Anda di halaman 1dari 37

“Barangsiapa merintis jalan mencari ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga” (HR.

Muslim)

PENUNTUN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR II

DI SUSUN OLEH:
Dra. Sitti Chadijah, M.Si.
Sjamsiah, S.Si., M.Si., Ph.D.
Dr. Rismawaty Sikanna, S.Si., M.Si.
Syarifah Rabiatul A., S.Pd., M.Sc.
Kurnia Ramadhani, S.Si., M.Pd.
Sappewali, S.Pd., M.Si.
Firnanelty, S.Si., M.Si.
Ismawanti, S.Si.

LABORATORIUM KIMIA
JURUSAN KIMIA F. SAINSTEK
UIN ALAUDDIN MAKASSAR 2021
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah menciptakan manusia dan mengajarkan
kepadanya penjelasan, dan ilmu kepada manusia. Shalawat dan salam yang sempurna dilimpahkan
kepada Rasulullah SAW yang kedatangannya merupakan rahmat untuk seluruh alam.

Berdasarkan Firman Allah SWT, dalam Qur’an Surah Al-Mujadalah:11 “… Niscaya Allah akan
meninggikan orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat, dan
sabda Rasulullah SAW: “Barang siapa mencari ilmu lalu mendapatkannya, maka Allah SWT menulis
baginya dua pahala. Dan barang siapa mencari ilmu, tetapi tidak mendapatkannya maka Allah menulis
baginya satu pahala (Thabrani)”.

Mewujudkan perintah di atas, kami dari jurusan kimia khususnya Kimia Dasar II membuat
penuntun Praktikum Kimia Dasar II sebagai acuan dalam melakukan praktikum di laboratorium.
Alhamdulillah, kami panjatkan ke hadirat Allah SWT penuntun ini dapat diselesaikan dengan baik.

Penuntun Praktikum Kimia Dasar II ini, ditujukan kepada mahasiswa yang mengambil mata kuliah
(Kimia Dasar II), yang mana praktikum ini merupakan aplikasi dari mata kuliah tersebut. Pokok-pokok
materi percobaan yang disajikan pada penuntun praktikum ini meliputi: reaksi asam basa, titrasi redoks,
elektrolisis KI, uji-uji gugus fungsi, reaksi uji karbohidrat, sifat-sifat protein, hidrolisis ester- reaksi
penyabunan, dan alcohol fenol.

Penuntun praktikum ini dilengkapi dengan teori yang relatif sederhana dan mudah dipahami oleh
praktikan sebagai landasan berfikir dalam melakukan percobaan-percobaan. Sebagai manusia biasa,
tentulah buku penuntun ini masih terdapat kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu, kritik membangun
dari pengguna buku ini sangat kami harapkan demi perbaikan berikutnya.

Akhirul kalam semoga kita termasuk dalam golongan seperti yang disabdakan oleh Nabi
Muhammad SAW: “Jadilah seorang ulama atau pencari ilmu atau pendengar ilmu atau yang mencintai
ilmu dan ahli ilmu, (selain empat ini) jangan menjadi yang kelima, yaitu orang yang membenci ilmu”
(H.R.Thabrani). Wassalam

Gowa, April 2021

Tim Kimia Dasar


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………...…...……...

TATA TERTIB PRAKTIKUM ..............................................................

DAFTAR ISI……………………………………...………………….……

PERCOBAAN I REAKSI ASAM BASA..………..................……..

PERCOBAAN II TITRASI REDOKS.................................….……..

PERCOBAAN III ELEKTROLISIS KI.....................................……..

PERCOBAAN IV UJI-UJI GUGUS FUNGSI...........................……..

PERCOBAAN V UJI SENYAWA MAKROMOLEKUL

(KARBOHIDRAT)............................……..……..

PERCOBAAN VI UJI SENYAWA MAKROMOLEKUL

(PROTEIN)..........................….....................…….

PERCOBAAN VII HIDROLISIS ESTER DAN

REAKSI PENYABUNAN.....................................

PERCOBAAN VIII ALKOHOL DAN FENOL......................................

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………….…….


PERCOBAAN I
REAKSI ASAM BASA

A. TUJUAN PERCOBAAN
Mempelajari titik akhir dan titik eqivalen titrasi
B. TEORI
Titrasi ini berdasarkan netralisasi asam dengan basa. Pada titik eqivalen, jumlah yang
dititrasi eqivalen dengan jumlah basa yang dipakai. Untuk menentukan titik eqivalen ini
dipakai suatu indikator asam basa yaitu zat yang dapat berubah warnanya tergantung pada pH
larutan. Macam indikator yang kita pilih harus sedemikian sehingga pH titik eqivalen titrasi
terdapat pada daerah perubahan warna indikator. Jika pada suatu titrasi dengan indikator
tertentu timbul perubahan warna, maka titik akhir telah tercapai. Jadi titik akhir titrasi ialah saat
timbulnya warna indikator yang dipakai. Titik akhir titrasi tidak semua berimpit dengan titik
eqivalen dengan selisihnya disebut kesalahan titrasi. Dengan pemilihan indikator yang tepat,
kita dapat memperkecil kesalahan titrasi.
Penentuan konsentrasi suatu larutan asam atau basa, diperlukan suatu larutan baku,
yaitu suatu larutan yang telah diketahui konsentrasinya dan biasanya berupa larutan asam atau
basa yang mantap (konsentrasinya tidak cepat berubah). Sebagai larutan baku primer dapat
dipakai larutan asam oksalat.

C. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Cara Membuat Larutan Baku Primer Asam Oksalat
a. Alat
1) Labu takar 100 mL
2) Gelas kimia 250 mL
3) Batang pengaduk
4) Botol semprot

b. Bahan
1) Asam oksalat
2) Aquadest
c. Cara kerja
Asam oksalat (COOH)2 MR = 126,070
1) Timbang asam oksalat 6,3035 gram dengan teliti
2) Larutkan dalam air (aquabides) dalam labu takar 1000 mL
6,3035
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 = = 0,1000 N
63,0350
2. Menentukan Konsentrasi Larutan NaOH dengan Bahan Baku Asam Oksalat
Reaksi : 2NaOH + (COOH)2 → (COONa)2 + 2H2O
a. Alat
1) Buret basa 50 mL
2) Pipet volume 25 mL
3) Gelas kimia 250 mL
4) Erlenmeyer 250 mL
5) Statif dan klem
b. Bahan
1) Larutan NaOH x N
2) Larutan Asam Oksalat 0,1N
3) Indikator phenolptalein
c. Cara Kerja
1) Buret yang sudah bersih dibilas dengan larutan NaOH yang akan dipakai
sebanyak 3 kali @ 5 mL lalu diisi larutan ini.
2) Ke dalam dua erlenmeyer (dengan ukuran 250 mL) diisi 20 atau 25 mL (gunakan
pipet seukuran) larutan baku asam oksalat yang telah dibuat.
3) Tambahkan 4 tetes indikator phenolptalein
4) Catat keadaan kolom dalam buret, lalu teteskan NaOH dari buret kedalam larutan
asam dengan hati-hati sampai terjadi perubahan warna; dari tak berwarna menjadi
merah muda.
5) Catat keadaan akhir buret. Jumlah NaOH yang dipakai ialah selisih antara
keadaan semula dengan keadaan akhir buret.
6) Hitung konsentrasi NaOH tersebut.
3. Penentuan Konsentrasi HCl dengan Titrasi NaOH
Reaksi : HCl + NaOH  NaCl + H2O
a. Alat
1) Pipet volume 25 mL
2) Buret asam 50 mL
3) Gelas kimia 250 mL
4) Erlenmeyer 250 mL
5) Statif dan klem
b. Bahan
1) HCl x M
2) NaOH
3) Indikator Phenolptalin
c. Cara Kerja
1) Pipet 25 mL larutan HCl yang telah disiapkan ke dalam erlenmeyer 250 mL
2) Masukkan larutan NaOH yang telah diketahui konsentrasinya ke dalam buret 50
mL
3) Titrasi HCl dengan menggunakan NaOH dengan indikator phenolptalin sampai
muncul warna merah muda. Catat volume NaOH yang digunakan pada buret dan
hitung konsentrasi HCl tersebut
D. PENGAMATAN/PERHITUNGAN

E. KESIMPULAN
PERCOBAAN II
TITRASI REDOKS

A. TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan titrasi redoks secara oksidimetri dan iodometri

B. TEORI
1. Oksidimetri
Pada titrasi oksidimetrsi, proses yang terjadi merupakan reaksi oksidasi reduksi. Pada
proses oksidimetri zat oksidator sebagai larutan baku dan zat yang ditentukan kadarnya bersifat
sebagai reduktor. Dalam analisis oksidasi-reduksi konsentrasi larutan biasanya dinyatakan
dalam normalitas. Normalitas larutan menyatakan jumlah eqivalen zt terlarut dalam 1 liter
larutan. Berat eqivalen pada reaksi redoks adalah zat (gram) yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi ½ gram atom oksigen atau
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑚𝑜𝑙𝑒𝑘𝑢𝑙 𝑖𝑜𝑛
Berat eqivalen = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑜𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑖𝑘𝑎𝑡 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑑𝑖𝑙𝑒𝑝𝑎𝑠

a. Permanganometri
Kalium permanganat merupakan oksidator kuat dan telah digunakan secara luas, mudah
diperoleh dan tidak memerlukan indikator. Permanganat dapat mengalami reaksi yang
bermacam-macam karena Mn dapat berada dalam keadaan dengan bilangan oksidasi +2, +3,
+-4, +6 dan +7.
Reaksi dalam suasana asam:
MnO4- + 8 H+ + 5e  Mn2+ + 4H2O
Dan dalam suasana alkalis, reaksi yang terjadi:
MnO4- + 4 OH+ + 3e  MnO2 + 2H2O
Reaksi yang paling banyak dijumpai di laboratorium adalah reaksi yang berlangsung dalam
suasana yang sangat asam.
b. Larutan standar KMnO4 0,1 N
Reaksi (dalam suasana asam)
MnO4- + 8 H+ + 5e  Mn2+ + 4H2O
1 mol MnO4- memerlukan 5e
BE KMnO4 - 1/5 BM
2. Iodometri
Pada titrasi iodometri digunakan ion iodida sebagai reduktor. Terdapat banyak oksidator
yang dapat bereaksi sempurna dengan ion iodida, misalnya ion besi (III) dan ion Cu (II),
berlebih ditambahkan terhadap oksidator yang ditentukan, kemudian iodium yang
dilepaskan dititrasi dengan larutan standar natrium tiosulfat. Istilah iodometri lebih disukai
dari iodimetri.
Reaksinya:
I2 + Na2S2O3  2NaI + Na2S4O6
Pereaksi:
Larutan standar Natrium Tiosulfat 0,1 N
Larutan standar Natrium Tiosulfat 0,1 N dibuat dengan melarutkan kira-kira 25 gram
natrium tiosulfat dalam aquades yang telah dididihkan dan sudah dingin dalam labu takar 1
L. Tambahkan 0,2 gram Na2CO3. Encerkan sampai tanda garis.

C. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Oksidimetri
a. Alat
1) Tabung reaksi
2) Pipet volum
3) Erlenmeyer
4) Buret
5) Termometer
6) Hotplate
b. Bahan
1) KMNO4
2) H2SO4
3) H2C2O4
c. Cara Kerja
1) Ditimbang dengan teliti ±500 mg hablur asam oksalat
2) Dibilaskan dengan air suling ke dalam labu takar 100 mL
3) Dilarutkan dan diimpitakn sampai tanda batas
4) 25 mL larutan ini dipipet ke dalam erlenmeyer 300 mL
5) Ditambahkan 25 mL asam sulfat 4 N dan diencerkan sampai ±100 mL
6) Kemudian larutan dipanasakan hingga ±70 oC dan segera dititrasi dengan lariutan
KMnO4 sampai berwarna merah jambu muda. Pengerjaan ini dilakukan sebanyak
2 kali pengulangan
2. Iodometri
a. Alat
1) Erlenmeyer
2) Labu ukur
3) Pipet volum
4) Buret
b. Bahan
1) K2Cr2O7
2) KI
3) HCl
4) Na2S2O3
5) Kanji
c. Cara Kerja
1) Ditimbang ±500 mg hablur kalium dikromat p.a dengan teliti
2) Dilarutkan dengan air suling dalam labu ukur 100 mL dan diencerkan hingga
tanda garis
3) Larutan ini 25 mL dipipet ke dalam erlenmeyer tutup asah 500 mL yang berisis
10 mL larutan KI 20% dan 25 mL larutan HCl 4 N.
4) Kemudian diencerkan sampai 200 mL dan dititrasi dengan larutan tio 0,1 N
5) Setelah larutan menjadi kuning, ditambahkan 1 mL larutan kanji sebagai
indikator.
6) Titrasi diakhiri bila warna larutan berubah dari biru menjadi hijau muda.
7) Penetapan ini diulang 3 kali

D. HASIL PENGAMATAN

E. KESIMPULAN
PERCOBAAN III
ELEKTROLISIS KI

A. TUJUAN PERCOBAAN
Mempelajari peristiwa terjadinya reaksi kimia oleh arus listrik
B. TEORI
Elektrolisis adalah peristiwa dimana terjadinya reaksi kimia oleh arus listrik. Alat
elektrolisis terdiri atas sel elektrolitik yang berisi elektrolit (larutan atau leburan), dan dua
elektroda, anoda dan katoda. Pada anoda terjadi reaksi oksidasi, sedangkan pada katoda terjadi
reaksi reduksi.
Pada suatu percobaan elektrolisis, reaksi yang terjadi pada katoda bergantung kepada
kecenderungan terjadinya reaksi oksidasi reduksi.
Elektrolisis NaCl dalam berbagai keadaan menunjukkan pentingnya suasana pada
waktu diadakan percobaan. Jika larutan NaCl yang sangat encer dielektrolisis menggunakan
elektroda platina, maka reaksi pada kedua elektroda sebagai berikut:
Anoda : 2H2O  O2 + 4H+ + 4e
Katoda: 2H2O + 2e  H2 + 2OH-
Jika larutan cukup pekat, reaksi yang terjadi sebagai berikut:
Anoda : 2 Cl-  Cl2 + 2e
Katoda : Na+ + e  Na
Jika pada elektrolisis larutan NaCl digunakan raksa sebagai katoda reaksi-reaksi pada elektroda
sebagai berikut:
Anoda : 2 Cl-  Cl2 + 2e
Katoda : Na+ + e  Na
Natrium yang terbentuk dalam raksa membentuk amalgam.
Pada tahun 1833 Faraday menunjukkan bahwa jumlah zat yang bereaksi pada elektroda-
elektroda sel elektrolisis, berbanding lurus dengan jumlah arus yang melalui sel tersebut.
C. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Alat
1) Tabung U
2) Elektroda karbon
3) Power supply
4) Tabung reaksi
2. Bahan
1) KI 0,25 M
2) Phenoptalin
3) FeCl3
4) CHCl3
3. Cara Kerja
1) Masukkan larutan KI 0,25 M ke dalam tabung U (sampai 2 cm dari mulut tabung).
Pasang elektroda dan hubungkan dengan sumber arus searah 6 volt selama 5 menit,
kemudian putuskan arus. Catat perubahan yang terjadi pada ruang anoda dan katoda
2) Ambil 2 mL larutan dari ruang katoda dengan pipet tetes dan tambahkan beberapa
tetes phenolpthalin. Tambahkan 2 mL larutan FeCl3 0,1 M
3) Keluarkan 2 mL larutan dari ruang anoda. Tambahkan 1 mL larutan CHCl3
kemudian kocok. Perhatikan warna lapisan CHCl3. Catat semua hasil dan tulis semua
persamaan reaksi.

D. PENGAMATAN
1. Pengamatan
a) Perubahan pada anoda:..................... b)Perubahan pada katoda:....................
2. Reaksi pada elektroda
a) Anoda:.............. dan b) Katoda:....................
3. Apa gunanya phenolptalin pada percobaan ini?
4. Apa fungsi CHCl3 pada percobaan ini?
PERCOBAAN IV

UJI-UJI GUGUS FUNGSI

A. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mengamati berbagai reaksi terhadap gugus fungsi
2. Mengidentifikasi adanya gugus karbonil dalam senyawa keton dan aldehid
3. Mengidentifikasi adanya gugus amin dan amida secara fisik dan kimia
B. TEORI
Aldehid dan keton adalah senyawa-senyawa yang mengandung salah satu dari gugus-
gugus penting di dalam kimia organik, yaitu gugus karbonil (C=O). Semua yang mengandung
senyawa gugus ini disebut senyawa karbonil. Gugus karbonil merupakan bagian-bagian dari
bermacam-macam gugus fungsi. Gugus fungsi dan senyawa ditentukan oleh atom lain yang
terikat pada karbon karbonil. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika kebanyakan sifat-sifat
dari senyawa ini adalah mirip satu sama lainnya.
Aldehid cukup teroksidasi sedangkan keton sulit teroksidasi. Aldehid lebih reaktif dari
pada keton terhadap adisi nukleofilik. Untuk mengetahui gugus aldehid dan keton maka
dilakukan uji gugus fungsi dengan pereaksi Tollens dan pereaksi Fehling. Amina tersebar luas
dalam tumbuhan dan hewan. Amina mengandung gugus nitrogen, dimana nitrogen dijumpai
dalam protein dan asam nukleat. Oleh karena itu, untuk mengetahui adanya amina digunakan
pereaksi Biuret.

