Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM

ANORGANIK II

Oleh:
AGUS SUPRIADI RIDWAN (G1C OO7003)
HUSNUL KHOTIMAH (G1C 007011)
PUTU EKA WAHYU RATNANINGSIH (G1C OO7O32)
WAHYU DIAN SILVIANI (G1C 007045)

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS MATARAM
2009
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-
Nyalah maka Laporan Tetap Praktikum Anorganik II ini dapat kami selesaikan.
Adapun dalam laporan ini terdapat lima percobaan yang telah dilakukan, antara lain:
Pemurnian NaCl, Pembuatan AlK(SO4)2.12H2O, Kimia Mangan, Pembuatan Kristal Tembaga
(II) Sulfat, Pembuatan Garam Kompleks dan Garam Rangkap dari Tembaga.
Dalam penulisannya laporan tetap ini, serta saat praktikum berlangsung tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan kali ini kami mengucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada para pembimbing mata kuliah biokimia dan kepada semua pihak
atas bantuan, dukungan, dan motivasinya.
Kami menyadari laporan tetap ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, saran dan
kritik yang membangun sangat kami harapkan datang dari semua pihak. Akhirnya, semoga
laporan tetap ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Mataram, 02 Januari 2010

Penulis
DAFTAR ISI

Kata pengantar ……………………………………………………….. 2


Daftar isi ………………………………………………………... 3
Pemurnian NaCl …………..……………………………………………. 4
Pembuatan AlK(SO4)2.12H2O …………………………………………. 20
Kimia Mangan ……………..…………………………………………. 39
Pembuatan Kristal Tembaga (II) Sulfat ……….……………………. 53
Pembuatan Garam Kompleks dan Garam Rangkap
dari Tembaga …………………………………………………. 72
PEMURNIAN NaCl

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan : Dapat memahami prinsip pemurnaian dan pengkrisalan NaCl.
2. Waktu : Kamis, 15 Oktober 2009
3. Tempat : Laboraorium Kimia Dasar Fakultas MIPA UNRAM
B. LANDASAN TEORI
Natrium adalah logam putih perak yang luna, yang melebur pada 97,5 oC. Natrium teroksidasi
dengan cepat dalam udara lembab, maka harus disimpanterendam seluruhnya alampelarut nafta dan
silena. Logam ini breaksi keras dengan air, membentuk natrium hidroksida dan hidrogen. Dalam
garam-garamnya natrium berada sebagai kation monvalen Na+. Garan-garam ini membentuk larutan
tak berwarna, hampir semua garam natrium larut dalam air (Vogel, 1979: 37).

Kelarutan garam alkali dalam air sangat besar seingga sangat bermanfaat sebagai pereaksi di
laboratorium. Namun demikian, kelarutan ini sangat bervariasi. Untuk menjelaskan kecendrungan
kelarytan diperlukan pemahaman siklus energi yang melibatkan pembentukan suatu larutan dari fase
padatan yang bersangkutan. Kelarutan suatu senyawa bergantung pada besaran-besaran entalpi yaitu
energi kisi, entalpi hidrasi kation dan anion dan juga perubahan entropi yang bersangkutan
(Sugiyarto, 2003: 3.4).

Dibidang teknik kimia seringkali bahan pada harusdipisahkan dari larutan atau lelehan, tanpa
mengikat kotoran-kotoran yang terkandung dalam fase cair tersebut. Seringkali juga bahan padat
kristalin yang mengandung pengotor harus dibersihkan atau dihasilkan bentuk-bentuk krisal tertentu,
untuk maksud tersebut proses kristalisasi dapat digunakan (Bernasioni, 1995: 53).

Kristalisasi adalah proses pembentukan fase padat (kristal) kompoen tunggal dari fase cair
(larutan atau lelehan) yang multikomponen dan dilakukan dengan cara pendinginan, penguapan atau
kombinasi pendinginan dan penguapan. Proses pembentukan kristal diakukan dengan 3 tahap, yaitu
(1) pencapaian kondisi superlewat jenuh (2) pembentukan inti kristal (nukleation) dan (3)
pertumbuhan inti kristal menjadi kristal. Kondisi super jenuh dapat tercapai dengan pendinginan.
Penguapann, penambahan presitipan atau sebagai akibat dari reaksi kimia antara dua fasse yang
homogen. Sedangkan pembentukan inti kristal terjadi setelah kondisi superlewat jenuh tercapai
(Paryanto, 2000: 7).
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat-alat
 Neraca digital
 Tabung erlenmeyer
 Statif
 Klem
 Pipa bengkok
 Pipet tetes
 Labu ukur
 Gelas kimia 400 mL
 Batang pengaduk
 Corong biasa
 Mortar
 Kertas saring
2. Bahan-bahan
 Garam dapur kotor
 Aquades
 Larutan H2SO4

D. PROSEDUR KERJA
100 mL aquades
50 gr garam dapur
(sedikit demi sedikit)
Larutan jenuh
Alirkan gas HCl
(semalaman)
Butiran kristal NaCl
Disaring
Dicuci dengan aquades
Dikeringkan
Ditimbang
Massa NaCl murni
Keterangan gambar :
Statif
Erlenmeyer (wadah pembuatan gas HCl).
Pipa bengkok
Erlenmeyer (wadah larutan NaCl jenuh)
E. HASIL PENGAMATAN
Massa garam dapur awal = 50 gram

Massa garam tersisa = 5,16 gram

Massa garam dapur terpakai = 44,84 gram (sampai larutan jenuh)

Massa kristal NaCl hasil praktikum = 1,17 gram

F. ANALISIS DATA
1. persamaan reaksi
NaCl(s) + H2O NaCl(aq)

NaCl(s) + H2SO4(l) Na2SO4(s) + 2HCl(g)

NaCl(aq) + HCl(g) NaCl(s)

2. Kadar NaCl murni


1,17 gram
kadarNaCl = x100 % = 2,61 %
44 ,84 gram

G. PEMBAHASAN
Garam dapur yang berasal dari hasil penguapan air laut mengandung berbagai komponen
seperti ion Ca2+, Mg2+, Al3+, SO42-, I-, Br- dan NaCl sebagai komponen utamanya. Untuk memisahkan
komponen utama tersebut dari komponen lainnya maka perlu dilakukan pemurnian yang didasarkan
pada perbedaan daya larut antara zat yang akan dimurnikan dari pengotornya dengan menggunaka
pelarut tertentu (dalam praktikum ini digunakan air). Metodesemacan ini disebut dengan metode
rekristalisasi.

