Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK

ACARA III PERMANGANOMETRI

LAPORAN PRAKTIKUM
Disusun sebagai laporan dalam pelaksanaan mata kuliah
Kimia Analitik (23D06110502)

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Adi Tonggiroh, S.T., M.T., IPM.
Dr. Ulva Ria Irfan, S.T., M.T

Asisten:
Karina Ayu Az Zahra D061211043

Disusun Oleh:
Kelompok 11
Izhaq Suhardi D061231044

DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
GOWA
2024
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kimia analitik adalah sebuah cabang ilmu dari kimia yang mempelajari ko
mposisi dan struktur materi dengan cara analisis kimia. Ilmu ini membantu kita m
emahami apa yang terkandung dalam suatu zat dan bagaimana zat tersebut tersusu
n. Kimia analitik terbagi menjadi dua cabang utama, yaitu analisis kualitatif dan k
uantitatif. Kimia analitik dapat berupa kimia analitik kualitatif dan kuantitatif.
Kimia analitik kualitatif mempelajari tentang identitas suatu bahan kimia yang ada
di dalam sampel atau terfokus pada pengidentifikasian unsur, ion, atau senyawa
dalam sampel. Sedangkan kimia analisik kuantitatif berkaitan dengan jumlah
suatu komponen bahan dalam sampel. Bahan yang ditentukan disebut analit
(konstituen yang diinginkan). Sedangkan jumlah banyaknya suatu zat tertentu
dalam sampel dapat dinyatakan dalam bentuk kadar atau konsentrasi, seperti
molar, persen berat, gram per liter, normal, atau ppm.
Permanganometri adalah cabang ilmu kimia analitik yang berfokus pada
analisis kuantitatif dengan memanfaatkan larutan kalium permanganat (KMnO ₄).
KMnO₄ bertindak sebagai zat pengoksidasi kuat berwarna ungu yang bereaksi
dengan berbagai senyawa. Prinsipnya terletak pada titrasi, di mana larutan
KMnO₄ dengan konsentrasi terukur ditambahkan ke sampel, menghasilkan
perubahan warna yang diamati. Dalam penggunaannya Metode analisis
Permanganometri dapat digunakan untuk menentukan kadar besi (Fe) dalam air.
Prinsipnya adalah dengan mengoksidasi Fe(II) dalam air sampel dengan KMnO ₄,
menghasilkan perubahan warna dari ungu (KMnO₄) menjadi tidak berwarna
(Mn²₄). Jumlah KMnO₄yang digunakan untuk mencapai titik ekivalen sebanding
dengan kadar Fe (II) dalam sampel.
Oleh karna itu diadakanlah Praktikum kimia analitik metode titrasi
permanganometri agar praktikkan dapat mengetahui metode titrasi
permanganometri dan hubungannya dalam bidang geologi, Selain itu tujaun utama
di lakukannya praktikum metode titrasi permanganometri ini untuk mengetahui
kandungan besi (Fe) pada sampel air sumur yang terdapat pada daerah Kelurahan
Tamarunang, Kecamatan Somba opu, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi
Selatan.
1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dilakukannya praktikum permanganometri ini adalah untuk


mengetahui metode titrasi permanganometri dan hubungannya dalam bidang
geologi.
Adapun tujuan dari dilaksanakannya praktikum ini ialah:
1. Praktikan dapat menganalisis kadar besi dalam sampel.
2. Praktikan dapat menganalisis kualitas air sumur berdasarkan hasil titrasi
permanganometri.
3. Praktikan dapat menganalisis secara kualitatif hubungan permanganometri
dalam aplikasinya di bidang geologi.
1.3 Lokasi Pengambilan Sampel.

Lokasi pengambilan sampel air sumur di ambil pada hari kamis, 14 Maret
2024 di jalan Al-Jibran N0.23 Tamarunngan, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten
Gowa, Sulawesi Selatan, dengan titik kordinat 5°12ʹ59.1ʺS 119°28ʹ21.7ʺE. Lokasi
pengambilan sampel ini di tempuh dengan jarak sekitar 20 menit dari Kampus
Teknik Universitas Hasanuddin ke daerah Tamarungan dengan menggunakan
transportasi kendaraan.

