Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
Latar Belakang.
Pendidikan di era globalisasi seperti sekarang ini memanglah
sangat kompleks dan heterogen, ditambah dengan lahirnya berbagai
lembaga pendidikan yang kurang memperhatikan nilai-nilai keagamaan
dalam melaksanakan proses pembelajaran (Fitriani dan Yanuarti 2019).
Pendidikan memiliki peran yang sangat penting terutama dalam
membentuk karakter manusia agar menjadi insan kamil. Kesadaran
masyarakat akan pentingnya pendidikan bagi peserta didik (anak) perlu
ditingkatkan, mengingat pendidikan merupakan salah satu unsur yang
melekat pada diri manusia sebagai hak yang harus diterimanya. Serta
pendidikan akan membawa masyarakat itu sendiri menuju kepada
kemajuan, baik kemajuan dalam politik, ekonomi, sosial, dan budaya.
Kemajuan yang diharapkan oleh masyarakat yaitu ketenteraman,
kerukunan, serta terhindar dari berbagai macam bentuk konflik.
Pendidikan multikultural merupakan suatu gerakan yang memberikan
kesempatan atau peluang yang sama kepada setiap orang agar dapat
memperoleh pendidikan, pendidikan multikultural adalah pendidikan yang
mengharagai perbedaan. Pendidikan multikultural senantiasa menciptakan
struktur dan proses dimana setiap kebudayaan bisa melakukan ekspresi.
Tentu saja untuk mendesain pendidikan multikultural secara praksis, itu
tidak mudah. Tetapi,paling tidak kita mencoba melakukan ijtihad untuk
mendesain sesuai dengan prinsip-prinsip pendidikan multikulturalisme.
tanpa melihat asal-usul budaya, etnis, ras dan agama untuk sama-sama
dalam memperoleh ilmu pengetahuan atau pendidikan, mengasah
keterampilan. Gerakan pendidikan multikultural tersebut sangat cocok
untuk diterapkan di negara yang memiliki keanekaragaman dari suku,
budaya, dan agama. Penerapan pendidikan multikultural dalam proses
pembelajaran tentunya mempunyai metode, strategi tertentu didalamnya.

Rumusan Masalah.
1. Apa pengertian pendidikan multikultural ?
2. Bagaimana pendidikan multikultural di berbagai negara ?

Tujuan.
1. Untuk mengetahui pengertian pendidikan multikultural.
2. Untuk mengetahui pendidikan multikultural di berbagai negara.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Multikultural.


Pendidikan multikultural berasal dari dua kata pendidikan dan
multikultural. Pendidikan merupakan proses pengembangan sikap dan
tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha
mendewasakan Sedangkan Multikultural secara etimologis multi berarti
banyak, beragam dan aneka sedangkan kultural berasal dari kata culture
yang mempunyai makna budaya dan tradisi.1
menurut pendapat Andersen dan Cusher (1994: 320), bahwa
pendidikan multikultural dapat diartikan sebagai pendidikan mengenai
keragaman kebudayaan. Kemudian, James Banks (1993: 3)
mendefinisikan Pendidikan Multikultural sebagai pendidikan untuk
People of Color. Artinya, pendidikan multikultural ingin mengeksplorasi
perbedaan sebagai keniscayaan (anugerah tuhan/ sunnatullah).
Kemudian bagaimana kita mampu menyikapi perbedaan tersebut
dengan penuh toleran dan semangat egaliter. 2 Sejalan dengan
pemikiran di atas, Muhaemin el Ma‟hady berpendapat bahwa secara
sederhana pendidikan multikultural dapat didefinisikan sebagai
pendidikan tentang keragaman kebudayaan dalam merespon
perubahan demografis dan kultural lingkungan masyarakat tertentu
bahkan dunia secara keseluruhan (global). 3 Pendidikan multikultural
juga dapat didefinisikan sebagai pendidikan untuk atau tentang
keragaman kebudayaan dalam merospon perubahan demografis dan
kultur lingkungan masyarakat tertentu bahkan dunia secara
keseluruhan. Hal ini sejalan dengan pendapat Paulo Freire.4
Pendidikan multikultural berguna untuk membantu semua siswa
agar memperoleh pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diperoleh
dalam menjalankan peran-peran se efektif mungkin pada masyarakat
demokratikpluralistik, serta diperlukan untuk berinteraksi, negoisasi dan
komunikasi dengan warga kelompok lain agar tercipta sebuah tatanan
masyarakat bermoral yang berjalan untuk kebaikan bersama pendidikan
multikultural juga mengajarkan kita tentang menghargai perbedaan baik
dari segi keragaman budaya, etnis, suku, dan agama . Sehingga
pendidikan multikultural menjadi sebuah acuan oleh berbagai negara
untuk menerapkan sistem pendidikan ini di negara mereka masing-
masing.
1
Choirul Mahfud, Pendidikan Multikultural, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006).
2
Ibid, 168
3
Ibid, 168

