Media Vista, Mengenal Adat, Budaya, dan

49
USWATUN HASANAH, Implementasi Pendidikan Multikultural dalam Membentuk Karakter Anak Usia Dini

Pendidik Mengenalkan beragam Budaya Sekolah


bentuk rumah, dan baju adat dari etnis
Budaya sekolah cakupannya sangat
yang berbeda. Misalnya bercerita pakaian
luas, umumnya mencakup ritual, harapan,
adat lampung, bercerita tentang keadaan
hubungan, demografi, kegiatan kurikuler,
provinsi lampung, dan lain sebagainya.
kegiatan ekstrakurikuler, proses mengambil
Menghargai Keragaman Bahasa. keputusan, kebijakan maupun interaksi sosial
Pendidik harus memiliki sikap menghargai antar komponen di sekolah. Budaya sekolah
“keragaman bahasa” dan mempraktikkan adalah suasana kehidupan sekolah tempat
nilai-nilai tersebut disekolah sehingga dapat peserta didik berinteraksi dengan sesamanya,
membentuk sikap peserta didik agar mereka Pendidik dengan Pendidik, peserta didik
selalu menghargai orang lain yang memiliki dengan peserta didik, dan antar anggota
dialek dan bahasa yang berbeda. Pendidik kelompok masyarakat sekolah. Interaksi
Mengenalkan beberapa kosakata yang penting internal kelompok dan antar kelompok terikat
yang berasal dari suku, bangsa atau negara oleh berbagai aturan, norma, moral serta
(ras) lain misalnya: Matur Nuwun (Bahasa etika bersama yang berlaku disuatu sekolah.
Jawa), Muliate (Bahasa Batak), Syukron Kepemimpinan, keteladanan, keramahan,
(Bahasa Arab), Thank You (Bahasa Inggris), toleransi, kerja keras, disiplin, kepedulian
Kamsia (Bahasa Cina), Nuhun (Bahasa sosial, kepedulian lingkungan, rasa
Sunda), Terimo Kasih (Bahasa Lampung) dan kebangsaan dan tanggungjawab merupakan
Sebagainya. nilai-nilai yang dikembangkan dalam budaya
Mengenalkan panggilan- panggilan sekolah.
untuk laki-laki dan perempuan. Misalnya: Pendidik tidak diskriminatif terhadap
Upik (Padang), Ujang (Sunda), Koko (Cina) adanya perbedaan yang terjadi pada peserta
dan sebagainya. didik, baik perbedaan kemampuan, perbedaan
umur, perbedaan agama, perbedaan suku,
Pendidik mengajarkan pendidikan
perbedaan jenis kelamin, perbedaan status sosial
multikultural dalam membentuk karakter
maupun perbedaan warna kulit. Semua peserta
“Religius” pada anak usia dini. Religius
didik yang berada di TK Negeri Pembina Trimurjo
adalah sikap dan perilaku yang patuh dalam
Kabupaten Lampung Tengah boleh mengikuti
melaksanakan ajaran agama yang
kegiatan ekstrakurikuler. Adapun budaya
dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan
sekolah di TK Negeri Pembina Kecamatan
ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan
Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah
pemeluk agama lain.44
cakupannya sangat luas, salah satunya
Pendidik mengajarkan peserta didik mencakup kegiatan ekstrakurikuler, diantaranya
untuk berwudhu dan sholat bagi peserta yaitu: kegiatan seni tari, drumband, bahasa
didik yang beragama Islam. Inggris.45
Dengan demikian, pendidikan Implementasi pendidikan multikultural
multikultural adalah pendidikan menanamkan melalui budaya sekolah akan membentuk
pada peserta didik bahwa manusia yang hidup karakter “mandiri” pada anak, dengan cara:
di sekitarnya dan di tempat lain serta di dunia peserta didik melaksanakan kegiatan
ini sangat beragam. Ada laki-laki, ada juga ekstakurikuler Pada setiap Hari Selasa, Rabu,
perempuan, sebenarnya semua nilainya sama. Kamis, Di saat luar Jam kelas, pendidik
Sama-sama rumah, makanan, lagu, mengajarkan pendidikan multikultural dalam
berpakaian, tokoh, ibadah. Dengan demikian, membentuk karakter “Mandiri” pada anak
peserta didik mulai mengerti bahwa ada cara melalui kegiatan ekstrakurikuler di sekolah.
yang berbeda tetapi nilainya sama. Sehingga Pelaksanaan pendidikan multikultural dapat
mereka dapat belajar menerima perbedaan dijalankan melalui kegiatan ekstrakurikuler
dengan proses rasa yang menyenangkan. yang diselenggarakan oleh sekolah melalui
Pada Akhirnya, peserta didik akan merasakan kegiatan ekstrakurikuler. Adapun kegiatan
bahwa berbeda itu bukanlah masalah, akan ekstrakurikuler tersebut diantaranya meliputi:
tetapi anugerah. 1) Seni Tari; 2) Drumb band dan 3) Bahasa
Inggris.

