Anda di halaman 1dari 19

Petunjuk Praktikum

Images taken from www.ilmukimia.org

Disusun oleh :
Ratih Rizqi Nirwana, S.Si., M.Pd
Atik Rahmawati, M.Si

Direvisi oleh:
Wirda Udaibah, M.Si
Anissa Adiwena Putri, M.Sc

LABORATORIUM PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN TADRIS KIMIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH & KEGURUAN
IAIN WALISONGO SEMARANG
TAHUN 2014
Tata Tertib Pelaksanaan Praktikum

1. Praktikum dimulai pukul 10.30 WIB


2. Praktikan memakai jas lab lengan panjang dan sepatu tertutup selama pelaksanaan praktikum
3. Selama dan setelah praktikum, kebersihan meja dan ruangan harus tetap dijaga, sampah padat
harus dibuang di tempat sampah, bukan di wastafel
4. Pemanasan reagensia dilakukan di meja porselin, dengan jendela terbuka
5. Semua hasil pengamatan dicatat pada selembar kertas untuk laporan sementara
6. Setelah praktikum selesai, alat-alat gelas dan botol reagensia dibersihkan, dicek
kelengkapannya, dan dikembalikan ke tempat semula dengan rapi
7. Praktikan wajib mengganti setiap kerusakan yang dilakukan selama pelaksanaan praktikum.
Adapun alat yang rusak wajib diganti sebelum nilai praktikum keluar.
8. Laporan praktikum dikumpulkan 1 minggu setelah pelaksanaan praktikum
9. Penilaian materi percobaan meliputi:
a. Jurnal
b. Pre-test
c. Kerja selama praktikum
d. Laporan praktikum
e. Responsi
10. Praktikan yang tidak mentaati peraturan yang ditetapkan, dapat dikeluarkan dan tidak
diperbolehkan mengikuti praktikum.

2
Daftar Isi

Halaman Judul ................................................................................................ 1

Tata Tertib Pelaksanaan Praktikum ............................................................. 2

Daftar Isi ................................................................................................. 3

Percobaan 1: Pemurnian Garam Dapur Melalui Rekristalisasi ............................. 4

Percobaan 2: Pembuatan Kalium Nitrat ............................................................. 6

Percobaan 3: Efek Ion Bersamaan .................................................................... 9

Percobaan 4: Reaksi Reduksi dan Oksidasi (Redoks) ..................................... 12

Percobaan 5: Kekuatan Medan Ligan ................................................................. 14

Percobaan 6: Spektra Ion Logam Transisi ............................................................. 17


Daftar Pustaka ................................................................................................. 19

3
Percobaan 1
Pemurnian Garam Dapur Melalui Rekristalisasi

Tujuan
Mempelajari salah satu metode pemurnian yaitu rekristalisasi dan penerapannya pada pemurnian
garam dapur kasar.

Pendahuluan
Untuk memperoleh suatu senyawa kimia dengan kemurnian yang sangat tinggi merupakan hal
yang sangat penting dalam suatu proses kimia. Salah satu metode pemurnian suatu zat berbentuk
kristal adalah rekristalisasi (pembentukan kristal berulang). Metode ini berdasarkan pada perbedaan
daya larut padatan yang akan dimurnikan dengan pengotornya dalam suatu pelarut tertentu, maupun
jika mungkin dalam pelarut tambahan lain yang hanya melarutkan zat-zat pengotor saja. Pemurnian
dengan metode ini banyak dilakukan pada industri-industri (kimia) atau laboratorium untuk
meningkatkan kualitas suatu zat.
Persyaratan suatu pelarut yang dapat dipakai dalam proses rekristalisasi antara lain:
1. Memberikan perbedaan kelarutan yang cukup signifikan antara zat yang dimurnikan dan zat
pengotor.
2. Tidak meninggalkan zat pengotor pada kristal.
3. Kelarutan suatu zat dalam pelarut merupakan fungsi temperatur, umumnya menurun dengan
menurunnya temperatur.
4. Mudah dipisahkan dari kristal.
5. Bersifat inert (tidak mudah bereaksi) dengan kristal.
Dalam percobaan ini akan dipelajari teknik pemurnian natrium klorida yang berasal dari garam
dapur. Natrium klorida, NaCl merupakan komponen utama dalam garam dapur. Komponen lainnya
yang merupakan pengotor biasanya berasal dari ion-ion Ca2+, Mg2+, Al3+, Fe3+, SO42-, I-, dan Br-,
yang semuanya mudah larut dalam air. Untuk memperoleh NaCl dengan kemurnian yang tinggi dari
garam dapur, dapat ditempuh melalui metode rekristalisasi dengan pelarut air. Namun untuk
menghilangkan/ mengurangi adanya ion-ion pengotor perlu ditambahkan ion-ion tertentu yang
mampu mengikat ion-ion pengotor menjadi senyawaan-senyawaan yang kelarutannya dalam air
menjadi sangat rendah, sehingga dapat dipisahkan melalui penyaringan sebelumnya.

