1 (Juni 2018)
USWATUN HASANAH
Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini, Institut Agama Islam Negeri Metro
Email: uswatun.hasanah@metrouniv.ac.id
DOI: https://doi.org/10.29313/ga.v2i1.3990
Abstract
The purpose of this study was to reveal the implementation of multicultural education in
shaping the character of early childhood at the Builder State Kindergarten in the District of
Trimurjo, Central Lampung Regency. This research method is qualitative naturalistic. The
results of this study, including through 3 parts, namely: 1) self-development program,
2) integration in subjects; 3) school culture. First, self-development programs, there are
four activities, namely: routine activities, spontaneous activities, exemplary, conditioning.
Second, integration in subjects. Educators teach multicultural education in the learning
material. Third, school culture. Supporting factors for multicultural education include the
presence of extra-curricular activities. While the inhibiting factors for multicultural education
in Pembina Trimurjo State Kindergarten are: (1) Lack of understanding of educators about
multicultural education; (2) The absence of a standard concept from the government
regarding multicultural education related to the curriculum and methods.
Keywords: Multicultural Education, Character, and Early Childhood.
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah mengungkap implementasi pendidikan multikultural dalam
membentuk karakter anak usia dini di TK Negeri Pembina Kecamatan Trimurjo Kabupaten
Lampung Tengah. Metode penelitian ini adalah kualitatif yang bersifat naturalistik. Hasil
penelitian ini, di antaranya melalui 3 bagian yaitu: 1) program pengembangan diri, 2)
pengintegrasian dalam mata pelajaran; 3) budaya sekolah. Pertama, program
pengembangan diri, terdapat empat kegiatan yaitu: kegiatan rutin, kegiatan spontan,
keteladanan, pengkondisian. Kedua, pengintegrasian dalam mata pelajaran. Pendidik
mengajarkan pendidikan multikultural yang ada dalam materi pembelajaran. Ketiga, budaya
sekolah. Faktor penunjang pendidikan multikultural di antaranya yaitu: adanya kegiatan
ekstra kurikuler. Sedangkan faktor penghambat pendidikan multikultural di TK Negeri
Pembina Trimurjo adalah: (1) Kurangnya pemahaman pendidik tentang pendidikan
multikultural; (2) Belum adanya konsep baku dari pemerintah tentang pendidikan
multikultural terkait kurikulum dan metodenya.
Kata Kunci: Pendidikan Multikultural, Karakter, dan Anak Usia Dini.
37
USWATUN HASANAH, Implementasi Pendidikan Multikultural dalam Membentuk Karakter Anak Usia Dini
kritis dan sensitif yang akan menentukan pendidikan multikultural dalam membentuk
sikap, nilai dan pola perilaku seorang anak karakter pada anak usia dini. Dalam penelitian
dikemudian hari. Di masa kritis ini potensi dan pendidikan multikultural pada anak usia dini,
kecenderungan serta kepekaannya akan peneliti mengambil lokasi di TK Negeri Pembina
mengalami aktualisasi apabila mendapatkan Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung
rangsangan yang tepat. Selain itu, pendidikan Tengah yang sudah lama menyelenggarakan
multikultural bagi anak usia dini sangat urgen pendidikan multikultural, Taman Pendidikan
untuk di dorong sebagai fondasi bagi Kanak- Kanak Negeri Pembina yang dalam
pengembangan masyarakat Indonesia yang visinya adalah Terwujudnya Generasi yang
lebih terbuka, toleran dan demokratis. bermartabat, kreatif, mandiri, berkarakter dan
Pendidikaan ini tidak sekedar terpaku pada cinta lingkungan”. Selain itu, terdapat tiga Misi
dimensi kognitif (pengetahuan), tetapi juga dari TK Negeri Pembina adalah Pertama,
afektif (sikap) dan psikomotorik mewujudkan peserta didik yang bermartabat dan
(keterampilan). Kekuatan yang paling kreatif; Kedua, Memberi Kebebasan Kepada
menonjol dalam pendidikan multikultural pada peserta didik dalam berkreasi; Ketiga,
anak adalah kemampuan mereka menerima Mewujudkan sikap mandiri dan
keberbedaan sebagai sesuatu yang wajar, dan bertanggungjawab serta cinta lingkungan.
