Anda di halaman 1dari 6

Nama : Putri Rezeki Rambe

Prodi : Manajemen Bisnis Syariah


Matakuliah : Kewarganegaraan
Dosen Pengampu: Dr. Muhammad Idris, MA

ESSAY

Kurangnya Ketertarikan atau minat siswa dalam pembelajaran Kewarganegaraan


dalam Era Globalisasi.
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang

Menurut Nu,man Somantri dalam dikti (2014:7), pendidikan kewarganegaraan


adalah program pendidikan yang berintikan demokrasi politik yang diperluas dengan
sumber-sumber pengetahuan lainnya, pengaruh-pengaruh positif dari pendidikan sekolah,
masyarakat, dan orang tua, yang kesemuanya itu diproses guna melatih para siswa untuk
berfikir kritis, analitis, bersikap, dan bertindak demokratis dalam mempersiapkan hidup
demokratis yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pendidikan Kewarganegaraan
adalah mata kuliah wajib nasional yang harus diambil oleh seluruh mahasiswa pada
jenjang pendidikan diploma maupun sarjana. Namun demikian, pendidikan
kewarganegaraan harus disampaikan dengan metode dan pendekatan yang bukan
indoktrinasi melainkan dengan metode yang memungkinkan daya kritis mahasiswa
terhadap berbagai persoalan bangsa. Pendidikan kewarganegaraan diberikan agar
mahasiswa memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air, demokratis, berkeadaban,
berdaya saing, disiplin dan berpartisipasi aktif dalam pembangunan nasional guna
mewujudkan tujuan nasional yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945.
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah membawa misi pendidikan moral bangsa,
membentuk warga negara yang cerdas, demokratis, dan berakhlak mulia, yang secara
konsisten melestarikan dan mengembangkan cita-cita demokrasi dan membangun
karakter bangsa.
Sedangkan visi pendidikan Kewarganegraan adalah mewujudkan proses pendidikan
yang terarah pada pengembangan kemaampuan individu, sehingga menjadi warga Negara
yang cerdas, partisipatif, dan bertanggung jawab. Dengan demikian akan
membentukwarga negara Indonesia yang didasarkan pada Pancasila dan karakter positip
masyarakat Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaiman ketertarikan dan minat siswa pada pembelajaran kewarganegaraan?

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana ketertarikan dan minat siswa pada pembelajaran
kewarganegaraan.
BAB II
Pembahasan

2.1 Teori yang Relevan


a. Henry Randall Waite pada tahun 1790 mendefinisikan pengertian pkn secara
teoritis adalah sebagai ilmu tentang kewarganegaraan, hubungan antar manusia baik
secara individual maupun kelompok, ataupun hubungan manusia dengan negaranya..".
b. Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) Menurut IMF,
globalisasi adalah meningkatnya saling ketergantungan ekonomi antara negara-negara di
dunia yang ditandai oleh meningkat dan beragamnya volume transaksi barang jasa lintas
negara.
c. Sejalan menggunakan Giddens, Drucker menjelaskan globalisasi sebagai “zaman
transformasi sosial”. menurut Drucker, globalisasi merupakan sebuah istilah menyeluruh
untuk banyak sekali proses yg berada pada jantung ekonomi global, yaitu penyebaran
komunikasi dunia secara instan, pertumbuhan perdagangan internasional.
d. Menurut Malcom Waters, profesor Sosiologi dari Universitas Tasmania,
globalisasi adalah sebuah proses sosial yang berakibat pembatasan geografis pada
keadaan sosial budaya menjadi kurang penting yang terjelma di dalam kesadaran orang.

