SUBSTITUSI NUKLEOFILIK
OLEH
NAMA : ARJUN
STAMBUK : A1L119024
KELAS : B (GENAP)
walaupun dalam bentuk sederhana, serta tidak lupa saya mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang turut membantu makalah
ini.
makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Kimia
Organik Lanjut. Saya menyadari dalam penulisan makalah ini, masih terdapat
banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan sesuai dengan yang
diharapkan, oleh karena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat
kerendahan hati saya memohom maaf dan mengucapkan banyak terima kasih.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Atom karbon dapat dibedakan dengan atom lain yaitu pada kemampuan
atom karbon untuk berpasangan dengan atom karbon lain membentuk ikatan
Reaksi kimia adalah suatu perubahan dari suatu senyawa atau molekul
menjadi senyawa lain atau molekul lain. Reaksi yang terjadi pada senyawa
anorganik biasanya merupakan reaksi antar ion, sedangkan reaksi pada senyawa
organik biasanya dalam bentuk molekul. Struktur organik ditandai dengan adanya
ikatan kovalen antara atom-atom molekulnya. Oleh karena itu, reaksi kimia pada
dapat digolongkan dalam beberapa tipe yaitu: Reaksi substitusi, reaksi eliminasi,
Dari jenis-jenis rekasi diatas yang akan kita bahas dalam makalah ini
Reaksi yang berlangsung karena penggantian satu atau lebih atom atau
gugus dari suatu senyawa oleh atom atau gugus lain disebut reaksi substitusi. Bila
yaitu spesies yang dapat memberikan pasangan elektron ke atom lain untuk
membentuk ikatan kovalen. Perubahan yang terjadi pada reaksi ini pada dasarnya
membentuk ikatan baru dan salah satu substituen pada atom karbon lepas bersama
R–X + Y → R–Y + X
kondisi basa, dimana nukleofilnya adalah OH dan gugus perginya adalah Br.
Reaksi substitusi nukleofil biasanya terjadi pada senyawa alkil halida (R-
X). Atom karbon yang mengikat halida pada alkil halida ini, mempunyai muatan
parsial positif, sehingga mudah diserang oleh nukleofil. Jika gugus perginya
adalah ion halida, maka gugus ini merupakan gugus pergi yang baik karena ion-
ion halidanya merupakan basa yang sangat lemah dan mudah digantikan oleh
Laju reaksi SN2 mengikuti kinetika reaksi orde kedua, karena tahap
penentu laju reaksi bergantung pada konsentrasi nukleofil, [Nu−] serta konsentrasi
substrat, [RX].
r = k[RX][Nu−]
Hal ini merupakan perbedaan utama antara mekanisme SN1 dan SN2.
Dalam reaksi SN1 penyerangan nukleofil setelah tahap penentu laju langsung
selesai, sementara dalam SN2 nukleofil memaksa gugus pergi untuk lepas dalam
tahap penentu laju. Dengan kata lain, laju reaksi SN1 hanya bergantung pada
konsentrasi nukleofilik (HO-), maka reaksi berlangsung dua kali lebih cepat. Hal
b. Reaksi akan paling cepat jika gugus alkil pada substrat berupa metal atau
primerdan paling lambat jika berupa tersier. Alkil halida sekunder bereaksi
Nukleofilik menyerang dari sisi belakang dari ikatan C-x. Pada tahap
tertentu (keadaan transisi), nukleofilik dan gugus pergi keduanya terikat secara
parsial pada karbon tempat berlangsungnya reaksi substitusi. Sewaktu gugus pergi
sepasang elektron lain pada atom karbon. Angka 2 digunakan untuk menjelaskan
mekanisme ini karena reaksi ini bimolekuler. Artinyadua molekul, yaitu nukleofili
dan substrat, yang terlibat dalam langkah kunci (hanya satulangkah) dalam
energi aktivasi yang sangat besar. Hal ini dikarenakan keadaan transisi adalah
keadaan tidak stabil dalam suatu reaksi, sehingga reaksi berjalan lambat.
Pada reaksi SN2 terjadi proses inversi. Inversi konfigurasi dapat terjadi
dalam reaksi SN2, di mana gugus nukleofil tidak menempati posisi yang
sebelumnya diduduki oleh gugus pergi. Inversi konfigurasi artinya suatu reaksi
OH-
Tahap penentu laju reaksi ada pada tahap pertama, oleh karena itu laju reaksi dari
keseluruhan reaksi secara umum sama dengan laju pembentukan karbokation dan
konsentarsi pereaksi
pertama adalah penentu laju dan nukleofilik tidak terlibat dalam langkah
ini. Dengan demikian kendala dalam laju reaksi adalah laju pembentukan
secara cepat.
rasemisasi). Pada karbokation hanya tiga gugus yang melekat pada karbon
yang sama.
c. Reaksi paling cepat bila gugus alkil pada substrat keadaan tersier dan
paling lambat bila primer. Hal ini karena reaksi SN1 belangsung melalui
kestabilan karbokation (3° > 2° > 1°) artinya semakin mudah pembentukan
vinilhalida karena karbokation aril dan vinil tidak stabil dan tidak mudah
terbentuk.
reaksi dengan nukleofil. Reaksi ini dinamakan reaksi SN1. Mekanisme reaksi SN1
ialah suatu proses substitusi dimana prosesnya meliputi dua tahap. Pada tahap
pertama, ikatan pada substrat yaitu ikatan antara karbon dan halogen putus
sehingga terbentuklah karbokation dan gugus pergi. Pada proses tahap pertama ini
menghasilkan produk sehingga pada tahap kedua ini mekanisme SN1 berlangsung
secara cepat
antaranya yaitu ion karbonium, hanya ada tiga gugus yang terikat pada karbon
positif. Karena itu, karbon positif mempunyai hibridisasi sp2 dan berbentuk
planar, sehingga air mempunyai peluang menyerang dari dua sisi (depan dan
unimolekular. Sebab tahap penentu lajunya hanya melibatkan substrat dan tidak
melibatkan nukleofil. Pada tahap pertama mekanisme ini terdapat adanya kendala
dalam laju reaksi yaitu pada laju pembentukan karbokation. Sedangkan reaksi
Dari diagram energi diatas terlihat bahwa pada tahap pertama SN1
aktivasi yang sangat besar. Sedangkan pada tahap kedua yaitu energi aktivasi
yang digunakan kecil, karena mudahnya nukleofil masuk untuk berikatan dengan
karbokation.
Pada reaksi SN1 terjadi proses rasemisasi. Rasemisasi adalah suatu reaksi
akiral. Sehingga penyerangan nukleofil dapat dilakukan dari dua arah yang
memiliki peluang yang sama, masing-masing menghasilkan R dan S dalam
nukleofil OH-.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
lebih banyak lagi tentang reaksi substitusi nukleofilik guna menambah wawasan
untuk pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Ibrahim, M., Abdel-Reheem, H., Khattab, S., & Hamed, E., 2013, International
Journal of Chemistry, 5(3).
Maghfiroh, N.,Sary I. P., Pratoko, D. K., 2017, Jurnal Pustaka Kesehatan, 5(2).