BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
berbudaya. Budaya sendiri dalam pengertian yang sangat luas mencakup segala aspek
kehidupan manusia, yang dimulai dari cara berpikir, bertingkah laku sampai produk-
produk berpikir manusia dalam bentuk benda maupun dalam bentuk sistem nilai.
baru, baik berupa percampuran budaya, penerimaan budaya oleh salah satu pihak atau
keduanya, dominasi budaya, atau munculnya budaya baru. Keseluruhan proses ini
tentu saja dipengaruhi oleh proses pendidikan di masyarakat (Hatimah & Sadri,
2007).
pikir dan karakter manusia sepanjang hidup. Dapatlah dikatakan bahwa generasi
muda, secara kultur, tidak matang dengan sendirinya, akan tetapi mereka perlu
ditunjuki jalan untuk mencapai kematangan. Teknik untuk mencapai dewasa perlu
diajarkan oleh generasi tua. Tiap masyarakat beranggapan bahwa pemindahan budaya
tidak dapat berlangsung dengan sendirinya tanpa upaya. Para budayawan berpendapat
untuk membentuk cara hidup yang lainnya. Sekiranya seorang pendidik ingin
82
membudayakan kualitas anak, misalnya agar anak berpikir jernih atau memiliki
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai dari penyusunan dan diskusi makalah ini adalah
D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah mahasiswa atau pembaca dapat
pembaca yang berprofesi sebagai pendidik (guru atau dosen) dapat menerapkan
BAB II
PENDIDIKAN MULTIBUDAYA
untuk Indonesia. Hal ini dikarenakan Indonesia memiliki keragaman agama dan
kepercayaan, suku, adat istiadat, golongan masyarakat, jumlah dan persebaran pulau,
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari ribuan pulau kecil dan
sejumlah pulau besar, memiliki penduduk yang berjumlah kurang lebih 240 juta jiwa,
serta memiliki karakter alam yang berbeda-beda. Karakter alam yang berbeda akan
masyarakat yang hidup di pedesaan akan berbeda dengan karakter masyarakat yang
hidup di kota, masyarakat yang hidup di daerah pantai akan memiliki karakter dan
budaya berbeda dengan masyarakat yang hidup di daerah pegunungan (Suniti, 2014).
Keragaman itu merupakan potensi dan keunikan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia
Karakter budaya yang khas pada masyarakat tersebut dapat diamati pada
masyarakat Indonesia yang terdiri dari banyak suku bangsa, yang dalam Antropologi
satu juga). Kemajemukan tersebut tidak hanya karena jumlah etnis yang banyak,
tetapi juga karena terdiri dari berbagai perbedaan khas budaya yang melekat pada
setiap etnis, baik yang bersifat horizontal (perbedaan bahasa daerah, pakaian adat,
rumah adat, dan simbol lainnya) maupun vertikal (perbedaan bidang sosial, ekonomi,
mengakomodasi atas keragaman dalam masyarakat bangsa Indonesia dalam suku, ras,
bahasa, adat istiadat, dan agama. Ironisnya keragaman dalam kesatuan budaya bangsa
untuk membentuk solidaritas bangsa. Implikasinya, budaya lokal yang kaya dengan
perbedaan banyak mengalami erosi atau pengikisan baik secara kuantitas maupun
tidak luput dari persoalan-persoalan yang kini menjadi tantangan besar, seperti
konflik dan kekerasan antar pelajar, kekerasan antara guru dengan peserta didiknya
yang kadang berdampak pula pada konflik masyarakat. Untuk mengatasi persoalan-
86
persoalan yang semakin hari semakin kompleks atau paling tidak meminimalisir
keamanan semata. Pendekatan pendidikan memiliki kontribusi yang lebih luas dalam
(Suniti, 2014).
Bangsa yang plural dengan adanya perbedaan agama, etnik, dan budaya
merupakan kekayaan yang patut dipelihara dan dikembangkan oleh bangsa. Akan
tetapi dibalik khazanah tersebut, membenam bom waktu yang suatu waktu akan
meledak jika bersinggungan dengan kepentingan politik, agama, ras, etnis, dan
budaya yang memanas. Tidak sedikit konflik yang terjadi sekarang ini dan tidak
banyak hal yang dilakukan oleh pemerintah serta masyarakat sebagai bagian integral
rumit, seperti tantangan globalisasi yang menarik keluar kebudayaan lokal. Oleh
sebab itu, konflik membudaya tanpa strategi manajemen dan penyelesaian konflik
tersebut.