4
Paulo Freire, Politik Pendidikan: Kebudayaan, kekuasaan dan Pembebasan, Terj. Agung
Prihantoro (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), 19

2
B. Pendidikan Multikultural Di Berbagai Negara.
A. Multikultural Di Indonesia.
Indonesia merupakan bangsa dengan aneka suku, agama, golongan,
ras, kelas sosial, dan sebagainya. Singkatnya, multikultural sebagaimana
Amerika, Australia, Inggris, dan negara maju lainnya. Walaupun tersusun
atas berbagai keragaman, masing-masing bangsa mempunyai latar
belakang (alasan historis) dalam mengembangkan pendidikan
multikultural (Isnarmi Moeis, 2014: 7). Latar belakang ini pun
memberikan warna bagaimana pendidikan multikultural dilaksanakan.
Dalam upaya membangun Indonesia, gagasan multikulturalisme
menjadi isu strategis yang merupakan tuntutan yang tidak bisa ditawar
lagi. Alasannya adalah bahwa Indonesia merupakan bangsa yang lahir
dengan multikultur dimana kebudayaan tidak bisa dilihat hanya sebagai
kekayaan (yang diagungkan) tetapi harus ditempatkan berkenaan
dengan kelangsungan hidup sebagai bangsa. Dalam konteks Indonesia,
pendidikan multikultural merupakan keharusan, bukan pilihan lagi. Di
dalamnya, pengelolaan keanekaragaman dan segala potensi positif dan
negatif dilakukan sehingga keberbedaan bukanlah ancaman atau
masalah, melainkan menjadi sumber atau daya dorong positif bagi
perkembangan dan kebaikan bersama sebagai bangsa (Scholaria, Vol. 2,
No. 1, Januari 2012: 116).5
Indonesia disebut dengan negara multikultural karena adanya bentuk
integrasi sosial. Integrasi nasional tersebut berasal dari suku bangsa di
Indonesia yang beraneka ragam. Adanya integrasi suku bangsa menjadi
suatu kesatuan bangsa Indonesia yang dipengaruhi oleh empat
peristiwa diantaranya yaitu, peristiwa kerajaan Sriwijaya dan Majapahit,
adanya penjajahan Belanda, pada masa pergerakan nasional yang
menyebabkan munculnya sumpah pemuda dan peristiwa yang sangat
berpengaruh yaitu kemerdekaan Indonesia. Selain itu terdapat dua
aspek munculnya multikulturalisme di indonesia, yakni migrasi yang
masuk ke suatu daerah dan adanya kebanggaan sebagai minoritas.
Aspek kedua lebih bersifat pada unsur identitas yang dimiliki oleh
individu yang dirasa lebih kuat daripada rasa nasionalismenya. Misalnya
saja negara Indonesia, yang dikenal akan masyarakatnya yang
multikultural. Indonesia sendiri merupakan negara dengan sumber daya
alam yang begitu melimpah terutama dalam sektor rempah-rempah. Hal
inilah yang membuat negara seperti Portugis, Inggris, Belanda, dan
Jepang ingin menjajah Indonesia. Karena penjajahan inilah membuat
beberapa negara dapat tinggal dalam jangka waktu yang cukup lama di
Indonesia, bahkan beberapa diantaranya sampai menikah dengan
bangsa Indonesia. Hal inilah yang menyebabkan terjadi penambahan

5
Wasitohadi, “Gagasan dan Desain Pendidikan Multikultural di Indonesia” dalam Scholaria, Vol.
2, No. 1, Januari 2012, hlm. 116-149.

