Anda di halaman 1dari 9

Natrium adalah logam putih perak yang lunak, yang melebur pada 97, 5 oC.

Natrium
teroksidasi dengan cepat dalam udara lembab, maka harus disimpan terendam seluruhnya dalam
pelarut nafta atau silena. Logam ini bereaksi keras dengan air, membentuk natrium hidroksida
dan hidrogen. Dalam garam-garamnya natrium berada sebagai kation monovalen Na+. Garam-
garam ini membentuk larutan tak berwarna, hampir semua garam natrium larut dalam air.
Kebanyakan klorida larut dalam air,  merkurium (I) klorida, HgCl2, perak klorida, AgCl, timbal
klorida, PbCl2 ( yang ini larut sangat sedikit dalam air dingin, tetapi mudah larut dalam air
mendidih), tembaga (I) klorida, CuCl, bismutoksiklorida,stibium oksiklorida, dan merkurium (II)
oksiklorida, HgOCl2, tak larut dalam air (Svehla, 1985 : 298)
Natrium klorida adalah senyawa kimia dengan rumus molekul NaCl. Sebagai komponen
utama pada garam dapur, natrium klorida sering digunakan
sebagai bumbu danpengawet makanan. Suhu kritis (critical point) dari senyawa NaCl adalah
415oC.
Industri kimia yang paling banyak menggunakan NaCl sebagai bahan bakunya adalah
industri klor alkali. Produk utama dari industri ini adalah klorin (Cl 2) dan natrium hidroksida
(NaOH), yang banyak dibutuhkan oleh industri lain, seperti industri pulp dan kertas, tekstil,
deterjen, sabun dan pengolahan air limbah (Bahruddin Zulfansyah, 2003 : 156).
Natrium klorida adalah garam ionik dari logam Na. Senyawa ini banyak terkandung
dalam air laut dan batuan garam seperti karnalit (NaCl.MgCl.6H2O) yang merupakan hasil
penguapan air laut dalam jangka waktu geologis. Danau garam di Utah dan laut mati di Israel
merupakan contoh dari penguapan yang masih berlangsung (Cotton, 1989 : 213).
NaCl dapat dikatakan mempunyai bangunan kemas rapat bangun kubus maka ion Cl - dan
ion Na+ yang lebih kecil menempati rongga okatahedral. Selain itu bangun ini juga akan
memperlihatkan adanya bentuk kubus pusat muka yang dibangun oleh ion-ion Na+seperti halnya
dibangun ion-ion Cl-. Oleh karena itu, kisi kristal NaCl merupakan dua kisi kubus pusat muka
yang saling tertanam di dalamnya (interpenetrasi) (Sugiyarto, 2003 : 98).
Natrium adalah logam putih perak yang lunak, yang melebur pada 97,5oC. Natrium
teroksidasi dengan cepat dalam udara lembab, maka harus disimpan terendam seluruhnya dalam
pelarut nafta atau silena. Logam ini bereaksi keras dengan air, membentuk nattrium hidroksida
dan hidrogen. Dalam garam-garamnya natrium berada sebagai kation monovalen Na+. Garam-
garam ini membentuk larutan tak berwarna, hampir semua garam natrium larut dalam air.
Kebanyakan klorida larut dalam air, merkurium (I) klorida (HgCl2), perak klorida (AgCl),
timbal klorida (PbCl2) (yang ini larut sangat sedikit dalam air dingin, tetapi mudah larut dalam
air mendidih), tembaga (I) klorida (CuCl), bismuth oksiklorida (BiOCl), stibium oksiklorida
(SbOCl), dan merkurium (II) oksiklorida (HgOCl2), tak larut dalam air (Vogel, 1979 : 271).
Di bidang teknik kimia seringkali bahan padat harus dipisahkan dari larutan atau lelehan,
tanpa mengikat kotoran-kotoran yang terkandung dalam fasa cair tersebut. Seringkali juga bahan
padat kristalin yang mengandung pengotor harus dibersihkan atau harus dihasilkan bentuk-
bentuk kristal tertentu, untuk maksud tersebut proses kristalisasi dapat digunakan. Kristal adalah
bahan padat dengan susunan atom atau molekul yang teratur. Yang dimaksud kristalisasi adalah
pemisahan bahan padat berbentuk kristal dari suatu larutan atau lelehan. Hasil kristalisasi dari
lelehan sering harus didinginkan lagi atau dikecilkan ukurannya (Bernaseoni, 1995 : 189).
Senyawa organik padat yang dari reaksi organik diisolasi, jarang terbentuk murni.
Senyawa tersebut biasanya terkontaminasi dengan sedikit senyawa lain (“impurities”) yang
dihasilkan selama reaksi berlangsung. Pemurnian senyawa tak murni biasanya dikerjakan dengan
rekristalisasi dengan berbagai pelarut atau campuran pelarut.
           Pemurnian padatan dengan rekristalisasi didasarkan pada perbedaan dalam kelarutannya
dalam pelarut tertentu atau campuran pelarut (Anwar, 1994 : 107).
Kristalisasi adalah proses pembentukan fase padat (kristal) komponen tunggal dari fase
cair (larutan atau lelehan) yang multi komponen, dan dilakukan dengan cara pendinginan,
penguapan dan atau kombinasi pendinginan dan penguapan.
Proses pembentukan kristal dilakukan dalam tiga tahap, yaitu (1) pencapaian kondisi
super/lewat jenuh (supersaturation), (2) pembentukan inti kristal (nucleation), dan (3)
pertumbuhan inti kristal menjadi kristal (crystal growth). Kondisi super jenuh dapat dicapai
dengan pendinginan. Penguapan, penambahan presipitan atau sebagai akibat dari reaksi kimia
antara dua fase yang homogen. Sedangkan pembentukan inti kristal terjadi setelah kondisi
super/lewat jenuh (supersaturated) tercapai (Paryanto, 2007 : 157).
Kristalisasi dari larutan dikategorikan sebagai salah satu proses pemisahan yang efisien.
Secara umum, tujuan dari proses kristalisasi adalah menghasilkan produk kristal dengan kualitas
seperti yang diharapkan. Kualitas kristal yang dihasilkan dapat ditentukan dari parameter-
parameter produk yaitu distribusi ukuran kristal), kemurnian kristal dan bentuk kristal. Salah satu
syarat terjadinya kiristalisasi adalah terjadinya kondisi supersaturasi.
Kondisi supersaturasi adalah kondisi dimana konsentrasi larutan berada di atas harga
kelarutannya. Kondisi supersaturasi ini dapat dicapai dengan cara penguapan, pendingin atau
gabungan keduanya. Terdapat dua phenomena penting pada proses kristalisasi yaitu
pembentukan inti kristal (nukleasi) dan pertumbuhan kristal (crystal growth) (Puguh, et al., 2003
: 63).
Endapan adalah zat yang memisahkan diri sebagai suatu fase padat keluar dari larutan.
Endapan terbentuk jika larutan menjadi terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan. Kelarutan
(S) suatu endapan menurut definisi adalah sama dengan konsentrasi molar dari larutan jenuhnya.
Kelarutan bergantung pada berbagai kondisi seperti suhu, tekanan, konsentrasi bahan-bahan lain
dalam larutan itu, dan pada komposisi pelarutnya (Dina dan Istikomah, 2009 : 89).

