Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR-DASAR PEMISAHAN ANALITIK


“TITRASI ASAM BASA”

OLEH :

NAMA : IRDAWATI
STAMBUK : A1L1 19 033
KELOMPOK : III ( TIGA )
ASISTEN PEMBIMBING : LAODE MUH. ALIBONTO, S.Pd

LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Titrasi asam basa merupakan salah satu metode analisis kuantitatif untuk

menentukan konsentrasi dari suatu zat yang ada dalam larutan. Jenis titrasi asam

basa dibagi menjadi lima yaitu : titrasi asam kuat dengan basa kuat, titrasi asam

kuat dengan basa lemah, titrasi asam lemah dengan basa kuat, titrasi asam kuat

dengan garam dari asam lemah, dan titrasi basa kuat dengan garam dari basa

lemah. Keberhasilan dalam titrasi asam-basa sangat ditentukan oleh kinerja

indikator yang mampu menunjukkan titik akhir dari titrasi. Indikator merupakan

suatu zat yang ditambahkan ke dalam larutan sampel sebagai penanda yang

menunjukkan telah terjadinya titik akhir titrasi pada analisis volumetrik. Suatu zat

dapat dikatakan sebagai indikator titrasi asam basa jika dapat memberikan

perubahan warna sampel seiring dengan terjadinya perubahan konsentrasi ion

hidrogen atau perubahan pH (Ratnasari, 2016).

Perubahan warna pada suatu larutan akan terjadi pada saat pengujian

menggunakan indikator, sehingga dapat dibedakan larutan tersebut bersifat asam

atau basa. Larutan asam lebih sering diuji menggunakan indicator sintesis, seperti

kerta indikator universal, kertas lakmus, fenoptalein dan metil jingga ( Ernawati,

2017 ). Fenoptalein adalah salah satu indikator asam basa sintetik yang memiliki

rentang pH antara 8.00-10.0. pada larutan asam dan netral, fenopthalin tidak

berwarna. Sedangkan bila dimasukkan ke dalam larutan basa, warnanya akan

menjadi merah (Suratman, 2014 ).


Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka dilakukan percobaan

dengan judul titrasi asam basa. Jenis titrasi yang diguanakan adalah titrasi asam

kuat dengan basa kuat. Adapun larutan yang digunakan adalah Natrium

Hidroksida (NaOH) yang bertindak sebagai larutan standar yang diketahui

konsentrasinya dan larutan HCl yang yang tidak diketahu konsentrasinya dengan

menggunakan indikator fenoptaline..

1.2 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui volume NaOH

yang digunakan pada saa titrasi dan konsentrasi hasil titrasi.

1.3 Manfaat Praktikum

Manfaat dari praktikum ini peserta didik dapat mengetahui bagaimana cara

melakukan titrasi asam basa.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Titrasi Asam Basa

Titrasi asam basa adalah suatu cara untuk menentukan konsentrasi asam

atau basa dengan menggunakan larutan standar. Larutan standar dapat berupa

asam atau basa yang telah diketahui konsentrasinya dengan teliti. Larutan standar

asam diperlukan untuk menetapkan, konsentrasi basa dan larutan standar basa

diperlukan untuk menetapkan konsentrasi asam( Pratama, 2015). Dalam hal ini

ditambahkan secara bertahap ke larutan lain yang konsentrasinya tidak diketahui,

sampai reaksi kimia antara kedua larutan tersebut berlangsung sempurna. Titik

ekivalen dalam titrasi adalah titik keadaan (kuantitas) asam-basa dapat ditentukan

secara stokiometri (Chandra, dan Cordova. 2012). Keberhasilan dalam titrasi asam

basa sangat ditentukan oleh kinerja indikator yang mampu menunjukkan titik

akhir dari titrasi. (Ratnasari, dkk. 2016).

2.2 Indikator Fenoptaline

Indikator merupakan suatu zat yang ditambahkan dalam larutan sampel

sebagai penanda yang menunjukkan telah terjadi titik akhir titrasi pada analisis

volumetri. Suatu zat dapat dikatakan sebagai indikator titrasi asam basa jika dapat

memberikan perubahan warna sampel dengan seiring dengan terjadinya

perubahan konsentrasi ion hidrogen atau perubahaan pH (Ratnasari, dkk. 2016).


