Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM ANALISIS SENYAWA KIMIA

ANALISIS KUANTITATIF ALKALIMETRI


(PENETAPAN KADAR ASAM CUKA)
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Praktikum Analisis Senyawa Kimia
Dosen Pengampu : Dea Santika Rahayu, M.Pd.

Oleh :
Melati Vista (1910303040)
Kelas IPA 03

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TIDAR
2023
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ......................................................................................................... i


DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii
PERCOBAAN 2 .................................................................................................................. 1
I. TUJUAN ................................................................................................................... 1
II. LANDASAN TEORI ................................................................................................ 1
III. RUMUSAN MASALAH ....................................................................................... 2
IV. HIPOTESIS ........................................................................................................... 2
V. MENGUJI HIPOTESIS ........................................................................................... 3
1. Alat dan Bahan ....................................................................................................... 3
2. Cara Kerja ............................................................................................................... 3
VI. TABEL PENGAMATAN ..................................................................................... 5
1. Pembuatan Larutan NaOH 0,1 N dan Standarisasinya ............................................. 5
2. Penetapan Kadar Asam Cuka (Merk Sukasari) ........................................................ 6
VII. ANALISIS DATA ................................................................................................. 7
VIII. PEMBAHASAN .................................................................................................... 9
IX. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 11
X. DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 12
XI. JAWABAN PERTANYAAN .............................................................................. 13
XII. PENERAPAN KONSEP DALAM KEHIDUPAN ............................................. 13

ii
PERCOBAAN 2
ANALISIS KUANTITATIF ALKALIMETRI
(PENETAPAN KADAR ASAM CUKA)

I. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat menjelaskan proses titrasi alkalimetri.
2. Mahasiswa mampu menghitung kadar asam cuka.

II. LANDASAN TEORI


Analisis kuantitatif adalah analisis penetapan jumlah suatu zat tertentu di dalam
suatu larutan sampel dan berkaitan dengan identifikasi zat kimia. Titrasi merupakan
proses yang umum digunakan untuk menentukan banyaknya larutan dengan konsentrasi
yang telah diketahui sebelumnya untuk bereaksi secara penuh dengan larutan yang
konsentrasinya belum diketahui sebelumnya. Proses titrasi melibatkan reaksi asam basa
dan menghasilkan garam serta air dengan proses netralisasi (Rahmawati, 2014).
Asam cuka atau asam asetat merupakan senyawa organik yang mengandung
gugus asam karboksilat yang mampu memberikan rasa asam dan aroma pada makanan.
Asam ini juga dikenal sebagai asam etanoat yang merupakan asam lemah dengan rumus
empiris C2H4O2, yang biasa dikenal dengan CH3COOH (Wusnah, dkk., 2018).
Titrasi alkalimetri merupakan suatu metode yang digunakan untuk menetapkan
kadar asam dari suatu sampel dengan menggunakan larutan basa yang sesuai. Metode ini
melibatkan larutan yang bersifat asam lemah, asam kuat maupun garam terhidrolisis
sebagai hasil reaksi antara basa lemah dengan larutan standar basa kuat (Rohmah, dkk.,
2020). Reaksi yang terjadi yaitu :
CH3COOH(aq)+NaOH(aq)→CH3COONa(aq)+H2O(l)
Dalam proses titrasi alkalimetri diperlukan zat yang dapat menunjukkan
perubahan warna berupa indikator, dimana indikator tersebut tidak hanya bekerja pada
satu pH tertentu saja, namun dapat mengubah rentang pH yang sempit. Indikator yang
digunakan dapat berupa zat fenolftalein maupun kertas lakmus (Carolina, 2012).
Indikator merupakan zat atau bahan dengan senyawa kompleks yang bereaksi
dengan asam maupun basa ditandai dengan adanya perubahan warna melalui proses
titrasi setelah berada di titik kesetimbangan sesuai dengan konsentrasi ion hidrogen. Titik
ekuivalen atau titik kesetimbangan terjadi antara titran sebagai larutan baku sekunder dan
analit sebagai larutan baku primer adalah sama dengan tada perubahan warna pada

1
larutan. Pada titrasi asam kuat-basa kuat indikator yang digunakan berupa indikator
sintetis, seperti indikator fenolftalein (pp). Dengan indikator ini akan menunjukkan
beberapa perubahan warna yang halus pada rentang pH antara 1-14 untuk menunjukkan
sifat asam atau basa larutan (Nuryanti, dkk., 2010).

III. RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana cara mengetahui proses titrasi alkalimetri?
2. Bagaimana cara menentukan kadar asam cuka dalam proses titrasi alkalimetri?

IV. HIPOTESIS
1. Proses titrasi alkalimetri merupakan reaksi penetralan yang melibatkan basa sebagai
titran dan diteteskan ke dalam larutan analit yang bersifat asam sehingga mencapai
titik ekuivalen titrasi ketika mol H+ sama dengan jumlah mol OH-. Sehingga larutan
menjadi bersifat netral dan berada pada titik ekuivalen. Cara ini dilakukan untuk
mengukur jumlah larutan yang diperlukan untuk bereaksi agar tepat dengan larutan
lain. Volume larutan yang diukur adalahvolume larutan basa yang digunakan dengan
volume tertentu larutan asam. Indikator yang paling umum digunakan sebagai acuan
adalah fenolftalein (pp) dengan trayek pH 8-9,6 dengan perubahan warna dari yang
tak berwarna menjadi merah muda, dalam artian basa berlebih akan terdapat pada
larutan ketika mencapai titik ekuivalen dan menyebabkan pH larutan semakin tinggi.
2. Kadar asam cuka dalam proses titrasi alkalimetri diperoleh pada saat titik ekuivalen
atau pada titik akhir titrasi yang ditandai dengan titrasi larutan asam cuka yang
ditetesi fenolftalein (pp) dan dicampurkan larutan NaOH yang telah distandarisasi
yang awalnya bening hingga berubah warna, maka titik akhir titrasi tercapai dan
titrasi dihentikan. Sehingga mol-ekuivalen asam dan mol-ekuivalen basa akan sama.
Mol tersebut diperoleh dari hasil perkalian antara normalitas (N) dengan volume,
maka diperoleh persamaan :
N asam × V asam = N basa × V basa
Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan jumlah ion
H+ pada asam atau jumlah ion OH- pada basa, sehingga persamaannya menjadi:
(n × M asam) × V asam = (n × M basa) × V basa
Keterangan :
N = Normalitas
V = Volume

2
M = Molaritas
n = jumlah ion H+ (pada asam) atau OH- (pada basa)

V. MENGUJI HIPOTESIS
1. Alat dan Bahan
a. Beaker glass 50 mL, 250 mL
b. Labu takar 100 mL, 250 mL, 1000 mL
c. Buret
d. Statif klem
e. Corong
f. Pipet volum
g. Larutan NaOH 0,1 M
h. Larutan asam oksalat 0,1 N
i. Indikator pp
j. Cuka