4
Alat dan Bahan
A. Alat
1. Pemanas
2. Gelas beker 250 mL
3. Gelas ukur
4. Corong
5. Pengaduk
6. Kertas saring
7. Kertas lakmus atau indikator pH universal
B. Bahan
1. Garam dapur kotor
2. Serbuk kapur Ca(OH)2
3. Larutan encer Ba(OH)2 atau BaCl2 (0,2 gram dalam 10 mL)
4. Larutan HCl 0,1 M
5. Larutan (NH4)2CO3 (0,3 gram dalam 10 mL)

Cara Kerja
1. Larutkan kira-kira 10 gram garam dapur kotor ke dalam 25 mL air (dalam gelas beker) dengan
pemanasan sampai mendidih sambil diaduk.
2. Tambahkan kira-kira 0,1 gram Ca(OH)2 ke dalam larutan.
3. Tambahkan larutan Ba(OH)2 atau BaCl2 encer bertetes-tetes sampai tetes terakhir tidak
terbentuk endapan lagi.
4. Tambahkan larutan encer (NH4)2CO3 bertetes-tetes sambil diaduk.
5. Saring campuran tersebut ke dalam gelas beker yang sebelumnya telah ditimbang dan netralkan
filtrat dengan larutan HCl 0,1 M (kenetralan larutan dites dengan kertas lakmus/indikator pH
universal).
6. Uapkan larutan sampai relatif kering.
7. Timbang kristal NaCl yang diperoleh dan hitung rendemen rekristalisasi yang telah dilakukan.

Pertanyaan
1. Jelaskan fungsi penambahan masing-masing zat tersebut di atas!
2. Ramalkan pengotor apa saja yang masih ada dalam kristal NaCl hasil rekristalisasi?

5
Percobaan 2
Pembuatan Kalium Nitrat

Tujuan
1. Mempelajari pembuatan garam kalium nitrat hasil reaksi antara natrium nitrat dengan
kalium klorida.
2. Mempelajari pemisahan garam tersebut dari hasil samping natrium klorida berdasarkan
perbedaan kelarutan.

Pendahuluan
Asam nitrat dan garamnya merupakan senyawa okso dari nitrogen yang sangat penting. Sampai
sekarang sebagian besar asam nitrat dibuat dengan mengubah nitrogen dalam atmosfer menjadi
ammonia. Dengan adanya katalisator, ammonia dioksidasi menjadi NO. Selanjutnya NO diserap ke
dalam air yang mengandung oksigen.
Pada temperatur kamar, asam nitrat ada dalam fasa cair, mendidih pada 84,10C dan membeku
menjadi kristal pada -41,590C. Asam nitrat murni dapat mengalami ionisasi sebagai berikut:
2 HNO3 NO2+ + NO3- + H2O
Larutan asam dengan konsentrasi 0,1 M dapat terionisasi hampir sempurna (93%). Proses
ionisasi tersebut banyak digunakan dalam reaksi nitrasi pada beberapa senyawa organik. Untuk
mempercepat proses itu, pada umumnya asam tersebut dicampur dengan asam sulfat. Larutan asam
nitrat normal (70% berat), tidak berwarna, kemudian lama-kelamaan berubah menjadi kuning
karena adanya fotokimia yang menghasilkan NO2:
2 HNO3 2 NO2 + H2O + O2