Kekayaan Alam Indonesia, (Jakarta: Cikal 45 Riyanti adalah Kepala Sekolah TK Negeri
Aksara, 2009),h.35. Pembina Kecamatan Trimurjo Kabupaten
44 Zainal Aqib dan Ahmad Amrullah, Pedoman Lampung Tengah, hasil wawancara pada hari
Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, .... h .50 Selasa pada tanggal 24 Oktober 2017.

50 ISSN 2549-8371 | EISSN 2580-5843


Golden Age: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, Vol. 2, No. 1 (Juni 2018)

Implementasi pendidikan multikultural atau kegiatan-kegiatan yang positif agar siswa


melalui budaya sekolah akan membentuk dapat menyalurkan bakat, minat ataupun
karakter “mandiri” pada anak, dengan cara: kreativitasnya pada kegiatan-kegiatan non
Mengajarkan kemandirian pada anak usia dini. akademik biasanya dimasukkan dalam
Kemandirian anak usia dini berbeda dengan ekstrakurikuler. Adapun Kegiatan Ekstra
kemandirian remaja ataupun orang dewasa. Kurikuler diantaranya : 1) Seni Tari; Semua
jika definisi mandiri untuk remaja dan orang peserta didik diikut sertakan mengikuti
dewasa adalah kemampuan seseorang untuk kegiatan seni tari 2) Drumb Band; Semua
bertanggungjawab atas apa yang dilakukan peserta didik mengikuti kegiatan
tanpa membebani orang lain, sedangkan ektrakurikuler berupa drumb band 3) Bahasa
untuk anak usia dini adalah kemampuan yang Inggris adalah kegiatan belajar bahasa inggris
disesuaikan dengan tugas perkembangan. bagi peserta TK Negeri Pembina Trimurjo.
Adapun tugas perkembangan adalah tugas-
Kegiatan ekstrakurikuler dapat
tugas yang harus dilakukan individu dalam
menumbuhkan nilai-nilai kebersamaan,
tahapan usia tertentu sesuai dengan norma-
kerukunan hidup serta menghargai keberadaan
norma masyarakat dan norma-norma
perbedaan yang ada. Setiap siswa memperoleh
kebudayaan, dan hal tersebut tentunya
hak yang sama untuk memilih kegiatan
disesuaikan dengan usia dari anak-anak
ekstrakurikulernya yang diminati tanpa
tersebut. Contoh: ketika si anak mengalami
memandang asal dan latar belakangnya. Di
kesulitan untuk membuka tempat minumnya,
setiap kegiatan ekstrakurikuler disisipkan
si anak di harapkan mampu mengucapkan
kegiatan yang mengarah kepada kebiasaan
kata , “Tolong bukakan tempat minum saya!”,
multikultur dengan sikap dan perilaku yang
dan ketika sudah mendapat pertolongan si
toleran antar teman, kebersamaan, solidaritas
anak di harapkan mampu mengcapkan kata
dan bisa saling bekerja sama dengan baik.
“Terima kasih”. hal tersebut akan
Selain itu, terbentuknya karakter anak menjadi
menanamkan budaya santun pada diri si anak.
pribadi yang toleran, anak belajar memahami
Hal diatas tersebut, merupakan hasil dari
dan mengerti bagaimana seharusnya berperilaku
pengamatan peneliti selama melakukan
dan memperlakukan teman-temannya walaupun
penelitian di TK Negeri Pembina Kecamatan
mereka dalam kondisi latar belakang, ras, etnis,
Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah, yaitu
budaya dan agama yang berbeda. Anak terlatih
bahwa implementasi pendidikan multikultural
dengan pemahaman pendidikan multikultural
dalam membentuk karakter terdiri dari 3,
salah satunya dengan adanya kegiatan
yaitu: 1) Program Pengembangan diri,
pembiasaan dalam kegiatan proses
meliputi: kegiatan rutin, kegiatan spontan,
pembelajaran di kelas. Sedangkan, faktor
keteladanan dan pengkondisian.
penghambat pendidikan multikultural di TK
2)Pengintegrasian dalam Mata Pelajaran; 3)
Negeri Pembina Trimurjo diantaranya adalah
Budaya Sekolah. Dengan demikian, maka
kurangnya pemahaman Pendidik tentang
terbentuknya karakter anak menjadi pribadi
pendidikan multikultural. Bagi mereka istilah
yang baik. Selain itu, anak belajar memahami
pendidikan multikultural itu masih asing dan
dan mengerti bagaimana seharusnya
belum populer. Selain itu, belum adanya konsep
berperilaku dan memperlakukan teman-
baku dari pemerintah tentang pendidikan
temannya walaupun mereka dalam kondisi
multikultural terkait kurikulum dan metodenya.
latar belakang, ras, etnis, budaya dan agama
Lembaga pendidikan merupakan faktor penentu
yang berbeda. Anak terlatih dengan
implementasi pendidikan multikultural. Satuan
pemahaman pendidikan multikultural salah
pendidikan seharusnya memfasilitasi
satunya dengan adanya kegiatan pembiasaan
implementasi pendidikan multikultural, melalui
dalam kegiatan proses pembelajaran di kelas.
pelatihan, work shop untuk mensosialisasikan
pendidikan multikultural. Bila satuan pendidikan
tidak mensosialisasikan pendidikan multikultural
Faktor Pendukung dan Pengham- bat
ini, baik terhadap warga sekolah maupun
Pendidikan Multikultural dalam
lingkungannya, maka pendidikan multikultural
membentuk karakter anak di TK
tidak akan berjalan dengan maksimal. Sekolah
Negeri Pembina Kecamatan Trimurjo belum membuat dan menerapkan peraturan
Kabupaten Lampung Tengah. lokal, yaitu peraturan sekolah yang diterapkan
Pendidikan multikultural di TK Negeri secara khusus di sekolah tertentu. Dengan
Pembina Kecamatan Trimurjo Kabupaten diterapkannya peraturan
Lampung Tengah terdapat kegiatan-kegiatan
kesiswaan yang merupakan suatu wadah