Gambar 1.1 Lokasi Pengambilan sampel


BAB II
TEORI DASAR

2.1 Definisi Permanganometri

Secara bahasa Permanganometri berasal dari dua kata yaitu Permanganat


yang berarti Senyawa kimia yang mengandung ion permanganat (MnO₄⁻) dan
metri yang berarti pengukuran. Sedangkan menurut istilah Permanganometri
adalah cabang ilmu kimsia analitik yang berfokus pada analisis kuantitatif dengan
memanfaatkan larutan kalium permanganat (KMnO₄). KMnO₄ bertindak sebagai
zat pengoksidasi kuat berwarna ungu yang bereaksi dengan berbagai senyawa.
Prinsipnya terletak pada titrasi, di mana larutan KMnO₄ dengan konsentrasi
terukur ditambahkan ke sampel, menghasilkan perubahan warna yang diamati
(Day dan Underwood, 1986).
Permanganometri memungkinkan penentuan kadar zat pereduksi (besi(II),
sulfur dioksida), zat pengoksidasi (klorin, hidrogen peroksida), dan senyawa
organik (glukosa, asam suksinat) (Day dan Underwood, 1986).
Dalam pendapat lain, Menurut (Vogel, 1989) Permanganometri adalah
metode titrasi yang didasarkan pada reaksi redoks antara kalium permanganat
(KMnO₄) sebagai zat pengoksidasi dan zat yang ingin dianalisis (zat pereduksi).
KMnO₄ berwarna ungu dalam suasana asam, dan pada titik ekivalen, warnanya
berubah menjadi tidak berwarna (Mn²⁺).
2.2 Prinsip Titrasi Permanganometri

Menurut (Harris,2007) Titrasi permanganometri merupakan suatu metode


titrasi reaksi oksidasi dengan menggunakan kalium permanganat ( KMnO 4)
sebagai oksidator. KMnO₄ merupakan oksidator kuat yang berwarna ungu dalam
larutan asam. Ketika KMnO₄ direduksi, warnanya berubah menjadi tidak
berwarna. Metode permanganometri ini didasarkan pada reaksi reduksi pada ion
permanganat dan oksidasi pada senyawa pereduktor dalam hal ini yaitu analit atau
sample. pada Reaksi oksidasi dan reduksi kalium permanganat dapat berlangsung
pada beberapa suasana diantaranya yaitu suasana asam ,basa dan netral. Berikut
ini reaksi kalium permanganat dalam suasana asam , basa dan netral.
1. Reaksi reduksi ion MnO4- dalam suasana asam
Dalam larutan asam, ion permanganat(VII) akan tereduksi sehingga tidakk
berwarna dan bilangan oksidasinya menjadi +2 (ion mangan(II) (Mn2+)).
MnO4- + 8 H+ + 5 e- Mn2+ + 4 H2O

2. Reaksi reduksi ion MnO4- dalam suasana netral


Dalam larutan netral, ion permanganat(VII) ini akan tereduksi sehingga
bilangan oksidasinya menjadi +4, larutan akan berwarna coklat (mangan
dioksida MnO2).
MnO4- + 4 H+ + 3e- MnO2 + 2 H2O

3. Reaksi reduksi ion MnO4- dalam suasana basa


Dalam larutan basa kuat, ion permanganat(VII) akan tereduksi, warnanya
menjadi coklat , dengan bilangan oksidasi +6 (manganat MnO42−).
MnO4- + e- MnO42-

Dalam melakukan titrasi permanganometri , Reaksi reduksi ion MnO 4-


dengan menggunakan suasana basa dan netral ion MnO 4- , ion MnO4- dapat
tereduksi menjadi ion MnO2 yang mengendap membentuk warna kecoklatan dan
dapat mengaburkan titik akhir titrasi . Dalam suasana asam ion MnO 4- dapat
direduksi menjadi ion Mn2+ dan warna larutan mulai memudar ketika ion MnO 4-
tereduksi menjadi Mn2+ dalam suasana asam . Mn2+ yang terbentuk merupakan
otokatalisator yaitu katalisator dalam suatu reaksi terbentuk karena reaksi itu
sendiri yang dapat mempercepat berlangsungnya suatu reaksi . Reaksi oksidasi
dan reduksi menggunakan kalium permanganat berlangsung sangat lambat pada
suhu kamarSuhu optimal dalam melakukan titrasi menggunakan kalium
permanganat yaitu 60 - 70 derajat celcius karena reaksi dapat berlangsung cepat
ketika pada suhu 60 - 70 derajat celcius. Ketika reaksi berlangsung pada suhu
dibawah 60 derajat celcius , reaksi berlangusng lambat sehingga dapat mengubah
MnO4- menjadi MnO2 sehingga dapat membentuk endapat coklat sehingga titik
akhir titrasi sangat sulit diamati .Oleh karena Reaksi redoks titrasi
permanganometri sangat efektif dalam suasana asam karena daya oksidasi ion
MnO4- sangat kuat untuk mengoksidasi MnO4- menjadi Mn2+ dibandingkan dengan
reaksi oksidasi dan reduksi dalam suasana basa dan netral (Harris,2007)
Menurut (Harris,2007) Titrasi dengan menggunakan kalium permanganat
dapat dilakukan secara langsung dengan cara langsung atas analat yang dapat
dioksidasi seperti Fe+, asam atau garam oksalat yang dapat larut dan sebagainya
dan juga terdapat beberapa ion logam yang tidak dioksidasi dapat ditirasi secara
tidak langsung dengan permanganometri seperti:
1. Ion-ion Ca2+, Ba2+, Sr2+, Pb2+, Zn2+, dan Hg2+ yang dapat diendapkan
sebagai oksalat. Setelah endapan disaring dan dicuci, dilarutkan dalam
H2SO4 berlebih sehingga terbentuk asam oksalat secara kuantitatif. Asam
oksalat inilah yang akhirnya dititrasi dan hasil titrasi dapat dihitung banyak
nya ion logam yang bersangkutan.
2. Ion-ion Ba2+ dan Pb2+ dapat pula diendapkan sebagai garam kromat.
Setelah disaring, dicuci, dan dilarutkan dengan asam, ditambahkan pula
larutan baku FeSO4 berlebih. Sebagian Fe2+ dioksidasi oleh kromat tersebut
dan sisanya dapat ditentukan banyaknya dengan menitrasinya dengan
KMnO4.
Terdapat dua metode untuk melakukan titrasi permanganometri yaitu
dengan metode yang disarankan oleh Mc.Bride dengan seluruh titrasi berlangsung
pada suhu yang lebih tinggi dengan pengadukan yang kuat dan yang disarankan
oleh Fowler and Bright , ion permanganat ditambahkan secara cepat ke dalam
larutan yang diasamkan pada suhu ruangan , setelah reaksi selesai larutan hasil
titrasi dipanaskan pada suhu 60 derajat celcius dan titrasi selesai pada suhu ini .
Kelebihan prosedur ini adalah mengurangi kesalahan titrasi akibat kelebihan suhu
yang mempengaruhi asam oksalat untuk cepat terurai (Harris,2007).