menekankan pentingnya pendidikan religuitas Selama ini telah berupaya untuk
untuk memperjuangkan dan mewujudkan nilai memformulasikan sebuah sistem pendekatan
universal diantara anak didik tanpa pembelajaran yang memberikan peluang yang
membedakan agama dan kepercayaannya. sama tanpa membedakan latar belakang peserta
Jika sejak dini, anak dibiasakan untuk didik yang meliputi agama, ras/etnis, budaya.13
memahami setiap perbedaan dan pluralitas
kelompok, maka setidaknya anak akan Hal yang menarik untuk diteliti kaitannya
mampu untuk lebih terlatih dalam menata dan dalam penelitian ini adalah bagaimana sebuah
mengendalikan emosinya ketika setiap kali konsep pendidikan multikultural dapat
bersinggungan dengan perbedaan, karena ia diterapkan dan di laksanakan di tengah anak-
sudah dibekali dan memiliki perspektif anak yang berusia dini, sementara anak dalam
pandangan yang menghargai setiap proses pertumbuhan dan perkembangan yang
perbedaan. masih dalam kondisi belum begitu sempurna
Proses pendidikan multikultural pada untuk dapat mengerti dan memahami tentang
anak usia dini, semestinya disampaikan makna dan esensi dari pendidikan multikultural
melalui proses pembelajaran yang itu sendiri. Penyelenggaraan pendidikan
memperhatikan pertumbuhan dan multikultural pada anak usia dini yang
perkembangannya, anak usia dini memiliki diterapkan tentu juga harus terkoneksi secara
kecenderungan aktif dalam mengekspresika integratif pada aspek-aspek perkembangan
ide-ide polosnya, seperti melakukan kecerdasan anak lainnya. Hal ini dilakukan
permainan, bernyanyi, mendengarkan cerita supaya perkembangan dan pertumbuhan anak
dan mengekspresikan yang dia dapat terbimbing dan terekplorasi dengan
inginkan.Perilaku aktif yang ditunjukkan oleh maksimal. Untuk mengintegrasikan pendidikan
anak dapat dieksplorasi dengan memberikan multikultural dalam proses pembelajaran
materi-materi yang memberikan pengalaman khususnya bagi anak tentu juga bukanlah
belajar baru, informasi yang nantinya akan sesuatu yang
menyerap dalam memori ingatannya. Di mudah. Adapun jenis penelitian ini adalah
Kecamatan Trimurjo saat ini memiliki 23 TK penelitian lapangan (field research) sebuah
dan TK Negeri Pembina Trimurjo menjadi penelitian dengan prosedur penelitian yang
rujukan utama TK Negeri Pembina Trimrjo menggali data dari lapangan untuk kemudian
merupakan daerah yang memiliki beragam dicermati dan disimpulkan. Adapun sifat
agama serta budaya. TK Negeri Pembina penelitian ini bersifat kualitatif atau
Trimurjo merupakan lembaga pendidikan yang Naturalistik. Penelitian penggunaan kualitatif
didalam sekolahnya terdapat peserta didik ini juga bertujuan supaya data-data yang
yang beraneka ragam, mulai dari latar diperoleh mendalam sesuai dengan makna
belakang sosial ekonomi yang berbeda, dan fakta di lapangan. Menurut Nasution,
sampai dengan agama yang berbeda.12 pada dasarnya penelitian kualitatif berusaha
untuk mendeskripsikan permasalahan secara
Penelitian yang akan dilakukan oleh
komprehensif, holistic, integratif dan
peneliti yaitu mengenai implementasi
mendalam melalui kegiatan mengamati orang
12 Andika Suhendra, Pendidikan Karakter dalam
13 Riyanti, Hasil Wawancara dengan Kepala TK
Lampung Pos, 7 Oktober 2017.