Pelarutan NaCl kotor dengan menggunakan air sebagai pelarutnya akan menyebabkan NaCl
terionisasi membentuk Na+ dan Cl- serta komponen-komponen lainnya juga ikut terlarut menjadi ion-
ionnya. Pelautan yang dilakukan harus menghasilakn larutan lewat jenuh (Paryanto, 2000) karena hal
ini akan berpengaruh terhadap proses rekristalisasinya. Larutan lewat jenuh diindikasikan dengan
berkurangnya daya larut suatu komponen dalam pelarutnya. Larutan lewat jenuh tidak akan bisa
melarutkan kembali dengan jika tidak dikondisikan misalnya dengan pemanasan. Pembuatan larutan
jenuh ini bertujuan untuk memperbanyak inti kristal (nuklei). Jikalaju pembentukan inti (nukleasi)
lebih kecil dari laju pertumbuhan inti maka hana dihasilkan partikel dengan jumlah kecil tetapi
ukurannya relatif besar (Underwood, 2002). Dalam hal ini yang menjadi inti adalah Na+ dan Cl-.
Ketika larutan mencapai kondisi lewat jenuh maka ion Na+ dan Cl- akan berikatan secara kuat
membentuk NaCl yang terus berkembang sehingga terendap ke dasar. Namun ukuran-ukurannya
masih sangat kecil sehingga dibutuhkan penambahan ion sejenis berupa penambahan gas HCl.
Adanya gas ini akan menyebabkan NaCl sebagai inti akan dikelilingi oleh ion Cl- yang emakin
melimpah dengan adanya gas HCl tersebut. Kelimpahan Cl - ini akan menyebabkan panarikan ion-ion
yang bisa menetralkan muatannya. Dalam hal ini lebih cendrung akan berikatan dengan Na +. Ion Na+
dan Cl- terikat membrntuk kristal ionik yang terdiri atas susunan teratur dalam kisi kristal. Kisi kristal
merupakan kumpulan dari satuan-satuan kecil yang disebut sel satuan dan ion-ion dinyatakan sebagai
titik-titik. Kristal yang terbentuk akan terendapkan dan dapat dipisahkan dengan cara penyaringan.

Pada praktikum ini diperoleh kadar NaCl murni sebesar 2,61% dari 44.84 gram garam NaCl
kotor. Persentase kadar NaCl ini sebenarnya bisa lebih besar jiak larutannya tiadak tersedot kereaktor
pembentukan HCl. Naiknya larutan NaCl jenuh ini kereaktor pembentukan gas HCl ini disebabkan
karena ketidakseimbangan tekanan di dalam reaktor dengan permukaan larutan. Hal ini disebabkan
oleh adanya panas hasil reaksi dari NaCl dan H 2SO4 pekat yang berlebihan. Penambahan H2SO4
berlebih akan meningkatkan suhu pada reaktor, seharusnya praktikan menambahkan H2SO4 pekat
secara perlhan-lahan dan kontinu samapi terbentuk keseimbangan reaksi antara NaCl dan H2SO4
pekatnya.

H. KESIMPULAN
1. pemurnian nacl dari zat pengotornya dilakukan dengan pelarutan yang didasarkan pada perbedaan
kelarutan tiap unsur (ion) dan pengkristalan dengan penambahan in sejenis.
2. proses rekristalisasi akan berhasil jika larutan lewat jenuh ditambahkan ion senama.
3. kadar NaCl murni dalam 44,84 gram NaCl kotor adalah 2,61%. Persentase ini bisa ditingkatkan
jika ketelitian praktikan lebih tinggi.

DAFTAR PUSTAKA
Bernasioni, G. 1995. Teknologi Kimia. Jakarta : PT Padya Pramita.

Paryanto, I. 2000. ”Pengaruh Penambahan Garam Halus Pada Rekristalisasi Garam Farmasetis”. Jurnal
Sains dan Teknologi Indonesia, Vol 2 No 9.

Sugiyarto, Kristian H. 2003. Dasar-dasar Kimia Anorganik Logam. Yogyakarta : Universitas Negeri
Yogyakarta.

Vogel. 1979. Anorganik Kualitatif Makro dan Semimakro. Jakarta : PT Kalman Media Pustaka.
PEMBUATAN ALK(SO4)2. 12H2O
A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan
• Memahami beberapa aspek tentang unsure alumunim.
• Membuat tawas.
2. Hari, tanggal : Kamis,22 oktobe 2009
3. Tempat : Laboratorium Kimia FMIPA Universitas Mataram

B. LANDASAN TEORI
Alumunium adalah unsure yang banyak dijumpai di bumi dalam bentuk seperti feldspar
dan mika. Pada umumnya banyak dijumpai dalam oksida tetrahidrat seperti; boksit,
Al2O3.nH2O dan karyolit. Suatu bentuk bahan yan ada di kerak bumi yang banyak
mengandung alumunium adalah tanah liat. Sejak zaman dahulu tanah liat banyak digunakan
sebagai bahan pembuat alat-alat tembikar yang hasilnya akan kuat dank eras(Agus Abhi
Purwoko.2001:17).

Logam alumunium maupun persenyawaannya memiliki banyak kegunaan. Seperti garam


sulfatnya, banyk diproduksi dalam industri karena kegunaannya untuk obat-obatan dan
pewarna tekstil. Alumunium adalah logam keras yang sangat elektro positif dan bfrwarna
putih. Sifat logam alumunium sangat menonjol adalah ketahanannya terhadap
korosi(Sugiarto.200:10.7).

Alumunium tahan terhadap korosi karena memiliki lapsan oksida yang trlapis secara
elektrolitik. Alumunium memiliki warna dasar putih, namun dapat pula diwarnai dengan
berbagai warna pigmen. Salah satu sifat unik dari almunium adalah larut dalam asam mineral
encer seperti HNO3 encer, akan tetapi menjadi pasif atau tidak bereaksi dengan HNO3 pekat.
Hal itu terjadi karena adanya lapisan oksida yang dimiliki alumunium, namu akan rusakjika
bereaksi dengan air sehingga lapisan dari logam alumunium tersebut akan sedikit
tergores(Cotton.2007:288).
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
• Gelas kimia 100 ml
• Bunsen/pemanas
• Corong buchner
• Cawan penguap
• Batang pengaduk

2. Bahan
• Al2(SO4)3.18H2O
• K2SO4
• Aquadest

D. SKEMA KERJA

11,13 gr Al2(SO4)3.18H2O 2,9 gr K2 SO4


Larutkan Dalam 8,3 ml air Larutkan dalam 16,6 ml air
T=800C

Larutan A Larutan B

Campuran A&B
Dalam cawan penguapan
Didinginkan pd T=250C
Kristal
Cuci dengan air dingin
Dikeringkan dgn kertas saring
Hasil
E. HASIL PENGAMATAN
Massa Al2(SO4)3.18H2O = 11,13 gram
Dilarutkan dalam air 8,3 ml
- Massa K2SO4 = 2,9 gram
Dilarutkan dalam air 16,6 ml
- Massa kristal = 15,17 gram

F. ANALISIS DATA
1. Pesamaan reaksi
Al2(SO4)3.18H2O + K2SO4 2AlK(SO4)2.12H2O

2. Perhitungan
Mol K2SO4
m = 2,9 gram, Mr = 174
Mol = m/Mr
=2,9/174
= 0,016 mol

Mol Al2(SO4)3.18H2O
m = 11,13 gram, Mr = 666
Mol = m/Mr
= 11,13/666 = 0,0167 mol

• Berdasarkan stoikiometri;
Mol AlK(SO4)2 .12H2O (tawas)
Mol tawas = 2 x 0.016 = 0,032 mol
• Berdasarkan percobaan
% rendemen tawas = Gram krista x 100%
Gram bahan
= 15,17 x 100%
11,13+2,9
= 106,45%

G. PEMBAHASAN
Alumunium merupaan unsure logam golongan III A. Alumunium merupakan salah sat
loa ringan yang stabil di udara dan berwarna putih. Namun, sifat yang palin menonjol dari
alumunium adalah tahan trhadap korosi. Hal itu karena alumunium memiliki lapisan oksida
pada kulitnya.