2. Cara Kerja
a. Pembuatan Larutan NaOH 0,I N dan standardisasinya
1) Pembuatan Larutan 0,1 N NaOH

a. Menimbang 4 gr NaOH dan memasukkan ke dalam beaker


glass 250 mL

b. Melarutkan NaOH dengan akuades

c. Memasukkan larutan NaOH ke dalam labu takar 1000 mL dan


menambahkan akuades hingga batas tanda

d. Menggojog larutan NaOH hingga homogen

e. Menempatkan larutan NaOH 0,1 N dalam botol plastik

3
2) Membuat Larutan Standar Asam Oksalat 0,1 N

a. Menimbang 1,575 gr H2C2O4.2H2O dan memasukkan ke


dalam beaker glass 100 mL

b. Melarutkan H2C2O4.2H2O dengan akuades

c. Memasukkan larutan H2C2O4.2H2O ke dalam labu takar


250 mL dan menambahkan akuades hingga batas tanda

d. Menggojog larutan H2C2O4.2H2O hingga homogen

e. Menempatkan larutan H2C2O4.2H2O 0,1 N dalam botol


plastik
3) Standardisasi Larutan NaOH

a. Memasang buret secara tegak pada statif klem

b. Membilas buret yang sudah bersih dengan larutan 25


mL NaOH

c. Mengisi buret dengan larutan NaOH sampai tanda 0 mL

d. Mengambil 10 mL larutan H2C2O4.2H2O dengan


menggunakan pipet volum dan memasukannya dalam
labu erlenmeyer

e. Menetesi larutan H2C2O4.2H2O dengan 3 tetes indikator


phenolptalin

f. Menitrasi larutan H2C2O4.2H2O dengan NaOH yang


akan distandarisasi

g. Mengulangi langkah d-f sebanyak 2 kali

h. Menghitung konsentrasi NaOH dalam molaritas dan


normalitas

4
4) Penetapan Kadar Asam Cuka

a. Menyediakan sampel asam cuka

b. Mengambil 25 mL larutan sampel asam cuka dengan pipet


volum dan memasukannya ke dalam labu ukur 100 mL

c. Mengencerkan asam cuka dengan akuades sampai tanda batas

d. Mengambil 10 mL sampel asam cuka yang telah diencerkan


dan memasukannya dalan labu erlenmeyer

e. Menambahkan 3 tetes indikator phenolptalin ke dalam sampel


asam cuka

f. Menitrasi sampel asam cuka dengan NaOH yang telah


distandarisasi

g. Menghitung % kadar asam cuka

VI. TABEL PENGAMATAN


1. Pembuatan Larutan NaOH 0,1 N dan Standarisasinya
No. Volume H2C2O4 0,5 M Volume NaOH
1. 10 mL 10,5 mL
2. 10 mL 10,5 mL
Rata-rata 10 mL 10,5 mL

5
Pengamatan
Indikator Perubahan Warna Foto
Warna
Fenolftalein Tidak Berwarna –
Merah Muda
(Seulas)

Standarisasi NaOH Percobaan 1

Standarisasi NaOH Percobaan 2

Reaksi:
𝐻2 𝐶2 𝑂4 + 2𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑁𝑎2 𝐶2 04 + 2𝐻2 𝑂

2. Penetapan Kadar Asam Cuka (Merk Sukasari)


No. Volume NaOH 0,952 M Volume Asam Asetat
1. 10 mL 34,5 mL
2. 10 mL 35,5 mL
Rata-rata 10 mL 35 mL

6
Pengamatan
Indikator Perubahan Warna Foto
Warna
Fenolftalein Tidak Berwarna –
Merah Muda
(Seulas)

Gambar 1. Titrasi 1 dengan 35,5 mL NaOH

Gambar 2. Titrasi 2 dengan 34,5 mL NaOH

Reaksi:
NaOH + CH3COOH → CH3COONa + H2O

VII. ANALISIS DATA


Dari tabel data pengamatan di atas, dilakukan analisis kuantitatif dalam praktikum
melalui perhitungan berikut.
1. Perhitungan Tabel 1
Mencari Molaritas NaOH
Diketahui : V asam oksalat = 10 mL
M asam oksalat = N asam oksalat = 0,5 M
10,5+10,5 21
V NaOH = rata-rata = = = 10,5 𝑚𝐿
2 2

Dicari : M NaOH = ......................?

7
Penyelesaian : 𝐻2 𝐶2 𝑂4 + 2𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑁𝑎2 𝐶2 04 + 2𝐻2 𝑂
𝑁𝑎 × 𝑀𝐻2 𝐶2 𝑂4 × 𝑉 𝐻2 𝐶2 𝑂4 = 𝑁𝑏 × 𝑀 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑉 𝑁𝑎𝑂𝐻
2 × 0,5 × 10 = 1 × 𝑀 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 10,5
10 = 𝑀 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 10,5
10
𝑀 𝑁𝑎𝑂𝐻 = ≈ 0,952 𝑀
10,5
2. Perhitungan Tabel 2
a. Mencari Molaritas Asam Cuka
Diketahui : V CH3COOH = 10 mL
M NaOH = 0,1
34,5+35,5 70
V NaOH = rata-rata = = = 35 𝑚𝐿
2 2

Dicari : M CH3COOH = ......................?


Penyelesaian : 𝑀 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑉 𝑁𝑎𝑂𝐻 = 𝑀 𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻 × 𝑉𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻
0,952 × 35 = 𝑀 𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻 × 10
35 × 0,952
𝑀 𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻 =
10
33,32
𝑀 𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻 =
10
𝑀 𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻 ≈ 3,332 𝑀

b. Massa Asam Cuka


Penyelesaian : 𝑔𝑟 1000
𝑀= ×
𝑀𝑟 𝑚𝐿
𝑔𝑟 1000
3,332 = ×
60 10
𝑔𝑟
3,332 = × 1000
600
3,332 × 6 = 10 × 𝑔𝑟
3,332 × 6
𝑔𝑟 = = 1,9992 𝑔𝑟
10