Dari berbagai realitas di atas, maka perlu tindakan sadar yakni kesadaran
multibudaya sebagai upaya pemecahan masalah, dalam hal ini adalah kalangan
dan menjunjung sikap saling menghargai dan menghormati budaya yang lain tanpa
87
tindakan sadar kesadaran multibudaya adalah salah satu alat atau strategi untuk
mencegah dan menyelesaikan konflik vertikal dan horizontal yang dilakukan sejak
dini.
multikultur dan mengembangkan sikap tenggang rasa dan toleran utuk mewujudkan
(Wicaksono, 2016).
waktu yang cukup panjang dan biaya yang tidak ringan, karena untuk
setiap warga negara terhadap kelanjutan hidupnya, bukan saja terhadap lingkungan
masyarakat dan negara, tetapi juga terhadap umat manusia secara keseluruhan (Suniti,
2014).
88
B. Pendidikan Multibudaya
Pendidikan merupakan proses pengembangan sikap dan tata laku seseorang atau
pelatihan, proses, perbuatan dan cara-cara yang mendidik. Di sisi lain, pendidikan
multibudaya secara etimologis; multi berarti banyak, beragam, dan aneka sedangkan
budaya (kultural) berasal dari kata culture yang mempunyai makna budaya, tradisi,
atau bahkan dunia secara keseluruhan (global). Pendidikan multibudaya dapat juga
dan heteregonitasnya sebagai konsekuensi keragaman budaya, etnis, suku dan aliran
(agama). Pengertian seperti ini mempunyai implikasi yang sangat luas dalam
pendidikan, karena pendidikan dipahami sebagai proses tanpa akhir atau proses
sepanjang hayat dan juga dipahami sebagai proses memanusiakan manusia. Dengan
dan perhatian Banks difokuskan pada pendidikannya. Banks yakin bahwa sebagian
dari pendidikan lebih mengarah pada mengajari bagaimana berpikir daripada apa
yang dipikirkan. Ia menjelaskan bahwa peserta didik harus diajari memahami semua
Peserta didik yang baik adalah peserta didik yang selalu mempelajari semua
pengetahuan. Peserta didik juga perlu disadarkan bahwa di dalam pengetahuan yang
diterima itu terdapat beraneka ragam interpretasi yang sangat ditentukan oleh
sesuai dengan sudut pandang pandangnya. Peserta didik harus dibiasakan menerima
mengakui dan menilai pentingnya keragaman budaya dan etnis di dalam bentuk gaya
adalah untuk mengubah struktur lembaga pendidikan supaya peserta didik baik pria
maupun wanita, peserta didik berkebutuhan khusus, dan peserta didik yang
merupakan anggota dari kelompok ras, etnis, dan kultur yang bermacam-macam itu
akan memiliki kesempatan yang sama untuk mencapai prestasi akademis di sekolah.
multibudaya. Pada masa awal kehidupan peserta didik, waktu banyak dilalui
berdampak pada primordialisme kesukuan, agama, dan golongan yang tidak sesuai
ada di masyarakat), mores (tata kelakuan di masyarakat), dan customs (adat istiadat
suatu komunitas).
kritik, dan memiliki rasa empati, toleransi pada sesama tanpa memandang golongan,
tengah masyarakat plural, sehingga peserta didik kelak memiliki kekenyalan dan
kelenturan mental bangsa dalam menyikapi konflik sosial di masyarakat. Bahwa inti
pendidikan multibudaya ada dua hal yaitu: 1) Adanya dialog secara aktif dan
maupun antara peserta didik dan guru serta antara sesama guru. Toleransi ini
perbedaan baik perbedaan pendapat maupun ideologi yang dilakukan oleh guru
Lingkungan pendidikan adalah sebuah sistem yang terdiri dari banyak faktor
dan variabel utama, seperti kultur sekolah, kebijakan sekolah, politik, serta
formalisasi kurikulum dan bidang studi. Bila dalam hal tersebut terjadi perubahan
lingkungan sekolah dalam kondisi multibudaya yang efektif. Setiap anak seyogianya
harus beradaptasi diri dengan lingkungan sekolah yang multibudaya . Tujuan utama
pembelajaran ke arah memberi peluang yang sama pada setiap anak. Jadi tidak ada
92
saling memahami, mengakhiri perbedaan tetapi tetap menekankan pada tujuan umum
keanekaragaman, dan keunikan itu dihargai. Ini berarti harus ada perubahan sikap,
perilaku, dan nilai-nilai khususnya civitas akademika sekolah. Ketika peserta didik
berada di antara sesamanya yang berlatar belakang berbeda mereka harus belajar satu
pendidikan multibudaya, antara lain mencakup penduduk minoritas etnis dan ras,
lain-lain. Melalui pendidikan multibudaya ini peserta didik diberi kesempatan dan
pilihan untuk mendukung dan memperhatikan satu atau beberapa budaya, misalnya
Pendidikan multibudaya paling tidak menyangkut tiga hal, yaitu: 1) ide dan
yang di dalamnya melibatkan keragaman dalam satu kultur pendidikan yang tujuan
reducation) yang lahir dari interaksi antar keragaman dalam kultur pendidikan.