Alumunium di alam terdapat berupa senyawa oksida Al2O3 yang disebut alumina.
Alumunium mudah berreaksi dengan asam encer, dan membebaskan hydrogen. Namun,
reaksi terhadap oksigen sedikit sulit terjadi karena tehalang oleh lapisan oksida pada
alumunium tersebut.

Dalam praktikum yang dilakukan dimana direaksikan senyawa alumunium sulfat dengan
kalium sulfat. Dalam reaksi tersebut menghasilkan senyawa alumunium kalium sulfat atau
lebih dikenal dengan tawas. Tawas memiliki rumus senyawa AlK(SO4)2.12H2O. Tawas sangat
bemanfaat dalam pembuatan obat-obatan dan pewarnaan tekstil.

Sebelum direaksikan antara alumunium sulfat dengan kalium sulfat. Terlebih


dahuludilarutkan dalam aquades. Alumunium sulfat dilarutkan dengan suhu yang tidak boleh
lebih dari 80oC. Halitu agar senyawa tersebut tidak mengalami hidrolisis bila melebihi 80oC.
Sementara, kalium sulfat cukuo di larutkan dalam aquades dingin.

Dari perreaksian 11,13 gram alumunium sulfat yang dilarutkan dalam 8,3ml aquades,
dengan 2,9 gram kalium sulfat yang dilarutkan dalam 16,6ml aquades. Menghasilkan
kristal/padatan berupa alumunium kalium sulfat(tawas) sebanyak 15,77 gram.
H. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

• Alumunium merupakan logam kuat, ringan dan berwarna putih.


• Alumunium memiliki sifat tahan terhadap korosi.
• Di alam alumunium terdapat dalam bentuk oksida Al2O3 atau disebut alumina.
• Alumunium memiliki lapisan oksida yang mengalangi proses korosi.
• Reaksi antara alumunium sulfat / Al2(SO4)2.12H2O dengan K2SO4 menghasilkan tawas /
AlK(SO4)2.12H2O.
• Tawas sangat bermanfaat sebagai bahan pembuatan obat-obatan dan pewarna tekstil.
DAFTAR PUSTAKA

Cotton dan Wilkinson.2007. Kimia Anorganik Dasar.Jakarta:UI Press.

Purwoko,Agus Abhi.2001.Kimia Unsur.Mataram:Universitas Mataram Press.

Sugiarto,Kristian Handoyo.2001.Kimia Anorganik Logam.Yogyakarta:UNY Press.


KIMIA MANGAN

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Tujuan : Mempelajari pembuatan senyawa mangan (VI), mangan (III), dan sifat-sifatnya.

Hari/tanggal : Kamis, 29 Oktober 2009

Tempat : Laboratorium Kimia, Lantai 2, Fakultas MIPA

UNIVERSITAS MATARAM

B. LANDASAN TEORI

Mangan merupakan logam transisi rapuh dengan warna putih kemerahan dan
sangat keras-getas. Logam ini sering dijumpai pada pirolusif/batu kawi/MnO2 atau oksida
lainnya. Mangan dapat diekstraksi melalui reduksi oksida menggunakan magnesium (proses
kroll). Mangan mempunyai Na = 25; BA = 54,938; d = 7,86; tl = 1245 °C; td = 2145 °C;
dengan konfigurasi electron 3d6 4s2. Kegunaannya sebagai aditif dalam pembuatan bijih-bijih
logam paduan yang dibuat dengan menambahkan pirolusif pada bijih besi pada sebuah tanur
listrik yang berfungsi mengikat oksigen sehingga saat proses pembekuan/pendinginan baja
tidak terjadi gelembung-gelembung gas yang bisa merapuhkan (Idris, dkk, 2008: 237-238).

Enam oksida mangan dikenal orang, MnO, MN3O3, MnO2, MnO3, Mn2O7, dan
Mn3O4. Lima dari oksida-oksida ini mempunyai bilangan oksidasi masing-masing +2, +3,
+4, +6 dan +7. Sedang yang terakhir, Mn3O4, merupakan mangan (II)-mangan (III) oksida,
(MnO.Mn2O3). kation mangan (II) diturunkan dari mangan (II) oksida. Ia membentuk
garam-garam tak berwarna, meski jika senyawa itu mengandung air Kristal, dan terdapat
dalam larutan, warnanya agak merah jambu; ini disebabkan oleh adanya ion
heksakuomanganat (II), [Mn(H2O)6]2+. Ion mangan (III) tidaklah stabil; tetapi ada beberapa
kompleks yang mengandung mangan dalam keadaan oksidasi +3. Ia mudah direduksi
menjadi ion mangan (II). Meskipun ia dapat diturunkan dari mangan (III) oksida, Mn2O3,
yang terakhir ini, bila direaksikan dengan asam mineral, menghasilkan ion mangan(II).
Senyawa-senyawa mangan (IV), dengan kekecualian mangan (IV) oksida (atau mangan
oksida), MnO2, tidaklah stabil, karena baik ion mangan (IV), Mn4+, maupun ion manganat
(IV) (atau manganit, MnO32-), mudah direduksi menjadi mangan (II). Bila dilarutkan dalam
asam klorida pekat atau asam sulfat, mangan (IV) oksida menghasilkan masing-masing ion
mangan (II) dan gas khlor atau ion mangan (II) dan gas oksigen (Svehla, 1990: 285).

Mangan (VI) hanya dikenali stabil hanya sebagai spesies manganat, MnO42-,
dengan bangun tetrahedron dan berwarna hijau gelap. Kalium manganat dapat diperoleh dari
reaksi lelehan MnO2 dan basa alkali dengan hadirnya oksidator misalnya udara dan KNO3.
Dalam larutannya, ion manganat hanya stabil dalam suasana basa sedangkan dalam air atu
dalam suasana asam ion ini akan mengalami disproporsionasi menjadi ion permanganate dan
MNO2. Mangan heptaoksida, Mn2O7, berupa cairan seperti minyak berwarna hijau yang
mudah meledak dan dapat diperoleh dari reaksi garam manganat (VI) dengan H 2SO4 pekat.
Senyawa anion-oksi Mn (VII) yang paling penting hanya satu yaitu kalium permanganate,
KMnO4, yang berwarna ungu. Senyawa ini stabil dalam larutannya, dan peran utamanya
adalah sebagai oksidator yang sangat kuat baik dalam suasana asam maupun dalam keadaan
basa ataupun netral (Sugiyarto, 2003: 5.43-5.44).

Mineral mangan tersebar secara luas dalam banyak bentuk; oksida, silikat,
karbonat adalah senyawa yang paling umum. Penemuan sejumlah besar senyawa mangan di
dasar lautan merupakan sumber mangan dengan kandungan 24%, bersamaan dengan unsure
lainnya dengan kandungan yang lebih sedikit. Mangan oksida (sebagai pirolusit) digunakan
sebagai depolarizer dan sel kering baterai dan untuk menghilangkan warna hijau pada gelas
yang disebabkan oleh pengotor besi. Mangan sendiri memberi warna lembayung pada kaca.
Dioksidanya berguna untuk pembuatan oksigen dan klorin, dan dalam pengeringan cat
hitam. Senyawa permanganate adalah oksidator yang kuat dan digunakan dalam analisis
kuantitatif dan dalam pengobatan. Mangan juga banyak tersebar dalam tubuh. Mangan
merupakan unsure yang penting untuk penggunaan vitamin B1 (Chem.-is-try, 2008).
C. ALAT DAN BAHAN

