4.1 Tujuan
1
Air formasi biasa dikatakan sebagai air yang didapatkan dari
formasi saat proses produksi. Walaupun secara kasat mata air formasi
hampir sama dengan air biasa, namun sebenarnya ada yang membedakan
antara air formasi dengan air biasa. Misalkan dari kadar keasamannya, air
biasa cenderung memiliki kadar keasaman atau pH (power of hydrogen)
yang netral yaitu dengan nilai pH sebesar 7, namun jika pada air formasi
kadar keasamannya atau pH dari air formasi biasanya berkisar 8. Terdapat
banyak pendapat yang menyatakan bahwa airformasi terbentuk dari air laut
yang terendapkan di dalam formasi. Pendapat ini cukup beralasan karena
secara geografis lokasinya tempat produksi biasanya tidak jauh letaknya
dari daerah laut. Terutamauntuk migas, terkecuali geothermal. Tidak
seperti pemboran migas yang biasanya formasi atau batuan yang ditembus
adalah batuan sedimen.
Air formasi atau yang biasanya disebut dengan oil field water
atau connate water atau intertial water merupakan air yang ikut
terproduksi bersama-sama dengan minyak dan gas. Air ini biasanya
mengandung bermacam-macam garam dan asam, terutama NaCl
(Natrium chloride) sehingga merupakan air yang asam bahkan
asamsekali. Secara langsung air formasi berfungsi untuk mendorong
hidrokarbon naik ke permukaan pada mekanisme water drive. Selain
fungsi tersebut, air formasi juga digunakan untuk menetukan saturasi
air didalam batuan sehingga dapat diperoleh data secara kualitatif
mengenai jumlah cadangan hidrokarbon didalam reservoir.
Pengambilan sampel air formasi dilakukan di kepala sumur atau di
separator dengan menggunakan penampung bertutup terbuat dari kaca atau
plastik agar tidak terjadi kontaminasi. Air formasi selain berasal dari
lapisan itu sendiri atau juga berasal dari air formasi dari lapisan lain yang
masuk kedalam lapisan produktif, biasanya disebabkan oleh penyemenan
yang kurang baik sehingga air masih bisa menembus lapisan dari semen
tersebut. Kebocoran casing yang disebabkan oleh korosi pada casing ,
sambungan yang kurang rapat, pengaruh gaya tektonik rapat, pada air
2
formasi yang akan dianalisa antara lain, penentuan spesific gravity,
penentuan pH dan alkalinitas, penentuan kandungan ion, penentuan
kandungan padatan, penentuan total padatan, penentuan zat organik,
penentuan sifat kebasaan dari air formasi yang kita dapatkan, penentuan
sifat keasaman dari air formasi yang akan kita teliti, penentuan kualitas
sumber air untuk proses water floading.
Pada dasarnya analisis kimia dibagi menjadi 2 bagian yaitu, analisa
3
Oleh sebab itu dengan titrasi dua percontoh menggunakan larutan
standar EDTA (etilendiamine tetra asetat), yang satu pada pH 10 dan
lainnya pada pH 12, kalsium dan magnesium dapat ditentukan secara
bersamaan. Nilai minimum pH ditentukan dari tetapan kondisionalnya
Keff. Pada pH 12 Mg2+ mengendap sebagai Mg (OH)2 lebih dahulu
karena memiliki Keff yang lebih besar dari Ca2+. Selektivitas komplek
dapat diatur dengan pengendalian pH, misalnya Ca, Mg, Cr, Ba dapat
dititrasi pada pH 11. Mn2+, Fe, Co, Ni, Zn, Cd, Al, Pb, Cu, Ti dan V
dapat dititrasi pada pH 4-7, sedangkan logam seperti Hg, Bi, Co, Fe, Cr,
Ca, In, Sc, Ti, V dan Th dititrasi pada pH 1 -4. EDTA sebagai garam
natrium merupakan standar primer sehingga tidak perlu distandarisasi lebih
lanjut. Titrasi kompleksometri dapat digunakan pada penentuan beberapa
logam pada operasi skala semi mikro.
Konsentrasi klorida berkisar dari yang sangat encer sampai pekat
dan kemungkinan dapat menyebabkan masalah pembuangan yang serius.
Konsentrasi klorida digunakan untuk memperkirakan harga Resistivity
dari air formasi dan membedakan antara formasi-formasi bawah
permukaan (subsurface formations). Pada metoda ini, titrasi Cl dengan
AgNO3 dilakukan dengan indikator K2CrO4. Pada titrasi ini akan
terbentuk endapan baru yang berwarna. Pada titik akhir titrasi, ion Ag yang
berlebih diendapkan sebagai Ag2CrO4 yang berwarna merah-cokelat.
Larutan pada penetapan Cl- cara Mohr harus bersifat netral atau
sedikit basa sehingga diperlukan pengaturan pH 6,0–8,5 tetapi tidak boleh
terlalu basa sebab Ag akan terendapkan sebagai Ag (OH), sebaliknya jika
larutan terlalu asam maka titik akhir titrasi tidak terlihat sebab konsentrasi
CrO4 berkurang. Pada jenis titrasi ini, endapan indikator berwarna harus
lebih larut sebanding endapan utama yang terbentuk selama titrasi.
Larutan kalium kromat (K2CRO¬4) merupakan zat padat
berwarna yang menghasilkan larutan kuning dalam air yang dengan
adanya asam mineral encer berubah menjadi kromat yang berwarna jingga
dalam air, indikator kalium kromat biasa digunakan dalam metode
4
argentometri, larutan kalium kromat (K2CRO¬4) merupakan larutan yang
tidak berbahaya.
4.3 Alat dan Bahan
4.3.1 Alat
1. Balp
2. Burret
3. Corong Gelas
4. Gelas Kimia
5. Gelas Ukur
6. Labu Erlenmeyer
7. Pipet Tetes
8. Pipet Volumetrik
9. Spatula
10.Tiang Statif
11.Tissue
4.3.2 Bahan
1. Air Formasi
2. Aquadest
3. Indikator Phenolphthalein
6. Larutan K2CrO4
5
4.4 Prosedur Percobaan
6
12. Mengambil 1 mL NaOH 20% dengan menggunakan pipet
volumetrik dan balp kemudian memasukkan ke dalam labu
Erlenmeyer yang berisi air formasi.
13. Menambahkan indicator phenolphthalein sebanyak 2 tetes ke
dalam larutan tersebut, dan terjai perubahan warna menjadi
ungu.
14. Menuangkan larutan EDTA 0,01 N ke dalam buret sampai skala
0.
8
9
1
0
1
1
1
2