2.3 Sifat - Sifat Kalium Permanganat

Kalium permanganat digunakan sebagai agen pereduksi karena sifat kalium


permanganat sebagai oksidator yang sangat kuat karena ion permanganat memiliki
bilangan oksidasi 7 sehingga dapat digolongkan sebagai oksidator kuat . Kalium
permanganat mudah untuk diperoleh , tidak mahal , serta sifatnya sebagai auto
indikator , ketika ion Mn2+ seluruhnya telah bereaksi dengan titrat maka kelebihan
MnO4- yang akan berwarna pink kemerahan akan menunjukan titik akhir titrasi
dari titrasi permanganometri (Day and Underwood,1996). Permanganat dapat
melakukan berbagai reaksi kimia karena mangan dapat berubah bilangan oksidasi
menjadi +2 , +3 , +4 , +6 dan +7 , bilangan oksidasi +5 dari ion mangan tidak
stabil . Ion Permanganat dapat bereaksi secara cepat dengan agen pereduksi tetapi
ion permanganat dapat bereaksi secara cepat membutuhkan pemanasan atau
penggunaan katalis untuk mempercepat reaksi (Harris,2007).
Dalam pembuatan larutan KMnO4 harus dilakukan dengan tindakan khusus
. Padatan KMnO4 tidak murni mengandung 100 % KMnO 4 sehingga diperlukan
pelarutan dalam air dan pemanasan untuk dapat melarutkan MnO 2 sehingga
kandungan MnO2 dalam larutan KMnO4 berkurang . Pemanasan larutan juga
bertujuan untuk menghancurkan substansi - substansi yang dapat direduksi dan
penyaringan melalui asbestos atau gelas yang di sinter ( filter - filter pereduksi ) .
Pembuatan larutan KMnO4 perlu standarisasi , kemudian simpan dalam tempat
yang gelap dan tidak diasamkan agar tidak mudah teroksidasi menjadi MnO 2 dan
konsentrasi tidak banyak berubah selama penyimpanan . ( Day and Underwood ,
1996)

Gambar 2.1 Struktur Ion Permanganat

2.4 Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Titrasi Permanganometri

Menurut (Day and Underwood,1996) Dalam melakukan kegiatan titrasi


permanganometri terdapat beberapa faktor - faktor yang dapat mempengaruhi
kegagalan dalam melakukan titrasi sebagai berikut :
1. Larutan KMnO4 pada buret.
Sinar matahari akan mempengaruhi larutan KMnO4 pada buret . Jika titrasi
dilakukan dalam keadaan lama dan dengan kondisi terkena sinar matahari
maka KMnO4 akan terurai menjadi MnO2 sehingga pada akhir titrasi
terbentuk endapan berwarna coklat yang membuat titik akhir titrasi tidak
dapat terlihat karena sifat KMnO4 yang tidak stabil mudah melakukan
soksidasi jika terkena sinar matahari dan zat - zat organik lain .
2. Penambahan KMnO4 yang terlalu cepat pada saat pembakuan larutan
antara larutan H2C2O4 dengan larutan KMnO4.
Penambahan kalium permanganat yang terlalu cepat pada larutan asam
oksalat yang telah ditambahkan asam sulfat dan telah dipanaskan cender
ung menyebabkan ion permanganat MnO4- bereaksi dengan ion Mn2+. Reaksi
antara ion MnO4- dengan ion Mn2+ sebagai berikut:
MnO4- + 3Mn2+ + 2H2O ↔ 5MnO2 + 4H+.
3. Penambahan KMnO4 yang terlalu lambat pada saat pembakuan larutan
antara larutan H2C2O4 dengan larutan KMnO4.
Penambahan KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan H2C2O4 yang telah
ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan mungkin akan terjadi
penguraian H2C2O4 menjadi H2O dan CO2. karena suhu mempengaruhi
larutan H2C2O4 untuk terurai . Semakin tinggi suhu , larutan asam oksalat
semakin mudah terurai.
BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum acara ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 Alat Praktikum
No Alat Satuan Keterangan
1. Buret 2 buah 50 mL
2. Erlenmeyer 2 buah 250 mL
3. Pipet volume 2 buah 5 mL
4. Neraca analitik 1 buah -
5. Bulb 1 buah -
6. Gelas piala 2 buah 250 mL
7. Pipet tetes 1 buah -
8. Labu semprot 1 buah -
9. Corong 2 buah -
10. Statif dan klem 2 buah -

