Anda di halaman 1dari 9

MEMBANGUN SMART AND GOOD CITIZEN DI ERA

DIGITAL MELALUI PENDIDIKAN KEWARAGANEGARAAN

DIBUAT OLEH

NAMA : ANGGORO ISLAMA AKBAR


NIM : 049894866
PROGRAM STUDI : SISTEM INFORMASI
BAB I
PENDAHULUAN

Pendidikan kewarganegaraan memiliki peran penting dalam membentuk smart and good
citizen di era digital. Dalam era digital, di mana teknologi informasi dan komunikasi semakin
dominan, penting bagi individu untuk memiliki pemahaman yang baik tentang hak, kewajiban,
dan tanggung jawab sebagai warga negara yang bertanggung jawab.

Pendidikan kewarganegaraan dapat membantu individu untuk memahami nilai-nilai


demokrasi, hak asasi manusia, pluralisme, toleransi, dan partisipasi aktif dalam kehidupan
masyarakat. Melalui pendidikan kewarganegaraan, individu dapat belajar tentang pentingnya
menghormati perbedaan, berkomunikasi secara efektif, dan berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan yang berdampak pada masyarakat.
Dalam era digital, pendidikan kewarganegaraan juga harus mengintegrasikan literasi digital.
Literasi digital melibatkan pemahaman tentang penggunaan teknologi secara etis, keamanan
digital, evaluasi informasi, dan kemampuan berpikir kritis dalam menghadapi berbagai
tantangan yang muncul dalam dunia digital.

1
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Smart and Good Citizen

2.1.1 Pengertian Smart and Good Citizen


Pembangunan berkelanjutan tentunya memerlukan sumber daya manusia yang cerdas dan
peduli terhadap kemajuan bangsa dan negara. Generasi muda dijadikan sebagai andalan
pembangunan berkelanjutan Indonesia di masa depan (Budimansyah, 2010). Meskipun saat ini
telah diadakan pendidikan kewarganegaraan bagi peserta didik, rupanya masih banyak generasi
muda yang belum paham dan peduli akan tanggung jawabnya sebagai seorang warga negara.
Menurut Encyclopedia of the Social Science (1968), warga negara didefinisikan sebagai orang
yang tercatat keanggotaannya dari sebuah negara, baik yang tinggal di wilayah negara tersebut
maupun berada di luar negara tersebut pada jangka waktu tertentu. Smart and Good Citizen
jika diartikan secara singkat yakni warga negara yang cerdas dan baik. Konsep Smart and Good
Citizen berarti kemampuan aktif dalam menyalurkan ide kreatif serta inovatif guna
mencerdaskan, memajukan, dan mengembangkan bangsa Indonesia. Konsep Smart and Good
Citizen berisi tuntutan untuk dapat menyeleksi berbagai
informasi dan budaya yang datang dari luar. Contohnya, dalam menerima informasi dari
luar diharuskan selektif agar dapat menjaga keutuhan dan jati diri bangsa sehingga tidak mudah
untuk terpecah belah.

2.1.2 Tujuan Smart and Good Citizen


Peran warga negara yaitu to be good citizenship, yakni warga yang memiliki kecerdasan baik
intelektual, emosional, sosial maupun spiritual, memiliki rasa bangga dan tanggung jawab, dan
mampu berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Di era 4.0 seperti saat ini, konsep serta peran dari warga negara juga perlu mengalami perluasan
menyesuaikan dengan tuntutan dan perkembangan zaman, artinya bukan hanya membangun
warga negara yang baik (good citizen) semata melainkan warga negara yang cerdas (smart
citizen) dalam menghadapi lingkungannya. Dalam artikel ini akan dijelaskan mengenai konsep
dari "smart young and good citizen".