Asam nitrat jenuh memiliki sifat oksidator sangat kuat terhadap unsur-unsur logam. Untuk
reaksi dengan logam-logam tertentu seperti emas dan platina, asam nitrat dicampur dengan asam
klorida menjadi aquaregia (3 bagian HCl pekat dan 1 bagian HNO3 jenuh). Adanya kompleksasi
dari ion klorida juga penting untuk meningkatkan efektivitas aquaregia dibandingkan asam nitrat.
Unsur-unsur non logam biasanya dioksidasi oleh asam nitrat pekat menjadi oksida atau asam okso.
Kekuatan oksidator asam nitrat sangat bergantung pada konsentrasinya. Larutan yang
konsentrasinya lebih kecil dari 2 molar praktis tidak bersifat oksidator.
Garam nitrat dari hampir semua logam telah dikenal. Di alam, garam nitrat banyak dijumpai di
Chili terutama dalam bentuk natrium nitrat. Mungkin disebabkan oleh hal tersebut, nama umum
garam natrium nitrat adalah sendawa Chili, sedangkan istilah sendawa digunakan untuk nama
umum garam natrium nitrat.
6
Sebagian besar garam-garam nitrat bersifat higroskopis dan mudah larut dalam air. Beberapa
garam nitrat dapat diperoleh dalam bentuk anhidrat dan tidak mengalami dekomposisi pada
pemanasan yang cukup tinggi. Dalam teori orbital molekul dijelaskan bahwa nitrogen membentuk
tiga ikatan dengan menggunakan orbital hibrida sp dan orbital pz dan tiga orbital atom oksigen
bergabung membentuk orbital molekul yang ditempati 2 elektron.
Pada percobaan ini akan dipelajari pembuatan dan pemisahan garam kalium nitrat. Garam ini
dapat dibuat dengan mereaksikan larutan jenuh KCl dengan larutan jenuh NaNO3, sesuai dengan
persamaan reaksi:
KCl + NaNO3 → NaCl + KNO3
Pada skala industri, kalium klorida diperoleh dari mineral silvit. Garam kalium nitrat digunakan
untuk pembuatan mesiu dan sebagian kecil digunakan dalam pengolahan daging. Kedua hasil reaksi
tersebut di atas dapat dipisahkan berdasarkan sifat kelarutan kedua garam tersebut yang jauh
berbeda pada kondisi temperatur tertentu.

Alat dan Bahan


A. Alat
1. Gelas beker
2. Cawan porselin
3. Corong
4. Kertas saring
B. Bahan
1. Kalium klorida (KCl)
2. Natrium nitrat (NaNO3)

Cara Kerja
A. Pembuatan garam kalium nitrat
1. Larutkan 7,5 gram KCl dan 8,5 gram NaNO3 masing-masing dalam 25 mL air panas.
2. Campur kedua larutan tersebut, kemudian uapkan sampai volume larutan menjadi 20 mL
(gunakan penangas air).
3. Saring larutan tersebut dalam keadaan panas.
4. Dinginkan filtrat, kemudian saring kristal kalium nitrat yang terbentuk.

B. Pemurnian kristal kalium nitrat


1. Larutkan kristal yang dihasilkan dengan sedikit aquades dengan cara pemanasan.

7
2. Dinginkan larutan tersebut, kemudian saring kristal kalium nitrat bebas ion klorida itu.
3. Timbang kristal yang dihasilkan dan hitung rendemennya.

Tugas
1. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan garam-garam ionik! Jelaskan!
2. Dalam pelarut air, mengapa kalium nitrat memiliki kelarutan yang lebih besar daripada natrium
klorida? Jelaskan!
3. Dengan menggunakan bantuan kurva hubungan antara kelarutan KNO3 dan NaCl terhadap
temperatur, bagaimana saudara memisahkan campuran kedua garam tersebut?

8
Percobaan 3
Efek Ion Bersamaan

Tujuan
1. Menentukan harga tetapan hasil kali kelarutan garam kalsium oksalat.
2. Mempelajari pengaruh konsentrasi ion oksalat pada kelarutan garam kalsium oksalat.