Indikator asam basa suatu bahan yang menunjukkan perubahan warna

yang khas pada tingkat keasamaan atau kebasaan tertentu dari larutan. Pemilihan

indikator yang tepat dari suatu titrasi tergantung pada kurva titrasi. Untuk titrasi

asam basa, indikator digunakan untuk menentukan titik akhir titrasi dimana asam

dan basa memiliki porsi yang sama untuk membentuk garam dan air (Dayanti,

dkk. 2020). Indikator yang digunakan pada titrasi basa kuat-asam kuat biasanya

berupa indikator sintetis, misalnya indikator fenolftalein (pp) (Apriani,2016)

Fenoptalein adalah salah satu indikator asam basa sintetik yang memiliki

rentang pH antara 8.00-10.0. pada larutan asam dan netral, fenopthalin tidak

berwarna. Sedangkan bila dimasukkan ke dalam larutan basa, warnanya akan

menjadi merah (Suratman, 2014 ). Indikator ini merupakan indikator sintetis yang

dijual di pasaran dengan harga yang relatif mahal, dapat menyebabkan polusi

kimia, ketersediaan yang terbatas dan biaya produksi yang tinggi (Apriani,2016)

2.3 Natrium Hidroksida ( NaOH )

Natrium Hidroksida adalah salah satu basa yang umum digunakan di

laboratorium. Namun demikian, karean padatan natrium hidroksida sulit diperoleh

dalam keadaan murni, larutan natrium hidroksida harus distandarisasi terlebih

dahulu sebelum digunakan dalam kerja analitis yang memerlukan keakuratan.

Kita dapat menstandarisasi larutan natrium hidroksida dengan menitrasinya

menggunakan larutan asam yang sudah diketahui konsentrasinya secara tepat.

Asam yang sering digunakan dalam analisis ini adalah suatu asam monoprotik

yang disebut kalium Hidrogen Ftalat (KHF) ( Chang, 2004 )

2.4 Asam Klorida ( HCl )


Larutan asam klorida (HCl) adalah cairan kimia yang sangat korosif,

berbau menyengat dan sangat iritatif dan beracun, larutan HCl termasuk bahan

kimia berbahaya atau B3. Asam klorida merupakan larutan gas hidrogen klorida

(HCl) dalam air. Warnanya bervariasi dari tidak berwarna hingga kuning muda.

Perbedaan warna ini tergantung pada kemurniannya. Uap larutan asam yang

sangat pekat dapat menyebabkan iritasi pada mata, sedangkan kontak secara

langsung dapat menyebabkan luka pada mata dan bisa mengakibatkan kebutaan.

Jika kontak dengan kulit akan menyebabkan terbakar ( Yurida ddk., 2913 )
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum Dasar-Dasar Pemisahan Analitik percobaan III dengan judul

“Titrasi Asam Basa” dilaksanakan pada hari Selasa, 25 Mei 2021 pukul 07.30

WITA-selesai. Tempat : Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Unversitas Halu Oleo, Kendari.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah pipet volum, filler,

Erlenmeyer, labu ukur 25 mL, corong pisah, buret 50 mL, spatula, batang

pengaduk, gelas kimia, pipet ukur 10 mL, filler, neraca analitik, statif dan klem.

3.2.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu NaOH 4 gram,

Indikator PP, HCl 2 M dan aquades.

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Pembuatan Larutan Natrium Hidroksida (NaOH) 1 M 100 mL

Ditimbang sebanyak 4 gram NaOH. Dimasukkan ke dalam gelas piala

100 mL dan ditambahkan aquades sebanyak 50 mL. Aduk hingga larut sempurna.

Kemudian dipindahkan larutan ke dalam labu takar 100 mL lalu ditambahkan

aquades sampai tanda batas tera kemudain dihomogenkan.