Negeri Pembina Trimurjo, 2017
39
USWATUN HASANAH, Implementasi Pendidikan Multikultural dalam Membentuk Karakter Anak Usia Dini
jenjang pendidikan selanjutnya. Pendidikan Anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi yang
non-formal (pendidikan yang dikelola oleh berkarakter jika ia tumbuh pada lingkungan
yayasan) dapat diperoleh mulai dari PAUD, yang berkarakter pula. Dengan begitu, fitrah
TPA, KB atau sejenisnya dan sampai pada setiap anak dilahirkan suci bisa berkembang
selanjutnya. Sedangkan pendidikan optimal. Pembentukan karakter ada tiga hal
informal diperoleh sejak dari masih berada yang berlangsung secara terintegrasi.
dalam kandungan seorang ibu (pendidikan Pertama, anak mengerti baik dan buruk,
prenatal) dan dari lingkungan anak.19 mengerti tindakan apa yang harus diambil,
mampu memberikan prioritas hal- hal yang
Pada usia dini ini, pertumbuhan otak
baik. Kedua, mempunyai kecintaan terhadap
seseorang belum berkembang secara optimal,
kebajikan, dan membenci perbuatan buruk.
sehingga rangsangan yang tepat dilakukan
Kecintaan ini merupakan obor atau semangat
pada periode kritis ini akan berdampak pada
untuk berbuat kebajikan. Misalnya anak tak
pertumbuhan otak secara optimal. 20 Pada
mau mencuri, karena tau mencuri itu buruk,
usia 0 hingga 5 tahun adalah masa keemasan
ia tidak mau melakukannya karena mencintai
bagi otak anak. Di usia ini, otak anak
kebajikan. Ketiga, anak mampu melakukan
berkembang pesat dan mudah menerima
kebajikan, dan terbiasa melakiannya.23
rangsangan dari luar. Masa ini dikenal dengan
sebutan golden age (masa keemasan) anak.
Lalu apa yang harus dilakukan pada masa-
Nilai-nilai Pendidikan Karakter
masa itu? Orangtua perlu merangsang dan
mengajak anak-anak untuk belajar sembari Menurut Kementerian Pendidikan
bermain, dengan memberikan makanan yang Nasional, terdapat delapan belas nilai
bergizi lengkap sesuai dengan kebutuhannya. pendidikan karakter, yaitu24:
Berbagai macam penelitian menunjukkan,
Pertama, Religius, yaitu sikap dan
lebih dari 50% perkembangan individu terjadi
perilaku yang patuh dalam melaksanakan
pada usia dini yang merupakan periode subur
ajaran agama yang dianutnya, toleran
bagi pertumbuhan otak. Pada masa ini asupan
terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan
gizi sangat berpengaruh. Selain itu,
hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
penanaman nilai-nilai moral sangat perlu
Kedua, Jujur, yaitu perilaku yang didasarkan
diperkenalkan dan ditanamkan.21 Membangun
pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang
karakter ibarat mengukir. Sifat ukiran adalah
yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,
melekat kuat di atas benda yang di ukir, tidak
tindakan dan pekerjaan. Ketiga, Toleransi,
mudah usang tertelan waktu atau aus karena
yaitu sikap dan tindakan yang menghargai
gesekan. Demikian juga dengan karakter yang
perbedaan agama, suku, etnis, pendapat,
merupakan sebuah pola, baik itu pikiran,
sikap, dan tindakan oranglain yang berbeda
perasaan, sikap, maupun tindakan yang
dari dirinya. Keempat, Disiplin, yaitu tindakan
melekat pada diri seseorang dengan sangat
yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh
kuat dan sulit dihilangkan. Proses membangun
pada berbagai ketentuan dan peraturan.
karakter pada anak juga ibarat mengukir atau
Kelima, Kerja Keras, yaitu perilaku yang
memahat jiwa sedemikian rupa, sehingga
menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam
“berbentuk” unik, menarik, dan berbedaa
mengatasi berbagai hambatan belajar dan
antara satu dengan yang lain. Setiap orang
tugas serta menyelesaikan tugas dengan
memiliki karakter berbeda-beda. Ada orang
sebaik- baiknya. Keenam, Kreatif, yaitu
yang berperilaku sesuai dengan nilai-nilai, ada
berpikir dan melakukan sesuatu untuk
juga yang berperilaku negatif atau tidak
menghasilkan cara atau hasil baru dari
sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dalam
sesuatu yang telah dimiliki. Ketujuh, Mandiri,
budaya setempat (tidak/belum berkarakter
yaitu sikap dan perilaku yang tidak mudah
atau “berkarakter” tercela).22
bergantung pada orang lain dalam
Membangun karakter, merupakan menyelesaikan tugas- tugas. Kedelapan,
proses yang berlangsung seumur hidup, Demokratis, yaitu cara berpikir, bersikap, dan
bertindak yang menilai sama hak dan
19 Mursid, Belajar dan Pembelajaran PAUD,
kewajiban dirinya dan orang lain.
