Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ANORGANIK
“STOIKIOMETRI REAKSI LOGAM DENGAN GARAM”

OLEH:

NAMA : ARJUN
NIM : A1L119024
JURUSAN : PENDIDKAN KIMIA
KELOMPOK : II (DUA)
ASISTEN : MARDIN, S.Pd

LABORATORIUM JURUSAN PENDIDKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
HALAMAN PERSETUJUAN

Telah diperiksa dan disetujui oleh Asisten Pembimbing Praktikum

Percobaan Kimia Anorganik dengan judul percobaan “Stoikimetri Reaksi Logam

dengan Garam” yang dilaksanakan pada :

Hari, tanggal : Senin, 08 November 2021

Waktu : 13.30 WITA- selesai

Tempat : Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan, Unversitas Halu Oleo, Kendari.

Kendari, November 2021


Menyetujui,
Asisten Pembimbing

Mardin, S.Pd
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu Kimia mempelajari tentang sifat dan struktur zat, perubahan dan

reaksi kimia, hukum-hukum dan asas-asas yang menjelaskan tentang perubahan

zat, serta konsep-konsep dan teori-teori yang saling berkaitan. Salah satu materi

dalam ilmu Kimia yang penting adalah stoikiometri. Konsep-konsep dasar yang

dipelajari dalam stoikiometri, meliputimassa atom relatif, massa molekul relatif,

konsep mol, dan tetapan Avogadro. Konsep-konsep tersebut bersifat

abstrak,berjenjang, dan saling berkaitan sehingga menjadi penyebab mengalami

kesulitan dalam memahami stoikiometri (Utomo, 2016).

Stoikiometri merupakan materi dasar mengenai hubungan kuantitatif

dalam ilmu Kimia. Stoikiometri juga berupa kajian tentang hubungan-hubungan

kuantitatif dalam reaksi kimia yang membahas bagaimana menghitung dengan

menimbang, memahami konsep mol, dan penggunaan mol pada perhitungan

kimia. Konsep stoikiometri merupakan jembatan untuk mempelajari seluruh

konsep kimia. Materi ini mencakup persamaan reaksi sederhana, penerapan

hukum kekekalan massa pada persamaan reaksi, hukum Gay Lussac, Avogadro,

dan perhitungan kimia, Oleh karenanya, setiap materi pembelajaran penting

dilakukan sebuah evaluasi dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana

pengetahuan dan pemahaman peserta didik yang telah dicapai dalam mengikuti

pembelajaran yang telah diberikan oleh guru (Sulastri, 2017).


Dalam percobaan ini, akan dipelajari stoikiometri reaksi antara logam

tembaga dengan larutan gram besi (III) dalam suasana asam dengan menganalisa

hasil reaksi secara volumetri. Secara teoritis, ion tembaga monovalen, Cu+ dan ion

tembaga bivalen Cu2+ merupakan dua spesies yang dapat dihasilkan dari logam

tembaga dalam reaksi ini. Dengan memanfaatkan harga potensial elektroda

standar untuk setiap spesies, dapat diperkirakan spesies mana yang secara

termodinamika memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk terbentuk dalam reaksi

dari dua spesies.

1.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mempelajari stoikiometri reaksi

antara logam tembaga dengan larutan besi (III) dan meramalkan komposisi ion

tembaga yang dihasilkan.

1.3 Prinsip Percobaan

Prinsip percobaan ini adalah mempelajari stoikiometri reaksi antara logam

tembaga dalam larutan besi (III) dengan meramalkan komposisi ion tembaga yang

dihasilkan berdasarkan harga perbandingna jumlah mol antara ion Fe2+ yang

bereaksi dengan logam.

1.4 Manfaat Praktikum

Manfaat praktikum ini yaitu mahsiswa dapat mengethui stoikiometri reaksi

antara logam Cu dengan larutan besi Fe (III) dan mampu meramalkan komposisi

ion Cu yang dihasilkan berdasarkan harga perbandingan jumlah mol antara ion Fe

yang bereaksi dengan logam tembaga yang terpakai.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Stoikiometri

Ilmu kimia selalu berhubungan dengan reaksi-reaksi kimia. Pada dasarnya

reaksi kimia yang terjadi bermacam-macam jenisnya, diantaranya reaksi

penggambungan (kombinasi), penguraian, pembakaran dan metasis. Persamaan

reaksi kimia dapat digunakan untuk menggambarkan jenis-jenis reaksi kimia

tersebut. Persamaaan reaksi merupakan gambaran singkat yang digunakan untuk

menunjukkan proses terjadinya reaksi. Stoikiometri merupakan ilmu yang

mempelajari kuantitas dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia

(Maghfiroh, 2016).