Sedangkan untuk bahan praktikum adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2 Bahan Praktikum


No Bahan Satuan Keterangan
1. Aquades 300 mL
2. Asam oksalat (H2C2O4) 10 mL
3. Kalium permanganat (KMnO4) 10 mL
4. Asam sulfat (H2SO4) 5 mL
5. Air sumur
3.2 Langkah Kerja

3.2.1 Standarisasi Larutan KMnO4

Tabel 3.3 Langkah Kerja Praktikum


Hasil Pengamata
Aktivitas
n
Buret 50 mL diisi dengan larutan kalium permanganat
50 mL
(KMnO4)
Larutan asam oksalat (H2C2O4) dimasukkan ke dalam gelas ki
mia sebanyak 10 mL kemudian ditambahkan dengan asam su 15 mL
lfat (H2SO4) sebanyak 5 mL
Tidak mengalami
Larutan tersebut kemudian di panaskan hingga mencapai suh
perubahan warna
u 65ºC
(bening)
Larutan H2C2O4 yang telah dipanaskan kemudian dimasukkan
10 mL
ke dalam erlenmeyer sebanyak 10 mL
Dalam keadaan panas, larutan H2C2O4 kemudian diteteskan de
Berwarna merah
ngan larutan KMnO4 sebanyak 3 tetes kemudian dihomogenk
muda
an
Perlahan larutan akan berubah warna menjadi bening kembal Berubah warna me
i njadi bening
Prosedur tersebut di ulangi sebanyak 2 kali

3.2.2 Penentuan Kadar Sampel Fe2+

Tabel 3.4 Langkah Kerja Praktikum Penentuan Kadar Sampel Fe2+


Aktivitas Hasil Pengamatan
Ambil sampel meggunakan pipet volume 25 mL kemud Larutan berwarna bening
ian dimasukkan kedalam labu erlenmeyer
Tambahkan larutan asam sulfat (H2SO4) menggunakan Larutan tidak mengalami
pipet volume 5 mL kedalam labu erlenmeyer perubahan warna (benin
g)
Buret 50 mL diisi dengan larutan kalium permanganat Larutan berwarna ungu
(KMnO4)
Lalu titrasi sampel yang telah di campur dengan larutan Larutan mulai mengalami
asam sulfat (H2SO4) menggunakan larutan kalium perm perubahan warna
anganat (KMnO4)
Kemudian homogenkan sampel hingga berubah warna Larutan mengalami perub
menjadi merah muda ahan warna menjadi warn
a merah muda
Prosedur tersebut diulang sebanyak 2 kali
BAB IV
HASIL DAN ANALISIS

4.1 Hasil

4.1.1 Standarisasi Larutan KMnO4

Tabel 4.1 Hasil Praktikum Standarisasi Larutan KMnO4


No. Perlakuan Hasil Pengamatan
Sebanyak 10 mL larutan asam oksalat (H 2C2
1. O4) ditambahkan dengan asam sulfat (H2SO Tidak berwarna
4) sebanyak 5 mL
2. Larutan dipanaskan hingga suhu 65ºC Tidak berwarna
Sebanyak 10 mL larutan yang telah mencapa
3. i suhu 65ºC ditambahakan dengan H2C2O4 seb Tidak berwarna
anyak 5 mL
Titrasi I : Larutan berwar
na merah muda lalu perl
ahan menjadi bening
Titrasi II: Larutan berwa
Dalam keadaan panas, larutan dititrasi denga
4. rna merah muda lalu perl
n KMnO4 sebanyak 3 tetes
ahan menjadi bening
Titrasi III : Larutan berw
arna merah muda lalu pe
rlahan menjadi bening

4.1.2 Penentuan Kadar Sampel Fe2+

Tabel 4.2 Hasil Praktikum Penentuan Kadar Sampel Fe2+


No. Perlakuan Hasil Pengamatan
Sebanyak 25 mL sampel air sumur ditambah
1. akan dengan larutan asam sulfat (H 2SO4) seb Tidak berwarna
anyak 5 mL
Larutan kemudian dititrasi menggunakan K Berubah warna menjadi
2.
MnO4 merah muda

