Anda di halaman 1dari 19

KEMENTERIAN PENDIDIKAN KEBUDAYAAN RISET DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI

PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK


ACARA II : PERMANGANOMETRI

LAPORAN

OLEH:
BINTANG MEYRISKA
D061221098

GOWA
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Titrasi redoks (reduksi-oksidasi) merupakan jenis titrasi yang paling

banyak jenisnya diantaranya permanganometri, dikromotometri, cerimetri,

iodimetri, bromometri, bromatometri, dan nitrimetri. Terbaginya titrasi ini

dikarenakan tidak ada satu senyawa (titran) yang dapat bereaksi dengan semua

senyawa oksidator dan reduktor sehingga pastinya akan melibatkan senyawa

reduktor dan oksidator, karena titrasi redoks melibatkan reaksi oksidasi dan

reduksi diantaranya titran dan analit. Jadi kalau titrannya oksidator maka

sampelnya adalah oksidator. 

Permanganometri merupakan metode titrasi yang didasarkan atas reaksi

oksidasi reduksi. Untuk keperluan titrasi ini maka digunakan senyawa

permangate. Kalium permangate merupakan oksidator kuat yang dapat bereaksi

dengan cara berbeda-beda tergantung dari pH larutannya. Kekuatan sebagai

oksidator juga berbeda-beda sesuai dengan reaksi yang terjadi pada pH berbeda

itu. Reaksi yang bermacam-macam ini disebutkan oleh keragaman valensi

mangan. KMnO4 merupakan zat pengoksida yang penting. Untuk analisis kimia

biasanya digunakan pada larutan asam dimana senyawa  tersebut direduksi

Senyawa Natrium Oksalat (Na2C2O4) merupakan standar primer yang baik

untuk permangat dalam larutan asam. Senyawa dapat diperoleh dengan tingkat

kemurnian yang tinggi, stabil pada saat pengeringan, dan nonhigroskopik.

Reaksinya berjalan lambat dalam suhu ruangan, sehingga larutan biasanya


dipanaskan sampai sekitar 60°C. Bahkan pada suhu yang lebih tinggi reaksinya

mulai dengan lambat, namun kecepatannya meningkat ketika ion mangan

terbentuk. Mangan bertindak sebagai katalis, dan reaksinya disebut autokatalik.

Maka dari itu dilaksanakanlah praktikum permanganometri ini.

1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dari praktikum ini adalah untuk mengetahui dan

membuktikan bahwa titrasi dapat digunakan untuk menentukan kadar suatu zat

yang diukur secara cepat.

Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu sebagai berikut :

1. Menetukan kadar besi (Fe2+) dalam sampel dengan menggunakan metode

permanganometri.

2. Mengetahui perubahan yang terjadi pada larutan setelah direaksikan.

1.3 Alat dan Bahan

1.3.1 Alat

Adapun alat yang digunakan pada percobaan kali ini adalah :

1. Buret 50 ml

2. Erlenmeyer 250 ml

3. Pipet Volume 5 ml

4. Neraca Analitik

5. Bulb

6. Gelas Piala 250 ml

7. Pipet Tetes 

8. Labu Semprot
9. Corong

10. Statif dan Klem

1.3.2 Bahan

Adapun bahan yang digunakan pada percobaan kali ini yaitu :

1. BaCI2

2. H2SO4

3. Aquades

4. Kertas saring

1.4 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah pada percobaan kali ini adalah Penentuan kadar

besi (Fe2+) dalam sampel yang dititrasi dengan larutan KMnO 4 dalam suasana

asam sehingga diperoleh titik akhir titrasi yang ditandai dengan terbentuknya

larutan merah muda.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kimia Analitik

Kimia Analitik merupakan salah satu cabang Ilmu Kimia yang

mempelajari tentang pemisahan dan pengukuran unsur atau senyawa kimia.

Dalam melakukan pemisahan atau pengukuran unsur atau senyawa kimia,

memerlukan atau menggunakan metode analisis kimia. Kimia analitik mencakup

kimia analisis kualitatif dan kimia analisis kuantitatif. Analisis kualitatif

menyatakan keberadaan suatu unsur atau senyawa dalam sampel, sedangkan

analisis kuantitatif menyatakan jumlah suatu unsur atau senyawa dalam sampel.