3.3.2 Pengenceran Larutan Asam Klorida (HCl)


3.3.2.1 Pembuatan Larutan Asam Klorida (HCl) 0,04 M 100 mL

Dipipet 2 mL HCl 2 M kemudian dimasukkan kedalam labu takar 100 mL

dan ditambahkan aquades sampai batas tera kemudian dihomogenkan.

3.3.2.2 Pembuatan Larutan Asam Klorida (HCl) 0,8 M 25 mL

Dipipet 10 mL HCl 2 M kemudian dimasukkan kedalam labu takar 25 mL

dan ditambahkan aquades sampai batas tera kemudian dihomogenkan.

3.3.3 penentuan Konsentrasi HCl

3.3.3.1 penentuan Konsentrasi HCl 2 mL

Dimasukkan 2 mL larutan Asam Klorida (HCl) 0,04 M kedalam

erlenmeyer lalu ditambahkan dengan indikator pp sebanyak 3 tetes. Larutan

NaOH dimasukkan ke dalam buret 50 mL . Kemudian larutan asam klorida yang

telah ditambahkan dengan indikator pp, melalui buret dititrasi dengan larutan

NaOH yang akan dibakukan sampai larutan tepat berwarna merah muda.

Kemudian dicatat volume NaOH yang digunakan.

3.3.3.2 penentuan Konsentrasi HCl 25 mL

Dimasukkan 25 mL larutan Asam Klorida (HCl) 0,04 M kedalam

erlenmeyer lalu ditambahkan dengan indikator pp sebanyak 3 tetes. Larutan

NaOH dimasukkan ke dalam buret 50 mL . Kemudian larutan asam klorida yang

telah ditambahkan dengan indikator pp, melalui buret dititrasi dengan larutan

NaOH yang akan dibakukan sampai larutan tepat berwarna merah muda.

Kemudian dicatat volume NaOH yang digunakan.

3.3.3.3 penentuan Konsentrasi HCl 25 mL


Dimasukkan 25 mL larutan Asam Klorida (HCl) 0,8 M kedalam

erlenmeyer lalu ditambahkan dengan indikator pp sebanyak 3 tetes. Larutan

NaOH dimasukkan ke dalam buret 50 mL . Kemudian larutan asam klorida yang

telah ditambahkan dengan indikator pp, melalui buret dititrasi dengan larutan

NaOH yang akan dibakukan sampai larutan tepat berwarna merah muda.

Kemudian dicatat volume NaOH yang digunakan.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4. 1 Data Pengamatan

Tabel 4.1 Penentuan Konsentrasi HCl dengan Larutan NaOH 1 M

Perlakua Perlakuan Pengamatan


n Ke
1 Diambil 2 ml larutan HCl 2 M - Larutan Semula
dimasukkan kedalam labu takar 100 bening Menjadi
mL dan ditambahkan aquades sampai larutan fuchsia
batas tera lalu dihomogenkan. - Volume NaOH yang
Konsetrasi HCl menjadi 0,04 M digunakan 0,2 mL
kemudian diambil 2 mL dimasukkan ke
dalam erlenmeyer lalu ditambahkan
indikator PP sebanyak 3 tetes. Lalu
ditirasi dengan larutan NaOH 1 M 50
mL.

2 Diambil 25 mL HCl 0,04 M - Larutan Semula


dimasukkan kedalam erlenmeyer lalu bening Menjadi
ditambahkan indikator PP sebanyak 3 larutan fuchsia
tetes. Lalu ditirasi dengan larutan - Volume NaOH yang
NaOH 1 M 50 mL. digunakan 3 mL

3 Diambil 10 ml larutan HCl 2 M - Larutan Semula


dimasukkan kedalam labu takar 25 mL bening Menjadi
dan ditambahkan aquades sampai batas larutan fuchsia
tera lalu dihomogenkan. Konsetrasi - Volume NaOH yang
HCl menjadi 0,8 M kemudian digunakan 20 mL
dimasukkan ke dalam erlenmeyer lalu
ditambahkan indikator PP sebanyak 3
tetes. Lalu ditirasi dengan larutan
NaOH 1 M 50 mL.
4.2 Reaksi Kimia

