Anda di halaman 1dari 4

MAKALAH

PENGARUH NILAI GLOBAL CITIZENSHIP


TERHADAP IDENTITAS NASIONAL
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN)
Dosen pengampu: Ahmad Fikri Aziz M, M.Pd.

DISUSUN OLEH
Beerty Aprilian
NIM 21010114

INSTITUT TEKNOLOGI PETROLIUM BALONGAN


TEKNIK PERMINYAKAN
KELAS C
2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Secara singkat Global Citizen atau warga global dalah mereka yang memiliki kesadaran agar
dapat menjadi bagian dari warga global dan mampu berperan aktif dalam penyelesaian masalah
kehidupan masyarakat dunia. Sedangkan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan adalah wadah
untuk masyarakat Indonesia memepersiapkan diri agar siap menghadapi era globalisasi. Dengan
demikian, penceggahan atau peminimalisiran untuk dampak negatif globalisasi dapat terealisasi dan
mempertahankan budaya serta Identitas Nasional negara Indonesia. Dapat disimpulkan pentingnya
peran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dalam hal ini adalah membentuk warga negara
yang cerdas dan baik “Smart and Good Citizenship” sebagai warga negara global. Karena kita
sebagai warga negara bukan hanya menjalani kehidupan dan bersosialisasi di lingkup negara sendiri,
tetapi juga dengan masyarakat di berbagai belahan dunia.
Dikutip dari jurnal kampus Universitas Muhmmadiyah Surakarta, globalisasi adalah suatu
fenomena dimana masyarakat di seluruh dunia dari antar individu, antar kelompok, sampai antar
negara saling berinteraksi, bergantung, dan saling memengaruhi. Sebagai contoh yang paling mudah
kita temui adalah kemajuan teknologi di negara Indonesia yang awalnya berasal dari negara lain
yang sudah maju. Namun globalisasi juga dapat didefinisikan sebagai masalah masyarakat yang
berbahaya dan mengancam apa yang sudah menjadi Identitas Nasional negara Indonesia, ataupun
negara-negara lainnya. Secara mendasar globalisasi juga dapat mengancam kondisi ekonomi
Indonesia, disebabkan adanya pesaing-pesaing dari neagara lain yang kemungkinannya lebih maju
daripada negara Indonesia serta memiliki daya saing tinggi dan kuat. Selain itu masalah mendasar
lainnya yang ditimbulkan globalisasi adalah ancaman bagi persatuan bangsa.
Kondisi globalisasi tidak lepas dengan adanya peran warga global atau global citizen.
Dikutip dari penulis Amerika dan aktivis politik yaitu David C. Korten, warga negara memiliki
tanggung jawab untuk memenuhi persyaratan institusional dan kultural demi kebaikan lebih besar
untuk masyarakat. Seorang warga negara bisa dikatakan bertanggung jawab apabila dapat konsisten
pada komitmennya terhadap nilai-nilai integratif dan penerapan dalam berfikir kritis serta memiliki
sifat khas; a) kemampuan untuk berfikir mandiri, b) kritis dan kontruktif, c) kemampuan untuk dapat
melihat masalah dalam konteks jangka panjang dan, d) untuk membuat penilaian berdasar komitmen
kepada kepentingan masyarakat jangka panjang. Selain sifat-sifat khas yang telah disebutkan, untuk
menjadi warga global yang baik haruslah memiliki pengetahuan, keterampilan serta berkarakter
(civic knowledge, civic skills and civic disposition) dan untuk dapat mencapai parameter tersebut
dibutuhkan berbagai macam ilmu disiplin yang dapat diperoleh dari dalam maupun luar jenjang
pedidikan. Dengan demikian, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan merupakan bidang
analisis multidisipliner.
Secara lebih detail, pengetahuan tentang hak dan tanggung jawab warga negara, prinsip-
prinsip dan proses demokrasi, lembaga pemerintah dan non pemerintah, identitas nasional,
pemerintahan berdasar hukum (rule of law) dan peradilan yang bebas dan tidak memihak, konstitusi,
nilai-nilai norma dalam masyarakat serta Hak Asasi Manusia, merupakan lingkup dari materi
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan memiliki
tiga komponen utama, yaitu pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), keterampilan