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015), h.34
20 Rahmat Rosyadi, Pendidikan Islam dalam
pembentukan karakter anak usia dini, (Jakarta: 23 Zubaedi, Strategi Taktis pendidikan Karakter
RajaGrafindo Persada, 2013), h. 21 (Untuk PAUD dan Sekolah), (Depok: Rajawali
21 M. Fauzi Rachman, Islamic Parenting, (Jakarta: Pers, 2017),h.36
Erlangga, 2011), h.59 24 Anas Salahudin & Irwanto Alkrienciehie, Pendidikan
22 Nana Prasetyo, Membangun Karakter Anak Usia Karakter (Pendidikan Berbasis Agama dan Budaya
Dini, (Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Bangsa) (Bandung: CV.Pustaka Setia, 2013) h.54
Anak Usia Dini, 2013)H.7-8
Kesembilan, Rasa Ingin Tahu, yaitu contoh yang bersifat konkret pula. Segala
sikap dan tindakan yang selalu berupaya hal yang bersifat teoretis, kaki, banyak
untuk mengetahui lebih mendalam dan nasihat, dan monoton membuat mereka
meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat kehilangan minat dan tidak segan untuk
dan didengar. Kesepuluh, Semangat mengalihkan perhatiannya pada hal lain
Kebangsaan, yaitu cara berpikir, bertindak yang lebih memuaskan hatinya. Namun
dan berwawasanyang menempatkan sebaliknya, mereka akan sangat antusias
kepentingan bangsa dan negara di atas. terhadap segala bacaan atau tontonan yang
Kesebelas, Cinta Tanah Air, yaitu cara dapat membangkitkan imajinasi dan daya
berpikir, bersikap, dan berbuat yang fantasinya seperti: menggambar, bermain
menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan peran, bermain, dan mendengarkan
penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, cerita.25Biechler dan Snowman menegaskan
lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi dan anak usia prasekolah yaitu anak yang
politik bangsa. Kedua belas, Menghargai berusia antara 3-6 tahun. Pemerintah
Prestasi, yaitu sikap dan tindakan yang indonesia menetapkan bahwa anak TK dan
mendorong dirinya untuk menghasilkan RA adalah anak yang berada dalam rentang
sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan usia 4 sampai 6 tahun. Dibawah ini adalah
mengakui, serta menghormati keberhasilan karakteristik anak usia prasekolah menurut
orang lain. Ketiga belas, para ahli, yaitu26:
Bersahabat/Komunikatif, yaitu tindakan yang
memperlihatkan rasa senang berbicara,
bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain. Faktor yang Mempengaruhi Pemben-
Keenam belas, Cinta Damai, yaitu sikap, tukan Karakter Anak Usia Dini
perkataan, dan tindakan yang menyebabkan
Masa usia dini adalah masa keemasan,
orang lain merasa senang dan aman atas
artinya masa tersebut merupakan masa
kehadiran dirinya. Ketujuh belas, Gemar
terbaik dalam proses belajar yang hanya
Membaca, yaitu kebiasaan menyediakan
sekali dan tidak pernah akan terulang
waktu untuk membaca berbagai bacaan yang
kembali. Pertumbuhan dan perkembangan
memberikan manfaat bagi dirinya. Kedelapan
anak pada masa ini berlangsung sangat cepat
belas, Peduli Lingkungan, yaitu sikap dan
dan akan menjadi penentu bagi sifat-sifat
tindakan yang berupaya mencegah kerusakan
atau karakter anak di masa dewasa.27
lingkungan alam di sekitarnya, dan
Pembentukan karakter dipengaruhi oleh dua
mengembangkan upaya-upaya untuk
faktor, diantaranya yaitu: 1) faktor bawaan;
memperbaiki kerusakan alam yang sudah
2) faktor lingkungan28
terjadi. Kesembilan belas, Peduli Sosial, yaitu
sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi
bantuan pada orang lain dan masyarakat yang
Faktor Bawaan
membutuhkan. Kedua puluh, Tanggung
jawab, yaitu sikap dan perilaku seseorang Ada yang menyebut faktor hereditas ini
untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, dengan istilah nature. Faktor herediter atau
yang seharusnya dia lakukan terhadap diri nature merupakan karakteristik bawaan yang
sendiri, masyarakat, lingkungan alam diturunkan dari orangtua biologis atau
(karakter dimulai dalam sosial budaya) negara orangtua kandung kepada anaknya. Jadi
dan Tuhan Yang Maha Esa. faktor tersebut merupakan pemberian biologis
sejak lahir. Faktor hereditas ini merupakan
Dengan demikian, dasar pendidikan
salah satu faktor penting yang mempengaruhi
tersebut dapat diterapkan sejak usia kanak-
perkembangan anak usia dini. Menurut
kanak atau yang biasa disebut para ahli
penelitian, faktor hereditas ini mempengaruhi
psikologi sebagai usia emas (golden age),
kemampuan intelektual dan kepribadian
karena pada saat usia dini terbukti sangat
seseorang.