Dalam Percobaan diperoleh dari titrasi antara larutan Asam Klorida (HCl)

dengan larutan Natrium Hidroksida (NaOH) yang menghasilkan reaksi :

HCl + NaOH + → NaCl + H2O

4.3 Pembahasan

Titrasi asam basa merupakan salah satu metode analisis kuantitatif untuk

menentukan konsetrasi dari suatu zat yang ada dalam larutan lain. Pada percobaan

ini dilakukan titrasi asam kuat dengan basa kuat. Asam kuat yang digunakan

adalah larutan HCl yang ingin diketahui konsentrasinya dan larutan NaOHyang

bertindak sebagai larutan standar. Larutan standar basa diperlukan untuk

menetapkan konsentrasi asam ( Pratama, 2015).

HCl yang akan dititrasi berasal dari 2 M yang telah di encerkan diambil 2

mL untu percobaan pertama, 25 mL untuk percobaan kedua dan 25 mL untuk

percobaan ketiga. Masing-masing larutan dimasukkan ke dalam erlenmeyer lalu

ditambahkan indikator PP sebanyak 3 tetes. Tujuan penambahan ini karena titrasi

yang akan dilakukan adalah titrasi asam kuat dengan basa kuat. Menurut Apriani

(2016) indikator yang paling tepat pada titrasi asam kuat dan basa kuat adalah

indikator PP. Kemudian dititrasi dengan NaOH yang telah diketahui

konsentrasinya secara pasti yaitu 1 M. Larutan NaOH pada praktikum ini disebut

sebagai larutan standar. Larutan standar basa diperlukan untuk menetapkan

konsentrasi asam ( Pratama, 2015). Dalam hal ini NaOH ditambahkan secara

bertahap ke larutan HCl yang ingin dipastikan konsentrasinya. Karena menurut

teori konsentrasi HCl yang digunakan adalah 0,04 M untuk percobaan pertama
dan kedua serta 0,8 M untuk percobaan ketiga. Hal ini dilakukan sampai reaksi

kimia antara kedua larutan tersebut berlangsung sempurna. Secara teknis titrasi

dilakukan dengan mereaksikan sedikit demi sedikit bahkan tetes demi tetes

larutan basa sampai keduanya bereaksi dan menghasilkan perubahan warna. Hal

ini menadakan titi ekuivalen telah tercapai. Titik ekivalen dalam titrasi adalah titik

keadaan (kuantitas) asam-basa dapat ditentukan secara stokiometri (Chandra, dan

Cordova. 2012)..

Berdasarkan pengamatan HCl adalah asam karena pada saat ditambahkan

indikator Fenoptalein tidak terjadi perubahan warna. Hal ini sesuai dengan

literatur bahwa Indikator fenoptalein tidak mengubahwa warna larutan asam.

Namun pada saa dilakukan titrasi dengan NaOH terjadi perubahan wana menjadi

fuchsia hal ini karena telah terjadi titik akhir titrasi. Dari hasil pengamatan

diperoleh hasil bahwa titik akhir titrasi pertama hingga terakhir berturut-turut

yaitu pada volume NaOH V1= 0, 2 mL Konsentrasi HCl yang dihasilkan 0,1 M

V2= 3 mL Konsentrasi HCl yang dihasilkan 0,12 M mL dan V3= 20 mL

konsentrasi HCl yang dihasilkan 0,8 M. Untuk percobaan pertama dan kedua hasil

yang didapatkan hasil tidak sesuai dengan teori. Sedagkan percobaan tiga hasil

yang didapatkan sesuai teori. Hal terjadi karena kesalahan dalam melakukan

praktikum ini disebabkan oleh beberapa factor,diantaranya: 1. Kesalahan pada

saat melakukan pengenceran larutan HCl yang dilakukan beberapa kali

pengenceran, 2. Kurangnya ketelitian praktikan pada saat praktikum. Untuk

mencegah terjadinya kesalahan yang sama maka seharusnya pada praktikum

memakai ph meter untuk memonitor ph selama titrasi dilakukan. Kemudian


membuat plot antara ph dengan volume titran untuk memperoleh kurva titrasi.

Titik tengah dari kurva titrasi tersebut dinamakan titik ekivalen.


BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pengamatan diperoleh konsentrasi dan volume NaOH yang

diguanakan dari percobaan pertama hingga terakhir berturut-turut yaitu pada HCl

2 mL diperoleh volume NaOH yang terpakai sebanyak 0, 2 mL sehingga

didapatkan konsentrasi HCl menjadi 0,1 M. Pada percobaan kedua HCl 0,04 M

25 mL diperoleh volume NaOH yang terpakai sebnayak 3 mL sehingga

didapatkan konsentrasi HCl menjadi 0,12 M. Pada percobaan ketiga HCl 0,8 M

25 mL diperoleh volume NaOH yang terpakai sebnayak 20 mL sehingga

didapatkan konsentrasi HCl menjadi 0,8 M. Pada percobaan ini hanya percobaan

ketiga yang sesuai dengan teori.

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat saya sampaikan setelah mengikuti percobaan ini

yaitu diperlukan pemberitahuan jenis praktikum yang akan dilakukan sebelumnya

jika terjadi perubahan agar praktikan tidak kebingunan selama praktikum karena

apa yang telah praktikan pelajari tidak sesuai dengan yang dipraktikumkan.
DAFTAR PUSTAKA
Apriani, F., Nora I., Lia D. 2016. Ekstrak Metanol buah Lakum (Cayratia trifolia
(L.) Domin. Juranl JJK.5(4)

Candra, A.,D., dan Chordova, H. 2012. Rancang Bangun Kontrol pH Berbasis


Self Tuning PID Melalui Metode Adaptive Control. Jurnal Teknik
Pomits.Vol 1(1). Hal 1-6.

Chang, R. 2004. Kimia dasar edisi ketiga. Jakarta: Erlangga


Dayanti N.,dkk. 2020. Natural Dyes Characterization Of Local Plants Acid- Base
Indicator. Jurnal kimia dan pendidikan.Vol 5 (1). E-ISSN 2502-4748.

Hasrianti, Nururrahmah dan Nurasia. 2016. Pemanfaatan Ekstrak Bawang Merah


Dan Asam Asetat Sebagai Pengawet Alami Bakso. Jurnal Dinamika. Vol
7(1)
Hikmayanti, M. dan Lisa U. ( 2019). Analisis Kemampuan Multiple Representasi
Sisa Kelas XI MAN 1 Pekanbaru Pada Materi Titrasi Asam Basa. Jurnal
riset pendidikan kimia.Vol 9(1). Hal 52- 57.
Pratama, Y., Agung T.P., Latifah. 2015. Pemanfaatan Ekstrak Daun Jati Sebagai
Indikator Titrasi Asam Basa. Indonesian Jouranl of Chemical Science.
4(2)

Ratnasari, S., Suhendra, D., dan Amalia, V. 2010. Studi Potensi Ekstrak Daun
Adam Hawa (Rhoeo discolor) Sebagai Indikator Tutrasi Asam-Basa .
Jurnal Chimica et Natura Acta. Vol 4(1).Hal 39-46

Suratman, A., H. 2014. Titrasi Asam Basa ( http://bisakimia.com )


Analisis Data
1. Konsentrasi HCl setelah dititrasi
V NaOH = 0,2 mL
[NaOH] = 1 M
V HCl = 2 mL
M1V1 = M2V2
1 x 0,2 = M2 x 2
0,2
M2 = = 0,1 M
2
2. Konsentrasi HCl setelah dititrasi
V NaOH = 3 mL
[NaOH] = 1 M
V HCl = 25 mL
M1V1 = M2V2
1 x 3 = M2 x 25
3
M2 = = 0,12 M
25
3. Konsentrasi HCl setelah dititrasi
V NaOH = 20 mL
Teori konsentrasi HCl
[NaOH] = 1 M
HCl 2 M diambil 10 mL
V HCl = 25 mL diencerkan menjadi 25 mL
M1V1 = M2V2 Konsentrasi HCl menjadi
1 x 20 = M2 x 25 2 x 10
=0,8 M
20 25
M2 = = 0,8 M
25

Anda mungkin juga menyukai