III. Prosedur Percobaan


3.1 Alat dan Bahan      
3.1.1 Alat

·         Gelas kimia 400 ml


·         Gelas ukur 50 ml
·         Batang pengaduk
·         Gelas ukur 100 ml
·         Neraca
·         Corong pemisah

3.1.2 Bahan
·         Garam dapur
·         Aquades
·         H2SO4

3.2 Skema Kerja


300 gram garam dapur

  
Dilarutkan dalam 1 liter air
Disaring
Dijenuhkan dengan hidrogen klorida
Disaring endapan dengan corong buchner
Dicuci sedikit dengan air dingin
Dikeringkan dalam oven (200oC)
Hasil

  

IV. Hasil dan Pembahasan  


4.1 Hasil
Perlakuan Hasil pengamatan
36 gram garam dapur dilarutkan dalam 100 Setelah dijenuhkan dengan HCl, larutan
ml air, dijenuhkan dengan HCl, disaring NaCl mengendap dan terdapat kristal
endapan, dicuci, dikeringkan dalam oven garam yang kecil
200C
· Berat kertas saring + NaCl kering setelah · 2,9015 gram
dioven
· Berat kertas saring · 0,9015 gram
· Berat · 2 gram
4.2 Pembahasan
Senyawa natrium klorida yang dikenal sebagai garam dapur merupakan zat yang
memiliki tingkat osmotik yang tinggi. Kemampuan tingkat osmotik yang tinggi apabila NaCl
yang terlarut di dalam air akan menpunyai nilai atau tinggi konsentrasi yang tinggi, yang dapat
mengemulsi kandungan air (konsentrasi rendah). Kelarutan senyawa ionik NaCl dalam molekul
air dapat terjadi karena terbentuknya interaksi ion dipol antara senyawa ion dengan molekul air.
Jika interaksi ion dipol lebih kuat dari pada jumlah gaya tarik antar ion dan gaya antar molekul
air, maka proses pelarutan akan dapat berlangsung. Senyawa NaCl merupakan padatan ionik
yang tersusun atas ion-ion berlawanan muatan yang saling tarik menarik.
Proses pemurnian NaCl dilakukan berdasarkan prinsip kristalisasi dan rekristalisasi.
Kristalisasi merupakan suatu metode untuk pemurnian zat dengan pelarut dan dilanjutkan dengan
pengendapan. Dalam kristalisasi senyawa organik dipengaruhi oleh pelarut. Pelarut rekristalisasi
merupakan pelarut dibawa oleh zat terlarut yang membentuk padatan dan tergantung dalam
struktur Kristal-kristal zat terlarut. Dalam rekristalisasi, sebuah larutan mulai mengendapkan
sebuah senyawa bila larutan mencapai titik jenuh terhadap senyawa tersebut. Dalam pelarutan,
pelarut menyerang zat padat  dan mensolvatasinya pada tingkat partikel terjadi kembali saat zat
terlarut meninggalkan larutan.
Percobaan ini digunakan garam dapur 36 gr dan dilarutkan dalam air 100 ml, pelarutan
bertujuan agar terjadi endapan ketika dilakukan proses pemanasan. Kemudian dilakukan proses
penyaringan untuk menyaring kotoran-kotoran yang ada pada garam dapur kemasan. Larutan
tadi di jenuhkan menggunakan gas HCl, dimana gas HCl diperoleh dari reaksi antara
H2SO4 pekat dengan persamaan reaksi yaitu :
                       2NaCl(s)+ H2SO4(l)  NaSO4(aq) +  2HCl(g)
Digunakan H2SO4 pekat karena H2SO4 merupakan asam kuat yang memiliki daya oksidasi
yang baik. Sebelumnya dibuat larutan garam jenuh agar  mendapatkan garam yang bersih, baru
setelah itu gas HCl dialirkan melalui pipa yang ujungnya tercelup pada larutan NaCl jenuh.
Pada percobaan ini tidak mengalirkan gas HCl tetapi menuangkan larutan garam dapur