3
kekayaan budaya serta ras di Indonesia sehingga memunculkan
masyarakat multikultural.6
Selain dipengaruhi oleh letak geografis Indonesia adanya
masyarakat multikultural disebabkan oleh adanya pengaruh kebudayaan
asing.Masuknya pengaruh kebudayaan asing ini dipengaruhi juga oleh
letak geografis di Indonesia sehingga banyak berbagai unsur agama dan
juga budaya yang masuk ke Indonesia. Indonesia terletak diantara
Samudera Hindia dan Pasifik dan jalur tersebut merupakan jalur lintasan
para pedagang yang berasal dari China, India, dan lain-lain. Para
pedagang tersebut datang ke Indonesia tidak hanya untuk berdagang
akan tetapi bertujuan juga untuk menyebarkan kebudayaan dan agama
yang dianutnya sehingga saat ini di Indonesia terdapat bermacam-
macam agama
Kondisi Iklim yang berbeda-beda dan juga banyaknya macam-
macam ras di Indonesia yang tumbuh membuat masyarakat Indonesia
menjadi masyarakat multikultiral. Selain itu perbedaan yang
menyebabkan masyarakat Indonesia disebut masyarakat multikultural
yaitu adanya perbedaan antara tipe masyarakat perkotaan, pertanian,
dan juga komunitas budaya suku bangsa lainnya. Masih berhubungan
dengan kondisi geografis, kondisi iklim dan cuaca juga termasuk
fenomena alam yang dipengaruhi faktor geografis dari suatu wilayah.
Perbedaan iklim dan cuaca akan mempengaruhi pola perilaku manusia
dalam menyesuaikan diri dengan iklim tersebut. Contohnya masyarakat
yang tinggal di daerah yang lebih dingin akan menggunakan pakaian
yang lebih tebal, sedangkan yang tinggal di daerah panas akan
mengenakan pakaian yang lebih tipis
Akhirnya, demi pengembangan pluralitas bangsa, pendidikan
multikultural di Indonesia sekiranya memperhatikan beberapa hal:
pertama, pendidikan multikultural menghadirkan atau menyediakan
tempat yang luas bagi pengolahan keberbedaan atau keragaman
bangsa. Kedua, pendidikan multikultural mendasarkan diri pada
Pancasila sebagai pilihan terbaik dalam kemajemukan bangsa Indonesia.
Ketiga, pendidikan multikultural mendasarkan diri pada sosio-politik,
ekonomi, dan budaya Indonesia. Keempat, pendidikan multikultural
membutuhkan metode pembelajaran secara tepat sehingga internalisasi
nilai dapat terwujud dengan baik (Scholaria, Vol. 2, No. 1, Januari 2012:
143-147).7

B. Pendidikan Multikultural Di Kanada.


Kanada merupakan salah satu negara yang serius
mengembangkan konsep dan teori-teori tentang multikulturalisme. Hal
ini karena penduduknya pada dasarnya

6
IfaNurhayati, Lina Agustina (2020).
7
Isnarmi Moeis, Pendidikan Multikultural Transformatif, Integritas Moral, Dialogis, dan Adil, UNP
Press: Padang, 2014

4
merupakan masyarakat majemuk yang awalnya adalah imigran. Selain
itu, Kanada juga menjadi negara yang menganut nilai keterbukaan bagi
para imigran yang bermukim di negaranya untuk menjadi warga
negara.8
multikulturalisme merupakan salah satu bagian dari pengembangan
multikulturalisme di Kanada yang dianggap penting Kanada juga
merupakan salah satu negara dengan
tingkat kebijakan multikulturalisme yang kuat.9 Istilah multikulturalisme
pertama kali dibuat dan digunakan di Kanada pada dekade 1960-an.
Penggunaannya oleh Pierre Trudeau yang pada masa itu menjabat
sebagai Perdana Menteri Kanada. Ia menggunakannya Karena di Kanada
telah terdiri beberapa kelompok etnis seperti bangsa Inggris, bangsa
Prancis, suku Indian, dan bangsa Inuit. Selain itu, di Kanada juga telah
terdapat kaum imigran dari mancanegara yang utamanya berasal
dari Tiongkok, India, Jerman, dan Jazirah Arab.10
Orang Kanada telah menggunakan istilah "multikulturalisme" dengan
cara yang berbeda, yaitu secara deskriptif sebagai fakta sosiologi, secara
preskriptif sebagai ideologi, atau secara politik sebagai
kebijakan.11 Dalam konteks deskriptif, "multikulturalisme"
menggambarkan keberadaan berbagai latar belakang suku, agama dan
kebudayaan yang hidup berdampingan di Kanada dan
membentuk budaya Kanada. Kanada sendiri telah kedatangan banyak
imigran semenjak abad ke-19, dan pada tahun 1980-an hampir 40
persen populasi Kanada tidak memiliki darah Britania atau Prancis. 12
Multikulturalisme dituangkan ke dalam Undang-Undang
Multikulturalisme Kanada dari tahun 1988 dan Bab 27 Piagam Hak-Hak
dan Kebebasan Kanada. Undang-Undang Penyiaran (1991) Kanada juga
menegaskan bahwa sistem penyiaran di Kanada sebaiknya
melambangkan keanekaragaman budaya di negara tersebut. Meskipun
dituangkan ke dalakebijakan resmi, terdapat warga Kanada yang
mengkritik konsep mosaik budaya dan penerapan undang-undang
multikulturalisme.[8] Provinsi Quebec sendiri memiliki ideologi yang
berbeda dan berfokus pada konsep interkulturalisme.13
Tujuan penerapan pendidikan multikultural di Kanada untuk
mencegah timbulnya aksi sosial. sistematisasi studi multikulturalisme di
Kanada dikembangkan dan dipopulerkan oleh Will Kymlicka. Ia
mengemukakan sistematisasinya melalui buku yang ditulisnya yang
terbit dengan judul Liberalism, Community and Culture. Ia kemudian