menentukan kemampuan anak dalam
mengembangkan potensinya. Anak pada usia 25 Zubaedi, Strategi Taktis pendidikan Karakter
dini belum mampu menangkap konsep (Untuk PAUD dan Sekolah),..... ,h.38
abstrak. Anak masih pada fase berpikir 26 Anita Yus, Penilaian Perkembangan Belajar Anak
Taman Kanak-Kanak,(Jakarta:Kencana,
konkret. Mereka hanya dapat mengerti 2011),h.16-18
tentang hal yang ditangkap oleh indranya. Hal 27 Nana Prasetyo, Membangun Karakter Anak Usia
yang bersifat abstrak dan berupa konsep, Dini, (Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan
seperti: kejujuran, masih sulit diterima oleh Anak Usia Dini, 2013), h.12
28 Nana Prasetyo, Membangun Karakter Anak Usia
akalnya, kecuali bila dijelaskan dengan
Dini, (Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan
Anak Usia Dini, 2013),h.8
41
USWATUN HASANAH, Implementasi Pendidikan Multikultural dalam Membentuk Karakter Anak Usia Dini
Islam telah mengindikasikan pentingnya untuk anak-anak perlu indah dan teratur rapi
faktor hereditas dalam perkembangan anak sehingga anak-anak dapat belajar tata tertib
sejak 14 abad yang lalu. Dalam disiplin ilmu dari lingkungan itu.30 Faktor lingkungan ini
pendidikan, orang yang mempercayai bahwa sering disebut dengan istilah nurture. Faktor
perkembangan seorang anak dipengaruhi oleh lingkungan diartikan sebagai kekuatan
faktor hereditas disebut aliran nativisme yang kompleks dari dunia fisik dan sosial yang
dipelopori oleh Schopenhauer. Aliran tersebut mempengaruhi susunan biologis dan
berpendapat bahwa perkembangan anak telah pengalaman psikologis anak sejak sebelum
ditentukan oleh faktor -faktor yang dibawa ada dan sesudah lahir. Faktor ini meliputi
sejak lahir. Hereditas oleh aliran ini juga semua pengaruh lingkungan, termasuk
disebut pembawaan. Pembawaan yang telah didalamnya pengaruh-pengaruh berikut ini:
terdapat pada anak sejak dilahirkan itulah
yang menentukan perkembangannya kelak.
Dalam perspektif hereditas, perkembangan Keluarga
seorang anak sangat dipengaruhi oleh: Proses pembentukan karakter diawali
dengan kondisi pribadi ibu-ayah sebagai figur
yang berpengaruh untuk menjadi panutan,
Bakat
keteladanan, dan diidolakan atau ditiru anak-
Anak dilahirkan dengan membawa anak. Dalam keluarga, ayah berkewajiban
bakat-bakat tertentu. Bakat tersebut mendidik anak-anaknya, sedangkan ibu wajib
diibaratkan seperti bibit kesanggupan atau mengajarkan kebaikan kepada anak-anaknya.