8
c. Penentuan Kadar (%)
Penyelesaian : 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
% 𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻 = × 100% × 𝐹𝑃
𝑉 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
1,9992 100
% 𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻 = × 100% ×
100 25
1,9992 100
% 𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻 = × × 100%
100 25
1,9992 1
% 𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻 = × × 100%
1 25
% 𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻 = 0,079968 × 100%
% 𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻 = 7,9968 %

VIII. PEMBAHASAN

Praktikum ketiga ini bertujuan untuk mengetahui proses titrasi alkalimetri dan
menghitung kadar asam cuka selama proses titrasi. Proses titrasi alkalimetri
merupakan reaksi penetralan yang melibatkan basa sebagai titran dan diteteskan ke
dalam larutan analit yang bersifat asam sehingga mencapai titik ekuivalen titrasi
ketika mol H+ sama dengan jumlah mol OH-, sehingga kadar asam dalam suatu
sampel dapat ditentukan melalui metode titrasi tersebut. Kadar asam yang ditentukan
melalui metode tersebut adalah asam asetat atau yang kerap disebut sebagai asam
cuka dengan rumus empiris CH3COOH serta mengandung gugus asam karboksilat.
Praktikum ini dilakukan dengan langkah yang pertama adalah standarisasi
larutan NaOH. Larutan tersebutr akan digunakan sebagai larutan baku bersama
dengan larutan standar primer dari asam oksalat dan menggunakan fenolftalein
sebagai indikator. Standarisasi larutan ini dilakukan untuk menentukan konsentrasi
larutan NaOH dengan tepat untuk melakukan titrasi. Standarisasi NaOH diperoleh
dengan mencampurkan larutan baku NaOH (natrium hidroksida) dan larutan standar
primer H2C2O4 (asam oksalat) dengan konsentrasi 0,5 M. Larutan standar primer ini
digunakan berdasarkan berat ekuivalen larutan yang tinggi dan sifat higroskopis dari
larutan tersebut. Indikator yang digunakan dalam proses standarisasi ini menggunakan
indikator fenolftalein (pp) sebanyak tiga tetes. Dalam praktikum ini larutan yang
digunakan adalah asam lemah dan basa kuat sehingga proses titrasinya memiliki titik
ekuivalen di atas 7 dan berada pada trayek indikator fenolftalein. Digunakannya
indikator pp ini ditujukan untuk mengetahui titik akhir titrasi yang ditandai dengan
terjadinya perubahan warna. Larutan NaOH yang distandarisasi dengan larutan asam

9
oksalat menunjukkan perubahan warna dari warna bening jernih menjadi merah
muda. Saat terjadi perubahan warna tersebut, proses titrasi dihentikan. Setelah itu,
dilakukan pengamatan dan perhitungan terhadap volume NaOH yang digunakan
dalam titrasi. Analisis kuantitatif untuk mengetahui konsentrasi larutan NaOH
dilakukan dengan perhitungan dari persamaan berikut.
𝑚𝑜𝑙 𝑎𝑠𝑎𝑚 = 𝑚𝑜𝑙 𝑏𝑎𝑠𝑎
𝑁𝑎 × 𝑀 𝐻2 𝐶2 𝑂4 × 𝑉 𝐻2 𝐶2 𝑂4 = 𝑁𝑏 × 𝑀 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑉 𝑁𝑎𝑂𝐻
Analisis kuantitatif data untuk menentukan konsentrasi NaOH tercantum pada
poin VIII. Analisis Data pada perhitungan tabel 1. Dari hasil analisis data, diperoleh
perhitungan konsentrasi larutan NaOH sebesar 0,952 M. Dengan mengetahui
konsentrasi larutan NaOH yang telah distandarisasi, dapat dilakukan proses titrasi
selanjutnya untuk menentukan kadar asam cuka.
Langkah praktikum berikutnya yaitu untuk menentukan kadar asam cuka yang
digunakan dalam proses titrasi. Cuka Meja Sukasari menjadi sampel dalam praktikum
ini, tujuan digunakannya sampel cuka yang berbeda derajat keasaman (pH) agar
diketahui perbedaan hasil praktikum antara menggunakan cuka yang satu dengan
yang lainnya. Praktikum dilakukan dengan mengencerkan sampel asam cuka
sebanyak 25 mL dan dicampurkan dengan aquades sebanyak 75 mL. Setelah itu, hasil
pengenceran asam cuka diambil sebanyak 10 mL yang akan digunakan untuk titrasi.
Sampel asam cuka dalam labu takar tersebut kemudian diberi indikator fenolftalein
sebanyak dua tetes. Setelah dicampurkan, selanjutnya dilakukan titrasi sampel dengan
menggunakan larutan NaOH yang telah distandarisasi. Sama seperti titrasi NaOH,
titrasi sampel pada praktikum ini juga dilakukan hingga mencapai titik ekuivalen (titik
akhir titrasi), sehingga ketika mulai terjadi perubahan warna, proses titrasi dihentikan.
Praktikum ini dilakukan melalui dua kali repetisi atau pengulangan karena
pengamatan yang dilakukan pada percobaan pertama belum menghasilkan
pengamatan yang valid. Berdasarkan pada sampel asam cuka sebagai analit asam
lemah dan natrium hidroksida sebagai titran basa kuat, maka ketika larutan NaOH
yang digunakan dalam proses titrasi semakin banyak akan membuat cuka yang
digunakan memiliki kadar yang semakin asam. Volume NaOH yang ditambahkan
pada sampel (percobaan pertama) sehingga terjadi perubahan warna adalah sebanyak
35,5 mL, dengan perubahan warna dari jernih (tak berwarna) menjadi merah muda.
Sementara itu pada percobaan akhir, volume NaOH yang dibutuhkan untuk proses
titrasi adalah sebanyak 34,5 mL dengan perubahan warna jernih menjadi ungu muda
10
hingga kemerahmudaan. Proses titrasi ini adalah hasil yang akurat karena perubahan
warna yang dihasilkan dan proses penghentian titrasi setelah tercapai titik ekuivalen.
Analisis kuantitatif untuk menentukan kadar asam cuka dapat dilakukan berdasarkan
persamaan berikut.
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
% 𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻 = × 100% × 𝐹𝑃
𝑉 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
Analisis data dari persamaan tersebut ditunjukkan pada poin VIII. Analisis
Data pada perhitungan tabel 2. Diperoleh hasil kadar asam cuka yang dititrasi adalah
sebanyak 7,9968% (dalam 100 mL) dari analisis data dan praktikum tersebut.