A. Alat

- Tabung reaksi

- Pipet tetes

- Rak tabung reaksi

- Gelas kimia 250 ml

- Kertas saring

- Neraca analitik

- Gelas ukur 10 ml

B. Bahan

- KMnO4 0,01 M

- H2SO4 2/3 N, 0,5 M, pekat

- NaOH 2 M

- MnO2

- MnSO4

- KMnO4 0,1 M
D. SKEMA KERJA

1. Pembuatan Senyawa Mangan (VI)

@ 2ml KMnO4 0,01 M

Tabung 1 Tabung II

+ 1 ml NaOH 2 M + 1ml H2SO4 2/3 N

+ MnO2

Dikocok ( ± 2 menit )

Disaring

Positif (berwarna hijau)

+ 1 ml H2SO4 0,5 M

Hasil 1

2. Pembuatan Senyawa Mangan (III)

0,5 gr MnSO4

+ 2 ml H2SO4 2/3 N

+ 10 tetes H2SO4 pekat

Didinginkan (dengan air dingin)

+ 5 tetes KMnO4 0,1 N

Hasil 2

+ 50 ml air

Hasil 3
F. ANALISIS DATA

1. Pembuatan Mn (III)

 MnSO4(s) + H2SO4(aq) → MnSO4(aq) + H2SO4(aq)



 MnSO4(aq) + KMnO4(aq) → K2SO4 + MnO 4 + Mn3+
− −
 4Mn2+ + 5MnO 4 + 8H+ → 4 MnO 4 + 5 Mn3+ + 4H2O

2. Pembuatan Mn(VI)

a. Suasana Asam


 KMnO4 + NaOH → MnO 4 + Na+ + KOH
− −
 2 MnO 4 + 3 MnO2 + 2 H2O → 3 MnO 4 + 2MnO2 + 4H+

b. Suasana Basa

 KMnO4 + H2SO4 → K2SO4 + MnO2 + H2O


− −
 MnO2 + 4 MnO 4 + 2 H2O → 5 MnO 4 + 4H+
− −
 3 MnO 4 + 4H+ → 2 MnO 4 + MnO2 + 2 H2O

G. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini dilakukan untuk mempelajari pembuatan senyawa mangan (VI) dan mangan
(II) beserta sifat-sifatnya. Praktikum pertama yang dilakukan adalah pembuatan senyawa mangan
(VI). Senyawa mangan (VI) ini dapat dibuat dengan mereaksikan KMnO4, MnO2, dan NaOH. KmnO4
yang digunakan pada pembuatan senyawa mangan (VI) ini merupakan salah satu senyawa mangan
yang memiliki bilangan oksidasi +7 dan merupakan salah satu oksidator yang sangat kuat (Day dan
Underwood, 2002: 461). Kalium permanganat ini tidak stabil dan terurai secara lambat dalam larutan
asam, tetapi dalam larutan basa merupakan agen pengoksidasi yang sangat kuat. Apabila kalium
permanganat ini direaksikan secara berlebih dengan basa kuat, maka akan terbentuk ion manganat

(MnO 24 − ) (Cotton dan Wilkinson, 2007: 462). Karena itulah pada saat praktikum digunakan NaOH
yang merupakan bas kuat dan KmnO4 dalam jumlah yang lebih banyak dari NaOH. Reaksi

pembentukan ion manganat (MnO −


2 ) ini lebih mungkin terjadi dalam larutan dengan suasana basa
daripada dalam larutan suasana asam. Hal ini dikarenakan potensial reduksi pembentukan manganat
dalam suasana basa jauh lebih kecil pada saat pembentukan MnO2 dibandingkan dalam suasana asam.
Dalam suasana asam Eº pembentukan MnO2 sekitar +2,26 V sedangkan dalam suasana basa hanya
+0,59 V (Cotton dan Wilkinson, 2007: 461). Hal inilah yang menyebabkan mengapa saat KMnO4
direaksikan dengan H2SO4 senyawa mangan (VI) tidak terbentuk. Hal ini terlihat dari tidak
terbentuknya warna hijau pada larutan hasil reaksi KMnO4, H2SO4, dan MnO2 yang merupakan ciri
khas dari senyawa mangan (VI). Warna hijau yang menunjukkan terbentuknya mangan (VI) terlihat
pada kertas saring yang digunakan untuk menyaring larutan hasil reaksi KMnO4, NaOH, dan MnO2.
larutan hasil saringan tersebut kemudian direaksikan kembali dengan H2SO4 encer yang menghasilkan
+
larutan berwarna hijau yang dianggap mengandung ion planar MnO 3 (Cotton dan Wilkinson, 2007:
461).

Percobaan kedua yang dilakukan adalah pembuatan senyawa mangan (II). Senyawa ini dapat
diperoleh melalui reaksi antara senyawa yang mengandung Mn (II) seperti MnSO4 dengan oksidator
kuat seperti KMnO4, sebelum dicampur dengan KMnO4, MnSO4 ini terlebih dahulu dilarutkan dalam
H2SO4 encer 2/3 N. Jadi dalam percobaan ini H2SO4 bertindak sebagai pelarut. Begitu juga dengan
H2SO4 pekat. Setelah ditambahkan H2SO4 baik encer maupun pekat barulah KMnO4 ditambahkan.
KMnO4 ini merupakan oksidator yang sangat kuat. Sehingga cukup dengan 5 tetes KMnO 4 dapat
mengoksidasi 0,5 gr MnSO4. Uji positif dari percobaan ini adalah apabila larutan hasil reaksi dari
MnSO4, H2SO4 encer dan pekat serta KMnO4 berwarna hijau, yang menunjukkan terbentuknya Mn
(III). Akan tetapi pada praktikum ini tidak terbentuk warna hijau pada larutan hasil reaksi melainkan
warna coklat kemerah mudaan yang disertai dengan pembentukan endapan berwarna putih. Tidak
terbentuknya senyawa Mn (III) ini kemungkinan disebabkan karena kesalahan penggunaan
konsentrasi H2SO4 yang digunakan. Konsentrasi H2SO4 yang digunakan saat praktikum tidak sesuai
dengan petunjuk.
H. KESIMPULAN

 Mangan merupakan senyawa yang memiliki banyak bilangan oksidasi mulai dari +2 samapai +7
 Senyawa mangan denngan bilangan oksidasi +6 dapat dibuat melalui reaksi antara KMnO4, MnO2
dan NaOH
 Senyawa mangan dengan bilangan oksidasi +3 dapat dibuat melalui reaksi MnSO4 dengan
oksidator kuat KMnO4
 Senyawa mangan dengan bilangan oksidasi +6 lebih dapat dibuat dalam suasana basa daripada
dalam suasana asam
 Uji positif pembentukan senyawa mangan (VI) ditandai dengan terbentuknya warna hijau pada
larutan yang menunjukkan bahwa Mn (VI) telah terbentuk
 Tidak terbentuk senyawa Mn (III) pada praktikum pembuatan Mn (II) terlihat dari tidak
terbentuknya warna hijau pada larutan
DAFTAR PUSTAKA

Cotton dan Wilkinson.2007. Kimia Anorganik Dasar.Jakarta:UI Press.

Idris, M, dkk. 2008. Kamus MIPA. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Sugiyarto, Kristian H. 2003. Dasar-dasar Kimia Organik Logam. Yogyakarta: UNY press.

Vogel. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta: PT
Kalman Media Pusaka
PEMBUATAN KRISTAL TEMBAGA (II) SULFAT
A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Tujuan : a. Membuat dan mengnal sifat Kristal tembaga (II) sulfat.

b. Memahami proses pembentukan Kristal.

