Anda di halaman 1dari 4

BAB III

3.1 KESIMPULAN

Mengakui adanya keragaman budaya disebut hidup multikultural. Tentu saja, berhenti
saja tidak cukup. Kesadaran akan adanya kebhinekaan harus dikembalikan kepada
penilaian yang positif. Pemahaman ini dikenal dengan multikulturalisme.
Multikulturalisme adalah tren yang terkait, dan sering disamakan, yang berbeda dari
pluralisme. Multikulturalisme adalah hubungan pluralistik di mana minoritas dan
mayoritas memiliki masalah dan perjuangan eksistensial untuk pengakuan, kesetaraan,
kesetaraan dan keadilan. Multikulturalisme merupakan tantangan besar bagi bangsa
Indonesia untuk tetap bersatu dalam keragamannya. Masyarakat harus saling
menghormati dan bekerja sama untuk menjaga persatuan dan kesatuan.

3.2 Saran

3.2.1 Mahasiswa

matrikulasi penting dilakukan sebagai persiapan bagi mahasiswa baru dalam


menerima pembelajaran pada saat perkuliahan berlangsung. Kegiatan Matrikulasi ini
bertujuan untuk memberikan penyegaran materi bagi para mahasiswa baru. Hal ini perlu
dilakukan, mengingat sebelum masuk kuliah, biasanya banyak mahasiswa baru yamg
mungkin sudah sedikit lupa dengan pelajaran yang sudah pernah dijalani.

Kami sadar masih banyak kekurangan yang kami miliki, baik dari tulisan maupun
bahasa yang kami sajikan, oleh karna itu kami mohon kepada pembaca untuk
memberikan sarannya agar kami bisa membuat makalah yang lebih baik lagi
kedepannya, dan semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua, dan menjadi
wawasan kita dalam memahami setiap paragrafnya.
3.2.2 Masyarakat

Matrikulasi Masyarakat agar dapat menjalankan profesinya dengan baik. Oleh


karena mahasiswa dan Masyarakat memiliki latar belakang pendidikan yang beragam,
maka ketika masuk ke program studi, perlu mengikuti matrikulasi dahulu supaya dapat
menyamakan apa yang akan dipelajarinya, yang seringkali dianggap sulit. Hasil studi
digunakan untuk menentukan strategi mengajar sehingga akan diperoleh hasil belajar
yang optimal. Perkuliahan yang berupa ceramah ini adalah: tidak adanya praktikum,
aktifitas mahasiswa rendah, manfaat perkuliahan kurang dirasakan oleh mahasiswa..
Soal selidik mengenai sikap terhadap sains yang terdiri daripada 48 item adalah bersifat
multi-dimensi (iaitu persepsi terhadap guru sains, kerisauan terhadap sains, kepentingan
sains dalam masyarakat, konsep kendiri dalam sains, keseronokan dalam sains dan
motivasi dalam sains) manakala soal selidik sikap saintifik yang terdiri dari pada 23
item mengukur pemikiran kritikal, penangguhan pengadilan, persandaran kepada bukti,
kejujuran, keobjektifan dan kesediaan untuk menukar pandangan. Dapatan kajian
menunjukkan dimensi sikap pelajar terhadap konsep kendiri dalam sains dan motivasi
dalam sains perlu diberi lebih perhatian jika dibandingkan dengan dimensi sikap yang
lain. Keduadua dimensi ini juga merupakan peramal kepada penglibatan pelajar dalam
bidang sains seterusnya di peringkat tahap pendidikan tinggi mahupun dalam kehidupan
seharian sebagai ahli masyarakat. Sikap saintifik pelajar mengikut tahap pendidikan
adalah rendah. Keadaan ini membawa implikasi kepada keperluan mengubah corak
pengajaran dan pembelajaran sains yang lebih bersifat inkuiri dan ‘hands-on’. Akhir
sekali, wujudnya perkaitan positif tapi lemah di antara sikap saintifik dan sikap terhadap
sains di kalangan pelajar Tingkatan 2 dan Matrikulasi.
3.2.3 Pemerintah

Di dalam Undang-Undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional


pada Pasal 3, disebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.nasional di atas
tampak bahwa sebagian besar nilai yang akan dikembangkan lebih didominasi oleh nilai
moral daripada nilai kebenaran ilmiah dan nilai keindahan.Tujuan pendidikan nasional
memiliki keinginan luhur untuk membentuk manusia Indonesia yang memiliki basis
moral yang kuat. Adapun jika terjadi yang sebaliknya, nilai moral kurang melekat pada
diri peserta didik, hal ini berkaitan dengan tindakan praktis pendidikan yang belum
mampu mengembangkan pendidikan nilai moral yang diharapkan.
Daftar Pustaka

RC, Zainuddin. " Dasar, Tujuan dan Fungsi Pendidikan Multikultural".


www.scribd.com. Diakses pada selasa 1 November 2022.
https://www.scribd.com/document/428353202/Dasar-Tujuan-Dan-Fungsi-Pendidikan-
Multikultural

Supriatin, Atin dan Nasution, Aida Rahmi. "Implementasi pendidikan multikultural


dalam praktik pendidikan di Indonesia". Jurnal Elementary 3, 1-13 (2017): 13

Farida Hanum, "Implemntasi Pendidikan Multikultural", Dalam Kurikulum KTSP,


Lihat http/www. blogspot.com Zamroni, Pendidikan Demokrasi pada Masyarakat
Multikultural (Yogyakarta: Gavin Kalam Utama, 2011), hlm 292.

Dewi, Chintya Kusuma. " Multikulturalisme - materi Sosiologi Kelas 11"


www.zenius.net. Diakses pada senin 31 Oktober 2022.
https://www.zenius.net/blog/multikulturalisme-sosiologi-kelas-11

Moeslim Abdurrahman, "Suara Tuhan Suara Pemerdekaan; Menuju Demokrasi dan


Kesadaran Bernegara", IMPULSE, Yogyakarta: 2009, hlm 114.

Moeslim Abdurrahman dalam, Reivensi Islam Multikultural, PSB-PS UMS,


Surakarta:2005, hlm 9.

3 Parsudi Suparlan, “Menuju Masyarakat Indonesia yang Multikultural” (Online)


http://www.scripps.ohiou.edu/news/cmdd/artiksel_ps.htm. diakses, 20 Juli 2010.

Ahmad Syafi’i Ma’arif, Islam dalam Bingkai Keindonesiaan dan Kemanusiaan.PT.


Mizan Pustaka, Bandung, 2009, hlm. 49

H.A.R. Tilaar, Multikulturalisme; Tantangan-tantangan Global Masa Depan


dalamTransformasi Pendidikan Nasional, PT. Grasindo, Jakarta, 2004, hlm. XV

Anda mungkin juga menyukai