2.2 Asam Oksalat

Asam oksalat merupakan senyawa dikarboksilat yang atom-atom C nya

mampu mengikat lebih dari satu gugus hidroksil. Asam ini mempunyai bentuk

kristal rombis pyramid, tidak berwarna dan transparan, tidak berbau dan

higroskopis. Asam oksalat mudah teroksidasi total dan oleh pengaruh panas yang

tinggi akan terurai menjadi CO2 dan asam formiat (Mastuti, dkk 2005)

Asam oksalat memiliki struktur kristal anhidrous, berbentuk piramida

rombik, tidak berbau, higioskopis, dan berwarna putih. Secara komersial, sebagai

produk lebih umum dijumpai pada bentuk derivatnya terdiri dari p-isma

monoklin, tidak berbau Berta mengandung 71,42% asam oksalat anhidrat dan

28,58% asam oksalat dehidrit. Dipasaran asam oksalat dikernas dari mulai bubuk
sampai butiranbutiran kasar. Asam oksalat sebagaimana asam-asam organik yang

lain juga Mengalarni reaksi penggaraman dengan basa dan esterifikiasi dengan

alkohol (Dewati, 2010).

2.3 KMnO4

KMnO4 adalah garam kalium dari asam permanganate (HMnO4) yang tidak

diketahui dalam keadaan bebas. Kalium permanganat adalah agen pengoksidasi

kuat.Ini digunakan dalam proses industri dan pertanian dan dalam sintesis

kimia.Sifat pengoksidsi yang kuat dari KMnO4 ini digunakan dalam berbagai

proses industry termasuk dekontaminasi/ disenfeksi air, sebagai suatu algicide dan

sebagai agen pemutih dalam finishing tekstil. Kalium permanganate merupakan

suatu senyawa kimia anorganik yang dapat digunakan sebagai obat obatan.Kalium

permanganat dijadikan bahan untuk obat yang digunakan untuk membersihkan

luka dan dermatis. Kalium Permanganat memiliki rumus kimia KMnO4 dan

merupakan garam yang mengandung ion K+ dan MnO4-. Kalium permanganat

merupakan agen pengoksidasi yang kuat.Kalium permanganat larut dalam air

menghasilkan larutan (234) berwarna merah muda. Penguapan larutan ini

meninggalkan kristal prismatic berwarna keunguan hitam (Zainul, 2017).

2.4 Asam Sulfat (H2SO4)

H2SO4 merupakan asam mineral (anorganik) yang kuat. Zat ini larut dalam

air pada semua perbandingan. Kegunaan H2SO4 dilaboratorium umumnya sebagai

reagen atau pereaksi yang umumnya digunakan dalam suatu reaksi asam basa atau

reaksi lainnya. Berbahaya bila kontak dengan kulit dan mata. (Saila, 2016).
2.5 FeCl3

FeCl3 merupakan garam logam yang biasa digunakan sebagai koagulan.

FeCl3 digunakan sebagai kaulagen karena sifatnya yang akan mengion didalam air

menjadi kation. Jika FeCl3 dilarutkan dalam air mengalami hidrolisis yang

merupakan reaksi eksotermis, reaksi eksotermis ditandai dengan meningkatnya

suhu (Purwono, 2017)

2.6 Serbuk Tembaga

Serbuk tembaga merupakan salahsatu produk hilir dari logam tembaga

yang dibutuhkan pada berbagai aplikasi. Serbuk tembaga digunakan sebagai

bahan utama maupun paduan untuk pembuatan komponen elektronik dan listrik

karena memiliki sifat konduktivitas listrik yang sangat baik. Selain itu, serbuk

tembaga juga digunakan untuk bahan antiseptik & anti foulingkarena sifat anti

bakteri dan anti mikrobial yang dimilikinya. Tembaga memiliki sifat

biocidessehingga serbuk tembaga dapat dijadikan sebagai bahan cat anti-fouling

yang banyak digunakan untuk pelapisan permukaan luar lambung kapal laut.