Hari/tanggal: Kamis, 19 November 2009

Tempat : Laboratorium Kimia, Lantai 3, Fakultas MIPA

UNIVERSITAS MATARAM

B. LANDASAN TEORI

Tembaga/Cu merupakan logam transisi yang berwarna jingga/kemerahan, berkilau,


mudah regang, gampang ditempa, konduktor yang baik (kedua setelah perak) dan tidak
bereaksi dengan asam nonoksidator. Tembaga mempunyai NA = 29; BA = 63, 546; d = 8,92;
tl=1083 °C; td = 2310 oC dengan konfigurasi electron = 3d10 4s1. Logam ini mempunyai
kegunaan untuk rangkaian listrik, kawat, kabel, sebagai paduan logam berupa brasso dan
perunggu dan sebagainya (Idris, dkk, 2008: 258).

Tembaga terdapat terutama sebagai sulfide, oksida atau karbonat, seperti bijih tembaga
pirit, kalkopirit (chalcopyrite) yaitu tembaga (I) besi (III) sulfide, CUFeS2, tembaga glance
kalkosit (chalkosite), Cu2S, Kuprit (cupryte), Cu2O, dan malasit (malachite), Cu2CO3(OH)2.
Mineral yang lebih jarang adalah turkuis (turquoise), batu permata biru
CuAl6(PO)4(OH)8.4H2O (Sugiyarto, 2003:5.64).

Potensial elektroda standar tembaga bernilai positif (+ 0,34 V untuk pasangan Cu/Cu2+),
ia tak larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer, meskipun dengan adanya oksigen ia
bisa larut sedikit. Asam nitrat yang sedang pekatnya (8M) dengan mudah melarutkan
tembaga:
3Cu + 8HNO3 → 3Cu2+ + 6NO3- + NO2(g) + 4H2O

Asam sulfat pekat panas juga melarutkan tembaga :

Cu + 2H2SO4 → Cu2+ + SO42- + SO2(g) + 2H2O

Ada dua deret senyawa tembaga. Senyawa tembaga (I) diturunkan dari tembaga (I) oksida
Cu2O yang merah dan mengandung ion tembaga (I), Cu+. Senyawa-senyawa ini tak
berwarna,kebanyakan garam tembaga (I) tak larut dalam air. Mereka mudah dioksidasi
menjadi senyawa tembaga (II) (Vogel, 1990: 229-230).

Senyawa tembaga (II) yang paling dikenal adalah CuSO4.5H2O yang terdapat dalam
bentuk hidrat. Dalam larutan air CuSO4 selalu terdapat dalam bentuk ion kompleks
[Cu(H20)6]2+. Dua dari molekul-molekul H2O berada lebih jauh dari empat lainnya.
CuSO4.5H2O dapat terhidrasi menjadi zat anhidrat yang benar-benar putih (Cotton dan
Wilkinson, 2007: 481).

Sebuah ion terhidrasi adalah suatu penggugusan ion itu dengan satu molekul air atau
lebih. Dalam larutan, banyaknya molekul air yang mengerumuni ion-ion nampaknya tak
tertentu. Namun seringkali bila suatu larutan air (dari) suatu garam yang larut, diuapkan,
garam itumengkristal dengan banyaknya molekul air yang tepat tertentu, yang disebut air
kristalisasi. Seringkali dalam menamai garam atau dalam menulis rumus struktur untuk
mereka, nama atau rumus garam tak terhidrasi digunakan untuk menyatakan garam terhidrasi.
Misalnya, suatu larutan tembaga sulfat dinyatakan dengan rumus CuSO4 dalam persamaan,
padahal dalam kenyataan baik ion Cu2+ maupun SO42- terhidrasi dalam larutan itu. Untuk
menekankan ada tidaknya air hidrasi, digunakan istilah anhidrat dan hidrat untuk
membedakan keduanya (Keenan, dkk, 1999: 362-363).

C. ALAT DAN BAHAN

A. Alat

- Gelas Kimia 250 ml


- Gelas ukur 100 ml

- Pipet volum

- Batang pengaduk

- Pemanas listrik

- Corong

- Erlenmeyer

- Kertas saring

- Kaca arloji

- Neraca analitik

B. Bahan

- Aquades

- H2SO4 pekat

- Tembaga

- HNO3 pekat

D. SKEMA KERJA

50 ml aquadest

+ 8,5 ml H2SO4 pekat

+ 5 gr keeping tembaga

+12,5 ml HNO3
Diaduk

Tembaga larut, timbul gas berwarna coklat tua

Uap tidak lagi berwarna coklat

Disaring

Filtrate

Disimpan

Terbentuk Kristal

Dicuci dengan sedikit aquadest

Dilarutkan (dengan air sesedikit mungkin)

Dikristalkan

Hasil
F. HASIL PENGAMATAN

LANGKAH KERJA HASIL PENGAMATAN

Aquades + H2SO4 pekat Terbentuk gas berwarna coklat.


+ Cu Cu hanya sedikit larut.
+ HNO3 pekat Terbentuk larutan biru muda, gas kecoklatan,
timbul gelembung.
Pemanasan Uap yang terbentuk tidak terlihat lagi.
Penyaringan Diperoleh filtrate berupa tembaga yang tak
Disimpan semalam larut.
Kristal dicuci Terbentuk Kristal berwarna biru
Ukuran Kristal menjadi lebih kecil akibat ada
yang melarut.

Berat kertas saring = 1, 07 gr

Berat cawan petri = 13, 40 gr

Berat cawan petri + Kristal = 16, 44 gr

Berat kertas saring + endapan = 2,66 gr

F. ANALISIS DATA

A. Persamaan Reaksi

2NO3- + 4H2SO4 + 3Cu → 3Cu2+ + 2NO(g) + 4SO42- + 4H2O(l)

2NO + O2(g) → 2NO2(g)

B. Perhitungan
Berat CuSO4 yang terbentuk = (berat cawan petri+Kristal) – Berat cawan petri

= 16,44 – 13,40

= 3,04 gr

Berat Cu tak larut = berat endapan

= (berat endapan+kertas saring) – berat kertas saring

= 2,66 – 1,07

= 1.59 gr

Berat Cu yang larut = Berat Cu awal – Berat Cu tak larut

= 5 – 1,59

= 3, 41 gr

Mr CuSO4.5H2O = 249,55 gr/mol

Berat CuSO4.5H20 yang terbentuk (secara teori)

mol Cu = mol CuSO4.5H2O

(m/Mr)Cu = (m/Mr) CuSO4.5H2O

m CuSO4.5H2O = 249, 55 x 3, 41

63,55

= 13,39 gr
% rendemen = massa hasil percobaan

Massa teoritik

= (3,04/13,39) x 100%

= 23,07 %

G. PEMBAHASAN

Tembaga dapat membentuk senyawa dengan tingkat oksidasi +1 dan +2, akan tetapi
tembaga (II) lebih stabil dan mendominasi dalam larutannya. Dimana garam-garam tembaga
(II) umumnya berwarna biru, baik dalam bentuk hidrat, padat, maupun larutan-air. Warna ini
khas untuk ion [Cu(H2O)4]2+ saja (vogel, 1990).