Pendahuluan
Dalam larutan jenuh dari suatu garam sukar larut, terjadi keseimbangan antara garam yang
tidak larut dengan ion-ionnya. Misal garam AB merupakan suatu garam sukar larut, maka dalam
larutan jenuh akan terjadi keseimbangan:
AB(s) A+(l) + B-(l) (1)
Tetapan keseimbangan persamaan di atas dapat dituliskan sebagai berikut:

K= (2)

Oleh karena garam AB merupakan padatan, maka koefisien aktivitasnya sama dengan satu, dan
[AB] adalah konstan, sehingga persamaan (2) dapat disederhanakan menjadi:
Ksp = [A+] [B-] (3)
Harga tetapan Ksp dikenal sebagai harga tetapan hasil kali kelarutan. Jadi suatu garam sukar
larut dalam air jika dilarutkan dalam air, sebagian kecil akan terurai menjadi ion-ionnya. Proses
peruraian itu akan berhenti setelah hasil kali kelarutan garam itu sama dengan harga K dari garam
itu.
Dalam percobaan ini akan ditinjau garam kalsium oksalat, CaC2O4, yang dilarutkan dalam air.
Konsentrasi ion oksalat dapat ditentukan dengan menitrasi larutan jenuh menggunakan larutan
standar kalium permanganat, KMnO4.

Alat dan Bahan


A. Alat
1. Gelas beker
2. Labu ukur 100 mL
3. Pipet volume
4. Pengaduk dan sendok
5. Buret
6. Erlenmeyer

9
7. Corong gelas
B. Bahan
1. Asam oksalat
2. Kalsium oksalat padat
3. Larutan natrium oksalat 0,05 M
4. Larutan kalium permanganat 0,02 M
5. H2SO4 2,5 M

Cara Kerja
A. Standarisasi larutan KMnO4 0,02 M
1. Timbang 0,65 gram asam oksalat, H2C2O4.2H2O dan larutkan dalam labu ukur 100 mL,
encerkan dengan aquades sampai tanda batas.
2. Ambil 5 mL larutan asam oksalat tersebut, tempatkan dalam erlenmeyer 100 mL, tambahkan
20 mL H2SO4 2,5 M, dan dititrasi dengan larutan standar KMnO4.
3. Ulangi titrasi sebanyak 3 kali dan hitung molaritas rata-rata larutan standar KMnO4.

B. Penentuan konstanta hasil kali kelarutan CaC2O4


1. Buat larutan jenuh CaC2O4 sebanyak 100 mL dengan cara menambah sedikit demi sedikit
CaC2O4 padat ke dalam 100 mL aquades sambil diaduk sampai ada sedikit padatan yang
tidak larut.
2. Siapkan buret dengan larutan standar KMnO4 0,02 M. Kemudian ambil larutan jenuh
kalsium oksalat yang telah dibuat pada langkah 1 sebanyak 10 mL dengan pipet gondok,
tuangkan ke dalam erlenmeyer dan titrasi dengan larutan standar KMnO4 sampai titik
ekivalen.
3. Dari data titrasi, tentukan konstanta hasil kali kelarutan kalsium oksalat menurut rumus:
Ksp CaC2O4 = [C2O42-]2

C. Pengaruh [C2O42-] terhadap kelarutan CaC2O4


1. Siapkan 5 buah tabung reaksi besar, masing-masing diisi dengan 10 mL larutan jenuh
CaC2O4 ditambah berturut-turut dengan 2, 4, 6, 8, dan 10 mL Na2C2O4 dan diaduk sampai
terjadi pengendapan sempurna.
2. Ambil hati-hati supernatan (padatan jangan sampai terambil) dari masing-masing larutan
tersebut, encerkan dengan aquades menjadi 10 mL, kemudian dititrasi dengan larutan
standar KMnO4.

10
3. Hitung kelarutan kalsium oksalat pada masing-masing eksperimen dan selanjutnya buat
kurva hubungan antara kelarutan dan konsentrasi ion oksalat.

Tugas
1. Sebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya kelarutan suatu garam!
2. Terangkan mengapa pengambilan larutan harus terhindar dari padatan?