dan asam sulfat pekat ke dalam larutan garam dapur, sehingga ketika dituangkan larutan garam
dapur dan asam sulfat pekat sangat mempengaruhi garam yang terbentuk, dimana seharusnya
diperoleh NaCl murni tetapi disini NaCl yang diperoleh sudah terkontaminasi oleh garam NaSO4.
Gas HCl yang dialirkan kedalam larutan jenuh NaCl bereaksi dengan larutan NaCl
membentuk kristal. Ion Na+ dari larutan jenuh bereaksi dengan ion Cl- dari gas HCl membentuk
garam NaCl dalam bentuk kristal berwarna putih.
Adapun reaksi kimia yang terjadi yaitu sebagai berikut :
                                      HCl(g)  H+(aq)+ Cl-aq
                                      Na+(g)+Cl-(aq) NaCl(s)
Ion Na+ pada larutan jenuh NaCl bereaksi dengan ion Cl- dari gas HCl dialirkan, sehingga
hanya tinggal larutan yang berisi ion Cl- dan H+ yang tersisa dalam larutan jenuh NaCl dengan
adanya ion sejenis dari HCl, maka NaCl dari larutan jenuh akan mengendap, ini disebabkan
kesetimbangan pada reaksi akan bergeser pada reaktan.
Kristal garam NaCl yang terbentuk kemudian disaring dan dikeringkan dalam oven.
Kemudian Kristal tersebut di timbang. Kristal yang didapatkan sekitar gr. Berat % rendemen
kristal NaCl %. Dapat dilihat berat dan rendemen kristal NaCl yang diperoleh sangat besar,
seharusnya jika kristal NaCl yang diperoleh adalah senyawa murni berat serta rendemenya tidak
besar dan melebihi berat awal garam dapur yang dipergunakan. Selain itu seharusnya garam
NaCl dilarutkan dalam air panas sehingga pengotor-pengotor berupa partikel pada bias terlepas
dan menjadi koloid dalam larutan sehingga dapat terkumpul lalu disaring.
Kemurnian kristal NaCl yang terbentuk dapat diuji dengan menggunakan uji titik
lelehnya, untuk mengetahui berapa besarnya suhu yang akan merubah zat padat murni
(kristal  NaCl) menjadi cairan tetapi disini tidak dilakukan pengujian titik leleh kristal NaCl yang
terbentuk. Jika dilakukan pengujian titik leleh dari kristal yang diperoleh kemungkinan dapat
diketahui apakah senyawa tersebut murni atau tidak.
V. Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan
     Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1.   Pemurnian garam NaCl menggunakan prinsip filtrasi dan rekristalisasi. Filtrasi merupakan suatu
proses penyaringan dengan cara diuapkan menghasilkan filtrat yang lebih bersih dan
bening.Rekristalisasi merupakan suatu proses pengkristalan kembali suatu larutan yang di
uapkan untuk menghasilkan Kristal yang lebih besar.
2.   NaCl dapat dimurnikan dengan cara mereaksikan gas NaCl kedalam bagian garam dan 100
bagian air (26%). Massa NaCl murni yang didapat yakni 2 gram, sehingga persentase NaCl
murni dalam garam tersebut adalah 5,55 %.
5.2     Saran
Pada percobaan ini sebaiknya diperlukan ketelitian, hati-hati dalam menangani senyawa
yang digunakan, karena semua bahan kimia adalah bersifat berbahaya (beracun) bagi tubuh.
NaCl juga harus diberikan perhatian khusus. Natrium teroksidasi dengan cepat dalam udara
lembab, maka harus disimpan terendam seluruhnya dalam pelarut nafta atau silena.Saat
pemanasan harap diperhatikan petunjuk yang ada sehingga tidak ada kesalahan dalam perlakuan
senyawa dalam pratikum.