Dalam praktikum kali ini tembaga (II) sulfat dibuat dengan cara mereaksikantembaga
dengan H2SO4 pekat kemudian ditambahkan HNO3 pekat. H2SO4 pekat digunakan karena
logam tembaga tidak akan larut jika yang digunakan adalah H2SO4 encer. Reaksi yang
terjadi :

2NO3- + 4H2SO4 + 3Cu → 3Cu2+ + 2NO(g) + 4SO42- + 4H2O(l)

Larutan yang didapatkan berwarna biru. Hal ini disebabkan oleh terbentuknya ion-ion
tembaga (II) (Vogel, 1990).

Selain itu juga terbentuk gas berwarna coklat yang berasal dari pembentukan gas NO2
yang berasal dari oksidasi NO yang merupakan hasil reaksi. Hal ini terjadi karena gas NO
kurang stabil dimana gas NO mudah kehilangan 1 elektron membentuk ion nitrosil, NO+
yang sangat reaktif terhadap oksigen dan membentuk das NO2 yang berwarna coklat
berdasarkan reaksi:

2NO + O2(g) → 2NO2(g)

(Syukri, 1999).
Pemanasan dilakukan agar tembaga lebih cepat melarut. Setelah itu dilakukan
penyaringan guna menyaring tembaga yang tidak dapat larut. Pencucian dengan akuades dan
pengkristalan kembali berguna agar Kristal yang didapat bebas dari nitrat sehingga didapat
kristal CuSO4.5H2O murni.

Suatu garam hidrat murni CuSO4.5H2O terlihat seperti Kristal kering dan tidak terlihat
adanya kelembaban sama sekali akibat danya molekul air yang terikat. Akan tetapi terdapat
perbedaan yang jelas antara garam hidrat dan anhidratnya. Dimana garam CuSO4 hidrat
berwarna putih sedangkan CuSO4 pentahidratnya berwarna biru (Keenan, dkk, 1999).
Sehingga dapat dipastikan bahwa Kristal yang terbentuk adalah Kristal CuSO4 pentahidrat.

Dalam kristalnya, molekul H20-nya berikatan langsung dengan ion Cu2+ membentuk ion
komposit dengan rumus [Cu(H20)4]2+. Sebagai asam lewis, ion Cu2+ mengkoordinasi empat
molekul air menjadi satu kelompok dengan menerima kerapatan elektro masing-masing dari
pasangan electron menyendirinya. Dengan bertindak sebagai donor pasangan electron dan
berbagi kerapatan electron dengan ion Cu2+, keempat molekul air, dalam hal ini disebut
ligan, masuk ke lengkung koordinasi ion tersebut sehingga tembaga (II) sulfat pentahidrat
memiliki rumus kimia [Cu(H2O)4]2+ dimana molekul air kelima tidak terkoordinasi langsung
dengan tembaga (Oxtoby, 2003).

Dari percobaan didapat 3,4 gr Kristal CuSO4 pentahidrat yang terbentuk dari 5 gr logam
Cu yang digunakan. Dimana berat tembaga yang tidak melarut sebesar 1,59 gr sehingga %
rendemen yang dihasilkan sebesar 23,07 %.

H2SO4 pekat dapat melarutkan tembaga, akan tetapi hanya sedikit yang larut. Tembaga
akan dapat larut dalam H2SO4 pekat panas ataupun dengan HNO3 pekat (Vogel, 1990). Oleh
karena itu perlu ditambahkan HNO3 pekat agar tembaga dapat lebih banyak larut sehingga
dapat terbentuk Kristal CuSO4 pentahidrat.

H. KESIMPULAN
Berdasarkan data hasil pengamatan, analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan :

a. Kristal yang terbentuk berwarna biru sehingga dapat dipastikan merupakan Krista
CuSO4.5H2O.

b. CuSO4 pentahidrat dapat dibuat dengan mereaksikan logam tembaga dengan H2SO4 pekat
dengan penambahan HNO3 pekat

c. CuSO4 berwarna biru disebabkan oleh adanya ion terhidrasi [Cu(H2O)4]2+.

d. Gas berwarna coklat yang terbentuk berasal dari gas NO2 yang terbentuk akibat oksidasi
gas NO hasil reaksi.

e. Tembaga yang larut sebanyak 3,41 gr sehingga % rendemen yang didapat sebesar
23,07%.
DAFTAR PUSTAKA

Cotton, F. Albert dan Geofrey Wilkinson. 2007. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta: UI Press.

Idris, M, dkk. 2008. Kamus MIPA. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Keenan, Charles W, dkk. 1999. Kimia untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.

Oxtoby, David W, dkk. 2003. Prisip-prinsip Kimia Modern Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Sugiyarto, Kristian H. 2003. Dasar-dasar Kimia Organik Logam. Yogyakarta: UNY press.

Syukri. 1999. Kimia Dasar 3. Bandung: ITB.

Vogel. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta: PT

Kalman Media Pusaka.


PEMBUATAN GARAM KOMPLEKS DAN GARAM RANGKAP DARI
TEMBAGA

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Tujuan :1. Membuat dan mengenal sifat garam rangkap tembaga (II) ammonium sulfat
heksahidrat CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
2. Membuat dan memeriksa sifat garam kompleks tetraamin tembaga (II) sulfat
monohidrat [Cu(NH3)4]SO4.H2O
Hari, tanggal : Selasa, 24 November 2009
Tempat : Laboratorium Kimia Dasar FMIPA Universitas Mataram

B. LANDASAN TEORI

Unsur golongan IB (yaitu tembaga, perak, dan emas) disebut logam koin karena dipakai sejak
lama sebagai uang dalam bentuk lempengan (koin). Hal ini disebabkan oleh logam ini tidak reaktif,
sehingga tidak berubah dalam waktu lama. Ketidakreaktifannya bertambah dari atas ke bawah (dalam
sisitem periodic), sehingga emas yang paling tidak reaktif. Ketiga logam ini mempunyai potensial
reduksi standar (Eº) positif, yang berarti lebih besar dari hydrogen. Akibatnya logam ini bereaksi
dengan asam yang bukan oksidator, seperti HCl dan H2SO4 encer (Syukri, 1999: 626).

Tembaga adalah logam merah muda yang lunak, dapat ditempa, dan liat. Tembaga melebur
pada 1038º C. Karena potensial elektrode standarnya positif (+ 0,34 V untuk pasangan Cu/Cu2+), ia
tidak larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer, meskipun dengan adanya oksigen ia bisa larut
sedikit. Ada dua deret senyawa tembaga. Senyawa-senyawa tembaga (I) diturunkan dari tembaga (I)
oksida Cu2O yang merah, dan mengandung ion tembaga (I), Cu+. Senyawa-senyawa ini tak berwarna,
kebanyakan garam tembaga (I) tak larut dalam air. Garam-garam tembaga (II) umumnya berwarna
biru, baik dalam bentuk hidrat, padat maupun dalam larutan air. Garam-garam tembaga (II) anhidrat,
seperti tembaga (II) sulfat anhidrat CuSO4 berwarna putih (atau sedikit kuning). Dalam larutan air
selalu terdapat ion kompleks tetrakuo (Svehla, 1990: 229).