2.2 Pendidikan Kewarganegaraan

2.2.1 Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan


Menurut Depdiknas (2006:49) Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang
memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan
hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil,
berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

2
2.2.2 Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan
Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk membekali mahasiswa dengan
kemampuan dasar dan pengetahuan mengenai hubungan warga negara Indonesia dengan
Negara dan dengan sesama warga negara. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan bagian
ilmu pengetahuan yang memiliki landasan filsafat baik ontologi, epistemologi maupun
aksiologi (Karsadi, 2018). Secara ontologis, Pendidikan Kewarganegaraan berobjek material,
yaitu nilai, moral, dan budi pekerti. Dalam perspektif epistemologis, Pendidikan
Kewarganegaraan dikaji dan dibahas melalui pendekatan akademik dan ilmiah dengan
menekankan pada olah kalbu, olah karsa, dan olah rasa serta olah pikir yang bersifat
komprehensif, integratif, dan holistik. Dalam perspektif aksiologis, eksistensi dan urgensi
Pendidikan Kewarganegaraan menjadi wahana pendidikan nilai, moral, dan pendidikan budi
pekerti sehingga dapat menjadi sarana transformasi pendidikan karakter untuk
menumbuhkembangkan rasa nasionalisme dan kesadaran berbangsa dan bernegara.

2.2.3 Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan


Pengajaran Pendidikan Kewarganegaraan Ruang lingkup Pendidikan Kewarganegaraan,
meliputi:
1. Hak dan kewajiban warga negara, antara lain pembahasan tentang pengertian hak dan
kewajiban, landasan filosofis hak asasi, macammacam hak warga negara, serta harmoni hak
dan kewajiban warga negara.
2. Demokrasi di Indonesia, antara lain pembahasan tentang pengertian demokrasi, prinsip-
prinsip umum demokrasi, prinsip dasar filsafat dan aspek mekanisme demokrasi Pancasila,
serta pokok-pokok pelaksanaan demokrasi di Indonesia.
3. Konsep negara dan konstitusi, antara lain pembahasan tentang perangkat hukum dan
ketatanegaraan Republik Indonesia.
4. Otonomi Daerah serta Good and Clean Governance, antara lain pembahasan tentang
pengertian, implementasi dari prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik, hambatan
pencegahan korupsi, dan pencapaian tujuan dan cita-cita nasional.