Kimia analitik tidak hanya digunakan di bidang kimia saja, tetapi digunakan juga

secara luas di bidang ilmu lainnya. Penggunaan kimia analitik di berbagai bidang

diantaranya :

a. Pengaruh komposisi kimia terhadap sifat fisik.

Efisiensi suatu katalis, sifat mekanis dan elastisitas suatu logam, kinerja suatu

bahan bakar sangat ditentukan oleh komposisi bahan-bahan tersebut.

b. Uji kualitas.

Analisis kimia sangat diperlukan untuk mengetahui kualitas udara di sekitar

kita, air minum yang kita gunakan, makanan yang disajikan. Dibidang industri,

analisis kimia digunakan secara rutin untuk menentukan suatu bahan baku yang

akan digunakan, produk setengah jadi dan produk jadi. Hasilnya dibandingkan
dengan spesifikasi yang ditetapkan. Bidang ini disebut pengawasan mutu atau

quality controll.

c. Penentuan konsentrasi bahan/senyawa yang bermanfaat atau bernilai tinggi.

Analisis kimia digunakan pada penentuan kadar lemak dalam krim, kadar protein

dalam suatu makanan atau bahan pangan, kadar uranium dalam suatu bijih

tambang.

d. Bidang kedokteran.

Untuk mendiagnosis suatu penyakit pada manusia diperlukan suatu analisis

kimia, sebagai contoh : tingkat konsentrasi bilirubin dan enzim fosfatase alkali

dalam darah menuniukkan adanya gangguan fungsi liver. Tingkat konsentrasi gula

dalam darah dan urin menunjukkan penyakit gula.

e. Penelitian.

Sebagian besar penelitian menggunakan kimia analitik untuk keperluan

penelitiannya. Sebagai contoh pada penelitian korosi logam, maka ditentukan

berapa konsentrasi logam yang terlarut ke dalam lingkungan air. Di bidang

pertanian, suatu lahan pertanian sebelum digunakan, maka tingkat kesuburannya

ditentukan dengan mengetahui tingkat konsentrasi unsur yang ada di dalam tanah,

misalnya konsentrasi N, P, K dalam tanah (Adam Wiryawan, dkk, 2008)

2.2 Metode Permanganometri

Permanganometri merupakan metode titrasi dengan menggunakan kalium

permanganat, yang merupakan oksidator kuat sebagai titran. Titrasi ini didasarkan

atas titrasi reduksi dan oksidasi atau redoks. Permanganometri juga bisa
digunakan untuk menentukan kadar belerang, nitrit, fosfit, dan sebagainya. Cara

titrasi permanganometri ini banyak digunakan dalam menganalisa zat-zat organik.

Kalium permanganat telah digunakan sebagai pengoksida secara meluas lebih dari

100 tahun. Reagensia ini mudah diperoleh, murah dan tidak memerlukan indikator

kecuali bila digunakan larutan yang sangat encer. Permanganat bereaksi secara

beraneka, karena mangan dapat memiliki keadaan oksidasi +2, +3, +4, +6, dan +7.

Titrasi permanganometri dilakukan dengan bantuan pemanasan (± 70°C)

untuk mempercepat reaksi. Pada awal reaksi titrasi, warna merah mantap untuk

beberapa saat yang menandakan reaksi berlangsung lambat. Pada pembuatan

titran selanjutnya, warna merah hilang makin cepat karena ion mangan (II) yang

terjadi berfungsi sebagai katalis untuk mempercepat reaksi Selanjutnya titran

dapat ditambahkan lebih cepat sampai titik akhir titrasi tercapai yaitu sampai pada

tetesan dimana warna merah menjadi warna merah jambu.

Dalam reaksi ini, ion MnO4 bertindak sebagai oksidator. Ion MnO4 akan

berubah menjadi ion Mn2+ dalam suasana asam. Teknik titrasi ini biasa digunakan

untuk menentukan kadar oksalat atau besi dalam suatu sampel. Kalium

permanganat adalah oksidator yang paling baik untuk menentukan kadar besi

yang terdapat dalam sampel dalam suasana asam menggunakan larutan asam

sulfat (H2SO4).