11
Percobaan 4
Reaksi pada ion-ion logam transisi

Tujuan
Mempelajari reaktifitas dari ion –ion pada logam transisi

Pendahuluan
Unsur transisi deret pertama adalah unsur – unsur logam transisi yang terletak padanperiode
paling atas dalam kelompok logam transisi pada tabel periodik unsur. Unsur – unsur tersebut antara
lain Sc, Ti, V, Cr, Mn, Fe, Co, Ni, Cu, dan Zn. Unsur– unsur ini memiliki elektron valensi pada
orbital d sehingga memiliki beberapa sifat seperti katalis, warna larutan dan kemagnetannya. Unsur
– unsur ini meskipun struktur geometri senyawa kompleksnya lebih mudah diprediksi daripada
senyawa kompleks golongan lantanida, dari kiri ke kanan mempunyai jumlah elektron valensi,
jumlah elektron pada orbital d, muatan inti efektif, jari–jari kation yang berbeda–beda sehingga
memiliki reaktifitas yang berbeda terhadap anion tertentu.
Pada beberapa kasus, reaktifitas ion – ion logam transisi berhubungan dengan sifat
kekerasan dan kelunakan dari kation dan anionnya. Reaktifitas suatu senyawa dapat diamati dari
adanya perubahan warna maupun terbentuknya endapan. Reaktifitas suatu senyawa khususnya yang
mengandung ion logam transisi tergantung beberapa faktor, misalnya muatan dan jari – jari ion,
serta konfigurasi elektron di orbital d. Reaktifitas berbeda dengan kestabilan, dimana reaktifitas
lebih ditekankan pada kecepatan terjadinya suatu reaksi kimia dengan zat lain sedangkan kestabilan
difokuskan pada besarnya nilai K yang dihasilkan suatu reaksi. Suatu senyawa dapat bersifat labil
akan bereaksi lebih cepat daripada senyawa yang inert. Melalui percobaan ini diharapkan praktikan
dapat mempelajari beberapa sifat larutan dan reaksi dari senyawa transisi deret pertama.

Alat dan Bahan

A. Alat
1. Tabung reaksi 10 buah
2. Rak tabung reaksi
3. Pipet tetes
4. Botol semprot
5. Gelas ukur 5 mL

12
B. Bahan
1. Mangan(II) klorida
2. Amonium besi(II) sulfat
3. Besi(III) nitrat
4. Kromiun(III) klorida
5. Kobalt(II) klorida atau Kobalt(II) sulfat
6. Tembaga(II) sulfat atau Tembaga(II) klorida
7. Nikel(II) klorida atau Nikel(II) sulfat
8. Zinc(II) klorida

Cara Kerja
1. Tambahkan larutan NaOH 2M sedikit demi sedikit ke dalam 2 mL larutan MnCl2 1M
hingga berlebih. Catat perubahan yang terjadi. Lakukan hal yang sama untuk larutan logam
lainnya.
2. Ulangi percobaan pertama untuk semua larutan logam namun dengan pereaksi:
- NaOH pekat (50%)
- KSCN 1M
- amoniak 1M
- natrium karbonat 1M
3. Ulangi percobaan diatas untuk larutan sampel yang tidak diketahui. Tentukan logam yang
terkandung dalam larutan sampel tersebut!

Tugas
1. Tuliskan persamaan reaksi dari semua reaksi di atas ! Jelaskan peran konsep HSAB dalam
memprediksi reaksi yang terjadi tersebut!
2. Berikan keterangan perubahan kimia yang menyertainya misal perubahan warna atau
endapan !
3. Berdasarkan hasil percobaan dan analisa anda, berikan kesimpulan anda tentang perbedaan
reaktifitas ion - ion logam transisi deret pertama terhadap pereaksi tsb dan faktor yang
mempengaruhinya!

13
Percobaan 5
Kekuatan Medan Ligand

Tujuan
Mempelajari perbedaan kekuatan medan ligan antara ligan ammonia dan air

Pendahuluan
Dalam teori medan kristal, ligan-ligan direduksi menjadi titik yang bermuatan. Interaksi
muatan-muatan titik ini dengan elektron dalam orbital d ion logam akan menaikkan energi semua
orbital d, tetapi mereka tidak lagi memiliki energi yang sama. Elektron-elektron dalam orbital dz2
dan dx2 -y2 akan mengalami interaksi yang lebih besar dengan muatan-muatan ligan yang
mendekatinya daripada elektron-elektron dalam orbital dxy, dyz dan dxz. Pertimbangan simetri juga
menghasilkan kesimpulan yang sama terhadap orbital-orbital d lainnya. Pola pemisahan tersebut
berlaku untuk semua ion kompleks yang terkoordinasi secara oktahedral. Δo (didefinisikan sebagai
10 Dq) menunjukkan perbedaan energi antara tiga orbital setingkat dxy, dyz dan dxz dengan dua
orbital setingkat dz2 dan dx2-y2.