3
BAB III
PEMBAHASAN

Beberapa generasi muda di Indonesia masih memiliki pengetahuan yang minim


mengenai smart and good citizen padahal mereka telah mempelajari pendidikan
kewarganegaraan di sekolah. Namun, tidak sedikit pula terdapat generasi muda yang
mengetahui smart and good citizen dan hubungannya dengan pendidikan kewarganegaraan.
Bagi generasi muda yang tidak mengetahui smart and good citizen ternyata mereka menyadari
bahwa dirinya belum mengimplementasikan nilai-nilai pendidikan kewarganegaraan dengan
optimal dan juga merasa bahwa dirinya belum menjadi warga negara yang baik.
Permasalahan seperti itulah yang menjadi kasus bagi bangsa Indonesia yang harus
segera diselesaikan. Dengan adanya kesadaran pada masing-masing individu bahwa mereka
belum menjadi warga negara yang baik maka mudah bagi generasi muda lainnya untuk
meningkatkan atau menstimulus kembali kesadaran-kesadaran generasi muda dalam menjadi
smart and good citizen di kehidupan sehari-harinya. Kini pemenuhan kebutuhan informasi dan
gaya interaksi generasi muda bergerak mengikuti kecanggihan teknologi (Malatuny, dkk.,
2020).
Hal ini ditandai dengan intensitas yang tinggi penggunaan jaringan internet. Dengan
memanfaatkan jaringan internet ini, setiap generasi muda dapat mencari informasi mengenai
smart and good citizen yang dihubungkan dengan pendidikan kewarganegaraan. Dengan
meng-akses jaringan internet juga, para generasi dapat membantu meningkatkan kesadaran
generasi muda lainnya untuk menjadi smart and good citizen. Hal ini dapat dilakukan melalui
berbagai media sosial, seperti Whatsapp, Instagram, Youtube, Twitter, Tiktok.
Kondisi pemenuhan kebutuhan informasi dan gaya interaksi yang kini dilakukan
melalui kecanggihan teknologi merupakan ciri dari adanya era disrupsi. Pada era disrupsi
perubahan yang terjadi dalam kehidupan sangatlah besar dan bersifat mendasar dengan sangat
cepat tanpa bisa ditahan lajunya (Hapsari, 2019). Era disrupsi memberikan manfaat berupa
kemudahan kemudahan dalam kehidupan seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Pencarian
informasi dan interaksi antar manusia menjadi lebih efektif. Namun, dibalik kemanfaatannya
cukup besar, era disrupsi pun memberikan dampak negatif pada manusia, dampak negatif inilah
yang dapat menjadikan generasi muda tidak menjadi smart and good citizen dan dapat
membuat lunturnya nilai-nilai kewarganegaraan mereka yang selama ini dipelajari.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, para generasi muda berpendapat bahwa
smart and good citizen itu merupakan warga negara yang (1) memahami akan hak dan
kewajiban, dalam hal ini warga negara memahami konsep benar dan salah, baik dan buruk serta
konsep sesuatu yang harus dilakukan dan tidak harus dilakukan. Hak dan kewajiban dapat
berkaitan dengan hak dan kewajiban pada negara artinya disini manusia berkedudukan sebagai
warga negara. Terdapat pula hak asasi manusia, disini manusia berkedudukan sebagai makhluk
sosial. Hak dan kewajiban warga negara sebenarnya mencakup hak asasi manusia pula,
sehingga pelaksanaannya haruslah dilakukan dengan baik. Dalam pelaksanaannya maka
diperlukan adanya sikap tolerasi, saling menghargai dan menghormati satu sama lain. (2)
Mengetahui dan memahami nilai-nilai luhur bangsa yaitu Pancasila, dalam hal ini sebagai
smart and good citizen berarti haruslah mengetahui dan memahami akan makna pada setiap
sila Pancasila yang menjadi nilai-nilai luhur bangsa. Selain itu, perlu juga melakukan
penghayatan dan penanaman dalam diri agar nilai-nilai luhur Pancasila ini melekat pada
sanubari warga negara sehingga dalam menjalankan kegiatan sehari-harinya dapat sesuai
dengan nilai-nilai Pancasila. Segala bentuk kegiatan yang didasari dengan nilai-nilai luhur

4
Pancasila akan memberikan pengaruh positif yang besar pada seluruh aspek kehidupan. (3)
Mampu menegakan hukum, dalam hal ini sebagai smart and good citizen harus memiliki
kemampuan untuk mengkritisi segala kebijakan atau peraturan yang ada sebelum menjalankan
atau menaatinya dengan baik. Untuk menegakkan hukum, diperlukan adanya penegakkan
keadilan, karena hukum dan keadilan memiliki keterkaitan yang sangat erat. Hukum yang tidak
berjalan seperti semestinya merupakan hukum yang tidak menjunjung keadilan dan kebenaran.
(4) Mampu menjaga ketahanan nasional, dalam hal ini smart and good citizen mampu menjaga
kesatuan dan keutuhan bangsa. Menjadi smart and good citizen tidaklah menjadi individu yang
senang memecah belah persatuan bangsa dengan segala tindakannya, namun haruslah menjadi
warga negara yang senantiasa selalu berpartisipasi menjaga dan membela negaranya. (5)
Memiliki ide-ide kreatif dan inovatif serta selektif, dalam hal smart and good citizen memiliki
cara berpikir yang kreatif dan inovatif dalam memandang sesuatu. Sebagai smart and good
citizen artinya mampu secara aktif menyalurkan ide-ide kreatif dan inovatifnya untuk
memajukan, mencerdaskan dan mengembangkan bangsa.