DAFTAR PUSTAKA
Anwar, C. 1994. Pengantar Pratikum Kimia Organik I. Yogyakarta : FMIPA UGM.
Zulfansyah,B., I. Arin dan Nurfatihayati.2003.Penentuan Rasio Ca/Mg Optimum pada Proses
Pemurnian Garam Dapur.Pekanbaru : Universitas Riau.
Bernaseoni, G. 1995. Teknologi Kimia. Jakarta : PT Padya Pranita.
Cotton, F. A. dan Geoffrey Wilkinson. 1989. Kimia Anorganik. Jakarta : UI Press.

Lesdantina, Dina dan Istikomah.2009.Pemurnian Nacl Dengan Menggunakan Natrium


Karbonat.Semarang : UNDIP.
Paryanto, I. 2007.Pengaruh Penambahan Garam Halus Pada Proses Kristalisasi Garam. Jakarta :
Binarupa Aksara.

Setyopratomo, Puguh, Wahyudi Siswanto, dan Heru Sugiyanto Ilham. 2003. “Studi Eksperimental
Pemurnian Garam NaCl dengan Cara Rekristalisasi”.Jurnal Kimia.Vol. 11 No.2 : 63.
Sugiyarto, Kristian H. 2003. Kimia Anorganik II. Yogyakarta : UNJ.
Svehla, G. 1985. Buku Ajar Vogel : Analisis Anorganik Kuantitatif Makro dan Semimikro. Jakarta : PT
Kalman Media Pustaka. .
Vogel. 1979. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta : PT Kalman Media
Pustaka.