Reaksi ini lambat dalam larutan asam, tetapi sangat cepat dalam larutan

netral. Karena alasan ini larutan kalium permanganat jarang dibuat dengan

melarutkan jumah-jumlah yang ditimbang dari zat padatnya yang sangat

dimurnikan misalnya proanalisis dalam air, lebih lazim adalah untuk memanaskan
suatu larutan yang baru saja dibuat sampai mendidih dan mendiamkannya diatas

penangas uap selama satu /dua jam lalu menyaring larutan itu dalam suatu

penyaring yang tak mereduksi seperti wol kaca yang telah dimurnikan atau

melalui krus saring dari kaca maser. Permanganat bereaksi secara cepat dengan

banyak agen pereduksi berdasarkan pereaksi ini, namun beberapa pereaksi

membutuhkan pemanasan. (Khopkar, 1990)

2.3 Prinsip Titrasi Permanganometri

Prinsip titrasi permanganometri adalah reaksi oksidasi reduksi pada suasana

asam yang melibatkan elektron dengan jumlah tertentu, dibutuhkan suasana asam

(H2SO4) untuk mencapai tingkat oksidasi dari KMnO4 yang paling tinggi dan

bilangan oksidasi +7 menjadi +2. Pada proses titrasi tidak dibutuhkan indicator

lain. Karena KMnO4 sudah mampu memberikan perubahan warna saat titik akhir

titrasi yang ditandai dengan terbentuknya warna merah muda. Sifat dari KMnO4

ini dikenal sebagai autoindikator ( Setyawati, 2016 )

2.4 Korelasi Metode Permanganometri Pada Ilmu Geologi

Pada bidang geologi kita dapat perbandingan metode analisis

permanganometri dalam penentuan kadar besi. Besi merupakan logam yang sering

dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini karena besi mempunyai berbagai

macam kegunaan dan juga produksi besi berkembang cukup pesat. Logam

memilik sifat antara lain yaitu, penghantar listrik, penghantar panas, dapat

membentuk alloy dengan logam lain, karena sifatnya tersebut logam sangt populer

dibidang industri pertambangan.


Oleh karena itu, diperlukan sebuah metode untuk menentukan kadar besi

dalam suatu sampel. Penentuan kadar besi ada berbagai macam, salah satunya

adalah metode titrimetri. Untuk penentuan iodasi pada beso dapat dilakukan

dengan serimetri. Metode serimetri yaitu merupakan metode titrasi yang

menggunakan prinsip reaksi didalamnya. Metode ini serinetri yaitu merupakan

metode titrasi yang menggunakan prinsip reaksi didalamnya. Metode ini tergolong

metode yang baik namun harganya sangat mahal.

Melihat kekurangan metode serimetri yang bahannya tergolong mahal maka

dalam suatu penelitian akan ditelaah kembali kemungkinan menggunakan metode

titrasi lain yang juga merupakan menggunakan prinsip reduksi-oksidasi atau

redoks, yaitu permanganometri. 


BAB III
METODOLOGI

3.1 Tahap Persiapan

Pada tahapan persiapan ini mencangkup yang pertama adalah berupa studi

pustaka yang didapatkan melalui asistensi acara serta membaca materi-materi yang

mencangkup dari acara yang dipraktikumkan. Lalu setelah itu pengerjaan tugas

pendahuluan yang dimaksudkan untuk mengukur pengetahuan awal praktikan sebelum

mengikuti kegiatan praktikum.

3.2 Tahapan Praktikum

Pada tahapan ini dimulai dengan pengumpulan tugas pendahuluan yang telah

diberikan sebelumnya. Pada kegiatan praktikum praktikan akan menyimak penjelasan

mengenai metode analisis kuantitatif dengan cara metode permanganometri dan prosedur

kerja praktikum. Pada kegiatan praktikum praktikan juga diperagakan cara penggunaan

alat yang digunakan dalam melakukan praktikum.

3.3 Pembuatan Laporan

Pada tahapan ini praktikan membuat laporan sesuai dengan hasil dari analisis data

yang telah dilakukannya, dengan susunan laporan sesuai yang telah ditentukan.

Kemudian diasistensikan kepada sistem untuk diperbaiki dan dikoreksi.

3.4 Pengumpulan Laporan

Pada tahap ini laporan yang telah dibuat dan dikoreksi akan dikumpulkan sesuai

dengan waktu yang telah ditentukan.