Serbuk tembaga dan tembaga oksida juga digunakan sebagai bahan campuran

pupuk, industri kimia dan aplikasi spesifik lainnya (Wahyudi, 217)

2.7 Tembaga (Cu)

Tembaga dengan nama kimia cuprum dilambangkan dengan Cu, berbentuk

kristal dengan warna kemerahan dan di alam dapat ditemukan dalam bentuk

logam bebas, akan tetapi lebih banyak ditemukan dalam bentuk persenyawaan

atau sebagai senyawa padat dalam bentuk mineral. Dalam tabel periodik unsur-

unsur kimia tembaga menempati posisi dengan nomor atom 29 dan mempunyai
bobot 63.456.Tembaga adalah logam merah muda yang lunak, dapat ditempa, liat,

dan melebur pada suhu 1038°C. Senyawasenyawa yang dibentuk oleh logam

tembaga mempu-nyai bilangan valensi yang dibawanya. Logam tembaga juga

dinamakan cupro untuk yang bervalensi +1 dan cupri yang bervalensi +2. Garam-

garam tembaga (II) umumnya berwarna biru, baik dalam bentuk hidrat, padat,

maupun dalam larutan air (Andaka, 2008)


BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Kimia Anorganik “Stoikiometri Reaksi Logam dengan Garam”

dilaksanakan pada senin, 08 November 2021 pukul 13.15 WITA-selesai,

bertempat di Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan Dan

Ilmu Pendidikan, Universitas Halu Oleo.

3.2 Alat dan Bahan Percobaan

3.2.1 Alat

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah1 buah labu takar

100 mL, 2 buah erlenmeyer 100 mL, 2 buah gelas beker 250 mL, 1 buah gelas

beker 50 mL, buret, klem dan statif, pipet gondok 25 mL, pipet tetes, cawan petri,

gelas arloji, spatula, batang pengaduk, gegep dan Hot plate

3.2.2 Bahan

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah 0,63 gram

asam oksalat (H2 C2 O4 .2 H2 O), Fe(NH4)(SO4)2 0,2 M, H2 SO4 2,5 M , KMn O4 0,1

N, serbuk tembaga dan aquades.

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Standarisasi Larutan 0,02 M KmnO4

Ditimbang 0,63 gram asam oksalat (H2 C2 O 4 .2 H 2 O), lalu dilarutkan dalam

labu takar 100 mL, Kemudian diencerkan dengan aquades sampai tanda tera.

Diambil masing-masing 5 mL asam oksalat H 2 C2 O4 .2 H2 O pada 2 erlenmeyer


100 mL, lalu ditambahkan 20 mL H 2 SO4 2,5 M pada 2 erlenmeyer yang telah

diisi dengan asam oksalat tadi. Kemudian dimasukkan larutan standar KMn O4

pada buret yang selanjutnya dilakukan standarisasi. Diulang titrasi ini sebanyak

dua (2) kali dan dihitung molaritas rata-rata larutan standar KMn O 4 .

3.3.2 Stoikiometri Reaksi Cu dengan Garam Fe(III)

3.3.2.1 Metode I

Ditimbang 0,2 gram serbuk logam tembaga dengan menggunakan cawan

petri. Disiapkan 2 gelas beker 50 mL dan 250 mL. Pada gelas beker 250 mL diisi

dengan 30 mL larutan Fe(NH4)(SO4)2 0,2 M, lalu ditambahkan 15 mL H 2 SO4

2,5M, Sedangkan pada gelas beker 50 mL diisi dengan serbuk logam tembaga.

Kemudian gelas beker yang berisi serbuk tembaga tersebut dimasukkan ke dalam

gelas beker 250 mL yang selanjutnya ditutup menggunakan gelas arloji lalu

dipanaskan hingga tembaga larut sempurna. Namun, pada percobaan yang

dilakukan, serbuk tembaga tidak larut dan terjadi kegagalan pada proses tersebut

sehingga prosedur atau langkah selanjutnya tidak diteruskan.