C. PROSEDUR KERJA
1. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Tabung reaksi 12 buah 4) Batang pengaduk
2) Pipet tetes 5) Labu semprot
3) Gelas ukur 10 mL 6) Gelas kimia 100 mL
b. Bahan
1) Glukosa kristal 14) Reagen lukas
2) Fenil Hidrazin HCl 15) n-butanol
3) Aquades 16) sec-butanol
4) Fruktosa kristal 17) ter-butanol
5) Sukrosa kristal 18) Cu Asetat
6) Maltosa 19) Gliserol
7) Reagen tollens 20) Etanol
8) Formalin 21) Tartrat
9) Glukosa 1% 22) Resolsinol 1%
10) Aseton 23) Vioform 1%
11) Reagen benedict 24) Reagen biuret
12) Casein 25) Urea
13) KOH 1% 26) CuSO4 1%

2. Cara Kerja
a. Pemeriksaan Gugus Karbonil dalam Keton dan Aldehid
1) Pembuatan Ozason
a) Campurkan kedalam tabung 0,2 gram glukosa + 0,2 gram fenilhidrazin
hidroklorida + 0,6 gram natrium asetat dan 4 mL air, lalu panaskan dalam
water bath selama 20-30 menit kemudian didinginkan dengan air suling
(aquades)
b) Idem, glukosa diganti dengan fruktosa
c) Idem, glukosa diganti dengan sukrosa
d) Idem, glukosa diganti dengan maltosa atau laktosa
2) Reduksi pada pereaksi Tollen
Siapkan 3 tabung reaksi dan masing-masing diisi dengan 2 mL pereaksi Tollen
a) Tabung pertama tambahkan 5-10 tetes formalin
b) Tabung kedua tambahkan 5-10 tetes larutan glukosa 1%
c) Tabung ketiga tambahkan 5-10 tetes aseton
Amati perubahan yang tampak dan tulis reaksinya!
3) Reduksi pada pereaksi Fehling dan Benedict
a) Tabung I tambahkan 5-10 tetes formalin, panaskan
b) Tabung II tambahkan 5-10 tetes larutan glukosa 1%, panaskan
c) Tabung III tambahkan 5-10 tetes aseton, panaskan
Amati perubahan yang tampak dan tulis persamaan reaksinya!
4) Reaksi pada pereaksi Schiff
a) Tabung I tambahkan 5-10 tetes formalin
b) Tabung II tambahkan 5-10 tetes larutan glukosa 1%
c) Tabung III tambahkan 5-10 tetes aseton
Amati perubahan yang tampak dan tulis persamaan reaksinya!
b. Reaksi terhadap Gugus Hidroksil
1) Tes Lukas
Siapkan 3 tabung reaksi dan berturut-turut diisi n-butanol, sec-butanol, ter-
butanol. Kedalam masing-masing tabung diisi 1 mL pereaksi Lukas. Amati
perubahan yang tampak dan tulis reaksinya!
2) Reaksi warna
Siapkan 3 tabung reaksi
a) Tabung pertama tambahkan 1 mL etanol + 5-10 tetes KOH + 5-10 tetes
Cu Asetat
b) Idem, etanol diganti dengan gliserol
c) Etanol diganti dengan larutan tartarat
3) Reaksi warna lain
Siapkan 3 buah tabung reaksi dan masing-masing diisi dengan 1 mL FeCl3
a) Tabung pertama + larutan fenol
b) Tabung kedua + larutan resolsinol
c) Tabung ketiga + larutan vioform
Amati perubahan warna yang terjadi
c. Pemeriksaan Gugus Amina dan Amida
1) Ambil sedikit casein dengan batang pengaduk, cium baunya. Bau itu sangat
spesifik untuk senyawa-senyawa amina
2) Kedalam tabung reaksi dimasukkan ±1 gram ureum (urea). Dimulut tabung
ditaruh lakmus merah yang telah dibasahi dengan air. Panaskan tabung pelan-
pelan. Lakmus akan menjadi biru oleh amoniak yang terjadi. Tuliskan persamaan
reaksinya!
3) Reaksi Biuret
±1 gram ureum (urea) dipanaskan dalam tabung reaksi sampai hampir kering.
Lalu tambahkan 1 mL air + 1 mL KOH dan beberapa tetes larutan CuSO 4. Amati
warna yang terjadi (reaksi biuret ini spesifik untuk senyawa yang mengandung
CO-NH- seperti pada ureum (urea)).
PERCOBAAN V

UJI SENYAWA MAKROMOLEKUL (KARBOHIDRAT)