8
Wakano dan Saidah 2019, hlm. 99
9
Aziz dan Huda 2020, hlm. 37.

10
Mubit 2016, hlm. 167
11
Michael Dewing (2013). Canadian Multiculturalism (PDF). Publication No. 2009-20-E Library of
Parliamen
12
Troper, H. (1980) Multicultural Canada. Retrieved March 28, 2012
13
Jill Vickers; Annette Isaac (2012)

5
melakukan hal yang sama pada tahun 1995 dengan menerbitkan buku
berjudul Multicultural Citizenship. Kymlicka menetapkan bahwa jaminan
hak-hak individual dalam undang-undang, tidak menjamin pemberian
ruang bagi kalangan minoritas dengan identitas budaya tersendiri di
suatu negara.14

C. Pendidikan Multikultural di Amerika.


Amerika sebagai negara adidaya menjadi kiblat dunia dalam berbagai
aspek hingga saat ini. Termasuk bidang pendidikan, Amerika
menempatkan diri pada peringkat 13 dengan nilai 505 dari 77 negera
yang berpartisipasi menurut laporan PISA tahun 2018.1 Artinya
mempelajari pendidikan dari negara tersebut memiliki dasar yang baik.
Selain itu, negara ini memiliki kompleksitas berbagai bidang termasuk
kultur. Maka sejak awal pendirian negara ini mengikat diksi kesatuan
yakni United States of America (USA). Hal ini bermakna unity in
diversity. Di Indonesia dikenal Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan
bangsa, Amerika mengenal E Pluribus Unum yang bermakna Out of
Many, One yang digunakan oleh Kongres Amerika sejak 4 Juli 1776.2
Dengan demikian dapat dipahami bahwa Amerika merupakan negara
besar dengan multikultur yang menarik untuk dipelajari. Multikultur ini
terus berkembang pada Amerika. Terlebih gelombang imigran terus
berdatangan kepada negara yang seringkali disebut sebagai tanah
impian ini. Kedatangan imigran beragam etnis dari berbagai belahan
dunia menjadikan multikultur rakyat Amerika semakin komplek.
Tantangan ekonomi juga pendidikan menunggu kebijakan yang berpihak
pada semua orang atas dasar kemanusiaan.
Multikulturalisme merupakan sebuah ideologi yang lahir dari rahim
Barat sebagai upaya menangkal ketidak adilan dalam hal ini Eropa dan
Amerika terjerumus dalam ideologi ‘diktatorianisme’ yang intoleran. Hal
ini bisa dilihat dari banyak kasus intoleran pada abad pertengahan yakni
abad 4 hingga abad ke 13.Beberapa contoh adalah kasus penyatuan
ideologi oleh Kaisar Diocletian tahun 303 dengan menindas semua yang
menentangnya, bahkan ia membakar kitab suci, rumah ibadah dan
mencabut hak-hak sipil.15Kasus yang sama dialami oleh Ariusseorang
agamawan dari Alexandria yang diasingkan oleh Kaisar Constantine
berdasarkan keputusan Majelis Nicaea tahun 325. 16Bahkan pada abad
ke 13 Kelompok Waldenses dan kelompok Albegenses dipersekusi di
berbagai daerah karena dicap herestics.17 Kelompok Albegensis ini
melakukan perlawanan sehingga menyebabkan pertempuran sengit
yang menelan banyak korban.18

14
Mubit 2016, hlm. 167
15
Michael Gaddis, (Los Angeles: University of California Press, 2005), 29–33
16
Timothy Barnes Journal of Theological Studies 60 (2009): 124–27.
17
Adam L. Hoose Journal of Religious History 38 (2014): 175–94
18
Laurence W. Marvin, (New York: Cambridge University Press, 2008), 37