Senyawa kompleks telah banyak dipelajari dan dideteksi melalui suatu tahapan-tahapan reaksi
(mekanisme reaksi) dengan menggunakan ion-ion logam serta ligan yang berbeda-beda. Sala satu
keistimewaan dari reaksi kompleks adalah reaksi pergantian ligan melalui efek trans (Mita, 2008).
Dalam proses membuat perhitungan yang didasarkan pada rumus-rumus dan persamaan-
persamaan berimbang dirujuk sebagai stoikiometri (dari kata Yunani: stoichelon, unsure dan metria,
ilmu pengukuran). Suatu rumus molekul menyatakan banyaknya atom yang sebenarnya dalam suatu
molekul atau satuan terkecil suatu senyawa (Keenan, 1992: 352).

Garam rangkap adalah garam yang terbentuk jika seluruh hydrogen asam dari suatu asam
digantikan oleh ion logam tak sejenis. Salah satu contoh garam rangkap adalah
FeSO4(NH4)2SO4.6H2O dan K2SO4Al2(SO4)3.24H2O. Dalam larutan garam ini merupakan campuran
ion sederhana yang akan mengion bila dilarutkan lagi. Proses pembentukan dari garam rangkap
terjadi apabila dua garam mengkristal bersama-sama dengan perbandingan tertentu. Garam-garam itu
memiliki struktur tersendiri dan tidak harus sama dengan struktur garam kompleknya (Idris, 2008:
215).
C. ALAT dan BAHAN

1. Alat

 Timbangan analitik
 Gelas kimia
 Gelas ukur
 Kaca arloji
 Batang pengaduk
 Pemanas listrik
 Pipet tetes
 Pipet volum
 Kertas saring
 Botol semprot
 Mortar
 Cawan penguapan
 Corong

2. Bahan

 Aquadest
 CuSO4.5H2O(s)
 (NH4)2SO4 (s)
 NH3 pekat
 NH3 15 M
 Etanol
 Es batu
D. CARA KERJA

a. Pembuatan garam rangkap tembaga (II) ammonium sulfat heksahidrat, CuSO4(NH4)2SO4.6H2O

9,98 gr CuSO4.5H2O
+ 5, 28 gr (NH4)2SO4
+ 30 ml aquadest
Diaduk
Hasil
Diuapkan hingga volumenya 30 ml
Didinginkan dalam air es
Hasil
Didekantasi larutan
Disaring

Filtrat Endapan
Dikeringkan diatas kertas saring
Diamati bentuknya
Disaring
Hasil
b. Pembuatan garam kompleks tetraamintembaga (II) sulfat monohidrat [Cu(NH3)4]SO4.H2O
7,5 ml NH3 15 M
+ 7,5 ml aquadest
+ 7,01 gr CuSO4.5H2O
Diaduk
Hasil
+ 7,5 ml etanol
Ditutup cawan dengan kaca arloji
Disimpan semalam
Hasil
Diaduk
Didekantasi
Disaring

Filtrat Endapan
Dibilas cawan dengan 0,83 ml NH3 15
M dan 0,83 ml etanol
Dicuci endapan dengan 1,67 ml etanol
Dikeringkan
Ditimbang
Hasil
E. HASIL PENGAMATAN
Langkah Kerja Hasil Pengamatan

a. Pembuatan garam rangkap


CuSO4(NH4)2SO4.6H2O Larutan berwarna biru muda terang
9,98 gr CuSO4.5H2O + 5, 28 gr (NH4)2SO4 +
30 ml aquadest Larutan berwarna biru muda dan volumenya
Diuapkan berkurang

Didingainkan dalam air es Terbentuk kristal berwarna biru muda


mengkilat yang masih basah

Didekantasi, disaring dan dikeringkan Diperoleh kristal yang kering, m = 15,79 gr


b.Pembuatan garam kompleks
[Cu(NH3)4]SO4.H2O
7,5 ml NH3 15 M + 7,5 ml aquadest + Larutan bening
7,01 gr CuSO4.5H2O + etanol Larutan berubah menjadi biru muda, terbentuk
2 fasa, endapan berwarna biru dan larutan
bening diatasnya

Didekantasi dan disaring Kristal mengendap berwarna biru muda

Ditimbang m = 5,76 gr

a. Pembuatan garam rangkap CuSO4(NH4)2SO4.6H2O

 Berat CuSO4(NH4)2SO4.6H2O + kertas saring = 16,86 gr


 Berat kertas saring = 1,07 gr
 Berat CuSO4(NH4)2SO4.6H2O = (16,86 – 1,07)gr
= 15,79 gr

b. Pembuatan garam kompleks [Cu(NH3)4]SO4.H2O


o Berat [Cu(NH3)4]SO4.H2O + kertas saring = 6,89 gr
o Berat kertas sarimg = 1,13 gr
o Berat [Cu(NH3)4]SO4.H2O = (6,89 – 1,13)gr
o = 5,76 gr
F. ANALISIS DATA

a. Persamaan reaksi

1. CuSO4.5H2O(s) + (NH4)2SO4(s) + H2O(l) → CuSO4(NH4)2SO4.6H2O(s)

2. CuSO4.5H2O(s) + 4NH3(aq) → [Cu(NH3)4]SO4.H2O(s) + 4H2O(l)

b. Perhitungan

Massa CuSO4.5H2O yang digunakan saat praktikum

gr [Cu(NH3)4]SO4.H2O = 5 gr

yang tersedia di laboratorium CuSO4.5H2O, jadi beratnya

n CuSO4.5H2O = n CuSO4.H2O

gr 5
=
249 ,5 MrCuSO 4 .H 2 O

gr CuSO4.5H2O = 7,03 gr

 Pembuatan garam rangkap CuSO4(NH4)2SO4.6H2O


CuSO4.5H2O(s) + (NH4)2SO4(s) + H2O(l) → CuSO4(NH4)2SO4.6H2O(s)

Awal : 0,04 mol 0,04 mol

Reaksi : 0,04 mol 0,04 mol 0,04 mol

Setimbang : - - 0,04 mol

Masaa CuSO4(NH4)2SO4.6H2O secara teori = n . Mr

= 0,04 . 399,5

= 15,98 gr
Massa CuSO4(NH4)2SO4.6H2O hasil praktikum = 15,79 gr

massaperco baan 15 ,79 gr


% Rendemen = x100 % = x100 % = 98 ,81 gr
massateori tis 15 ,98 gr

 Pembuatan garam kompleks [Cu(NH3)4]SO4.H2O


m CuSO4.5H2O = 7,01 gr

Mr CuSO4.5H2O = 249,5 gr/mol

m 7,01
n = = = 0,028 mol
Mr 249 ,5

Dari persamaan reaksi diketahui

nCuSO4.5H2O = n [Cu(NH3)4]SO4.H2O

0,028 mol = n [Cu(NH3)4]SO4.H2O

n[Cu(NH3)4]SO4.H2O secara teori = n Mr

= 0,028 245,54

= 6,875 gr

Massa [Cu(NH3)4]SO4.H2O hasil praktikum = 5,76 gr

massaperco baan 5,76


% Rendemen = x100 % = x100 % = 83,782 %
massateori tis 6,875
G. PEMBAHASAN

Praktikum kali inidilakukan untuk membuat dan mengenal sifat garam rangkap dan garam
kompleks dari tembaga (II). Garam rangkap CuSO4 (NH4)2 SO4. 6H2O dan garam kompleks
[Cu(NH3)]SO4. H2O merupakan termasuk kedalam senyawa koordinasi (Cotton dan Wikinson, 2007:
144). Pengelompokan dari senyawa koordinasi ini secara kimia umumnya dapat ditentukan melalui
spesies kation pusatnya. Pada suatu senyawa koordinasi, suatu ion (molekul) kompleks terdiri dari satu
atom (ion) pusat dan sejumlah ligan yang terikat dengan atom (ion) pusat itu (Svehla, 1990: 95). Atom
pusat ini ditandai dengan bilangan koordinsi, yaitu bilangan yang menunjukkan jumlah ligan
(monodental) yang dapat membentuk kompleks yang stabil dengan suatu atom pusat (Svehla, 1990:
96). Hal inilah yang menyebabkan mengapa suatu kation pusat dapat menentukan pengelompokan suatu
senyawa koordinasi.