IX. KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum ini menunjukkan pembuktian
hipotesis yang sesuai, dengan hasil kesimpulan sebagai berikut :
a. Metode yang digunakan dalam menentukan kadar asam suatu sampel dengan
menggunakan larutan basa yang sesuai dapat dilakukan dengan titrasi. Proses
titrasi dilakukan dengan langkah awal melakukan standarisasi larutan NaOH
dengan mencampurkan larutan NaOh, larutan asam oksalat dan penambahan dua
tetes indikator fenolftalein yang menunjukkan perubahan warna dari tak berwarna
(jernih) menjadi merah muda ketika mencapai titik akhir titrasi, dengan
konsentrasi 10,5 mL NaOH 0,952 M.
b. Penentuan kadar asam cuka dapat dilakukan setelah proses standarisasi larutan
NaOH dilakukan, karena larutan tersebut akan digunakan bersama dengan sampel
asam cuka. Kemudian proses titrasi dilakukan hingga mencapai titik ekuivalen
ditunjukkan dengan perubahan warna yang terjadi dari yang tak berwarna
menjadi berwarna merah muda keunguan (seulas). Dengan demikian setelah
dilakukan analisis data diperoleh kadar asam cuka yang digunakan dalam proses
titrasib 100 mL asam cuka sebanyak 7,9968%.
2. Saran
a. Sebelum melakukan praktikum alangkah baiknya memahami prosedur praktikum
terlebih dahulu
b. Selama melakukan praktikum, prosedur yang telah dipahami dapat dijalankan dan
dilaksanakan dengan baik serta mengikuti arahan dari dosen atau asisten
praktikum

11
c. Praktikum dilaksanakan dengan teliti dan memperhatikan prosedur agar
menghasilkan data praktikum yang akurat serta sesuai tujuan praktikum
d. Teliti dalam memperhatikan perubahan warna saat proses titrasi, sehingga titrasi
dapat dihentikan secara tepat
e. Pengenceran sampel asam cuka dan aquades dilakukan secara tepat
f. Menuliskan data hasil pengamatan sesuai data praktikum yang diperoleh, serta
menuliskan pembahasan sesuai pelaksanaan praktikum dan dikaitkan dengan
kajian teori
g. Setelah melaksanakan praktikum, merapikan alat dan bahan seperti semula
sebagai bagian dari etika dalam laboratorium