4.2 Analisis

4.2.1 Reaksi oksidasi - reduksi yang terjadi antara besi (II) dengan kalium
permanganat dalam suasana asam
Reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi antara unsur besi (II) dengan
unsur kalium permanganat dalam suasana asam di tunjukkan sebagai berikut :
a. Reaksi Oksidasi
5Fe2+ + MnO4− + 8H+ → 5Fe3+ + Mn2+ + 4H2O
b. Reaksi Reduksi
MnO4− + 5Fe2+ + 8H+ → Mn2+ + 5Fe3+ + 4H2O

4.2.2 Data Volume Kalium Permanganat Yang Digunakan Dalam Titrasi


Kadar Sampel Besi Pada Percobaan I dan II

V KMnO4- N KMnO4- BE Fe2+


[I] % Fe2+ = ×100%
mL sampel

0,3 × 0,3125 × 28
[1] % Fe2+ = ×100%
10

2,625
2+
[1] % Fe = ×100% = 26,25 %
10

V KMnO4- N KMnO4- BE Fe2+


[II] % Fe2+ = ×100%
mL sampel

0,1 × 0,3125 × 28
2+
[1] % Fe = ×100%
10

0,875
2+
[1] % Fe = ×100%
10
= 8,75%

4.2.3 Pengaruh pH Terhadap Reaksi Oksidasi - Reduksi Dalam


Permanganometri
Perubahan pH memengaruhi secara signifikan reaksi oksidasi-reduksi
dalam permanganometri, terutama dalam hal kecepatan reaksi dan juga pada
perubahan warna yang terjadi. Pada pH rendah, reaksi cenderung berlangsung
lebih cepat, sementara pada pH tinggi, reaksi cenderung berlangsung lebih lambat.
Perbedaan ini disebabkan oleh perubahan struktur MnO4- dan Fe2+ pada berbagai
tingkat pH.
4.2.4 Cara Menjaga pH Larutan Agar Reaksi Dapat Berlangsung Dengan
Baik
Penyebab utama kesalahan dalam pengukuran pH adalah perubahan suhu.
Ketika suhu meningkat, getaran molekul meningkat, yang mengakibatkan
peningkatan kemampuan air untuk mengionisasi dan membentuk lebih banyak ion
hidrogen (H+). Jumlah ion H+ dalam larutan yang lebih tinggi akan meningkatkan
sifat asam larutan tersebut, yang dapat mengakibatkan perubahan dalam nilai pH
yang terukur karena perubahan suhu. Oleh karena itu, metode untuk menjaga pH
agar tidak terpengaruh oleh suhu adalah dengan menyimpan larutan pada tempat
yang sejuk dan terlindung dari paparan sinar matahari langsung, menggunakan
pemanas air untuk menghangatkan larutan secara perlahan, dan mendinginkan
larutan dengan menggunakan es.
4.2.5 Sumber-Sumber Kesalahan Yang Mungkin Terjadi Selama Praktikum
Permanganometri
Adapun sumber-sumber kesalahan yang mungkin terjadi selama praktikum
permanganometri, yaitu:
1. Jika percobaan dilakukan dalam durasi yang panjang, larutan KMnO4 pada
buret yang terpapar cahaya akan mengalami dekomposisi menjadi MnO2,
sehingga pada titik akhir titrasi akan terbentuk endapan coklat yang
semestinya merupakan larutan berwarna merah muda.
2. Penambahan KMnO4 secara terlalu cepat ke dalam larutan asam oksalat
(H2C2O4) yang sudah ditambahkan asam sulfat (H2SO4) dan dipanaskan
cenderung menyebabkan reaksi antara MnO4- dengan Mn2+.
3. Penambahan KMnO4 secara terlalu lambat ke dalam larutan seperti
H2C2O4 yang sudah ditambahkan H2SO4 dan dipanaskan mungkin
mengakibatkan kehilangan oksalat karena pembentukan hidrogen
peroksida yang kemudian terurai menjadi air.
Adapun cara meminimalkan kesalahan tersebut yaitu:
1. Lakukan titrasi dengan cepat untuk mengurangi paparan larutan KMnO4 t
erhadap cahaya. Alternatifnya, bungkus buret dengan aluminium foil atau
kertas hitam untuk melindungi larutan dari cahaya.
2. Tambahkan KMnO4 secara perlahan sambil hati-hati dan terus diaduk.
Pastikan titrasi dilakukan pada suhu yang tepat, antara 70oC dan 80oC,
serta pastikan penambahan H2SO4 dilakukan sebelum penambahan
KMnO4.
4.2.6 Dampak Yang Mungkin Terjadi Jika Kadar Besi Dalam Air Sumur
Melebihi Ambang Batas Yang Diizinkan
Jika kadar besi dalam air sumur melebihi ambang batas yang diizinkan,
dapat menimbulkan beberapa dampak negatif, antara lain akan berdampak pada
kesehatan jika terkonsumsi dalam jumlah berlebihan, besi dapat mengganggu
sistem pencernaan Selain itu, akan menimbulkan masalah kesehatan, seperti mual.
Jika kadar Fe dalam dosis besar maka akan merusak dinding usus, dan untuk
kadar Fe yang lebih dari 1mg/L akan menyebabkan terjadinya iritasi pada mata
dan juga kulit. Apabila kelarutan Fe dalam air melebihi 10 mg/L, maka akan
menyebabkan air berbau seperti telur busuk.
4.2.7 Metode Pengolahan Air Untuk Mengurangi Kadar Besi Yang Berleb
ihan
Ada 3 metode yang dapat digunakan untuk mengurangi kadar besi yang
berlebihan, yaitu:
1. Aerasi
Besi ion sering ditemukan dalam air alami yang memiliki kadar oksigen
rendah, seperti di air tanah dan daerah danau yang tidak teroksigenasi.
Konsentrasi besi (Fe) dalam air dapat diminimalkan melalui proses
oksidasi, yang dikenal sebagai aerasi, dimana udara dimasukkan ke dalam
air. Udara yang terlarut dalam air akan mengubah besi menjadi Fe(OH)3
yang bersifat tidak larut dalam air, kemudian endapan tersebut dapat
terakumulasi di dasar air.
2. Sedimentasi
Sedimentasi adalah proses dimana partikel-padat yang mengapung dalam
cairan akan mengendap akibat gaya gravitasi. Proses ini umumnya
digunakan dalam pengolahan air. Selama proses sedimentasi, partikel-
partikel tersebut tidak mengalami perubahan bentuk, ukuran, atau
kerapatan. Partikel-padat akan mengendap ketika gaya gravitasi melebihi
kekentalan dan gaya kelembapan dalam cairan.
3. Filtrasi
Filtrasi merupakan proses menyaring partikel-partikel dan juga kotoran
organik maupun anorganik yang terdapat dalam air. Penyaringan ini
memiliki peranan penting dalam proses pemurnian dan juga penjernihan air
untuk pemakaian sehari-hari. Biasanya media yang digunakan untuk
menyaring kotoran adalah kerikil dan pasir. Pasir lebih umum digunakan
karena keras, tahan lama dipakai, bebas dari kotoran, dan tidak larut dalam
air.