2.2 Pembahasan
Dimulainya era globalisasi dengan ciri-ciri adanya saling keterbukaan dan
ketergantungan antarnegara sehingga negara tidak mengenal batas batasnya. Akibat saling
keterbukaan dan ketergantungan ditambah dengan arus informasi dan telekomunikasi
yang sangat cepat maka persaingan Internasional pun akan semakin ketat terutama pada
bidang ekonomi. khususnya bagi Indonesia globalisasi ini tidak hanya diarahkan pada
kepentingandalam negeri akan tetapi juga diarahkan pada kepentingan global. Dari segi
kepentingan dalam negeri globalisasi ini memberi peluang positif terutama untuk
mengadopsi dan menerapkan inovasi yang datang dari luar untuk meningkatkan peluang
kesempatan kerjabagi masyarakat Indonesia. Selanjutnya dari segi keuntungan domestik,
pengaruh globalisasi ini dapat menjadikan masyarakat untuk memiliki pola pikir global
dan pola tindak kompetitif,suka bekerja keras, memiliki etos kerja, kreatif, mau belajar
untuk meningkatkan keterampilan dan prestasi kerja. Dari segi global, hidup di dalam
dunia lebih yang terbuka,dunia yang tanpa batas. Perdagangan bebas serta makin
meningkatnya kerjasama regionalmisalnya MEA ( Masyarakat Ekonomi Asia)
memerlukan manusia-manusia yang berkualitastinggi. Kehidupan global merupakan
tantangan sekaligus membuka peluang-peluang barubagi pembangunan ekonomi dan bagi
SDM Indonesia yang berkualitas tinggi untuk memperoleh kesempatan kerja di luar
negeri. Di sinilah tantangan sekaligus peluang bagipeningkatan mutu pendidikan
Indonesia baik untuk memenuhi SDM yang berkualitas bagikebutuhan domestik maupun
global.
Tampubolon, (2001:7-11) mengemukakan bahwa dengan perkembangan
masyarakatindustri dan pancaindustri, Indonesia berada di bawah pengaruh empat proses
perkembangansosial yang mendasar dalam abad ke-21, bahkan sesungguhnya sudah
mulai dalam tiga dekade terakhir abad ke-20. Globalisasi diartikan sebagai proses saling
berhubungan yangmendunia antarindividu, bangsa dan negara, serta berbagai organisasi
kemasyarakatan,terutama perusahaan. Proses ini dibantu berbagai alat komunikasi dan
transportasi yangberteknologi canggih, dibarengi kekuatan-kekuatan politik dan ekonomi
serta nilai-nilaisosial-budaya yang saling mempengaruhi.
J. Soedjati Djiwandono dalam makalahnya mengenai "Globalisasi dan
PendidikanNilai" ( dalam Sindhunata, 2001:105) mengemukakan bahwa Negara-negara
dan bangsa- bangsa di dunia kini bukan saja saling terbuka satu sama lain, tapi juga saling
tergantung satusama lain, kalaupun ketergantungan itu akan senantiasa bersifat asimetris,
artinya satu negaralebih tergantung pada negara lain daripada sebaliknya.

Globalisasi yang membawa gaya hidup kebarat baratan cendrung melemahkan nilai-
nilai kearifan lokal. Hal ini tentunya bertentangan dengan kenyataan hidup bahwa
manusia itu pertama dibesarkan di dalam lingkungan masyarakat dan kebudayaannya
sendiri.Globalisasi haruslah bertumpu dari lokalisme yaitu bertumpu kepada nilai-nilai
lokal yangrelevan dengan perubahan zaman. Nilai-nilai lokal sebagai modal pertama dari
hal baru yang disodorkan oleh budaya global. Tanpa kuatnya nilai-nilai lokal yang hidup
dalam seorangindividu, tidak mungkin ia memasuki dunia global dengan kekuatan-
kekuatannya yang sangathebat, sehingga dengan demikian pribadi itu akan hanyut dibawa
arus globalisasi tanpa tepi.Globalisasi tidak dengan sendirinya membawa nilai-nilai
kemanusiaan. Oleh sebab itu hanyanilai-nilai global yang ikut memelihara dan
mengembangkan nilai-nilai lokal yang perludisimak untuk diserap didalam proses
pendidikan suatu masyarakat atau bangsa (Tilaar,2005;28).
Konflik-konflik sosial, tindakan-tindakan diskriminasi, perilaku yang exklusif
danprimordial muncul karena belum semua masyarakat merasa, menghayati dan bangga
sebagaiinsan Indonesia. Dan di sinilah para pemimpin formal dan informal pada semua
aspek kehidupan harus menjadi teladan. Untuk mencapai tujuan ini diperlukan
aktualisasipendidikan nasional yang baru dengan prinsip-prinsip: (1) partisipasi
masyarakat di dalammengelola pendidikan (community based education); (2)
demokratisasi proses pendidikan;(3) sumber daya pendidikan yang profesional; dan (4)
sumber daya penunjang yang memadai. Paradigma baru pendidikan di atas
mengisyaratkan bahwa tanggung jawab pendidikantidak lagi dipikulkan kepada sekolah,
akan tetapi dikembalikan kepada masyarakat dalam artisekolah dan masyarakat sama-
sama memikul tanggung jawab. Dalam paradigma baru ini,masyarakat yang selama ini
pasif terhadap pendidikan, tiba-tiba ditantang menjadi penanggung jawab pendidikan.
Tanggung jawab ini tidak hanya sekedar memberikansumbangan untuk pembangunan
gedung sekolah dan membayar uang sekolah, akan tetapiyang lebih penting masyarakat
ditantang untuk turut serta menentukan jenis pendidikan yangsesuai dengan kebutuhan,
termasuk meningkatkan mutu pendidikan dan memikirkankesejahteraan tenaga pendidik
agar dapat memberikan pendidikan yang bermutu kepadapeserta didik.