Pada garam rangkap CuSO4(NH4)2SO4.6H2O yang menjadi ion pusat adalah Cu2+, sedangakan
yang menjadi liganya adalah SO42- dan NH4+. Ion Cu2+ ini memiliki bilangan koordinasi 4 yang berarti
terdapat empat buah ruangan yang tersedia disekitar atom Cu2+ yang dapat diisi oleh sebuah ligan pada
masing-masing ruangan. Jadi pada garam rangkap CuSO4(NH4)2SO4.6H2O, dua buah ruangan diisi oleh
SO42- sedangkan 2 sisanya diisi oleh NH4+. Ion yang memiliki bilangan koordinasi 4 seperti Cu2+ ini
umumnya molekulnya berbentuk tetrahedron, tapi kadang-kadang ditemukan juga molekul yang
memiliki susunan datar (atau hampir datar), dimana ion puat berada dipusat suatu bujur sangkar dan
keempat ion menempati keempat sudut bujur sangkar (Svehla, 1990: 95).

Hal yang sama berlaku juga pada garam kompleks [Cu(NH3) 4]SO4.H2O. Ion Cu2+ pada senyawa
kompleks ini juga memiliki bilangan koordinasi 4. namun ruang-ruang disekitar ion pusat Cu 2+ (bulatan
koordinasinya) diisi oleh NH3 semua. Pada molekul garam kompleks [Cu(NH3)4]SO4.H2O ini ikatan
kompleksnya dapat terjadi karena masing-masing ligan NH3, dalam hal ini atom N-nya,
menyumbangkan sebuah elektronnya kepada atom pusat Cu2+. Adanya penyumbangan elektron oleh
atom N kepada ion Cu2+ ini menghasilkan sebuah ikatan antara N dengan Cu2+. Ikatan ini dikenal
dengan nama ikatan datif (Svehla, 1990: 96).

Pada proses pembuatan garam rangkap CuSO4(NH4)2SO4.6H2O, bahan yang digunakan adalah
CuSO4.5H2O dan (NH4)2SO4 yang dicampurkan dalam jumlah tertentu unutk mendapatkan garam
reangkap yang diinginkan. Kedua komponen utama pembentuk garam rangkap ini dilarutkan dalam air
yang kemudian diuapkan. Penguapan ini bertujuan untuk mengurangi kandungan air dalam garam
rangkap yang diinginkan, sehingga nantinya dapat diperoleh garam rangkap yang memiliki 6 buah
molekul air. Selain itu pemanasan juga berfungsi mempercepat terjadinya reaksi pembentukan garam
rangkap CuSO4(NH4)2SO4.6H2O. kristal garam yang diperoleh berwarna biru muda mengkilat
keputihan. Warna biru kemungkinan berasal dari CuSO4.5H2O sedangkan warna putih mengkilatnya
kemungkinan berasal dari (NH4)2SO4.

Sedangkan pada proses pembuatan garam kompleks [Cu(NH3)4]SO4.H2O, bahan yang digunakan
adalah CuSO4.5H2O dan NH3 15 M serta etanol. CuSO4.5H2O dan NH3 15 M merupakan komponen
utama penyusun garam kompleks [Cu(NH3)4]SO4.H2O, sedangkan etanol digunakan sebagai pelarut.
Pada saat CuSO4.5H2O dengan NH3 15 M ini dilarutkan menghasilkan larutan berwarna biru muda,
tidak seperti kelompok lain yang berwarna biru tua. Adanya perbedaan ini kemungkinan disebabkan
karena perbedaan jumlah komposisi bahan awal yang digunakan. Selain itu CuSO4 yang digunakan
bukan CuSO4 monohidrat seperti yang ada dipetunjuk, melainkan CuSO 4.5H2O. Inilah yang
menyebabkan mengapa garam kompleks tidak terbentuk.

Adapun perbedaan dari garam kompleks [Cu(NH3)4]SO4.H2O dengan garam rangkap


CuSO4(NH4)2SO4.6H2O adalah garam rangkap merupakan garam yang terbentuk jika seluruh hidrogen
asam dari suatu asam digantikan oleh ion logam tak sejenis (Idris, 2008: 215) atau dengan cara lain
garam rangkap dapat diungkapkan sebagai garam yang terbentuk bila 2 buah garam dicampur dan
mengkristal secara bersamaan dengan perbandingan tertentu. Sedangkan garam kompleks merupakan
garam yang terbentuk dari satuan yang dapat berdiri sendiri dan membentuk satu kesatuan (Harjadi,
1993). Dalam pembentukan garam kompleks ini satuan yang dapat berdiri sendiri adalah ammonia.

Berdasarkan data hasil praktikum diproleh % rendemen garam rangkap CuSO4(NH4)2SO4.6H2O


sebesar 98,81%. Ini menunjukkan bahwa praktikum yang dilaksanakan berlangsung cukup baik, karena
tingginya persentasi rendemen yang didapat. Begitu pula pada saat pembuatan garam kompleks
[Cu(NH3)4]SO4.H2O diperoleh rendemen yang cukup tinggi persentasinya yaitu 83,782%, walaupun
garam komples yang sebenarnya tidak terbentuk.
H. KESIMPULAN

 Garam rangkap tembaga (II) ammonium sulfat heksahidrat (CuSO4(NH4)2SO4.6H2O dapat


dibuat dengan mereaksikan CuSO4.5H2O dengan (NH4)2SO4 dalam air.
 Garam komples tetraamintembaga (II) sulfat monohidrat [Cu(NH3)4]SO4.H2O dibuat dengan
mereaksikan ammonia pekat, aquadest, dengan CuSO4.5H2O
 Garam rangkap CuSO4(NH4)2SO4.6H2O berwarna biru muda
 Garam kompleks [Cu(NH3)4]SO4.H2O yang terbentuk berwarna biru muda tidak biru tua
 Persentasi rendemen garam rangkap CuSO4(NH4)2SO4.6H2O yang diperoleh sebesar 98,81%
 Persentasi rendemen garam kompleks [Cu(NH3)4]SO4.H2O yang diperoleh sebesar 83,782%
DAFTAR PUSTAKA

Hardjadi. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: Gramedia

Idris, M. Dkk. 2008. Kamus MIPA. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

Keenan, Kleinfelter. 1992. Kimia untuk Universitas Jilid 2. Jakarta: Erlangga

Mita, Rilyanti. 2008. Sintesis senyawa Kompleks Cis-[Co(Bipi)(CN)] dan Uji Interaksinya dengan
Gas NO menggunakan Metoda Spektrofotometri UV-Vis dan IR. Di download dari
http://blogspot.chemistry.com. Pada tanggal 29 November 2009, pukul 14.00 WITA.

Svehla. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimakro Jilid 1. Jakarta: Pt.
Kalman Media Pusaka

Syukri. 1999. Kimia Dasar 3. bandung: ITB

Anda mungkin juga menyukai