6
Toleransi mulai menjadi pembicaraan penting di Barat pada abad
18,Setelah toleransi ini berkembang muncullah konsep
multikulturalisme di Amerika, Inggris, Kanada dan Australia yang
sebenarnya juga lahir dari problem ketidak adilan sosial.Dari sejarah
tersebut dapatlah dipahami bahwa kemunculan multikulturalisme di
Amerika dilatar belakangi problem sosial ketidak sederajatan atau
hubungan yang tidak setara antar masyarakat. Untuk mengatasi
masalah sosial tersebutlah pendidikan multikultural menjadi salah satu
pilihan. Hal ini juga yang melandasi diksi tujuan pendidikan di Amerika
yakni memperkuat kesatuan dalam keragaman, mengembangkan cita-
cita dan praktik demokrasi, pengembangan individu, memperbaiki kodisi
sosial masyarakat, dan mempercepat kemajuan nasional. 19Terlebih
Amerika sangat menyadari gelombang imigrasi yang umumnya saat ini
berasal dari kalangan tidak mampu secara ekonomi dengan ketiadaan
pekerjaan yang layak dan keterbatasan skill bahasa menjadi tantangan
bagi pendidikan Amerika. Hal inilah yang mendorong lahirnya reformasi
pendidikan pada era pemerintahan Bush.20Secara sistem pengajaran,
pendidikan di Amerika mengenal sistem Dalton. Sistem yang
diperkenalkan oleh Helen Parkhust.21 ini dapat dikatakan sebagai sistem
pembelajaran student center learning. Sistem ini memungkin kelas yang
multikultur bahkan berlainan tingkat dapat belajar dalam waktu
bersamaan. Siswa dapat belajar sesuai dengan cara terbaik yang ia
minati.
Pada aspek kurikulum, Amerika menekankan 5 hal penting yakni
life science, ilmu sosial, hak azazi manusia, kewarganegaraan dan
demokrasi. Kurikulum ini menjadi contoh berbagai negara, terlebih
negara maju yang sudah pasti memiliki beragam kultur pada
masyarakatnya yang berasal dari berbagai etnis seperti Turki misalnya. 22
Hal ini menjadi pelajaran pokok yang penting bagi setiap warga negara.
Prinsip yang dibangun oleh kurikulum ini adalah critical- multiculturalism
yakni ideologi multikultur yang mempromosikan keadilan sosial.23
Menyimak dari pendapat di atas, pendidikan yang multikultural
di Amerika Serikat berkaitan dengan sikap pendidik dan sekolah yang
mengedepankan nilai nilai kemanusiaan yang mendukung pembelajaran
untuk siswa dari beragam latar belakang dengan segala keunikan dan
perbedaannya. Pelaksanaannya terletak pada pendekatanpendekatan
pengajaran yang berdasarkan nilai nilai demokrasi untuk mendidik
19
Taat Wulandari, “Kebijakan Pendidikan di Amerika Serikat,” Istoria: Jurnal Pendidikan dan
Sejarah 7, no. 1 (2008): 1–10, https://journal.uny.ac.id/index.php/istoria/article/dow
nload/6310/5476.
20
Wulandari.
21
Ahmad Tanaka,Jurnal Teknologi Pendidikan Madrasah 1, no. 1 (2018): 53–74,
http://journal.iaialmawar.ac.id/index.php/jtpm/article /view/83/12.
22
Oktay Cem ADIGÜZEL dan İbrahim Karagöl,Journal of Theoretical Educational Science 13, no. 1
(2020): 1–24, https://doi.org/10.30831/akukeg.529545.
23
Gilbert C Park dan Park SangOk” Multicultural Education, v25 n3-4 p2-9 Spr-Sum 2018 25, no. 3
(2018): 2–9, https://files.eric.ed.gov/fulltext/EJ1198089.pdf

7
siswa secara sama dan adil tanpa membedabedakan grup sosial atau
kategori diversity seperti ras, etnik, gender, orientasi seksual, kelas sosial,
berkelainan atau kekecualian, bahasa, agama, dan umur.

D. Pendidikan Multikultur di India


India merupakan negara yang sangat kaya dengan beragam kultur.
Berbagai agama ada di negara ini, bahkan perbedaan budaya dan warna
kulit serta paras. Kesenjangan sosial terjadi sangat jauh antara kaya dan
miskin. Sistem kasta pada agama yang sampai hari ini masih
dipraktekkan, turut menunjang permasalahan sosial di India dan terus
menerus menciptakan jurang pemisah antara kaya dan miskin. Sebagai
negara yang memiliki jumlah penduduk sangat besar di dunia, India
merupakan negara yang memiliki jumlah perguruan tinggi dan sekolah
terbanyak di dunia. Selain juga memiliki banyak tenaga ahli dan tenaga
professional, India juga merupakan negara dengan jumlah professor
terbanyak di berbagai bidang keilmuan. Belum lagi biaya pendidikan
tinggi yang super murah meski sebaliknya biaya pendidikan dasar yang
tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa India memang memberikan
perhatian besar pada kualitas pendidikan dasar sekaligus pendidikan
tinggi dengan jumlah risetnya yang tinggi. Harga buku yang sangat
murah bahkan buku dari penerbit terkenal dunia juga tersedia di India
dengan harga yang sangat murah untuk kantong mahasiswa.
Negara ini diberi anugerah berupa daratan yang luas. Hal ini
mempermudah mereka untuk mengakses daerah-daerah terpencil,
sehingga penyemarataan pendidikan di setiap negara bagian dapat
dengan mudah tercapai. Meski demikian, India tetap saja dihadapkan
dengan persoalan kemiskinan penduduknya.India mengakui banyak
standar pendidikan baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, maupun
swasta seperti CBSE yang lebih tinggi dan lebih sulit dibanding standar
pemerintah. CBSE Herawati, Brenny Naovriansyah Pendidikan
Multikultural di Asia Selatan 43 lebih banyak digunakan sekolah
international yang berorientasi pendidikan luar negeri. Lulusan sekolah
yang menggunakan kurikulum CBSE biasanya diterima kuliah di kampus-
kampus bergengsi Top 100 baik di India maupun luar negeri.
Sistem pemerintahan yang federal memberi
kan kekuasaan luas bagi daerah untuk mengatur sendiri sistem
pendidikan dan standar pendidikan nya. Asas sekuler sebagai asas
negara menjadikan urusan agama adalah urusan individu diluar
tanggungjawab negara termasuk dalam hal praktek keagamaannya.
Sehingga tidak jarang ditemui di sekolah-sekolah Islam juga terdapat
anak Hindu yang belajar didalamnya. Bahkan guru mereka juga ada yang
berasal dari berbagai keyakinan. Pemandangan seperti ini sudah biasa
terjadi di India. Bahkan pernikahan antar agama kerap kali terjadi.
Sehingga tidak sedikit keluarga dalam satu rumah memiliki berbagai