dan kesempatan yang sama kepada setiap elemen yang sama. Kelima, pemberdayaan
kebudayaan sekolah (empowering school culture). Hal yang lima ini adalah tujuan
dari pendidikan multibudaya , yaitu agar sekolah menjadi elemen pengentas sosial
(transformasi sosial) dari struktur masyarakat yang timpang kepada struktur yang
persoalan konflik yang terjadi di masyarakat, atau paling tidak mampu memberikan
penyadaran kepada masyrakat bahwa konflik bukan suatau hal yang baik untuk
tawaran yang mencerdaskan, antara lain dengan cara mendesaian materi, metode,
saling toleran, menghormati perbedaan suku, agama, ras, etnis, dan budaya
seluas 5,8 km2, di dalamnya terdapat lebih dari 17.500 pulau besar dan kecil dan
dikelilingi garis pantai sepanjang lebih dari 80.000 km, yang merupakan garis pantai
terpanjang di dunia setelah Kanada. Hal ini menyebabkan interaksi dan integrasi tidak
selamanya dapat berjalan lancar. Demikian pula kemajuan ekonomi sulit merata,
keragaman budaya dan masyarakat Indonesia. Pada masa Orde Baru menunjukan
kita ingin menunjukkan identitasnya sebagai masyarakat bhinneka yang selama Orde
Baru telah ditindas dengan berbagai cara demi untuk mencapai kesatuan bangsa.
Demikian pula praksis pendidikan sejak kemerdekaan sampai era Orde Baru telah
dengan masa yang disebut era Reformasi, Indonesia mengalami disintegrasi, krisis
moneter, ekonomi, politik, dan agama yang mengakibatkan terjadinya krisis kultural
di dalam kehidupan bangsa dan negara. Pada era Reformasi pendidikan dijadikan
belum dianggap penting walaupun realitas kultur dan agama sangat beranekaragam.
95
wacana pendidikan multibudaya sebagai kekuatan dari bangsa Indonesia. Dalam era
Reformasi ini, tentunya banyak hal yang perlu ditinjau kembali. Salah satunya
mengenai kurikulum di sekolah kita dari semua tingkat dan jenis, apakah telah
Indonesia.
Pasal 4 mulai butir (1) sampai dengan butir (6) menunjukkan bahwa multibudaya
demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak
dimulai, Indonesia belum mempunyai pengalaman mengenai hal ini. Apalagi otonomi
daerah juga baru disampaikan. Oleh sebab itu, diperlukan waktu dan persiapan yang
cukup lama untuk memperoleh suatu bentuk yang pas dan pendekatan yang cocok
untuk pendidikan multibudaya di Indonesia. Bentuk dan sistem yang cocok bagi
Indonesia bukan hanya memerlukan pemikiran akademik dan analisis budaya atas
96
masyarakat Indonesia yang pluralis, tetapi juga meminta kerja keras untuk
melaksanakannya.
pengembangan suatu pola tingkah laku yang hanya dapat diwujudkan melalui
pendidikan. Selain itu, multibudaya tidak berhenti pada pengakuan akan identitas
yang suatu kelompok masyarakat atau suatu suku tetapi juga ditunjukkan kepada
justru sangat diperlukan sebagai landasan pengembangan sistem politik yang kuat.