51
USWATUN HASANAH, Implementasi Pendidikan Multikultural dalam Membentuk Karakter Anak Usia Dini

ini diharapkan semua unsur yang ada, Daftar Pustaka


seperti pendidik, kepala sekolah, pegawai
Abdul Majid dan Dian Andayani. (2012).
administrasi, dan peserta didik dapat
Pendidikan Karakter Perspektif Islam,
belajar untuk selalu menghargai orang lain
Bandung: Remaja Rosdakarya.
yang berbeda agama di lingkungan mereka.
Achmad Sauqi dan Ngainun Naim. (2008).
Pendidikan Multikultural, Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media.
Kesimpulan
Ahmad Baedowi, dkk. (2015) . Potret
Berdasarkan hasil analisis dan Pendidikan Kita, Jakarta: PT. Pustaka
pembahasan yang telah dilakukan di bab Alvabet.
sebelumnya, maka peneliti dapat menarik Anas Salahudin & Irwanto Alkrienciehie.
beberapa kesimpulan, yaitu: (2013). Pendidikan Karakter (Pendidikan
Berbasis Agama dan Budaya Bangsa),
Implementasi Pendidikan Multikultural
Bandung: CV.Pustaka Setia.
di lembaga Taman Kanak-kanak (TK) Negeri
Pembina Kecamatan Trimurjo Kabupaten Andika Suhendra. Pendidikan Karakter
Lampung Tengah, diantaranya melalui 3 dalam Lampung Pos, 7 Oktober 2017.
bagian yaitu: 1) Program Pengembangan diri, Anita Yus. (2011). Penilaian Perkembangan
Belajar Anak Taman Kanak-Kanak.
2) Pengintegrasian dalam Mata Pelajaran;
3) Budaya Sekolah. Pertama, Program
Jakarta: Kencana.
Pengembangan diri, terdapat empat kegiatan
Apri Subagio. (2013). Go...Go.. Indonesia,
yaitu: kegiatan rutin, kegiatan spontan,
Jakarta: Cerdas Interaktif.
keteladanan, pengkondisian. 1)Kegiatan rutin.
Choirul Mahfud. (2009). Pendidikan
Misalnya, melalui kegiatan rutin dalam
Multikultural, cet. 3, Yogyakarta:
membentuk karakter “cinta tanah air” yaitu
Pustaka Pelajar.
dengan cara mengikuti Upacara Bendera pada
Dirjen kelembagaan Agama Islam Depag
RI. (2005). Pedoman pelaksanaan
tiap hari senin. 2) Kegiatan Spontan.
Kurikulum RA, Jakarta: Depag RI.
Misalnya, dengan cinta damai; 3)
Doni Koesoma A. (2010). Pendidikan
Keteladanan. Misalnya, Pendidik Bertutur kata
Karakter: Strategi Mendidik Anak di
sopan.; 4)Pengkondisian. Misalnya, toilet yang
zaman Global,Jakarta: PT. Grasindo.
selalu bersih, tong sampah ada di berbagai
Elga Andriana. (2006) . Tanya -jawab
tempat. Kedua, Pengintegrasian dalam Mata
Problema Anak Usia Dini Berbasis
Pelajaran. Pendidik mengajarkan pendidikan
Gender, Yogyakarta: Kanisius.
multikultural yang ada dalam materi
Helmawati. (2015). Mengenal dan Memahami
pembelajaran di semesternya”. Ketiga,
PAUD, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Budaya Sekolah. Misalnya Implementasi
http://news.liputan6.com/read/3031902/
pendidikan multikultural melalui budaya