8
macam keyakinan. Semua saling menghargai satu sama lain terutama
terkait masalah makanan vegetarian dan non-vegetarian. Dalam kasus
makanan dan hewan yang disucikan terutama sapi sering menjadikan
bahan konflik antar kelompok tertentu.
Secara teori, sekolah-sekolah pemerintah di India mengalokasikan
persentase penerimaan siswa baru dari berbagai kelompok masyarakat
baik berdasarkan kasta maupun status sosio-ekonomi. Akan tetapi pada
prakteknya siswa yang berasal dari kasta terendah dan status sosio-
ekonomi yang paling bawah sering mendapatkan hinaan dan celaan dari
teman-temannya maupun dari guru-gurunya sendiri. Sehingga anak
tersebut drop out dan tidak melanjutkan sekolah karena ia seringkali
dilecehkan. terdapat beberapa sekolah yang lebih sekuler dan
menerapkan pendidikan multikultur dengan sebenarnya. Para guru
dengan tegas memberi hukuman kepada siswa yang menghina dan
melecehkan siswa lainnya. Sekolah-sekolah ini kebanyakan adalah
sekolah swasta yang didirikan orang-orang muslim dan memberikan
kesempatan belajar yang sama rata kepada siswa dari berbagai
golongan masyarakat. Sekolah ini juga merekrut siswa yang sangat
miskin dari orang-orang “Dhalit” (sebutan terhadap kelompok orang
yang tidak termasuk dalam kasta, yang terbelakang baik secara fisik,
pendidikan maupun ekonomi). Siswa tersebut digratiskan biaya sekolah
dan setiap tiga bulan sekali atas inisiatif para guru, mereka
mengumpulkan dana untuk membantu biaya hidup keluarga
siswa24Sejak adanya konstitusi pasca kemerdekaan tahun 1951 di India,
serta dua laporan utama tentang pendidikan di tahun 1953 dan 1966
secara bertahap perhatian terhadap pluralisme kultural dan keadilan
sosial di bidang pendidikan semakin maju. Hal yang menjadikan paham
multikultur dan pendidikan multikultur di India menjadi unik adalah
terdapat fakta bahwa perbedaan dipandang sebagai definisi dari
identitas India dan demokrasi India25
Undang-undang India nomor 29 pasal 1 dan pasal 2 mengatur
tentang hak mendapatkan pendidikan bagi kaum minoritas di India. Hal
ini diperkuat dengan Undang-undang nomor 30tentang minoritas di
India. Dasar hukum inilah yang memperkuat kaum minoritas untuk
mendapatkan layanan pendidikan di sekolah-sekolah pemerintah hingga
perguruan tinggi. Meski kebijakan tentang persentase penerimaan siswa
selalu mendapat kritikan tajam dari kalangan kasta atas Brahmins,
namun hak untuk mendapatkan pendidikan bagi kaum minoritas tetap
harus dipenuhi.
Tujuan dari pendidikan multikultur adalah memberikan
pengetahuan kepada siswa tentang perbedaan kultur masyarakat India.

24
Wawancara via telpon bersama guru AMU Nursery School, Aligarh, India tanggal 26.08.2019
25
Joshee, Reva. 2012. India, Multicultural Education in. Encyclopedia of Diversity in Education.
(Ed.) James A. Banks.