2.3 Analisa Argumentasi


Melihat dari segi kacamata yang sedikit luas, pelajaran PKN serta Pendidikan moral
yang disampaikan oleh guru di depan kelas, belum mampu menjiwai setiap gerak derik
siswa dalam kehidupan di lingkungan masyarakatnya. Hal ini tentunya, disebabkan oleh
minimnya proses belajar yang diingini siswa, pokok-pokok bahasan pelajaran PKn
dianggap sebagai pelajaran yang harus dihapal, kemudian ditagih disaat ujian. Setelah
ujian selesai, materi itupun dilupakan tanpa bekas, yang lebih serius lagi, di sekolah
selama ini terkesan tidak ubahnya seperti penjara yang terkekang, dimana peserta didik
dikekang dengan aturan yang serba ketat dan materi pelajaran yang begitu padat dan tidak
sesuai dengan kebutuhan anak.
Menurut saya, inilah gambaran Pendidikan Indonesia pada saat ini. Apabila kondisi
inidiabaikan, maka bisa jadi masyarakat akan menjadi masyarakat yang rusak, masyarakat
yang tidak memiliki nilai-nilai budaya yang harus dijunjung tinggi, masyarakat yang
melupakan jati dirinya sendiri.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Pertumbuhan sains dan teknologi yang semakin moderen akhir akhir ini menuntut
moralitasdan paham nasionalisme yang tinggi, sebab ilmu dan pengetahuan yang tidak
dibarengidengan tingkat nasionalisme dan moralitas yang tinggi menyebabkan pendidikan
khususnyapendidikan kewarganegaraan (PKn) kehilangan keutamaannya sebagai wadah
yang humanis.Tidak sedikit orang memiliki pengetahuan kewarganegaraaan yang baik
dan prestasi yanggemilang secara formal akademik tetapi tidak memberikan keuntungan
yang bermakna dalamlingkungan masyarakatnya, bahkan menjadi penyakit masyarakat
yang sangatmembahayakan bagi keberadaan budaya dan nilai-nilai kemanusiaan karena
semangatnasionalismenya dan moralitasnya rendah. Pengaruh Negatif globalisasi Tidak
sedikit kasusamoral terjadi yang dilakukan oleh anak-anak usia sekolah maupun oleh para
intelektual, baikmelalui siaran televisi maupun media masa. Bagaimana seorang anak
membunuh ayahnyamaupun ibunya sendiri, kecanduan obat-obat terlarang, minum-
minuman keras, bunuh diridan lain sebagainya. Hal ini menggambarkan bahwa
pendidikan yang dilakukan selama inibelum menyentuh ranah kesadaran siswa.
DAFTAR PUSTAKA

Zakiya Daradjat, Al-Abrasyi, M. Athiyah. 1987. Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam.


Terj.oleh Bustami A.Ghani. dan Djohar Bahry. Jakarta: Bulan Bintang.

Tilaar, H.A.R. 2007. Mengindonesia Etnisitas dan Identitas Bangsa Indonesia.


Jakarta :Rineka Cipta

Fuad Amsari. 1995. “Pengajaran PKn di Indonesia: Perspektif Sosio Historis”. Makalah.
Disampaikan dalam Seminar Nasional Pendidikan PKn di Perguruan Tinggi Umumdi
Yogyakarta tanggal 14-15 Oktober 1995.

Anda mungkin juga menyukai