Spektrum oktahedral [Ti(H2O)6]3+ dengan elektron d tunggal dapat ditemukan dalam salah
satu orbital dxy, dyz dan dxz. Pada absorpsi suatu photon ekivalen energi dengan Δo, elektron dalam
salah satu orbital d dengan energi lebih rendah akan dinaikkan ke orbital d dengan energi lebih
tinggi dz2 dan dx2 -y2. Suatu harga yang khas untuk Δo, perbedaan energi antara dua tingkat energi
dalam gambar 1 adalah 5,8 x 104 kalori/mol (frekuensi 20.300 cm-1).

14
Ini sesuai dengan radiasi sebesar 6,1 x 1014 Hz atau panjang gelombang 490 nm. Besarnya 10 Dq
tersebut dipengaruhi oleh jenis ion logam, bilangan oksidasi dan ligan yang terlibat. Transisi
elektrinik dari tingkat energi pertama ke tingkat energi yang lain jatuh pada daerah sinar tampak
atau spektrum elektromagnetik. Warna yang nampak adalah komplemen warna cahaya yang
diserap, sebagai contoh kompleks [Ti(H2O)6]3+ berwarna violet berarti warna yang diserap adalah
komplemen warna violet yaitu hijau kekuningan. Hubungan antara daerah panjang gelombang yang
diabsorbsi dan warna yang nampak ditunjukkan oleh Tabel 1.
Ligan yang berbeda berinteraksi secara berbeda dengan orbital-orbital d ion logam pusat. Δo
, merupakan ukuran interaksi yang dapat membedakan komplek-komplek yang berbeda dari ion
logam. Sebagai contoh, telah diteliti bahwa Δo umumnya bertambah menurut urutan Cl- < H2O <
NH3 < CN- , ini merupakan deret spektrokimia sejumlah ligan. Jika Δo bertambah, absorpsi
maksimum akan memiliki panjang gelombang yang lebih pendek. sesuai dengan bertambahnya
energi orbital dxy, dyz atau dxz untuk menaikkannya ke orbital dz2 atau dx2-y2. Makin pendek absorpsi
maksimum panjang gelombang, makin besar perbedaan energi antara tingkat energi awal dan akhir.

Ligan NH3 akan memberikan harga Δ0 yang lebih besar daripada H2O, ini sesuai dengan gerakan ke
kanan dalam Gambar 3. Perbedaan energi tersebut mengakibatkan masing-masing transisi akan
dinaikkan dan akan menghasilkan pergeseran ketiga absorbsi nikel ke panjang gelombang yang
lebih pendek (ΔE = hc(1/λ).

Alat dan Bahan


A. Alat
1. Labu ukur 10 ml
2. beaker glass 100 ml, 250 ml
3. Pipet gondok 2 ml, 5 ml, 10 ml
4. Spektrofotometer visibel
5. Gelas ukur 50 dan 25 ml

15
B. Bahan
- Larutan Ammonia 1 M
Dibuat dengan melarutkan 18,7 ml larutan NH3 25% massa jenis 0,91 kg/l, dalam air
sedemikian sehingga volume menjadi 250 ml
- Larutan ion Cu2+ 0,1 M
Dibuat dengan melarutkan 6,242 gram CuSO4.5H2O dalam air sedemikian sehingga
volume menjadi 250 ml

CARA KERJA
1. Siapkan 4 buah labu ukur 10 ml untuk membuat larutan ion Cu2+ 0,02 M dalam pelarut
air, 50:50 campuran air dan larutan ammonia 1 M, 75:25 campuran air dan ammonia ,
dan 25:75 campuran air dan ammonia
2. Larutan ion Cu2+ 0,02 M dalam larutan air dibuat dengan memindahkan 2 ml larutan
Cu2+ 0,1 M ke dalam labu ukur 10 ml dan diencerkan dengan air sampai tanda
3. Larutan ion Cu2+ 0,02 M dalam 50:50 campuran air dan ammonia dibuat dengan
memindahkan 2 ml larutan Cu2+ 0,1 M ke dalam labu ukur 10 ml dan diencerkan
dengan 5 ml larutan ammonia dan kemudian dilanjutkan dengan air sampai tanda
4. Larutan ion Cu2+ 0,02 M dalam 75:25 campuran air dan ammonia dibuat dengan
memindahkan 2 ml larutan Cu2+ 0,1 M ke dalam labu ukur 10 ml dan diencerkan
dengan 2,5 ml larutan ammonia dan kemudian dilanjutkan dengan air sampai tanda
5. Larutan ion Cu2+ 0,02 M dalam 25:75 campuran air dan ammonia dibuat dengan
memindahkan 2 ml larutan Cu2+ 0,1 M ke dalam labu ukur 10 ml dan diencerkan
dengan 7,5 ml larutan ammonia dan kemudian dilanjutkan dengan air sampai tanda
6. Amati serapan ketiga larutan tersebut menggunakan spektrofotometer dengan air sebagai
blangkonya pada panjang gelombang antara 500-700 nm dengan interval 20 nm
7. Perbedaan kekuatan ligand antara air dan ammonia dapat diketahui dengan
membandingkan panjang gelombang maksimumnya