bibit kemungkinan yang terkandung dalam Suami menjadi teladan bagi istrinya, menjadi
diri anak. Setiap anak memiliki berbagai pemimpin yang mengayomi keluarganya,
macam bakat sebagai pembawaannya, sedangkan istri harus taat dan berbakti
seperti bakat musik, seni, agama, akal yang kepada keluarganya dengan dasar agama dan
tajam dan sebagainya. Bakat yang dimiliki nilai-nilai budaya yang positif.31
oleh si anak tersebut pada dasarnya Lembaga keluarga merupakan tempat
diwarisi oleh orangtuanya, bisa bapak atau pembentukan karakter anak yang utama,
ibunya atau bahkan nenek moyangnya. terlebih pada masa-masa awal pertumbuhan
mereka sebagai manusia. Dalam hal ini,
keluarga memiliki investasi afeksi yang tidak
Sifat-sifat keturunan
dapat tergantikan oleh peranan lembaga lain
Sifat-sifat keturunan yang diwariskan di luar keluarga, seperti sekolah, lembaga
oleh orangtua atau nenek moyangnya agama dan masyarakat. Jadi, sedekat apapun
terhadap seorang anak dapat berupa fisik hubungan emosional antara pendidik dan
maupun psikis. Mengenai fisik misalnya siswa, katakanlah seandainya mereka
bentuk hidungnya, bentuk badannya, dan memiliki keterikatan emosional mereka
suatu penyakit. Sementara itu mengenai dengan orangtua mereka di rumah, ikatan
psikisnya seperti sifat pemalas, sifat pemarah, emosional ayah dan ibu merupakan sebuah
pandai, gemar bicara, dan sebagainya. pengalaman tak tergantikan yang menjadi
modal dasar pertumbuhan emosi dan
Setiap anak sudah berbeda sejak lahir.
kedewasaan anak. Selain memiliki fungsi
Namun, bukan lebih pada karena dia laki-laki
sebagai lembaga pertama tempat sang anak
atau perempuan, tapi karena memang tiap
menjalani apa yang disebut sosialisasi,
individu berbeda. Anak-anak membawa
keluarga merupakan sebuah tempat anak-
keunikannya (misalnya: sifat, bakat, kondisi
anak menerima pendidikan nilai. Anak banyak
fisik), masing-masing yang harus dihargai
belajar dari cara bertindak, cara berpikir
oleh orang-orang dewasa di sekelilingnya.29
orangtua. Merekalah yang menjadi model
peran pertama dalam hal pendidikan nilai.
Singkatnya, orangtualah yang menjadi tempat
Faktor Lingkungan
pertama pembentukan karakter anak.
Anak -anak belajar bahasa dan
Meskipun memiliki posisi sangat
ketrampilan hidup dari lingkungan dimana
strategis sebagai tempat investasi emosional
mereka menghabiskan waktu mereka. Karena
pertama sang anak dalam masa-masa awal
alasan itulah ia berpikir bahwa lingkungan
30 Rita Eka Izzaty, Perilaku Anak Prasekolah, (Jakarta:
29 Elga Andriana, Tanya-jawab Problema Anak Usia PT.Elex Media Komputindo, 2017),h.32.
Dini Berbasis Gender, (Yogyakarta: Kanisius, 31 Tatang, Ilmu Pendidikan, (Bandung: Pustaka
2006),h.19-20 Setia, 2012),h.79
43
USWATUN HASANAH, Implementasi Pendidikan Multikultural dalam Membentuk Karakter Anak Usia Dini
45
USWATUN HASANAH, Implementasi Pendidikan Multikultural dalam Membentuk Karakter Anak Usia Dini
pada anak usia dini. Yaitu dengan cara: Hari Pendidikan Nasional. Pendidik
pendidik melaksanakan Kegiatan Bermain beserta peserta didik dengan melibatkan
dan senam serta lomba-lomba. orangtua, mengajak berjalan- jalan keliling
Kegiatan Bermain. Kegiatan Bermain
dengan peserta didik tersebut mengenakan
yang dilakukan oleh peserta didik merupakan
baju adat, dan lain sebagainya. Selain itu
suatu kegiatan yang sangat disenangi anak. juga pendidik mengajak orangtua untuk
Pada berbagai situasi dan tempat selalu saja pawai bendera.
anak menyempatkan untuk menggunakannya Hari Ulang Tahun Republik Indonesia 17
sebagai arena bermain dan permainan. Agustus, maka pendidik mengajak kerja sama
Kegiatan belajar di TK Negeri Pembina dengan orangtua dalam membantu anak
Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung belajar. Adapun bentuk partisipasi orang tua
Tengah lebih banyak dilakukannya aktivitas terhadap TK bervariasi tergantung
belajar dengan bermain. Hal ini dapat dilihat kemampuannya. Ada orang tua peserta didik
dengan penataan benda-benda yang ada, yang kaya dan banyak uang, tetapi ia tidak
warna, gambar dan peralatannya. Pada mengerti program TK atau tidak memiliki
kegiatan bermain, pendidik memberikan waktu untuk bergabung di TK, tetapi ia dapat
kesempatan kepada anak untuk memilih menyumbangkan dana untuk kegiatan di TK.
