Anda di halaman 1dari 12

KELOMPOK 12

PJK : KARLINA DEWI


Anggota Kelompok :BAGUS SETYO ARDIANSYAH (20010086)
NANANG HIDAYAT (21010110)
RIZALUL GHOISI (21010112)
EKA PRASETIO BUDIYANTO (21010113)
BEERTY APRILIAN (21010114)
KANTO HARYANTO (21010115)
HERU ERLANGGA PAIZIN (21010116)
DANIEL CARLOS GULZOM (21010117)
DIMAS (21010119)

PRAKTIKUM IV ANALISA KIMIA AIR


FORMASI II

4.1 Tujuan

1. Mengetahui pengertian alkalinitas.

2. Mengetahui pengambilan air formasi di lapangan.

3. Mengetahui bahan yang digunakan.

4. Menentukan konsentrasi Ca+ (kalsium) pada formasi.

5. Menentukan konsentrasi Cl- (klorida) dan Mg+ (magnesium) pada


air formasi.

4.2 Dasar Teori

Pengambilan sampel air formasi dilakukan dikepala sumur atau


diseparator dengan menggunakan penampung tertutup terbuat dari kaca
atu plastik agar tidak terjadi kontaminasi.

1
Air formasi biasa dikatakan sebagai air yang didapatkan dari
formasi saat proses produksi. Walaupun secara kasat mata air formasi
hampir sama dengan air biasa, namun sebenarnya ada yang membedakan
antara air formasi dengan air biasa. Misalkan dari kadar keasamannya, air
biasa cenderung memiliki kadar keasaman atau pH (power of hydrogen)
yang netral yaitu dengan nilai pH sebesar 7, namun jika pada air formasi
kadar keasamannya atau pH dari air formasi biasanya berkisar 8. Terdapat
banyak pendapat yang menyatakan bahwa airformasi terbentuk dari air laut
yang terendapkan di dalam formasi. Pendapat ini cukup beralasan karena
secara geografis lokasinya tempat produksi biasanya tidak jauh letaknya
dari daerah laut. Terutamauntuk migas, terkecuali geothermal. Tidak
seperti pemboran migas yang biasanya formasi atau batuan yang ditembus
adalah batuan sedimen.

Air formasi atau yang biasanya disebut dengan oil field water
atau connate water atau intertial water merupakan air yang ikut
terproduksi bersama-sama dengan minyak dan gas. Air ini biasanya
mengandung bermacam-macam garam dan asam, terutama NaCl
(Natrium chloride) sehingga merupakan air yang asam bahkan
asamsekali. Secara langsung air formasi berfungsi untuk mendorong
hidrokarbon naik ke permukaan pada mekanisme water drive. Selain
fungsi tersebut, air formasi juga digunakan untuk menetukan saturasi
air didalam batuan sehingga dapat diperoleh data secara kualitatif
mengenai jumlah cadangan hidrokarbon didalam reservoir.
Pengambilan sampel air formasi dilakukan di kepala sumur atau di
separator dengan menggunakan penampung bertutup terbuat dari kaca atau
plastik agar tidak terjadi kontaminasi. Air formasi selain berasal dari
lapisan itu sendiri atau juga berasal dari air formasi dari lapisan lain yang
masuk kedalam lapisan produktif, biasanya disebabkan oleh penyemenan
yang kurang baik sehingga air masih bisa menembus lapisan dari semen
tersebut. Kebocoran casing yang disebabkan oleh korosi pada casing ,
sambungan yang kurang rapat, pengaruh gaya tektonik rapat, pada air

2
formasi yang akan dianalisa antara lain, penentuan spesific gravity,
penentuan pH dan alkalinitas, penentuan kandungan ion, penentuan
kandungan padatan, penentuan total padatan, penentuan zat organik,
penentuan sifat kebasaan dari air formasi yang kita dapatkan, penentuan
sifat keasaman dari air formasi yang akan kita teliti, penentuan kualitas
sumber air untuk proses water floading.
Pada dasarnya analisis kimia dibagi menjadi 2 bagian yaitu, analisa