A. TUJUAN PERCOBAAN
Mengetahui uji senyawa makromolekul (karbohidrat)
B. TEORI
Senyawa makromolekul adalah senyawa-senyawa yang memiliki berat molekul besar.
Beberapa diantaranya adalah karbohidrat dan protein. Karbohidrat disusun dari unit-unit
monosakarida, seperti glukosa, fruktosa dan galaktosa. Sedangakan protein disusun dari
asam amino, seperti glisin, alanin dan seterusnya melalui ikatan peptida.
Karbohidrat
Sebagian besar zat-zat alam merupakan golongan karbohidrat yang fungsinya sebagai
sumber energi, baik untuk manusia, hewan, tumbuhan maupun makhluk hidup lainnya.
Selulosa, hemiselulosa, pektin dalam tumbuh-tumbuhan tergolong bahan baku pembentuk
organisme. Reaksi uji terhadap karbohidrat ada 3 yaitu sebagai berikut:
1. Tes Benedict
Tes Benedic dan Barfoed didasarkan atas reduksi Cu menjadi Cu 2+. Reduksi Cu dalam
suasana basa ditambahkan reagen pengompleks sitrat (larutan Benedict) atau tartrat
(larutan fehling) untuk membentuk ion kompleks yang berwarna biru tua dengan Cu2+, ini
untuk menghindari pengendapan CuCO3 dalam larutan natrium karbonat (reagen
Benedict) dan Cu(OH)2 atau CuO, ke dalam larutan NaOH (larutan fehling). Hasil
oksidasi karbohidrat dalam suasana basa adalah kompleks dan banyak sekali. Tidak
semuanya telah diidentifikasi, tidak seperti laktosa dan maltosa, sukrosa tidak mereduksi
larutan benedict, karena tidak mempunyai gugus aldehid atau keton bebas.
2. Test Fehling
Pada percobaan ini cukup baik karena jika terdapat banyak CuSO4 dan apabila sebelum
diberikan dahulu suatu senyawa polisakarida terdiri atas Cu(OH) 2 yang dapat
direduksikan, tetapi tidak berubah menjadi warna hitam karena pelepasan air. Fehling A
terdiri atas CuSO4 7% dan Fehling B terdiri atas larutan NaOH 12 % dan garam seignette
34%.
3. Uji Yodida untuk Starch
Larutan amilum dicampur beberapa larutan yaitu larutan iod 1% dan KI 1% terjadi warna
biru. Jika ditambahkan beberpa tetes NaOH, mengakibatkan iod bereaksi seperti iod
bebas karena hanya diikat secara semu.
I2 + 2 NaOH  NaI + NaOI + H2O
Jika ditambahkan lagi HCl, maka akan timbul warna lagi.
NaI + NaOI + HCl  HI + HOI + 2NaCl
HOI + HI  I2 + H2O
Terjadi adisi iod oleh amilum dan menyebabkan warna biru.
Apabila larutan amilum iod ini dipanaskan, terjadi penguraian iod, pelepasan iod dari
amilum.

C. PROSEDUR KERJA
1. Test Benedict
a. Alat
1) Tabung reaksi 10 buah
2) Pipet
3) Gelas piala 250 mL
4) Alat pemanas
b. Bahan
1) Larutan gula
2) Larutan benedict
c. Cara Kerja
1) Ke dalam 5 mL larutan benedict, tambahkan 8 tetes larutan gula (larutan
karbohidrat)
2) Tempatkan semua tabung pada air mendidih selama 3 menit
3) Dinginkan dan bandingkan
2. Test Fehling
a. Alat
1) Tabung reaksi
2) Pipet
3) Gelas piala
4) Gegep
5) Pemanas
b. Bahan
1) Larutan Fehling A dan Fehling B
2) Larutan karbohidrat (amilum, glukosa, maltosa, sukrosa)
c. Cara Kerja
1) Campurkan Fehling A dan Fehling B dalam perbandingan volume yang sama.
Larutan yang berwarna ini dipanaskan sampai mulai mendidih (tidak terjadi
perubahan/endapan CuO)
2) Campurkan larutan kompleks (Fehling A dan B) dengan larutan karbohidrat dalam
jumlah volume yang sama
3) Panaskan sampai mendidih, sehingga terdapat endapan kuning atau merah dari
Cu2O
3. Uji Yodida untuk Starch
a. Alat
1) Tabung reaksi
2) Pipet tetes
3) Gegep
4) Pemanas
b. Bahan
1) Larutan starch 1% dalam air
2) HCl 6 N
3) NaOH 6 N
4) Larutan I2 0,01 N
D. PENGAMATAN
1. Test Benedict
Setelah Setelah
Larutan Benedict Larutan Contoh
dipanaskan didinginkan
1

2. Test Fehling
Fehling A dan B Larutan Contoh Setelah dipanaskan

5
3. Uji Yodida untuk Starch
Reagen Tabung I Tabung II Tabung III

Larutan Starch

Air

HCl 6 N

NaOH 6 N

Sebelum dipanaskan

Setelah dipanaskan

E. REAKSI

F. KESIMPULAN
PERCOBAAN VI

UJI SENYAWA MAKROMOLEKUL (PROTEIN)

A. TUJUAN PERCOBAAN
Mengetahui uji senyawa makromolekul (protein)
B. TEORI
Protein
Protein merupakan komponen utama dalam semua sel hidup. Fungsi utamanya adalah
sebagai unsur pembentuk struktur sel, misalnya dalam rambut, wol kolagen, jaringan
penghubung, membran sel dan lain-lain.
Selain itu dapat pula berfungsi sebagai protein yang aktif seperti enzim, yang berperan
sebagai katalisator segala proses biokimia dalam sel. Protein aktif selain enzim adalah hormon,
pembawa oksigen (hemoglobin), protein yang terikat pada gen, toksin, antibodi/antigen dan
lain-lain. Ciri-ciri molekul protein:
1. Berat molekulnya besar, ribuan sampai jutaan sehingga merupakan suatu makromolekul
2. Umumnya terdiri atas 20 macam asam amino
3. Terdapatnya ikatan kimia lain yang menyebabkan lengkungan-lengkungan rantai polipeptida
menjadi struktur tiga dimensi protein. Sebagai contoh yaitu ikatan hidrogen, ikatan hidropob
(ikatan polar), ikatan ion atau elektrostatik dan ikatan van deer waals
4. Strukturnya tidak stabil terhadap beberapa faktor: pH, radiasi, temperatur, medium pelarut
organik dan detergen
5. Umumnya reaktif dan sangat spesifik, disebabkan terdapatnya gugus samping yang relatif
dan susunan khas struktur makromolekulnya. Berbagai macam gugus samping yang
biasanya terdapat adalah gugus kation, anion, hidroksil aromatik, hidroksil aliafatik, amina,
amida, tiol dan gugus heterosiklik.