4.2.8 Metode Yang Digunakan Untuk Mengidentifikasi Mineral Dalam


Sampel Geologi
Ada enam metode yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi mineral
dalam sampel geologi, yaitu:
1. Uji nyala, metode sederhana dan cepat untuk mengidentifikasi mineral
berdasarkan warna nyala yang dihasilkan saat sampel mineral dipanaskan
dengan kawat nichrome di atas nyala api bunsen.
2. Uji asam, metode kimia yang digunakan untuk mengidentifikasi mineral
berdasarkan reaksinya dengan asam klorida (HCl) encer.
3. Uji Beilstein, metode kimia yang digunakan untuk mengidentifikasi
mineral yang mengandung silikon. Silikon adalah unsur yang paling umum
di kerak bumi dan terdapat dalam banyak mineral, termasuk silikat,
kelompok mineral yang paling umum.
4. Uji spektrum kimia, metode analitik yang digunakan untuk
mengidentifikasi mineral berdasarkan emisi sinar-X yang dihasilkan ketika
sampel mineral dibombardir dengan elektron.
5. Uji mikroskop petrografi, metode yang digunakan untuk mengidentifikasi
mineral dalam sampel batuan tipis dengan menggunakan mikroskop
petrografi.
6. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (HPLC), teknik analitik yang digunakan
untuk memisahkan dan mengidentifikasi mineral berdasarkan sifat
kimianya. Teknik ini sangat sensitif dan dapat digunakan untuk
mengidentifikasi mineral dalam jumlah yang sangat kecil.
4.2.9 Hasil Pengamatan Dan Identifikasi Mineral Yang Diperoleh Dalam
Praktikum
Adapun hasil dari pengamatan yang di lakukan pada sampel air sumur yang
di ambil di kelurahan Tamarunang, kecamatan Somba Opu, kab Gowa yang
kemudian sampel ini ditambahkan dengan larutan asam sulfat H 2SO4 dan
kemudian di homogenkan. campuran larutan tersebut tidak mengalami perubahan
warna, kemudian larutan tersebut dititrasi menggunkan kalium permanganat. Hasi
l titrasi yang didapatkan dari larutan kalium permanganat yang awalnya berwarna
ungu mengalami perubahan warna menjadi merah muda. Adapun mineral yang m
emiliki hubungan mengenai penentuan kadar sampel Fe2+ yaitu hematit yang mem
iliki komposisi kimia yaitu Fe2O3 dan magnetit memiliki komposisi kimia Fe3O4.
4.2.10 Kondisi Lingkungan Mineral Yang Diidentifikasi Dalam Percobaan
Berdasarkan pada data yang di jumpai di lapangan, daerah tersebut
memiliki kandungan besi yang mumpuni. Daerah tersebut di jumpai mineral yang
kaya akan unsur besi di antaranya hematit dan magnetit. Dimana kondisi lingkung
an dari mineral hematit terbentuk pada proses hidrotermal dan metamorfisme yait
u pada suhu 200°-700°C, mineral ini juga sering terbentuk pada kondisi tekanan re
ndah di lingkungan permukaan bumi, mineral hematit memiliki komposisi kimia
Fe2O3. Kondisi lingkungan dari mineral magnetit terbentuk pada proses hidroterm
al dan metamorfisme yaitu pada suhu 200°-600°C, mineral ini lebih sering terbent
uk pada kondisi tekanan rendah di lingkungan permukaan bumi, mineral hematit
memiliki komposisi kimia Fe2O3, magnetit memiliki komposisi kimia Fe3O4.
4.2.11 Manfaat Dari Analisis Kualitatif Mineral Dalam Eksplorasi Sumber
Daya Mineral Atau Studi Geologi
Analisis kualitatif kimia sangat bermanfaat dalam eksplorasi sumber daya
mineral dan studi geologi lainnya. Dengan analisis ini, dapat diidentifikasi jenis
mineral yang terdapat dalam sampel batuan atau sedimen. Tidak hanya itu,
analisis kimia juga berperan penting dalam pemetaan geologi. Dengan bantuan
analisis kualitatif mineral, para ahli geologi dapat menyusun peta geologi yang
menampilkan distribusi mineral dan batuan di suatu daerah. Selain itu, analisis
kualitatif mineral membantu dalam penentuan asal-usul batuan dan membantu
menemukan lokasi potensial untuk eksplorasi sumber daya mineral.