kualitatif, yaitu analisa yang berhubungan dengan identifikasi suatu zat


atau campuran yang tidak diketahui sedangkan analisa kuntitatif, yaitu
analisa kimia yang menyangkut penentuan jumlah zat tertentu yang ada
dalam suatu sampel.
Alkalinitas dari suatu cairan biasa dilaporkan sebagai ion CO3-
[karbonat], HCO3- [bikarbonat] dan OH- [hidroksida] dengan cara
mentitrasi air sampel dengan larutan asam yang lemah dan larutan
indikator. Larutan penunjuk atau indikator metyl orange (MO)
digunakan sebagai indikator dalam penentuan HCO3- [bikarbonat].
Yang digunakan dalam penentuan kebasahan CO3- [karbonat] dan OH-
[hidroksida] adalah phenolpthalein (PP). Sedangkan untuk menentukan
kandungan Ca2+ dan Mg2+ perlu terlebih dahulu ditentukan kesadahan
totalnya. Unsur ion baku dalam air formasi adalah Cl-, yang
konsentrasinya lemah sampai pekat.
EDTA (etilendiamin tetra asetat) adalah senyawa yang stabil,
mudah larut dan menunjukkan komposisi kimiawi yang tertentu. Kalsium
dan magnesium dapat membentuk garam kompleks EDTA (etilendiamine
tetra asetat) pada pH basa yaitu 10. Sementara itu, hanya kalsium yang
membentuk garam kompleks pada pH sbesar 12 dikarenakan adanya
pengendapan magnesium sebagai Mg (OH)2 (magnesium hidroksida).
KOH (kalium hidroksida) diperlukan untuk menaikkan pH dan
menghindari terjadinya kopresipitasi, sehingga penitaran EDTA
(etilendiamine tetra asetat) pada pH tersebut hanya dikonsumsi oleh
kalsium saja.

3
Oleh sebab itu dengan titrasi dua percontoh menggunakan larutan
standar EDTA (etilendiamine tetra asetat), yang satu pada pH 10 dan
lainnya pada pH 12, kalsium dan magnesium dapat ditentukan secara
bersamaan. Nilai minimum pH ditentukan dari tetapan kondisionalnya
Keff. Pada pH 12 Mg2+ mengendap sebagai Mg (OH)2 lebih dahulu
karena memiliki Keff yang lebih besar dari Ca2+. Selektivitas komplek
dapat diatur dengan pengendalian pH, misalnya Ca, Mg, Cr, Ba dapat
dititrasi pada pH 11. Mn2+, Fe, Co, Ni, Zn, Cd, Al, Pb, Cu, Ti dan V
dapat dititrasi pada pH 4-7, sedangkan logam seperti Hg, Bi, Co, Fe, Cr,
Ca, In, Sc, Ti, V dan Th dititrasi pada pH 1 -4. EDTA sebagai garam
natrium merupakan standar primer sehingga tidak perlu distandarisasi lebih
lanjut. Titrasi kompleksometri dapat digunakan pada penentuan beberapa
logam pada operasi skala semi mikro.
Konsentrasi klorida berkisar dari yang sangat encer sampai pekat
dan kemungkinan dapat menyebabkan masalah pembuangan yang serius.
Konsentrasi klorida digunakan untuk memperkirakan harga Resistivity
dari air formasi dan membedakan antara formasi-formasi bawah
permukaan (subsurface formations). Pada metoda ini, titrasi Cl dengan
AgNO3 dilakukan dengan indikator K2CrO4. Pada titrasi ini akan
terbentuk endapan baru yang berwarna. Pada titik akhir titrasi, ion Ag yang
berlebih diendapkan sebagai Ag2CrO4 yang berwarna merah-cokelat.
Larutan pada penetapan Cl- cara Mohr harus bersifat netral atau
sedikit basa sehingga diperlukan pengaturan pH 6,0–8,5 tetapi tidak boleh
terlalu basa sebab Ag akan terendapkan sebagai Ag (OH), sebaliknya jika
larutan terlalu asam maka titik akhir titrasi tidak terlihat sebab konsentrasi
CrO4 berkurang. Pada jenis titrasi ini, endapan indikator berwarna harus
lebih larut sebanding endapan utama yang terbentuk selama titrasi.
Larutan kalium kromat (K2CRO¬4) merupakan zat padat
berwarna yang menghasilkan larutan kuning dalam air yang dengan
adanya asam mineral encer berubah menjadi kromat yang berwarna jingga
dalam air, indikator kalium kromat biasa digunakan dalam metode

4
argentometri, larutan kalium kromat (K2CRO¬4) merupakan larutan yang
tidak berbahaya.
4.3 Alat dan Bahan
4.3.1 Alat

1. Balp

2. Burret

3. Corong Gelas

4. Gelas Kimia

5. Gelas Ukur

6. Labu Erlenmeyer

7. Pipet Tetes

8. Pipet Volumetrik

9. Spatula

10.Tiang Statif

11.Tissue

4.3.2 Bahan

1. Air Formasi

2. Aquadest

3. Indikator Phenolphthalein

4. Larutan AgNO3 0,01 N

5. Larutan EDTA 0,01 N

6. Larutan K2CrO4

7. Larutan NaOH 20%

8. Larutan NH4OH 25%

5
4.4 Prosedur Percobaan

4.4.1 Penentuan Ion Kalsium (Ca2+)

1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam


praktikum.