berhati-hati, tepat, bijaksana, karena belum tentu sama dengan AS. Jika pendekatan
realita Indonesia dan kearifan lokal (local wisdom atau indigenous knowledge) dalam
D. Kurikulum Multibudaya
dibutuhkan di Indonesia harus memperhatikan enam hal, seperti yang dikutip dalam
lokal.
identitas nasional yang terus menjadi acuan tanpa harus menghilangkan identitas
ini tidak boleh terjebak pada xenophobia, fanatisme, dan fundamentalisme, baik
Dalam upaya tersebut diperlukan suatu pedagogik kesetaraan antar individu, antar
prinsip etis masyarakat Indonesia yang dipahami oleh seluruh komponen sosial
dapat menghadirkan lebih dari satu perspektif tentang suatu fenomena kultural. Untuk
Suniti (2014) dapat dilakukan dengan empat tahapan, yaitu; 1) tahap kontribusi
multibudaya menurut Jerry Aldridge dalam Suniti (2014) adalah sebagai berikut.
1. Mengubah filosofi kurikulum dari yang berlaku seragam kepada filosofi yang
lebih sesuai dengan tujuan, misi, dan fungsi setiap jenjang pendidikan dan unit
pendidikan.
2. Teori kurikulum tentang konten (curriculum content) haruslah berubah dari teori
yang mengartikan konten sebagai aspek substantif yang berisikan fakta, teori, dan
generalisasi kepada pengertian yang mencakup pula nilai, moral, prosedur, proses,
3. Teori belajar yang digunakan dalam kurikulum masa depan yang memperhatikan
keragaman sosial, budaya, ekonomi, dan politik tidak lagi hanya mendasarkan diri
peserta didik dalam suatu kondisi value free, tetapi harus pula didasarkan pada
teori belajar yang menempatkan peserta didik sebgai makhluk sosial, budaya,
politik, dan hidup sebagai anggota aktif masyarakat, bangsa, dan dunia.
4. Proses belajar yang mengandalkan peserta didik belajar secara individualistis dan
ditinggalkan dan diganti dengan cara belajar kelompok dan bersaing secara
kepribadian peserta didik, sesuai dengan tujuan dan konten yang dikembangkan.
Alat evaluasi yang digunakan haruslah beragam, sesuai dengan sifat tujuan dan
menjadi mata pelajaran khusus dan masuk pada kurikulum formal (mengubah
kurikulum yang ada). Yang paling penting dapat diimplementasikan langsung pada
tindakan nyata. Dalam pendidikan multibudaya, guru atau dosen harus memberi
contoh sikap dan keteladanan seperti yang ada pada nilai-nilai multibudaya, dengan
demikian peserta didik (peserta didik dan mahasiswa) akan mengikutinya. Guru dan
dosen harus bisa menjadi contoh yang menghargai perbedaan, bersikap toleran, cinta
materi tentang berbagai budaya yang ada di tanah air dan budaya berbagai
belahan dunia. Pesan multibudaya bisa dititipkan pada semua bidang studi atau
mata pelajaran yang memungkinkan untuk itu. Namun disadari bahwa ada mata
101
pendidikan multibudaya.
2. Berbentuk bidang studi atau mata pelajaran yang berdiri sendiri. Hal ini
sebagai praktik aktual satu bidang studi atau program pendidikan saja.
4. Pada wilayah kerja sekolah, pendidikan multibudaya mungkin berarti (a) suatu
program yang mencakup pengalaman multibudaya, dan (c) suatu total school
kelompok budaya, etnis, dan ekonomis. Ini lebih luas dan lebih komprehensif dan
5. Gerakan persamaan, ini lebih dilhat sebagai kegiatan nyata daripada sekedar
bernama Kampung Bhineka Tunggal Ika, di mana penduduknya terdiri dari orang
tidak mudah tercapai. Perlu proses panjang dan berkelanjutan serta adanya
adalah untuk menghadapkan para peserta didik kepada berbagai tantangan, ancaman,
2014).