X. DAFTAR PUSTAKA
Rohmah, J., & Setiyo, C. R. (2020). Buku Ajar Kimia Analisis. Sidoarjo: UMSIDA Press.
Rahmawati, I. (2014). Kimia Analitik. Jakarta: Universitas Sahid.
Wusnah, Meriatna, & Lestari, R. (2018). Pembuatan Asam Asetat dari Air Cucian Kopi
Robusta dan Arabika dengan Proses Fermentasi. Jurnal Teknologi Kimia Unimal,
7(1).
Carolina, & Carin, I. (2012). Titrasi Asam Basa. Denpasar: Laboratorium Bakteriologi
Poltekkes Denpasar.
Nuryanti, S., Matsjeh, S., Anwar, C., & Raharjo, T. J. (2010). Indikator Titrasi Asam-
Basa dari Ekstrak Bunga Sepatu (Hibiscus rosa sinensis I). Agritech, 30(3).
Nurul, N. S., & Yusaerah, N. (2022). Asidimetri dan Alkalimetri dalam Kehidupan
Sehari-hari. Edukimbiosis: Jurnal Pendidikan IPA, 1(2), 15-21.
Ulfa, A. M., Retnaningsih, A., & Aufa, R. (2017). Penetapan Kadar Asam Lemak Bebas
pada Minyak Kelapa, Minyak Kelapa Sawit, dan Minyak Zaitun Kemasan Secara
Alkalimetri. Jurnal Analisis Farmasi, 2(4), 242-250.
Nugrahani, H. N., Apriyani, I., & Bahri, S. (2021). Analisis Kadar Asam Asetat Hasil
Fermentasi Buah Kedondong (Spondias dulcis Parkinson) dengan Metode Titrasi
Alkalimetri. Sainstech Farma: Jurnal Ilmu Kefarmasian, 14(2), 97-101.

12
XI. JAWABAN PERTANYAAN
1. Pembuatan Larutan NaOH 0,1 N dan Standarisasinya
a. Tuliskan persamaan reaksi yang terjadi!
Penjelasan:
𝐻2 𝐶2 𝑂4(𝑎𝑞) + 2𝑁𝑎𝑂𝐻(𝑎𝑞) 𝑁𝑎2 𝐶2 04(𝑎𝑞) + 2𝐻2 𝑂(𝑙)
(Reaksi Reversible)
b. Sebutkan senyawa selain asam oksalat yang dapat digunakan sebagai larutan
standar primer!
Penjelasan : larutan kalium dikromat (K2Cr2O7), natrium klorida (NaCl), dan
asam benzoat
2. Penetapan Kadar Asam Cuka
a. Tulis persamaan reaksi yang terjadi!
Penjelasan : NaOH(aq) + CH3COOH(aq) → CH3COONa(aq) + H2O(l)
(Reaksi irreversibel)
b. Mengapa digunakan pp sebagai indikator titrasi?
Penjelasan : karena proses titrasi yang dilakukan melibatkan asam lemah
CH3COOH dan basa kuat NaOH yang memiliki titik ekuivalen di atas 7.
Sehingga sesuai dengan trayek indikator fenolftalein (pp) dengan identifikasi
perubahan warna yang dihasilkan dalam proses titrasi dengan tercapainya titik
akhir titrasi dan penghentian proses titrasi dilakukan.

XII. PENERAPAN KONSEP DALAM KEHIDUPAN


1. Dengan metode alkalimetri dapat dilakukan analisis kadar asam lemak bebas
dalam minyak goreng untuk mengetahui kandungan lemak tidak jenuh atau
kandungan lemak jenuh guna menentukan kualitas minyak goreng tersebut
2. Dengan metode alkalimetri dapat ditentukan kadar natrium benzoat pada kecap
manis yang digunakan sebagai bahan tambahan untuk mengawetkan kecap manis
agar tahan lama sesuai dengan kadar yang diperlukan (tidak berlebihan)
3. Dengan metode asidialkalimetri dapat dimanfaatkan dalam bidang farmasi untuk
menentukan kadar sediaan obat tertentu agar sesuai dosis yang diperlukan
4. Dalam bidang pertanian, diperlukan perhitungan metode asidialkalimetri untuk
menentukan kadar MgO yang ditambahkan dalam pupuk kalium klorida
5. Dengan metode asidialkalimetri dapat dilakukan penentuan kadar keasaman buah
dan pembuatan air yang akan dijadikan basa untuk penderita maag.

13

Anda mungkin juga menyukai