4.2.12 Hasil Analisis Kualitatif Mineral Dengan Geologi Regional Daerah
Tempat Sampel Diambil Dan Data Mineral Tentang Proses Geologi
Yang Terjadi Di Daerah Tersebut
Hasil analisis mineral menggunakan metode titrasi permanganometri,
seperti yang telah dilakukan dalam praktikum, memberikan wawasan penting
tentang proses geologi di Daerah Gowa atau wilayah lainnya. Dalam konteks
Daerah Gowa, data mineral dari praktikum tersebut dapat mengungkap informasi
tentang lingkungan geologi dan sejarah pembentukan wilayah tersebut.
Contohnya, keberadaan pirit dalam sampel air sumur bisa menandakan adanya
formasi geologi yang kaya akan mineral sulfida, seperti batuan endapan sedimen
atau formasi gunung berapi. Di sisi lain, dominasi marcasit dalam analisis mineral
bisa mengindikasikan lingkungan geologi yang berbeda, seperti keberadaan
endapan sedimen laut atau proses hidrotermal.
Dengan mempertimbangkan komposisi mineral dalam sampel air sumur
atau formasi batuan di Daerah Gowa, para geolog dapat mengembangkan model
tentang sejarah geologi wilayah tersebut, termasuk proses pengendapan,
deformasi tektonik, dan aktivitas magmatik masa lalu. Ini sangat penting untuk
memahami evolusi geologi Daerah Gowa serta potensi sumber daya alam dan
dampaknya pada lingkungan hidup.
4.3 Pembahasan Kualitatif

Praktikum ini bertujuan untuk menganalisis kadar besi (Fe) dalam sampel a
ir sumur. Adapun unsur Fe merupakan suatu unsur yang penting dalam batuan dan
mineral, keberadaannya dapat memengaruhi sifat fisik dan kimia dari suatu miner
al dan batuan. Hal ini dapat dilihat pada suatu batuan yang memiliki kandungan b
esi (Fe) yang tinggi dimana batuan tersebut akan lebih keras dan padat, dibanding
kan dengan batuan yang mengandung unsur Fe yang lebih sedikit.
Metode titrasi permanganometri dapat digunakan dalam bidang geologi
untuk analisis mineral menggunakan larutan kalium permanganat. Kalium
permanganat (KMnO₄) digunakan untuk mengidentifikasi mineral berdasarkan
komposisi kimia suatu mineral. Contoh dari penerapan titrasi Permanganometri
ini yaitu larutan KMnO₄ dapat digunakan untuk membedakan antara mineral pirit
dan marcasit. Pirit (FeS₂) adalah mineral sulfida yang berwarna kuning keemasan
dengan kilap logam. Pirit memiliki laju reaksi yang lambat apabila direaksikan de
ngan larutan kalium permanganat (KMnO₄). Ketika sampel pirit dicampur dengan
kalium permanganat (KMnO₄), larutan akan berubah warna menjadi ungu perlaha
n-lahan. Sedangkan, Marcasit (FeS₂) adalah mineral sulfida yang berwarna kunin
g kecoklatan dengan kilap logam. Marcasit memiliki laju reaksi yang lebih cepat k
alium permanganat (KMnO₄) dibandingkan pirit. Ketika sampel marcasit dicamp
ur dengan kalium permanganat (KMnO₄), larutan akan berubah warna menjadi un
gu dengan cepat. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan laju reaksi antara pirit dan
marcasit yang disebabkan oleh perbedaan struktur kristalnya. Pirit memiliki strukt
ur kristal kubus yang lebih stabil dibandingkan marcasit yang memiliki struktur kr
istal ortorombik. Struktur kristal yang lebih stabil membuat pirit lebih sulit untuk
bereaksi dengan larutan kalium permanganat (KMnO₄).
Dapat disimpulkan dari pengamatan tersebut bahwa titrasi permanganometr
i adalah metode yang efektif untuk membedakan mineral pirit dan juga mineral m
arcasit berdasarkan laju reaksinya dengan larutan kalium permanganat (KMnO 4).
Perbedaan laju reaksi ini disebabkan karena perbedaan struktur kristal dari pirit ya
ng cenderung lebih stabil dibandingkan marcasit yang memiliki struktur kristal ort
orombik.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan

1. Permanganometri merupakan salah satu metode titrasi yang dilakukan


berdasarkan reaksi oleh kalium permanganat (KMnO4). Permanganometri
dapat digunakan untuk menganalisis kadar besi dalam air sumur. Dalam
titrasi permanganometri, larutan standar kalium permang`anat (KMnO ₄)
ditambahkan ke dalam larutan sampel air sumur yang mengandung ion
Fe²⁺. Ion permanganat (MnO₄⁻) berwarna ungu, dan akan bereaksi
dengan ion Fe²⁺ menghasilkan ion besi (III) (Fe³⁺) dan ion mangan (II)
(Mn²⁺). Reaksi ini berlangsung sampai semua ion Fe²⁺ dalam larutan
sampel bereaksi dengan ion permanganat. Titik akhir titrasi ditandai dengan
perubahan warna larutan dari ungu menjadi tidak berwarna.
2. Berdasarkan hasil titrasi permanganometri kualitas air yang digunakan saat
di homogenkan mengalami perubahan warna yang berarti terjadi reaksi
oksidasi yang menunjukkan adanya senyawa yang di oksidasi. Namun
untuk menilai kualitas air secara menyeluruh, kita harus memeriksa lebih
banyak parameter.
3. Permanganometri dapat digunakan dalam analisis statistik untuk mengolah
data geologi struktur. Metode ini memungkinkan pengujian hipotesis secara
obyektif dan mengukur ketidakpastian dalam interpretasi geologi struktur.
3.2 Saran

3.2.1 Saran Laboratorium


1. Menyediakan tempat untuk praktikkan menaruh tas
2. Menambah larutan lebih banyak di meja praktikum
3. Menyediakan tempat sampah.
3.2.2 Saran Asisten
1. Lebih berinteraksi dengan praktikkan
2. Lebih memperhatikan praktikkan
3. Memberi kuis penambah nilai pada saat asistensi.

DAFTAR PUSTAKA
Day, R. A., & Underwood, A. L. (1986). Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta:
Erlangga.
Vogel, A. I. (1989). Analisis Kimia Kuantitatif Anorganik. Jakarta: PT Kalma
n Media Pustaka.
Harris, D. C. (2007). Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.

LAMPIRAN
Standarisasi Larutan KMnO4

1. Buret 50 mL diisi dengan larutan kalium permanganat (KMnO4).

2. Larutan asam oksalat (H C O ) dimasukkan ke dalam gelas kimia sebanyak


2 2 4

10 mL kemudian ditambahkan dengan asam sulfat (H2SO ) sebanyak 5


4

mL. Larutan tersebut kemudian di panaskan hingga mencapai suhu 65ºC.

3. Dalam keadaan panas, larutan H C O kemudian dititrasi dengan larutan


2 2 4

KMnO sebanyak 3 tetes kemudian dihomogenkan. Perlahan larutan akan


4

berubah warna menjadi bening kembali.


4. Titrasi I : Larutan berwarna merah muda lalu perlahan menjadi bening

5. Titrasi II : Larutan berwarna merah muda lalu perlahan menjadi bening

6. Titrasi III : Larutan berwarna merah muda lalu perlahan menjadi bening
Penentuan Kadar Sampel Fe2+

1. Ambil sampel menggunakan pipet volume 25 mL kemudian dimasukkan


kedalam labu erlenmeyer

2. Tambahkan larutan asam sulfat (H 2SO4) menggunakan pipet volume 5 mL


kedalam labu erlenmeyer

3. Buret 50 mL diisi dengan larutan kalium permanganat (KMnO4)


4. Lalu titrasi sampel yang telah di campur dengan larutan asam sulfat
(H2SO4) menggunakan larutan kalium permanganat (KMnO4)

5. Kemudian homogenkan sampel hingga berubah warna menjadi merah


muda

6. Titrasi I : Larutan berwarna merah muda lalu perlahan menjadi bening


7. Titrasi II: Larutan berwarna merah muda lalu perlahan menjadi bening

8. Titrasi III : Larutan berwarna merah muda lalu perlahan menjadi bening

Anda mungkin juga menyukai