Asam amino
Asam amino merupakan bagian struktur protein dan menentukan banyak sifat yang
penting. Glisin merupakan asam amino pertama yang telah diisolasi dan dihidrolisis protein,
sedangkan treonin adalah asam amino pembentuk protein yang paling akhir dapat diisolasi,
yaitu hidrolisa fitrin.
Rumus umum asam amino berbentuk:
H
O

NH 2 C C OH

Perbedaan setian macam asam amino terletak pada gugus R-nya, misalnya glisin R-nya
adalah H, treonin R-Nya adalah:
H3C CH CH 2

HO

Asam amino berikatan secara kovalen satu dengan yang lainnya dalam variasi urutan yang
bermacam-macam membentuk suatu rantai polipeptida. Ikatan peptida merupakan ikatan antara
gugus karboksil dari asam amino satu dengan gugus amino dari asam amino lainnya. (Ikatan
Peptida)
IKATAN PEPTIDA
GUGUS PETIDA

O O O

NH 2 CH C NH CH C NH CH C OH

R3
R2
R1

Residu asam amino 2 Residu asam amino 3

1. Test Millon
Reagen yang harus digunakan dalam test millon larutan mercuri dan ion mercuri alam
asam nitrat dan asam nitrous. Warna merah yang terbentuk garam mercuri dari trypsin
yang terekstraksi.
2. Bila ninhidrin (triketodihidridene) dipanaskan dengan asam amino, maka akan
terbentuk kompleks berwarna untuk salah satu asam amino, dapat ditentukan secara
kuantitatif dengan jalan mengamati intensitas warna yang terbentuk yang sebanding
dengan konsentrasi dari asam amino tersebut. Dalam percoaan ini NH 3 dan CO2
dibandingkan, sehingga kemungkinan dapat diukur secara kuantitatif.
Reaksi: RCH (NH2)COOH → RCHO + NH3 + CO2
Kompleks yang terbentuk dan berwarna adalah mengandung molekul ninhidrin yang
bereaksi dengan asam amino setelah asam amino dioksidasi.
O O
O

OH
N

OH

OH O
O
DIKETONINHIDRIN DIKETONINHIDRIN
NINHIDRIN
DILENA DILAMINA

C. PROSEDUR KERJA
1. Test Millon
a. Alat
1) Tabung reaksi
2) Pipet tetes
3) Gegep
4) Pembakar
b. Bahan
1) Lrutan Millon
2) Larutan protein
c. Cara Kerja
1) 3 mL larutan protein ditambah 5 tetes reagen millon
2) Panaskan campuran baik-baik, jika reagen yang digunakan terlalu banyak, maka
warna akan hilang saat pemanasan.
2. Test Ninhidrin
a. Alat
1) Tabung reaksi
2) Pipet tetes
3) Penangas air
b. Bahan
1) Larutan ninhidrin 0,3%
2) Larutan albumin 2%
3) Buffer asetat pH 5
c. Cara Kerja
1) 0,1 mL larutan albumin 2% ditambahkan 100 mL larutan dapar 0,1 M (buffer
asetat) pH 5 dan 20 tetes larutan ninhidrin 0,1% dalam aseton.
2) Pemanasan dilakukan diatas penangas air setengah dingin larutan menjadi
berwarna biru. Ulangi percobaan diatas menggunakan asam amino.

D. PENGAMATAN
1. Test Millon
Larutan protein Reagen Reagen berlebihan
Pemanasan
(larutan contoh) Millon dipanaskan

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.
2. Test Ninhidrin
Setelah
No Larutan protein + reaksi ninhidrin
pemanasan

1.
2.
3.
4.
5.

E. KESIMPULAN:
PERCOBAAN VII
REAKSI PENYABUNAN

A. TUJUAN PERCOBAAN
Mengetahui hidrolisis senyawa ester dan reaksi penyabunan
B. TEORI
Ester dapat dibuat dengan cara mereaksikan asam karboksilat dengan alkohol yang
dapat dikatalisir oleh asam-asam mineral, misalnya asam sulfat atau asam klorida. Reaksi yang
terjadi merupakan keseimbangan yang dapat digambarkan sebagai berikut:
O O
R + R OH R
+ H2O
OH OR

Berdasarkan persamaan keseimbangan sekarang bila digunakan asam dan alkohol dalam
jumlah yang sama, pada keadaan keseimbangan tersebut akan dihasilkan 67% ester. Hasil ini
dapat ditingkatkan dengan menggunakan pereaksi berlebihan atau dengan mengeluarkan air
dari campuran.
Lemak atau minyak nabati atau hewani adalah contoh dari gliserol dan lema jenuh atau
minyak dapat dihidrolisa oleh larutan alkali menjadi garam asam lemak, yang sehari-hari
dikenal sebagai sabun. Reaksi hidrolisa ini disebut penyabunan (safonifikasi)

C. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Alat
a) Kain penyaring (blacu)
b) Kaca arloji
c) Gelas ukur 50 mL
d) Pemanas
e) Erlenmeyer 125 mL
f) Gelas piala 250 mL
g) Penangas air
h) Tabung reaksi
i) Corong
2. Bahan
a) Ethyl alkohol 955
b) Larutan NaOH 25%
c) Larutan CaCO3 atau MgCO3
d) Larutan CaCl2 1:1 (daam air)
e) Minyak kelapa
f) Larutan NaCl jenuh
3. Cara Kerja
Penyabunan Lemak/Minyak lemak/minyak
a) Timbang 10 gram contoh lemak/minyak dalam gelas piala 250 mL
b) Tambahkan kedalamnya 10 mL etanol 95% dan 10 mL larutan NaOH 25%
c) Kemudian panaskan campuran tersebut diatas penangas air yang suhunya 80-90oC
selama 30 menit sambil diaduk (selama menunggu reaksi penyabunan berlangsung,
lanjutkan atau selesaikan percobaan 1)
d) Reaksi penyabunan yang terjadi dapat digambarkan sebagai berikut:

O R1
OH

O R2 + 3 NaOH 3 R-COONa + OH

O R3
OH

e) Setelah 50 menit, tambahkan ke dalam gelas piala 80 mL larutan NaCl jenuh


f) Dinginkan campuran itu dan saring mellui kain penyaring berlapis (kain blacu)
g) Sabun yang tertinggal dalam kain penyaring pindahkan ke dalam gelas piala kecil
(cetakan) lalu timbang
h) Dalam industri biasanya filtrat yang mengandung gliserol dikumpulkan dan gliserol
dipisahkan dari filtrat tersebut penyulingan vacum atau dengan cara kimia,
kemudian dimurnikan
i) ±1 gram sabun yang telah dibuat tadi dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian
larutkan dengan 10 mL air panas, aduk sampai homogen. Selanjutnya bagi dua
larutan sabun tersebut.
j) Ke dalam tabung pertama tambahkan 5 mL HCl encer dan bagian kedua beriakan 5
mL larutan Ca/Mg-karbonat
k) Panaskan kedua tabung reaksi itu dalam penangas air dan amati serta catat
perubahan yang terjadi dalam setiap tabung tersebut
l) Jelaskan reaksi yang terjadi dan tuliskan reaksi kimianya.
PERCOBAAN VIII
ALKOHOL DAN FENOL

A. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mempelajari beberapa sifat fisika dan kimia dari alkohol dan fenol
2. Membedakan antara alkohol primer, sekunder dan tersier.

B. TEORI
Alkohol merupakan senyawa organic yang cukup popular, rumus molekulnya secara umum
dapat ditulis sebagai R-OH, dengan R- adalah gugus alkil dan gugus hidroksil, O-H sebagai
gugus fungsi. Alkohol mempunyai struktur yang serupa dengan air dimana satu hidrogen
digantikan dengan gugus alkil. Fenol serupa dengan alkohol tetapi gugus fungsinya melekat
langsung pada cincin aromatik dan dengan Ar- (sebagai aril) maka rumus umum fenol
dituliskan sebagai Ar-OH. Alkohol lebih rendah (C1 C5) mempunyai sifat yang menyerupai air
karena gugus hidroksil (-OH) tinggi (C6 keatas) terutama R-CH-OH menyerupai sifat-sifat
alkana, hanya sedikit larut dalam air, tetapi lebih larut dalam pelarut organik.
Sifat lain dari alkohol dapat ditentukan oleh letak gugus hidroksil pada atom C, yang dikenal
sebagai alkohol primer R-OH,
Alkohol primer : R-CH2-OH
Alkohol sekunder : R1-CH-OH
R2
R3
Alkohol tersier : R1-C-OH
R2
Perbedaan masing-masing alkohol tersebut dapat ditunjukkan dengan beberapa pereaksi seperti
: pereaksi Lucas dan kromat anhidrat.
Alkohol dan fenol adalah asam-asam lemah (alkohol 10-100 kali lebih lemah dari air, fenol ±10
kali lebih kuat dari air). Tentang keasaman ini dapat diketahui dengan penambahan karbonat
dan bikarbonat membentuk CO2 yang ditunjukkan dengan adanya gelembung-gelembung gas.
Alkohol bereaksi dengan logam seperti natrium atau kalium dengan membentuk Hidrogen
bebas dan alkoksida. Alkoksida logam yang larut dalam alkoholnya merupakan basa kuat, sama
halnya dengan natrium hidroksida dalam air adalah basa kuat. (Alkoksida lebih basa
dibandingkan dengan hidroksida karena keasaman alkohol lebih lemah dari pada air),
sebaliknya fenol lebih asam dari pada air, dengan natrium atau kalium membentuk fenoksida
yang sifat basanya lebih lemah.