9
Pendidikan multikultur tertera dalam Kerangka Kurikulum Nasional India
tahun 2005 diantaranya adalah:
 Memperkuat sistem pendidikan nasional untuk masyarakat
plura
 Mengurangi bobot kurikulum
 Perubahan sistematis terhadap reformasi kurikulum
 Kurikulum berbasis nilai tertuang dalam konstitusi seperti
keadilan sosial, kesamarataan, dan sekularisme.
 Memastikan pendidikan seumur hidup untuk anak
 Memelihara generasi agar komitmen terhadap praktek
demokrasi, norma-norma dan sensitifitas terhadap keadilan
gender.
 Karakter multilinguistik pada masyarakat India dijadikan
sebagai sumber pengembangan kehidupan.
Seperti di negara bagian Maharashtra terdapat bahan ajar Sosiologi
kelas XII yang membahas tentang “Perempuan Jelek” yang buruk rupa
dan memiliki kelainan fisik. Dalam bahasan itu disebutkan bahwa “si
perempuan yang jelek akan sulit untuk menikah. Jika ada laki-laki yang
mau menikahinya maka keluarga perempuan harus membayar uang
Dowry yang sangat besar kepada keluarga laki-laki”. Materi ini jelas
mengandung pelecehan terhadap kaum difabel sementara materi ini
telah digunakan bertahun-tahun di Maharashtra sebagai bahan ujian
akhir.26
E. Multikulturalisme di Inggris
Multikulturalisme di Inggris berakar pada awal abad ketujuh
belas. Inggris pernah menjadi kerajaan terbesar dalam sejarah dunia
yang disebut Kerajaan Inggris . Selama abad kesembilan belas,
Kekaisaran ini mencakup sekitar 25% permukaan tanah dunia dan
menguasai sekitar 20% populasinya. Di zaman kolonialisme, kebudayaan
semua negara jajahan, seperti India , Australia , Selandia Baru , Mesir ,
dan banyak negara lainnya saling bertabrakan27
Saat ini, masih ada hubungan yang kuat antara banyak koloni lama
dan sebagian besar negara-negara ini masih menjadi bagian dari
Persemakmuran Bangsa-Bangsa . Karena sejarah ini, imigran dari
seluruh dunia datang ke Inggris dan membawa makanan, agama, dan
musik; ini membentuk masyarakat multikultural di Inggris. Hal ini
menjelaskan kehadiran berbagai toko dan restoran 28
Pada abad ke-19, Inggris menyambut kelompok masyarakat baru dari
seluruh dunia. Perluasan budaya multikultural ini menyebabkan banyak
perdebatan di parlemen dan media. Belakangan, pemerintah Inggris

26
Chakravarty, Sveta Dave. 2001. Multicultural Education in India
27
Lloyd, Amy J. (2007). "The British Empire". Gale Primary Sources. University of Cambridge: 7
28
Panayi, Panikos (2010). An Immigration History of Britain. London:
Routledge. doi:10.4324/9781315834221. ISBN 9781315834221.

10
berjuang untuk mempertahankan komunitasnya yang beragam sambil
mempertahankan persatuan bangsa.
Dari tahun 1801 hingga 1881, Inggris menerima banyak imigran
berkat pertumbuhan ekonominya. Pada periode ini, lebih dari 2 juta
orang dari Irlandia pindah ke Inggris Raya, dan lebih dari 1,5 juta orang
dari Jerman, Irlandia, dan negara-negara Eropa lainnya juga
tiba. Pemerintah mendorong para pendatang baru ini dengan
menawarkan lahan murah bagi mereka yang mencari awal baru di
negara yang lebih baik. Selain itu, layanan kesehatan dan pendidikan
juga banyak tersedia secara gratis atau dengan biaya
rendah29Pemerintah berusaha untuk mengasimilasi kelompok-kelompok
baru ke dalam budaya Inggris dengan mengajari mereka bahasa Inggris
dan pekerjaan yang memerlukan sedikit pelatihan. Mereka juga
mencoba menarik kelompok etnis baru untuk bergabung dengan Partai
Konservatif, yang menyebabkan meningkatnya dukungan terhadap
perang melawan republikanisme Irlandia. Selain itu, sekolah negeri
menerima siswa non-Inggris untuk pertama kalinya dalam sejarah,
sehingga memungkinkan anak-anak dari budaya berbeda untuk berbaur
dan belajar bersama. Hal ini disebut 'multikulturalisme' pada saat itu
dan dipandang sebagai cara untuk membangun masyarakat yang lebih
bersatu. 30
Namun, hal ini tampaknya lebih berhasil dalam teori dibandingkan
praktik ketika beberapa kelompok menginginkan lebih banyak
pengakuan dan hak. Salah satu kelompok yang mengadvokasi hak-hak
yang lebih besar adalah gerakan nasionalis Skotlandia. Mereka
menginginkan Pemerintahan Dalam Negeri untuk Skotlandia; lagi pula,
Skotlandia juga merupakan kelompok imigran yang berasal dari
Irlandia. Gerakan Home Rule bertujuan untuk memberikan otonomi
yang lebih besar kepada kelompok-kelompok ini sehingga mereka dapat
lebih mudah berasimilasi dengan budaya Inggris. Pada akhirnya, hal ini
menghasilkan keterwakilan politik yang lebih besar bagi etnis minoritas
di Inggris baik di Britania Raya maupun Irlandia.
Meskipun 'multikulturalisme' pada awalnya tampak seperti ide bagus
di atas kertas, namun dalam praktiknya terbukti sulit mengingat
keinginan beberapa kelompok baru untuk mendapatkan pengakuan dan
hak yang lebih besar dalam beberapa tahun terakhir. Inggris juga telah
meningkatkan keterwakilan multikulturalnya dalam beberapa tahun
terakhir, namun masih berjuang dengan isu-isu terkait
'multikulturalisme'. Secara keseluruhan, penting untuk memahami dan
menghormati setiap kelompok budaya tanpa memberi mereka