kewarganegaraan (civic skills) dan sikap kewarganegaraan (civic disposition). Civic knowledge
berhubungan dengan apa yang sudah seharusnya warga negara ketahui. Civic skills merupkan suatu
keterampilan yang sudah seharusnya dimiliki warga negara, mencakup keterampilan intelektual dan
keterampilan partisipasi. Civic disposition berhubungan dengan karakter dari warga negara yang
harus dipertahankan dan ditingkatkan dalam demokrasi konstitusional. Ketiganya memiliki
hubungan erat untuk peran pembentukan pribadi warga negara. Dengan memiliki komponen tersebut
maka akan terbentuknya karakter warga negara yang percaya diri (civic confidence), menjadi warga
negara yang kompeten (civic competence), menjadi warga negara yang berkomitmen (civic
commitment) yang kemudian akan menjadi warga negara yang cerdas dan baik (Smart and Good
Citizenship).
Generasi muda penerus bangsa memiliki peran penting dalam pergaulan internasional.
Diharapkan generasi muda di Indonesia bukan hanya mengambil peran dalam pergaulan nonformal
tetapi dapat berperan dalam pergaulan formal internasional juga, seperti mengikuti atau membentuk
forum dan organisasi internasional. Salah satu contoh kegiatan pemuda tingkat dunia yaitu, Serikat
Pemuda Sosialis International (The Internasional Union of Socialist Youth. IUSY). Tujuan dari
organisasi ini adalah dalam bidang federasi dunia sosialis, demokrasi sosial dan organisasi pemuda
pekerja.
Untuk membangun mahasiswa agar bisa menjadi warna negara yang baik, maka cara yang
dilakukan melalui pendidikan, baik Pendidikan formal, informal maupun nonformal. Menurut
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan
warga neraga yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi
warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkrakter yang berpengan pada Pancasila dan
UUD 1945. Berdasarkan beberapa hasil penelitian mengenai persiapan mahasiswa menjadi warga
global yaitu dengan menanamkan karakter kewarganegaraan dan pengetahuan kewarganegaraan
agar para mahasiswa mampu berpartisipasi dan menumbuhkan keaktifan dalam masyarakat global
tanpa mengesampingkan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945 sebagai warga negara Indonesia.
Namun, yang terbukti adalah kurangnya realisasi dan penanaman nilai serta pengetahuan tentang
kewarganegaraan yang dilakukan oleh penerus bangsa, sehingga pengimplemantasiannya menjadi
tidak maksimal. Sebagaimana dikutip dari jurnal Universitas Muhammadiyah Surakarta, hal tersebut
diteliti oleh Lilley, K., dkk (2017) yaitu.
Bahwa tujuan dari universitas yaitu untuk mendidik mahasiswa menjadi warga global. Namun,
masih jarang didukung oleh landasan teoretis atau bukti hasil agar tercapai lulusan yang ideal.
Gagasan kewarganegaraan global diterima oleh mayoritas mahasiswa. Empat mahasiswa
menggunakan istilah lain umtuk menggambarkan “lulusan yang ideal” yaitu memiliki
pengetahuan, keterampilan, dan sikap warga global yang ideal. Bukti ini dapat menunjukkan
bahwa istilah-istilah yang menggambarkan “lulusan yang ideal” kurang dari konsekuensi
daripada nilai-nilai yang mendasari dan pola pikir yang mahasiswa wakili. Ini menunjukkan
bahwa ambiguitas yang tak terhindarkan seputar istilah warga global dapat ditoleransi. Dengan
demikian, wacana dan penelitian di masa depan dapat diarahkan ke strategi organisasi dan
pedagogis (ilmu atau seni mengajar dimana proses pembelajaran terpusat pada pengajar) yang
menumbuhkan pemikiran warga negara yang etis dan transformatif serta professional yang siap
bekerja.

2. Landasan Teori
a. Global Citizen/Global Citizenship/international Citizen/Global Actor
 Globalisasi dengan tesis bahwa kita semua tinggal dalam satu dunia. Tumbuhnya
interpendensi di antara orang-orang, daerah-daerah, dan negara-negara yang berbeda
(Anthony Giddes)
 Semakin meluas, mendalam dan mempercepat keterhubungan di seluruh dunia dalam segala
aspek kehidupan kontemporer, dari kultur hingga criminal, finansial hingga sp

Anda mungkin juga menyukai