Tugas
1. Apakah yang dimaksud dengan ligand lemah dan ligand kuat? Berikan contohnya
2. Bagaimana pengaruh rasio air dan ammonia terhadap Δo pada kompleks Cu?
3. Tuliskan reaksi yang terjadi pada percobaan di atas!

16
Percobaan 6
Pembuatan Senyawa Koordinasi

Tujuan
Untuk mempelajari cara pembuatan senyawa koordinasi [Ni(NH3)6I2]

Pendahuluan
Senyawa kompleks (senyawa koordinasi) merupakan senyawa yang terbentuk melalui ikatan
koordinasi antara ion/ atom pusat dengan ligand. Pada atom pusat yang berasal dari golongan logam
transisi, keberadaan orbital d memegang peranan dalam pembentukan kompleks. Keberadaan
orbital d ini tidak hanya menyebabkan logam transisi memiliki bilangan oksidasi yang bervariasi
tetapi juga memungkinkan terjadinya interaksi secara koordinasi dengan atom donor. Senyawa
kompleks [Ni(NH3)6I2] merupakan salah satu contoh kompleks Ni2+ dengan bilangan koordinasi 6.
Proses kristalisasi dari senyawa tersebut mudah untuk dipelajari. Adapun uji hasil sintesis dari
kompleks tersebut dapat dilakukan secara kualitatif.

Alat dan Bahan


A. Alat
1. Gelas beaker 100ml
2. Batang pengaduk
3. Kertas saring
4. Penyaring Hirsch

B. Bahan
1. Ammonia 1 M
2. Etanol
3. Ni(Cl)6.6H2O
4. KI
5. DMG
6. H2O2 (3%)
7. H2SO4 5 M

17
Cara Kerja
1. Larutkan 1 gram Ni(Cl)6.6H2O ke dalam 5 ml air dalam gelas beaker
2. Tempatkan gelas beaker dalam lemari asap dan tambahkan 10 ml ammonia pekat (ammonia
15 M)
3. Tambahkan 2,6 gram KI ke dalam campuran. Dan biarkan campuran selama 15 menit
4. Kumpulkan kristal yang terbentuk dengan penyaring Hirsch, cuci dua kali dengan 2 ml
larutan etanol 1:1 dan tambahkan 2 ml larutan etanol ke dalam larutan.
5. Keringkan kristal pada udara terbuka selama beberapa menit
6. Hitung rendemen kristal yang terbentuk
7. Untuk menguji keberadaan ion Ni2+ di dalam campuran, larutkan sejumlah kecil sampel
(0,001 gram kedalam 0,5 ml air) dan tambahkan larutan ammonia 5 M dan tambahkan 5
tetes larutan DMG. Amati perubahannya.
8. Untuk menguji keberadaan ion iodida, dapat dilakukan dengan melarutkan sejumlah kecil
campuran (0,001 gram kedalam 0,5 ml air), kemudian asamkan dengan 2 tetes H2SO4 5 M
dan kemudian tambahkan larutan H2O2 3%.

Tugas
1. Tuliskan reaksi yang terjadi
2. Bagaimanakah struktur DMG, mengapa DMG dapat dipakai untuk menguji keberadaan ion
nikel? Tuliskan reaksinya.
3. Mengapa pengujian ion iodide dilakukan pada keadaan asam? Tuliskan reaksinya.

18
Daftar Pustaka

Utomo, M.P., 2011, Laboratory Manual of Practical Inorganic II Chemistry, Dept of Chemistry
Education, YSU.
Khunur, M., et al, 2012, Praktikum Kimia Anorganik, JK, UB

19

Anda mungkin juga menyukai