mainan dan bersosialisasi pada teman Dengan demikian, TK harus pandai-pandai
sebayanya yang mereka inginkan. Melalui mengakomodasikan keterlibatan orang tua
tersedianya alat permainan edukatif yang ada sesuai kemampuan masing- masing.
di dalam kelas maupun di luar kelas. Dengan Selanjutnya, jenis lomba pada 17 agustus
kegiatan bermain maka akan membentuk 2017 diantaranya adalah guru dan orangtua
karakter “Bersahabat komunikatif”. mengikuti lomba kelereng, lomba memasak.
Pendidik mengajak anak untuk sehat Selain itu, lomba yang dilakukan oleh peserta
dengan cara melaksanakan kegiatan senam didik adalah lomba memasukkan air ke dalam
bersama peserta didik. Adapun langkah- botol, lomba memasukkan bendera ke dalam
langkahnya diantaranya yaitu:a) Pendidik botol, memasukkan bola kedalam keranjang.
menyiapkan tip, kaset; b) Membunyikan bel
tanda persiapan; c)Pendidik mengatur
Kegiatan Spontan
susunan barisan anak yang satu dengan yang
lain; d) Pendidik membimbing senam inti Kegiatan spontan yaitu kegiatan yang
dengan dilakukan oleh pendidik di depan dilakukan secara spontan pada saat itu juga.
sebagian pendidik di barisan belakang anak- Kegiatan ini dilakukan biasanya pada saat
anak; e) Peserta didik dikur tinggi badan dan Pendidik dan tenaga kependidikan yang lain
menimbang berat badan selanjutnya mengetahui adanya perbuatan yang kurang
bersama- sama mengikuti senam. senam baik dari peserta didik yang harus di koreksi
dilakukan 2 kali putaran; f) Setelah kegiatan pada saat itu juga. Apabila Pendidik
senam anak diberi kesempatan untuk istirahat mengetahui adanya perilaku dan sikap kurang
sekitar 10 menit; g) Membunyikan bel tanda baik, maka pada saat itu juga Pendidik harus
masuk kelas. melakukan evaluasi sehingga peserta didik
tidak akan melakukan tindakan yang tidak
Pendidik bersama peserta didik dan
baik itu. Adapun contoh kegiatannya meliputi:
orangtua, melakukan kegiatan lomba dalam
Membuang sampah tidak pada tempatnya,
rangka memperingati hari-hari bersejarah
berteriak- teriak sehingga mengganggu pihak
di Negara Indonesia.
lain, berkelahi dan tidak rapih dalam
berpakaian. Pendidik dituntut untuk memiliki
pemahaman dan wawasan yang luas tentang
pentingnya sikap yang tidak diskriminatif
terhadap peserta didik yang berbeda umur,
tanpa membedakan anak yang lebih muda
dan yang lebih tua. Pendidik juga harus
bersikap adil kepada seluruh peserta didik
tanpa harus mengistimewakan salah satu dari
mereka meskipun latar belakang status sosial
mereka berbeda.
Implementasi pendidikan multikultural
Gambar 2.
melalui kegiatan spontan akan membentuk
Kegiatan Lomba Fashion Show “Baju Adat”
47
USWATUN HASANAH, Implementasi Pendidikan Multikultural dalam Membentuk Karakter Anak Usia Dini
49
USWATUN HASANAH, Implementasi Pendidikan Multikultural dalam Membentuk Karakter Anak Usia Dini
Kekayaan Alam Indonesia, (Jakarta: Cikal 45 Riyanti adalah Kepala Sekolah TK Negeri
Aksara, 2009),h.35. Pembina Kecamatan Trimurjo Kabupaten
44 Zainal Aqib dan Ahmad Amrullah, Pedoman Lampung Tengah, hasil wawancara pada hari
Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, .... h .50 Selasa pada tanggal 24 Oktober 2017.
51
USWATUN HASANAH, Implementasi Pendidikan Multikultural dalam Membentuk Karakter Anak Usia Dini
53