2R-OH + 2Na 2R-ONa + H2


2Ar-OH + 2Na 2Ar-ONa + H2

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat-alat:
a. Tabung reaksi
b. Gelas ukur 10 mL
c. Pipet tetes
d. Gelas piala 50 mL
2. Bahan-bahan:
a. Alkohol (primer,sekunder,tersier)
b. Fenol
c. N-Heksana
d. Na2CO3
e. Kromat anhidrat
f. Alkohol “Unknow”
g. Pereaksi Lukas
h. Indikator PP
i. HCl 0,1N
j. Logam natrium
k. H2SO4
D. PROSEDUR KERJA
1. Kelarutan dalam air dan n-Heksana :
a. Siapkan 2 tabung reaksi yang bersih dan kering
b. Masing-masing tabung reaksi dengan 0,5 mL air (1) dan n-Heksana (2)
c. Ke dalam tabung (1) dan tambahkan methanol (±10 tetes)
d. Kocok dan perhatikan kelarutannya (catat)
e. Kerjakan seperti 1 s/d 4 dengan menggunakan alkohol yang lain
f. Kerjakan seperti diatas dengan menggunakan fenol
2. Membedakan alkohol primer, sekunder dan tersier :
a. Cara Lukas
1) Masukkan 2 mL reagen Lucas ke dalam tabung reaksi
2) Tambahkan 3-5 tetes alkohol kemudian dikocok.
3) Diamkan beberapa menit (pada temperature kamar)
4) Kemudian pisahkan campuran.
5) Yang tidak larut klorida menunjukkan alkohol sekunder.
6) Bila larutan jernih adalah alkohol primer.
b. Cara kromat anhidrat
1) Larutan 20 gram kromat anhidrat ke dalam 10 mL H2SO4 pekat ke dalam sebuah
pipa kecil.
2) Tuangkan secara perlahan-lahan sambil diaduk ke dalam gelas piala lain yang berisi
30 mL aquadest.
3) Dinginkan.larutan akan berwarna jingga.
4) Larutkan 1 tetes alkohol “UnKnown”ke dalam 1 mL aseton murni.
5) Tambahkan 1 tetes diatas sambil dikocok.
6) Akan terjadi pertubahan dalam penambahan reagen
7) Alkohol primer dan sekunder akan mengendap dan berwarna hijau atau biru hijau.
8) Alkohol tersier tidak bereaksi, dan larutan yang diselidiki tetap berwarna jingga
c. Beberapa reaksi alkohol dan fenol:
1) Reaksi dengan Na2CO3 dan NaHCO3
a) Siapkan 3 buah tabung reaksi
b) Tabung reaksi (1) diisi dengan amyl alkohol, tabung (2) dengan fenol, tabung (3)
dengan asam asetat (sebagai pembanding) masing-masing 1 mL.
c) Masing-masing tabung reaksi dengan 0,5 mL Na2 CO3.
d) Kocok dan biarkan selama 3-5 menit
e) Perhatikan dan catat
f) Kerjakan seperti 1 s/d 5 (ganti Na2CO3 dengan NaHCO3).
2) Reaksi dengan FeCl3
a) Siapkan 3 tabung reaksi
b) Tabung reaksi (1) diisi dengan methanol, tabung (2)_ dengan amil alkohol,
tabung (3) dengan fenol masing-masing 1 mL.
c) Ke dalam masing-masing tabung reaksi ditambahkan beberapa tetes FeCl3
d) Catat perubahan yang terjadi.

E. PENGAMATAN
1. Kelarutan dalam air dan n-heksana
Kelarutan dalam Kelarutan
Alkohol/Fenol Keterangan
air dalam n-heksana
Metanol
Amil alcohol
Fenol

2. Perbedaan Alkohol primer,sekunder dan tersier dengan pereaksi lucas dan kromat
anhidrida.
Pereaksi Kromat
Alkohol
Lukas Anhidrida

Primer (………………)

Sekunder(…………….)

Tersier (……………….)

Fenol
3. Beberapa reaksi alkohol dan fenol
a. Reaksi dengan Na2CO3 dan NaHCO3
Zat Na2CO3 NaHCO3 Keterangan

Amil alcohol

Fenol

Asam asetat

b. Reaksi dengan FeCl3


Zat FeCl3 Keterangan

Metanol

Amyl alcohol

Fenol

REAKSI:
CH2 CH2 ZnCl2
B1 a. H3C CH2 OH + HCl Lambat

b. H3C CH2 + HCl ZnCl2


CH CH3
OH
c. OH

H3C C CH3 + HCl ZnCl2

CH3

d. OH + HCl ZnCl2
B2 CH2 CH2
a. H3C CH2 OH + K2Cr2O7

b. H3C CH2
CH CH3 + K2Cr2O7
OH

c. OH

H3C C CH3 + K2Cr2O7

CH3

d. OH + K2Cr2O7

C1 a. H3C (CH2)4OH + Na2CO3

Ar OH + Na2CO3

O
H3C C + Na2CO3
OH

b. H3C (CH2)4OH + NaHCO3

Ar OH + NaHCO3

O
H3C C + NaHCO3
OH
C2 H3C OH + FeCl3

H3C (CH2)4OH + FeCl3

OH + FeCl3
DAFTAR PUSTAKA

Fessenden & Fessenden. Kimia Organik. Jilid 2. Jakarta: Erlangga, 1986

Fessenden & Fessenden. Kimia Organik. Edisi Ketiga Jilid 1 & 2. Jakarta: Erlangga, 1992

Hamid, Abdul A. Toha. Biokimia Metabolisme Biomolekul. Monokwari: Alfabeta, 2001

Hart, dkk. Kimia Organik Edisi ke-11. Jakarta: Erlangga, 2003

Kusnawidjaja, Kurnia. Biokimia. Bandung: Alumni, 1987

Poedjadi, Anna. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Universitas Indonesia, 1994

Rasyid, Muhaeda. Kimia Organik I. Makassar: Badan Penerbit Universitas Negeri Makassar,
2006

Sastrohamidjojo, Hardjono. Kimia Organik; Stereokimia, Karbohidrat, Lemak dan Protein.


Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2005

Thenawijaya, Maggi. Dasar-Dasar Biokimia, Jilid I. Jakarta: Erlangga, 1982

Tim Dosen. Kimia Dasar II. Makassar: Universitas Hasanuddin, 2003

Tim Dosen. Penuntun Praktikum Kimia Dasar II. Kendari: Upt. Laboratorium Dasar Pusat Unit
Laboratorium Kimia Dasar Universitas Holuoleo, 2002

Anda mungkin juga menyukai