LAMPIRAN
PERTANYAAN
1.    Apa sebabnya untuk memperoleh NaCl murni diperlukan HCl(g)?
Jawab :
Untuk menjenuhkan larutan garam dengan jalan menambahkan kelarutannya sedikit lebih tinggi.
Ada dua cara pemurnian NaCl dengan metode kristalisasi yaitu kristalisasi dengan penguapan
dan pengendapan. Kristalisasi dengan cara pengendapan dengan mengalirkan gas HCl menurut
persamaan reaksi
NaCl(aq) + HCl(g) → NaCl(aq) + HCl(aq)
Penambahan HCl akan memperbesar konsentrasi ion Cl- atau ion Na+ dalam
larutan. Sesuai dengan azas kelarutan Le Chatelier tentang pergeseran
kesetimbangan. Penambahan konsentrasi ion Cl- atau ion Na+ (iom sejenis) akan
menggeser kesetimbangan persamaan ke kiri. Akibat dari pergeseran tersebut, jumlah
NaCl yang larut akan berkurang. Prinsip ini mendasari pembentukan endapan dari NaCl
ketika direaksikan dengan HCl. Selain itu juga gas HCl berfungsi untuk menjenuhkan
larutan garam untuk menghasilkan garam yang lebih putih dan murni.

2.    Apa sebabnya HCl(g) dibuat dengan cara mereaksikan garam dapur dengan H2SO4? Bukan
dengan asam lain?
Jawab :
Karena H2SO4 merupakan asam kuat yang akan mudah bereaski dengan garam dapur jika
dibandingkan dengan pelarut lain. Selain itu H2SO4 mudah didapatkan dalam pengerjaan skala
laboratorium untuk saat ini.
Selain itu jika direaksikan dengan asam yang lain, HCl yang dihasilkan bukan dalam bentuk gas,
melainkan larutan
Berdasarkan persamaan reaksi dibawah ini, jika NaCl direaksikan dengan H 2SO4, HCl yang
dihasilkan berada dalam fase gas.
2NaCl(aq) + H2SO4 → Na2SO4(aq) + 2HCl(g)
Gas HCl dibuat dengan cara mereaksikan garam dapur dengan asam sulfat, bukan
dengan asam yang lain karena asam yang lain bukan merupakan pengoksidasi yang
kuat.

3.    Apakah HBr dan HI dapat dibuat dengan cara mereaksikan garamnya dengan H 2SO4? Jelaskan
jawaban anda!
Jawab :
HBr dan HI tidak dapat dibuat dengan cara mereaksikan garamnya dengan asam sulfat (H 2SO4)
pekat, karena H2SO4 dapat mengoksidasi bromida dan iodida menjadi brom dan iod
Reaksi yang terjadi sebagai berikut :
NaI + H2SO4 → Na2SO4 + I2 + SO2+ H2O
NaBr + H2SO4→ Na2SO4 + Br2 + SO2+ H2O
4.    Biasanya garam dapur diperoleh langsung dari penguapan air yang mengandung garam kalsium
dan magnesium. Bagaimana cara menghilangkannya?
Jawab :
Garam dapur yang diperoleh dari penguapan air laut masih mengandung banyak pengotor yang
berupa ion Ca2+,Fe3+,Al3+ dan lain lain. Untuk menghilangkan kehadiran ion ion pengotor tersebut
perlu ditambahkan ion ion tertentu yang mampu mengikat ion ion pengotor menjadi senyawa
senyawa yang kelarutannya dalam air sangat rendah sehingga dapat dipisahkan melalui
penyaringan. Ion Ca2+ dihilangkan dengan penambahan CaO karena CaO akan mengikat ion
Ca2+ sedangkan ion pengotor lain yang tidak larut dengan CaO seperti ion Mg 2+ dan lain lain bisa
dihilangkan dengan penambahan Ba(OH)2. Ba(OH)2 ini akan mengikat ion Mg2+ sehingga dapat
dipisahkan.
Garam hasil pengeringan langsung air laut itu kemudian dimasak kembali dengan campuran air
sebagai pelarutnya. Kemudian diuapkan kembali untuk mendapatkan kristalisasi NaCl yang lebih
murni. Namun, kenyataan dilapangan kandungan NaCl yang dihasilkan oleh penambak garam
Indonesia masih berada dalam kadar 60-67% kandungan NaCl.

Anda mungkin juga menyukai