Smart and good citizen pun dituntut untuk selektif dalam menerima berbagai informasi
dan budaya dari luar. Selektif dalam menerima informasi dapat menjaga keutuhan bangsa,
karena tidak jarang terdapat informasi yang palsu dan budaya luar yang tidak sesuai dengan
jati diri bangsa, sehingga mampu memecah belah kesatuan dan keutuhan bangsa.
Adapula warga negara yang tidak pintar dan tidak baik di era disrupsi ini menurut para generasi
muda yaitu warga negara yang senantiasa mudah mempercayai dan menyebarluaskan
informasi palsu atau hoax, bahkan terdapat warga negara yang membuat sendiri informasi palsu
tersebut. Kemunculan hoax di berbagai media sosial yang sulit untuk dihentikan dan mampu
membuat masyarakat resah dan mampu memecahkan kesatuan bangsa (Malatuny, 2020).

Pada tahun 2020 di mana sedang terjadi pandemi terdapat sekitar kurang 1.028 hoax
mengenai pandemi Covid-19 beredar dan jumlah itu hanya jumlah hoax pandemi saja, belum
dengan informasi-informasi bohong lainnya. Jika pada kedua tahun tersebut telah memiliki
jumlah informasi hoax yang cukup banyak maka pada tahun ini dapat dipastikan jumlah
informasi hoax meningkat. Informasi hoax menjadi salah satu masalah pada era disrupsi yang
sangat sulit untuk diatasi akibat dari laju jaringan internet yang sangat cepat. Dari adanya
informasi hoax ini memicu terjadinya per-pecahan, sebagai contoh terdapat informasi hoax
terkait kebijakan pemerintah, tentu hal ini akan merusak kepercayaan warga negara pada
pemerintah. Rusaknya kepercayaan warga negara akan menimbulkan tuntutan warga negara
pada pemerintah dan terjadilah kesalah-pahaman. Selain itu, adanya era disrupsi ini membuat
warga negara terlalu nyaman hingga terlena dengan teknologi sehingga dapat menyepelekan
pendidikan bahkan meninggalkan pendidikan dan meninggalkan budaya-budaya lokal karena
terpengaruh globalisasi. Saat ini, banyak sekali siswa ataupun mahasiswa yang telah dibudaki
oleh teknologi seperti games online, media sosial, situs-situs yang tidak baik seperti pornografi
dan kekerasan. Hal ini akan mempengaruhi
pendidikannya. Banyak para generasi muda dilapangan yang telah dibudaki oleh games online
dan media sosial sehingga mereka cenderung bermalas-malasan dalam belajar, bahkan di
tempat umum dalam pergaulannya pun mereka sulit untuk lepas dari gadget-nya. Banyaknya
generasi muda yang mengakses situs-situs berbahaya seperti ponografi dan kekerasan, hal ini
berdampak pada psikologis dirinya. Di lapangan telah banyak terjadi kasus tindakan asusila
dan kekerasan. Telah banyak warga negara yang kehilangan akalnya akibat terlalu sering
mengakses situs-situs berbahaya tersebut.

Demi menghadapi ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan yang akan merusak
nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang tercermin dalam Pancasila maka perlu diterapkan

5
pendidikan karakter dalam Pendidikan Kurikulum Nasional melalui Pendidikan
Kewarganegaraan. Kewarganegaraan adalah segala hal ikhwal yang berhubungan dengan
warga negara. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (Undang-
Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional) sehingga Pendidikan
Kewarganegaraan dapat diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk membekali peserta
didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan timbal balik
antara warga negara dengan negara.