multibudaya, yaitu (1) peserta didik dapat melakukan kerjasama secara multietnik,
didik mampu menghormati hak-hak individu warga negara tanpa membedakan latar
belakang etnik, agama, bahasa, dan budaya dalam semua sektor sosial, pendidikan,
ekonomi, politik, dan lainya; dan (3) peserta didik dapat bersikap adil dan
mengembangkan rasa keadilan bagi semua warga negara tanpa membedakan latar
belakang etnik, agama, bahasa dan budaya dalam semua sektor sosial, pendidikan,
ciri-ciri pendidikan multibudaya ditinjau dari tiga aspek yaitu: pertama, aspek tujuan:
mewujudkan realitas yang demokratis, dan ketiga, aspek evaluasi: meliputi aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik, maksudnya evaluasi didasarkan pada tingkah laku
peserta didik yang terdiri dari persepsi. Apersepsi dan tindakan terhadap budaya. Jadi
1. Proses belajar memanusiakan manusia dan belajar tidak hanya konseptual akan
3. Sumber materi tidak hanya dari guru, akan tetapi berasal dari semua realitas yang
ada di sekitarnya.
dapat dilakukan oleh guru adalah mengenalkan peserta didik tentang pluralisme
budaya yang ada di luar dirinya. Setelah peserta didik mengenal budaya di luar
dirinya, kemudian guru harus mendorong untuk mengembangkan sikap peserta didik
104
agar mau dan mampu menghargai budaya yang ada di luar dirinya yang sudah barang
1. Pembelajaran perdamaian
beragam dalam tata cara pribadi, sosial, dan budaya tentang keberadaan dan
Interaksi sosial positif yaitu cara untuk menumbuhkan hubungan harmonis di antara
peserta didik dan peserta didik dengan lingkungannya sehingga menumbuhkan saling
hak-hak asasi manusia. Kegiatan dalam pembelajaran harus difokuskan pada nilai-
nilai untuk melestarikan kehidupan dan memelihara martabat manusia. Setiap peserta
didik harus diberi kesempatan memadai untuk menilai perwujudan dari nilai-nilai
tersebut. Strategi untuk mempelajari nilai-nilai inti hak-hak asasi manusia dapat
kepercayaan dan kebudayaan orang lain, penghormatan pada individu, peran serta
aktif dalam semua aspek kehidupan sosial, kebebasan berekspresi, kepercayaan dan
beribadah. Strategi yang dapat digunakan untuk menciptakan demokrasi, yaitu (a)
etos demokrasi harus berlaku di tempat pembelajaran baik di sekolah maupun luar
jenjang dan bentuk pendidikan melalui pendekatan terpadu, dan (c) penafsiran
demokrasi harus sesuai dengan berbagai konteks sosio budaya, ekonomis, dan
evolusinya.
106
komprehensif, tidak hanya penyikapan yang adil di antara peserta didik yang berbeda
agama, ras, etnik dan budayanya, tapi juga harus didukung dengan kurikulum baik
kurikulum tertulis maupun terselubung, evaluasi yang integratif dan guru yang
memiliki pemahaman, sikap, dan tindakan yang produktif dalam memberikan layanan
hal yang berkaitan dengan budaya lokal dan budaya global harus dikembangkan
peserta didik untuk membaca, mengenal, dan bahkan melakukan sendiri bagaimana
budaya lokal dan budaya global itu yang sesungguhnya (Suryaman, 2014)
1. Teknik pembelajaran
pendidikan agama Islam, atau melalui mata pelajaran lainnya, merupakan proses
serta penanaman nilai dalam diri setiap peserta didik, agar menjadi warga negara
yang religius namun inklusif dan bersikap pluralis tanpa mengorbankan basis
Pembelajaran yang bisa memenuhi rasa keadilan bagi para peserta didik,
sebab itu, dalam membina dan mengembangkan sikap multikultur, guru harus
antara teknik yang berpusat pada guru dengan teknik-teknik yang melibatkan peserta
didik dalam proses belajar, sehingga sikap afeksinya tumbuh dan berkembang dalam
jiwa para peserta didik. Pengajaran yang berpusat pada guru dan merupakan salah
satu bentuk exposition teaching (mengajar dengan paparan, atau ceramah) layak
terbatas. Strategi ini paling banyak digunakan oleh guru pada semua jenjang dan jenis
pendidikan, dan akan efektif untuk menyampaikan informasi jika guru adalah seorang
orator, serta dibantu berbagai alat bantu, slide, video, film atau lainnya (Rosyada,
2014).
pendekatan yang dapat menimbulkan partisipasi di antara peserta didik, seperti model
108
mandiri. Metode yang akan digunakan adalah metode yang lebih banyak melibatkan
warga belajar, karena lebih menitikberatkan pada student centered (Hatimah & Sadri,
2007).