jokowi-Pendidik-pegang-amanah-negara-
sekolah di TK Negeri Pembina Kecamatan
membentuk-karakter-anak-bangsa
Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah akan
Ki Hajar Dewantara. (2009). Manusia
membentuk karakter “mandiri” pada anak,
menuju merdeka, Yogyakarta: Leutika.
dengan cara: peserta didik melaksanakan
M. Fauzi Rachman. (2011). Islamic
kegiatan ekstakurikuler seni tari, drumb band,
Parenting, Jakarta: Erlangga.
bahasa inggris. Faktor penunjang pendidikan
Munif Chatib. (2012). Orangtuanya
multikultural diantaranya yaitu: adanya
Manusia, Bandung: Kaifa.
kegiatan Ekstra Kurikuler diantaranya : 1)
Mursid. (2015). Belajar dan Pembelajaran
Seni Tari; 2) Drumb Band; 3) Bahasa Inggris.
PAUD, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sedangkan Faktor penghambat pendidikan
Nana Prasetyo. (2013). Membangun Karakter
multikultural di TK Negeri Pembina Trimurjo
Anak Usia Dini. Jakarta: Direktorat
adalah: (1) Kurangnya pemahaman Pendidik
Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini.
tentang pendidikan multikultural. Bagi mereka
Nasution S. (1991). Metode penelitian
istilah pendidikan multikultural itu masih asing
Naturalistik Kualitatif Bandung: Tarsito.
dan belum populer.; (2) Belum adanya konsep
Nurcholish Madjid. (1995). Islam Agama
baku dari pemerintah tentang pendidikan
Peradaban, Membentuk Makna dan
multikultural terkait kurikulum dan
metodenya.
Relevansi Doktrin Islam dalam Sejarah,
Jakarta: Paramadina.

52 ISSN 2549-8371 | EISSN 2580-5843


Golden Age: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, Vol. 2, No. 1 (Juni 2018)

Rahmat Rosyadi. (2013). Pendidikan Islam Jakarta: Cikal Aksara.


dalam pembentukan karakter anak usia Uswatun Hasanah, Pola Asuh Orangtua dalam
dini, Jakarta: RajaGrafindo Persada. Membentuk Karakter Anak, Jurnal
Rita Eka Izzaty. (2017). Perilaku Anak Elementary, Vol.2 Edisi 2, Juli, 2016.
Prasekolah, Jakarta: PT.Elex Media www.tradisikita.my.id › Lampung › Tari
Komputindo. Tradisional
Riyanti. (2017). Hasil Wawancara dengan Yuliani Nurani Sujiono. (2009). Konsep
Kepala TK Negeri Pembina Trimurjo. Dasar Pendidikan Anak Usia Dini,
Suhadi Cholil. (2008). Resonasi Dialog Jakarta: PT. Indeks.
Agama dan Budaya, Yogyakarta:CRCS, Zainal Aqib dan Ahmad Amrullah. (2017).
Graduate School UGM. Pedoman Pendidikan Budaya dan
Tatang. (2012). Ilmu Pendidikan, Bandung: Karakter Bangsa, Yogyakarta: PT.Gava
Pustaka Setia. Media.
Tim Media Vista. (2009). Mengenal Adat, Zubaedi. (2017). Strategi Taktis pendidikan
Budaya, dan Kekayaan Alam Indonesia, Karakter (Untuk PAUD dan Sekolah),
Depok: Rajawali Pers.

53

Anda mungkin juga menyukai