Warga negara Indonesia wajib menjadi warga negara yang baik dan terdidik (smart and
good citizen) sehingga perlu memahami tentang Indonesia, memiliki kepribadian Indonesia,
memiliki rasa kebangsaan Indonesia, dan mencintai tanah air. Sebagai mahasiswa wajib
memiliki kemampuan tentang kewarganegaraan dan mampu menerapkan pengetahuan, nilai-
nilai dan keterampilan tersebut dalam kehidupan sehari-hari, memiliki kepribadian yang
mantap, berpikir kritis, bersikap rasional, etis, estetis, dan dinamis, berpandangan luas, dan
bersikap demokrasi yang berkeadaban. Hal ini akan mendukung mahasiswa untuk memiliki
kompetensi dasar, yaitu menjadi ilmuan yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air,
demokratis yang berkeadaban, menjadi warga negara yang memiliki daya saing, berdisiplin,
dan berpartisipasi aktif dalam membangun kehidupan yang damai berdasarkan nilai-nilai
Pancasila (Sri Harini Driyatmi, 2012).

6
BAB IV

PENUTUP

KESIMPULAN DAN SARAN

Kita telah memiliki banyak generasi muda yang memahami akan makna smart and
good citizen, generasi muda ini pun telah mengimplementasikan dengan baik tindakan-
tindakan smart and good citizen baik di lingkungan nyata ataupun maya seperti media sosial.
Para generasi muda telah memahami nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan
kewarganegaraan dan dibuktikan dengan mengimplementasikan nilai-nilai tersebut dalam
kehidupan sehari-hari sebagai smart and good citizen. Pendidikan kewarganegaraan memiliki
pengaruh yang sangat besar dalam membentuk smart and good citizen. Jika para generasi muda
mempelajari pendidikan kewarganegaraan dengan sungguh-sungguh maka mudah bagi mereka
untuk menjadi smart and good citizen.
Sebagai generasi yang produktif, maka generasi muda haruslah produktif dalam membangun
bangsa Indonesia, khususnya membangun karakter warga negara Indonesia untuk menjadi
smart and good citizen. Jiwa semangat yang berkobar dalam diri generasi muda haruslah
dimanfaatkan dengan baik untuk menyebarkan kebaikan dan menyebarkan pegetahuan-
pengetahuan yang bermanfaat khususnya pengetahuan mengenai kewarganegaraan. Perlu
adanya kerja sama antar generasi muda agar dapat membangun bangsa Indonesia menjadi
bangsa yang hebat. Banyaknya teknologi di era disrupsi pun harus dimanfaatkan dan digunakan
sebaik dan sebijak mungkin hingga tidak menganggu kesatuan dan keutuhan bangsa.

7
DAFTAR PUSTAKA

Rizka Putri Ayuning L. F, Dinie Anggraeni Dewi. “Implementasi Pendidikan


Kewarganegaraan Generasi Muda Sebagai Smart And Good Citizen Di Era Disrupsi” Jurnal
PEKAN Vol. 6 No.1 Edisi April 2021

Dewi, d. (2021). “Penanaman Karakter Smart Young And Good Citizen.”


JURNALBASICEDU, 5234-5240

Prof. Dr. Lasiyo, M.A., M.M. Reno Wikandaru, S.Fil., M. Phil. Dr. Hastangka, S.Fil., M.Phil.
MKDU411102-M1

Modul MKWU4109

Lisa. “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan dengan


Menggunakan Model Pembelajaran Picture and Picture Siswa Kelas 2 SDN Kutowinangun 08
Semester II Tahun Ajaran 2015/2016”
Yayuk Hidayah. “Reorientasi Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan Pada Sekolah
Dasar Dalam Wacana Kewarganegaraan Smart And Good Citizen.” Jurnal Citizenship Vol
2, No 1 (2019)

Dinie Anggraeni, Solihin Ichas Hamid, Jenisa Tasya Kamila, Salsa Berliana Putri, Vesha
Nuriefer Haliza. “Penanaman Karakter Smart Young And Good Citizen untuk Anak Usia
Sekolah Dasar“ Jurnal Basicedu Vol. 5 No. 6 (2021): December Pages 5001-6500

Anda mungkin juga menyukai