2. Mengambil sampel air formasi sebanyak 10 mL dengan


menggunakan gelas ukur.
3. Menuangkan 10 mL sampel air formasi tersebut ke
dalam labu Erlenmeyer.
4. Mengambil larutan NH4OH 25% sebanyak 3 mL
menggunakan pipet volumetrik dan balp.
5. Memasukkan larutan NH4OH yang sudah diambil ke
dalam labu Erlenmeyer yang berisi air formasi.
6. Menggoyangkan larutan yang berada di dalam labu Erlenmeyer
sampai terjadi perubahan warna sampel air formasi menjadi
keruh.
7. Mengindikasikan adanya kandungan ion kalsium (Ca2+) pada
sampel air formasi tersebut.
8. Mencatat hasil perubahan warna atau indikasi sebagai analisa
kualitatif kandungan ion kalsium (Ca2+).
9. Mencuci alat-alat yang telah digunakan untuk digunakan kembali.

10. Mengambil 10 mL sampel air formasi dengan menggunakan gelas


ukur.

11. Menuangkan air formasi yang sudah diambil 10 mL ke


dalam labu Erlenmeyer.

6
12. Mengambil 1 mL NaOH 20% dengan menggunakan pipet
volumetrik dan balp kemudian memasukkan ke dalam labu
Erlenmeyer yang berisi air formasi.
13. Menambahkan indicator phenolphthalein sebanyak 2 tetes ke
dalam larutan tersebut, dan terjai perubahan warna menjadi
ungu.
14. Menuangkan larutan EDTA 0,01 N ke dalam buret sampai skala
0.

15. Menitrasi sampel air formasi tersebut dengan larutan EDTA


0,01 N sampai warna sampel air formasi tersebut menjadi warna
ungu bening.
16. Mencatat banyaknya volume larutan EDTA 0,01 N yang
digunakan untuk titrasi, sebagai hasil pengamatan analisa ion
kalsium secara kuantitatif
17. Membersihkan dan merapihkan kembali alat dan bahan yang
telah digunakan.

4.4.2 Penentuan Ion Klorida (CI-)

1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam


praktikum

2. Mengambil 10 mL air formasi dengan menggunakan gelas ukur.

3. Memasukkan air formasi tersebut ke dalam labu Erlenmeyer.

4. Menambahkan larutan AgNO3 0,1 N sebanyak satu tetes


menggunakan pipet tetes ke dalam labu Erlenmeyer.
5. Menggoyangkan labu Erlenmeyer tersebut sampai terjadi
indikasi atau perubahan warna.
6. Mengamati air formasi yang berada di dalam labu Erlenmeyer
akan menjadi keruh dan terdapat endapan.
7. Mencatat hasil pengamatan dengan indikasi atau perubahan
7
warna sebagai analisa kualitatif ion klorida.
8. Mencuci alat-alat yang telah digunakan untuk digunakan kembali.

9. Mengambil 10 mL air formasi dengan menggunakan gelas ukur.

10. Memasukkan air formasi tersebut ke dalam labu Erlenmeye

11. Mengambil 1 mL larutan K2CrO4 5% menggunakan pipet


volumetrik dan balp kemudian memasukkan ke dalam labu
Erlenmeyer yang berisi air formasi.
12. Memasukkan larutan AgNO3 0,1 N ke dalam buret dengan
menggunakan corong gelas sampai skala nol.
13. Menitrasi larutan tersebut dengan larutan AgNO3 0,1 N
sampai air formasi tersebut terdapat tetesan merah bata.
14. Mencatat volume AgNO3 0,1 N yang digunakan untuk titrasi,
sebagai hasil pengamatan analisa ion klorida secara kuantitatif.
15. Membersihkan dan merapihkan kembali alat dan bahan yang
telah digunakan.

8
9
1
0
1
1
1
2

Anda mungkin juga menyukai