Melalui diskusi kelompok, banyak nilai yang dapat tertanam dalam diri peserta didik,
tanggung jawab.
bisa dicapai dengan berbagai strategi yang dapat melibatkan peserta didik dalam
belajar, baik melalui self discovery learning, group work, cooperative learning, atau
2. Guru
bermakna jika dikelola dan dikendalikan oleh guru yang tidak cukup kompeten untuk
psikomotoriknya. Oleh sebab itu, menurut Rosyada (2014) ada beberapa kualifikasi
109
sebagai berikut.
kulturnya dengan baik, sehingga dapat memahami peserta didiknya yang secara
etnik, ras, dan kultur berbeda dengan mereka, serta dapat menerima para peserta
b. Kemudian guru juga harus selalu merefleksikan dirinya sendiri, apakah mereka
sudah bisa memberikan sikap dan perlakuan yang adil terhadap seluruh peserta
didiknya yang berbeda latar belakang etnik, ras, dan budayanya, dan apakah
mereka juga telah memberikan perlakuan yang sama terhadap para peserta didik
c. Pendidikan multibudaya harus dilakukan secara dinamis. Oleh sebab itu guru
multibudaya, seperti budaya, imigrasi, ras, seks, asimilasi kultur, gap etnik,
d. Di samping itu, guru juga harus memiliki pengetahuan yang memadai tentang
untuk mengelola keragaman sosial, sehingga menjadi potensi yang kuat untuk
bangsa.
seperti orang Cina pelit, orang Jawa manutan, peserta didik kelas bawah memang
c. Yakinkan bahwa kelas Anda membawa citra positif tentang berbagai ragam
d. Sensitiflah pada perilaku, sikap peserta didik yang rasial, bimbing dan yakinkan
mereka agar dapat menerima perbedaan sebagai hal wajar dan anugerah yang
e. Gunakan buku, film, video, CD, dan rekaman untuk melengkapi buku teks, agar
f. Ciptakan iklim berbagi pada peserta didik dengan memberi kesempatan mereka
yang eksklusif.
3. Media pembelajaran
dapat membantu dan memperjelas bagi pendidik dan peserta didik, tentang materi
sangat besar terhadap tercapainya kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta
didik.
4. Evaluasi
mengadakan penilaian, baik secara lisan maupun tulisan, atau ungkapan langsung dari
sesuai dengan tujuan dan konten yang dikembangkan. Alat evaluasi yang digunakan
haruslah beragam sesuai dengan sifat tujuan dan informasi yang dikumpulkan.
2014).
lebih lanjut dalam kompetensi dasar. Kompetensi dasar kemudian diuraikan lebih
lanjut dalam indikator yang selanjutnya dari indikator dapat disusun item-item tes
BAB III
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil pada penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut.
1. Negara multibudaya merupakan sebutan yang sangat cocok untuk Indonesia. Hal
adat istiadat, golongan masyarakat, jumlah dan persebaran pulau, bahasa, dan
pelajaran dan pembelajaran ke arah memberi peluang yang sama pada setiap
anak.
4. Pendidikan multibudaya untuk Indonesia adalah sesuatu hal yang baru dimulai,
daerah juga baru disampaikan. Oleh sebab itu, diperlukan waktu dan persiapan
yang cukup lama untuk memperoleh suatu bentuk yang pas dan pendekatan yang
dapat menghadirkan lebih dari satu perspektif tentang suatu fenomena kultural.
dalam dapat dilakukan dengan empat tahapan, yaitu tahap kontribusi, tahap
mata pelajaran khusus dan masuk pada kurikulum formal (mengubah kurikulum
yang ada). Yang paling penting dapat diimplementasikan langsung pada tindakan
nyata.
hanya penyikapan yang adil di antara peserta didik yang berbeda agama, ras, etnik
dan budayanya, tapi juga harus didukung dengan kurikulum baik kurikulum
tertulis maupun terselubung, evaluasi yang integratif dan guru yang memiliki
B. Saran
pada proses pembelajaran. Akhir kata, penyusun berharap makalah ini dapat
DAFTAR PUSTAKA
Natawidjaja, R., Sukmadinata, N.S., Ibrahim, R., & Djohar, A. (Eds.), 2007. Rujukan
Filsafat, Teori, dan Praksis Ilmu Pendidikan. Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia Press.