Tabel 3.1 Flowchart Tahapan Praktikum

Tahapan Persiapan

Tahapan Praktikum

Tahapan
Tahap Analisis
Analisis Data
data

Tahapan
Pembuatan Laporan

Pengumpulan Laporan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Adapun hasil penelitian permanganometri yaitu :

a. Penentuan Normalitas larutan baku sekunder KMnO4

Indikator yang digunakan : KMnO4

Perubahan warna yang terjadi : merah muda bening

Data penentuan normalitas larutan baku sekunder KMnO4 :

Percobaan Volume C2H2O4 Volume KMnO4


I 15 ml 4 ml

Hitung :

1. Normalitas NaOH pada percobaan I dan II

( V C 2 H 2 O4 ) x ( N C 2 H 2 O 4 ) 15 x 50 750
= = =187,5
V KMnO 4 4 4

2. Normalitas rata-rata NaOH

N 1 KMnO 4 + N 2 KMnO 4
NKMnO 4 rata−rata=
2

b. Penentuan kadar sampel (asam asetat)

Indikator yang digunakan : Air keran

Perubahan warna yang terjadi : merah muda bening

Data penentuan normalitas larutan sampel (Besi(II)) :

Percobaan Volume C2H2O4 Volume KMnO4


I 15 ml 1,7 ml

Hitung :

a. Kadar sampel (Besi(II)) pada percobaan I dan II

% Fe 2+ =

Fe 2+¿ 1 ,7 X 50 X 6
V KMnO 4 x N KMnO 4 x BE x 100 %= X 100 % ¿
Ml sampel 15
¿ 34 %

b. Normalitas rata-rata NaOH


2 +¿
Fe
2+¿+N 2 ¿
N Fe2+Rata-rata = N Fe 2
¿
1

Reaksi yang terjadi

FeSO4 + KMnO4 Fe (MnO4)2 + K2SO4

4.2 Pembahasan

Percobaan kali ini dilakukan dengan metode titrasi permanganometri. Titrasi

permanganometri adalah salah satu jenis titrasi reaksi reduksi dan oksidasi yang

dilakukan berdasarkan reaksi oleh kalium permangat (KMnO4). Larutan standar KMnO4

merupakan larutan standar sekunder yang konsentrasi yang mudah berubah-ubah dan

tidak stabil dalam penyimpanannya. Maka dari itu, dilakukan titran pembakuan atau

standarisasi dengan menggunakan larutan Asam Oksalat yang merupakan larutan standar

primer. Pada percobaan ini juga dilakukan penentuan kadar besi dalam sampel dengan

cara metode permanganometri, dengan cara penentuan normalitas larutan baku sekunder

lalu melakukan penentuan kadar sampel.


BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang bisa diambil dari percobaan ini adalah :

1. Cara penentuan kadar Besi (Fe2+) dalam sampel dengan menggunakan metode

permanganometri dengan menggunakan larutan KMnO4.

2. Adapun perubahan yang terjadi pada larutan setelah direaksikan yaitu terjadinya

perubahan warna.

5.2 Saran

5.2.1 Saran Untuk Lab

1. Menjaga kebersihan laboratorium

2. Menyediakan lebih banyak kursi

3. Memperhatikan dan merawat alat di laboratorium

5.2.2 Saran Untuk Asisten

1. Mempertahankan keramahan kepada praktikan

2. Lebih sering sharing – sharing ke praktikan

3. Tetap sabar dalam menghadapi praktikan


DAFTAR PUSTAKA

Adam Wiryawan, dkk. (2008) KIMIA ANALITIK SMK Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan.

Khopkar, S.M. (1990). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.

Setyawati Y, 2016. Titrasi Permanganometri, Undip. Semarang


L
A
M
P
I
R
A
N
Gambar 4.1 Larutan KMnO4 di standarisasi larutan H2C2O4

Gambar 4.2 Larutan kemudian dipanaskan hingga mencapai 70o-80o C.

Gambar 4.3 Titrasi dilakukan secara cepat dan suhu tidak boleh kurang 60oC

Gambar 4.4 larutan Fe2+ dipipet sebanyak 5 mL dan dimasukkan


Kedalam Erlenmeye
Gambar 4.5 Larutan kemudian di titrasi dengan larutan MnO4

Anda mungkin juga menyukai