3.3.2.2 Metode II

Ditimbang 0,217 gram Cu dengan menggunakan cawan petri.Kemudian

dimasukkan kedalam gelas beker 250 mL. Kemudian ditambahkan dengan 30 mL

larutan Fe(NH4)(SO4)2 0,2 M dan 15 mL H 2 SO4 2,5M lalu aduk dan dipanaskan

hingga tembaga larut sempurna dan terjadi perubahan warna pada larutan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Praktikum

4.1.1 Stoikiometri Larutan 0,02 M KMnO4

Tabel 4.1.1 Standarisasi Larutan 0,02 M KMnO4


No. Perlakuan Pengamatan
1. Ditimbang 0,63 gram asam oksalat Berwarna Putih
(H2 C2 O4 .2 H2 O),
2. Diencerkan asam oksalat (H2 C2 O 4 .2 H 2 O) Asam oksalat larut
kedalam 100 mL Labu Takar
3. Diambil 5 mL larutan asam oksalat, Larutan Bening
ditambahkan 20 mL H2SO4 2,5 M
4. Dititrasi dengan larutan standar KMnO4 yang V1= 5,9 mL ungu pekat
akan distandarisasi dari buret sebanyak 2 kali V2=5,9 mL merah muda

4.1.2 Stoikiometri Reaksi Logam Cu dengan Garan Fe3+

Tabel 4.1.2 Standarisasi Reaksi Logam Cu dengan Garam Fe3+


No Perlakuan Pengamatan
.
1 Ditimbang 0,2 gram serbuk logam tembaga lalu Berwarna coklat atau
dimasukkan kedalam gelas beker 50 mL merah bata.
2 Dimasukkan 30 mL larutan Fe(NH4)(SO4)2 0,2 Larutan berwarna hijau
M dan 15 mL larutan H2SO4 2,5 M kedalam pudar
gelas kimia 250 mL
3 Dimasukkan gelas kimia 50 mL yang berisi Serbuk tembaga tidak
serbuk logam tembaga kedalam gelas kimia 250 larut
mL. Didihkan hingga semua tembaga bereaksi
sempurna
Tabel 4.1.2 Standarisasi Reaksi Logam Cu dengan Garam Fe3+
No Perlakuan Pengamatan
.
1 Ditimbang 0,2 gram serbuk logam tembaga lalu Berwarna coklat atau
dimasukkan kedalam gelas beker 250 mL merah bata.
2 Dimasukkan 30 mL larutan Fe(NH4)(SO4)2 0,2 Larutan berwarna
M dan 15 mL larutan H2SO4 2,5 M kecoklatan
3 Dipanaskan hingga tembaga larut sempurna dan Serbuk tembaga tidak
terjadi perubahan warna pada larutan. larut sempurna
Larutan berwarna biru
muda

4.2 Reaksi Kimia

4.2.1 Stoikiometri Reaksi Logam Cu dengan Fe (III)

Cu + Fe3+→ Cu+ + Fe2+

Cu + 2Fe3+ → Cu2+ + 2Fe2+

MnO4- + 8H+ + 5e-→ Mn2+ + 4H2O .................x1

Fe2+ → Fe3+ + e- ................................ x5

MnO4- + 5Fe2+ + 8H+→ 5Mn2+ + 4H2O + 5Fe3+

4.2.2 Standardisasi Larutan KMnO4 0,02 M

MnO4- + 8H+ + 5e⁻→ Mn2+ + 4H2O (x2)

C2O42-→ 2CO2 + 2e- (x5)

2MnO4- + 5C2O42- + 16H+→ 2Mn2+ + 10CO2 + 8H2O

4.3 Pembahasan
Stoikiometri merupakan salah satu cabang ilmu kimia yang mempelajari

berbagai aspek yang menyangkut kesetaraan massa antara zat yang terlibat dalam

reaksi kimia, baik dalam skala molekuler maupun dalam skala eksperimental.

Pengetahuan tentan kesetaraan massa antar zat yang bereaksi merupakan dasar

penyelkesaian hitungnan yang melibatkan reaksi kimia. Konsep mol diperlukan

untukmengkonversikan kesetaraan massa antara zat dari skala mlekuler ke dalam

skalaeksperimental dalam laboratorium. Sebagai contoh dapat dikemukakan,

denganmengetahui stoikiometri reaksi dalam proses analisis volumetri, data hasil

titrasidapat digunakan untuk menghitung konsentrasi suatu senyawa yang terlibat

dalamproses itu.

percobaan kali ini kita akan mempelajari stoikiometri reaksi antara logam

dengan garam besi (III) dalam suasana asam dengan menganalisa hasil reaksi

secara volumetri dengan metode titrasi. Pada penentuan konsentrasi larutan

standar kalium permanganat, asam oksalat digunakan sebagai zat baku primer.