29
"Uncovering Britain's multicultural heritage". the Guardian. 2002-06-06.
30
"Perubahan statistik etnis berbasis admin dari waktu ke waktu, Inggris: 2016 hingga 2020 -
Kantor Statistik Nasional" . www.ons.gov.uk. _ Diakses tanggal 2023-11-24 .

11
perlakuan istimewa – hal ini dapat membantu menciptakan bangsa yang
lebih bersatu dan jauh lebih kaya dari sudut pandang budaya. 31
Sejak zaman Kerajaan Inggris, orang-orang telah bermigrasi ke
Inggris. Setelah Perang Dunia II , Inggris membutuhkan pekerja,
sehingga memotivasi warga negara Persemakmuran untuk datang
ke Inggris . Selama Perang Besar, 250.000 orang Belgia bermigrasi untuk
menghindari amukan perang. Selama tahun 1930-an sebelum Perang
Dunia II, orang-orang Yahudi mulai bermigrasi ke Inggris dengan
bangkitnya pemimpin fasis 'Adolf Hitler' dan 'Nazisme'. Selama tahun
1940-an hingga 1960-an, orang Polandia diundang untuk tinggal
di Inggris dengan janji pekerjaan dan rumah. Karena migrasi besar-
besaran masyarakat Polandia, komunitas Polandia sangat melekat pada
masyarakat saat ini. Dari tahun 1950-an hingga 1960-an para pemukim
dari Pakistan, India, dan Bangladesh menetap di sana. Pada tahun 1972,
sekelompok orang Asia tiba di Inggris karena mereka diusir oleh
pemerintah Uganda. Meskipun para imigran membantu Inggris dengan
menjadi pekerja, rasisme adalah masalah besar. Penyebab utama
'multikulturalisme' di Inggris adalah serangkaian permasalahan ekonomi
dan politik yang terjadi di benua Afrika, Asia, dan Amerika Selatan. 32
Pada tahun 1960an, Inggris melakukan perubahan kebijakan
imigrasiKebijakan imigrasi Inggris lebih bersifat menoleransi imigran,
namun tidak secara aktif peduli terhadap integrasi. Pada tahun 1962,
RUU Imigran Persemakmuran disahkan untuk membatasi imigrasi. Lebih
banyak undang-undang imigrasi dan undang-undang anti-diskriminasi
diikuti untuk memastikan persamaan hak bagi semua warga negara.33

BAB III
PENUTUP.
A. KESIMPULAN.
Pendidikan Multikultural sebagai kesadaran merupakan suatu pendekatan
yang didasarkan pada keyakinan bahwa budaya merupakan salah satu
kekuatan yang dapat menjelaskan perilaku manusia. Budaya juga dapat
menjadi simbol dalam suatu lokal tersebut. Meskipun beraneka macam
budaya, etnis, suku, dan agama yang tinggal bersama dalam suatu negara
mereka harus tetap saling menghargai.

B. SARAN
31
Kuda, Andrew (2018-04-11). "Keberagaman budaya di London, 1821" . Museum
Migrasi . Diakses tanggal 18-10-2022 .

32
Göhren, Julian (31-01-2014). Sejarah Multikulturalisme dan Imigrasi di Inggris dan Reaksi Sayap
Kanan . ISBN 978-3-656-59417-8.

33
McGhee, Derek (2009-02-01). "Jalan menuju kewarganegaraan: pemeriksaan kritis terhadap
kebijakan imigrasi di Inggris sejak tahun 2001"

12
Oleh karena berbagai macam karakteristik multikultural di berbagai negara,
kita perlu meneliti kekuatan yang tersimpan di dalam budaya masing-masing
kelompok manusia agar dapat dimanfaatkan bagi kebaikan bersama.
Pendidikan multikultural dipersepsikan sebagai suatu jembatan untuk
mencapai kehidupan bersama dari umat manusia di dalam era globalisasi yang
penuh tantangan baru. Pertemuan antarbudaya bisa berpotensi memberikan
manfaat tetapi sekaligus menimbulkan salah paham. Ituah rasional yang
menunjukkan pentingnya keberadaan Pendidikan Multikultural.

13

Anda mungkin juga menyukai