Asam oksalat dikatakan zat baku primer disebabkan asam oksalat merupakan zat

yang stabil, memiliki Mr tinggi dan memiliki kriteria lainnya sebagai standar

primer. Pembuatan standarisasi larutan KMnO4 dilakukan dengan menitrasi 5 mL

asam oksalat (H2C2O4.2H2O) dengan katalis asam sulfat (H2SO4) 2,5 M sebanyak

20 mL hingga mencapai titik ekivalen pada volume rata-rata KMnO 4 5,9 mL

dengan konsentrasi 2,5 M. Larutan yang mulanya bening menjadi ungu setelah

tercapai titik ekivalen. Penggunaan asam sulfat dalam proses standarisasi KMnO 4

disebabkan asam sulfat yang paling sesuai digunakan, karena tidak bereaksi

terhadap permanganat dalam larutan encer sedangkan asam lain seperti asam
klorida kemungkinan mengalami reaksi dengan kalium permanganat. Titrasi

permanganometri hanya dapat dilakukan pada suasana asam atau sekitar pH 4.

Penggunaan kalium permanganat sebagai larutan standar karena larutan standar

ini dapat berfungsi sebagai autoindikator saat proses titrasi.


BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Stoikiometri merupakan salah satu cabang ilmu kimia yang mempelajari

berbagai aspek yang menyangkut kesetaraan massa antara zat yang terlibat dalam

reaksi kimia, baik dalam skala molekuler maupun dalam skala eksperimental.

Standarisasi larutan KMnO4 dengan asam oksalat bertujuan untuk menentukan

konsentrasi yang sebenarnya dari KMnO4 sehingga dapat digunakan sebagai

solusi baku dalam memilih reaksi anatara logam dengan garam besi (III) dengan

metode titrasi. Berdasarkan hasil standarisasi KMnO4 dan logam tembaga dengan

garam diperoleh Fe sebesar 0,0321955 dengan perbandingan mol 9,756 mol.

5.2 Saran

Saran yang dapat saya berikan yaitu, kita bisa lebih memperhatikan

prosedur kerja dalam percobaan stoikiometri logam Cu dengan garam Fe (III)

agar dapat meminimalisir kesalahan pada ssat praktikum.


DAFTAR PUSTAKA

Andaka, G,. 2008. Penurunan Kadar Tembaga Pada Limba Cair Industri
Kerajinan Perak Dengan Presipitasi Menggunakan Natrium Hidroksida.
Jurnal Teknilogi. 1(1)

Agustina, T,. 2014. Kontaminasi Logam Berat Pada Makanan Dan Dampaknya.
Jurnal Teknobuga. 1(1)

Dewati, R,. 2010. Kinetika Reaksi Asam Oksalat Dari Sabut Siwalan Dengan
Oksidator H2O2. Jurnal Penelitian Ilmu Teknik. 10(1)

Mastuti, E,. 2005. Pembuatan Asam Oksalat Dari Sekam Padi. Jurnal Ekuilibra.
4(1)

Purwono,. Sudarno,. Wirandani, M,. 2017. Pengolahan Linda Menggunakan


Metode Koagulasi Flakulasi Dengan Koagulan FeCl3 Dan AOPs Dengan
Fe-H2O2. Jurnal Teknik Lingkungan. 6(1)

Putra, A,. 2010. Analisis Produktifitas Gas Hidrogen Dan Gas Oksigen Pada
Elekrolisis Larutan KOH. Jurnal Neutrino. 2(2)

Sulastri,. Khaldun, I,. Wahyuni, E,. 2017. Analisis Soal-Soal Ujian M ateri
Stoikiometri SMA Negri Kota Bada Aceh. Jurnal Pendidikan Sains
Indonesia. 5(1)

Utomo, Y,. Subansi,. Nilawati, P,. 2016. Keefektifan Pembelajaran Interkoneksi


Multipel Representasi Dalam Mengurangi Kesalahan Konsep Siswa
Pada Materi Stoikiometri. Jurnal Pendidikan. 1(11)

Wahyudi, S,. Aji,. L,. Mubarok, Z,. Sintesis Serbuk Tembaga Dengean Metode
Elekrolisis: Studi Perilaku Elekrokimia Dan Karakaterisasi Serbuk.
Jurnal Seminar Nasional Metalurgi Dan Material. 1(1)

Zainul, R,. Feronika, N,. 2017. Kalium Permaganat : Termodinamika Mengenai


Transport Ionik Dalam Air. Jurnal Pendidikan. 1(1)

Anda mungkin juga menyukai