Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK

ACARA III PERMANGANOMETRI

LAPORAN PRAKTIKUM
Disusun sebagai laporan dalam pelaksanaan mata kuliah
Kimia Analitik (23D06110502)

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Adi Tonggiroh, S.T., M.T., IPM.
Dr. Ulva Ria Irfan, S.T., M.T

Asisten:
Nama Asisten: Karina Ayu Az Zahra NIM: D061211043

Disusun Oleh:
Kelompok 11
Nama Praktikan: Izhaq Suhardi NIM: D061231044

DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
GOWA
2024
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kimia analitik adalah sebuah cabang ilmu dari kimia yang mempelajari ko
mposisi dan struktur materi dengan cara analisis kimia. Ilmu ini membantu kita m
emahami apa yang terkandung dalam suatu zat dan bagaimana zat tersebut tersusu
n. Kimia analitik terbagi menjadi dua cabang utama, yaitu analisis kualitatif dan k
uantitatif. Kimia analitik dapat berupa kimia analitik kualitatif dan kuantitatif.
Kimia analitik kualitatif mempelajari tentang identitas suatu bahan kimia yang ada
di dalam sampel atau terfokus pada pengidentifikasian unsur, ion, atau senyawa
dalam sampel. Sedangkan kimia analisik kuantitatif berkaitan dengan jumlah
suatu komponen bahan dalam sampel. Bahan yang ditentukan disebut analit
(konstituen yang diinginkan). Sedangkan jumlah banyaknya suatu zat tertentu
dalam sampel dapat dinyatakan dalam bentuk kadar atau konsentrasi, seperti
molar, persen berat, gram per liter, normal, atau ppm.
Permanganometri adalah cabang ilmu kimia analitik yang berfokus pada
analisis kuantitatif dengan memanfaatkan larutan kalium permanganat (KMnO ₄).
KMnO₄ bertindak sebagai zat pengoksidasi kuat berwarna ungu yang bereaksi
dengan berbagai senyawa. Prinsipnya terletak pada titrasi, di mana larutan
KMnO₄ dengan konsentrasi terukur ditambahkan ke sampel, menghasilkan
perubahan warna yang diamati. Dalam penggunaannya Metode analisis
Permanganometri dapat digunakan untuk menentukan kadar besi (Fe) dalam air.
Prinsipnya adalah dengan mengoksidasi Fe(II) dalam air sampel dengan KMnO ₄,
menghasilkan perubahan warna dari ungu (KMnO₄) menjadi tidak berwarna
(Mn²₄). Jumlah KMnO₄yang digunakan untuk mencapai titik ekivalen sebanding
dengan kadar Fe (II) dalam sampel.
Oleh karna itu diadakanlah Praktikum kimia analitik metode titrasi
permanganometri agar praktikkan dapat mengetahui metode titrasi
permanganometri dan hubungannya dalam bidang geologi, Selain itu tujaun utama
di lakukannya praktikum metode titrasi permanganometri ini untuk mengetahui
kandungan besi (Fe) pada sampel air sumur yang terdapat pada daerah Kelurahan
Tamarunang, Kecamatan Somba opu, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi
Selatan.
1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dilakukannya praktikum permanganometri ini adalah untuk


mengetahui metode titrasi permanganometri dan hubungannya dalam bidang
geologi.
Adapun tujuan dari dilaksanakannya praktikum ini ialah:
1. Praktikan dapat menganalisis kadar besi dalam sampel.
2. Praktikan dapat menganalisis kualitas air sumur berdasarkan hasil titrasi
permanganometri.
3. Praktikan dapat menganalisis secara kualitatif hubungan permanganometri
dalam aplikasinya di bidang geologi.
BAB II
TEORI DASAR

2.1 Definisi Permanganometri

Secara bahasa Permanganometri berasal dari dua kata yaitu Permanganat


yang berarti Senyawa kimia yang mengandung ion permanganat (MnO₄⁻) dan
metri yang berarti pengukuran. Sedangkan menurut istilah Permanganometri
adalah cabang ilmu kimsia analitik yang berfokus pada analisis kuantitatif dengan
memanfaatkan larutan kalium permanganat (KMnO₄). KMnO₄ bertindak sebagai
zat pengoksidasi kuat berwarna ungu yang bereaksi dengan berbagai senyawa.
Prinsipnya terletak pada titrasi, di mana larutan KMnO₄ dengan konsentrasi
terukur ditambahkan ke sampel, menghasilkan perubahan warna yang diamati
(Day dan Underwood, 1986).
Permanganometri memungkinkan penentuan kadar zat pereduksi (besi(II),
sulfur dioksida), zat pengoksidasi (klorin, hidrogen peroksida), dan senyawa
organik (glukosa, asam suksinat) (Day dan Underwood, 1986).
Dalam pendapat lain, Menurut (Vogel, 1989) Permanganometri adalah
metode titrasi yang didasarkan pada reaksi redoks antara kalium permanganat
(KMnO₄) sebagai zat pengoksidasi dan zat yang ingin dianalisis (zat pereduksi).
KMnO₄ berwarna ungu dalam suasana asam, dan pada titik ekivalen, warnanya
berubah menjadi tidak berwarna (Mn²⁺).
2.2 Prinsip Titrasi Permanganometri

Menurut (Harris,2007) Titrasi permanganometri merupakan suatu metode


titrasi reaksi oksidasi dengan menggunakan kalium permanganat ( KMnO 4)
sebagai oksidator. KMnO₄ merupakan oksidator kuat yang berwarna ungu dalam
larutan asam. Ketika KMnO₄ direduksi, warnanya berubah menjadi tidak
berwarna. Metode permanganometri ini didasarkan pada reaksi reduksi pada ion
permanganat dan oksidasi pada senyawa pereduktor dalam hal ini yaitu analit atau
sample. pada Reaksi oksidasi dan reduksi kalium permanganat dapat berlangsung
pada beberapa suasana diantaranya yaitu suasana asam ,basa dan netral. Berikut
ini reaksi kalium permanganat dalam suasana asam , basa dan netral.
1. Reaksi reduksi ion MnO4- dalam suasana asam
Dalam larutan asam, ion permanganat(VII) akan tereduksi sehingga tidakk
berwarna dan bilangan oksidasinya menjadi +2 (ion mangan(II) (Mn2+)).
MnO4- + 8 H+ + 5 e- Mn2+ + 4 H2O

2. Reaksi reduksi ion MnO4- dalam suasana netral


Dalam larutan netral, ion permanganat(VII) ini akan tereduksi sehingga bi
langan oksidasinya menjadi +4, larutan akan berwarna coklat (mangan dioksida
MnO2).
MnO4- + 4 H+ + 3e- MnO2 + 2 H2O

3. Reaksi reduksi ion MnO4- dalam suasana basa


Dalam larutan basa kuat, ion permanganat(VII) akan tereduksi, warnanya
menjadi coklat , dengan bilangan oksidasi +6 (manganat MnO42−).
MnO4- + e- MnO42-

Dalam melakukan titrasi permanganometri , Reaksi reduksi ion MnO 4-


dengan menggunakan suasana basa dan netral ion MnO 4- , ion MnO4- dapat
tereduksi menjadi ion MnO2 yang mengendap membentuk warna kecoklatan dan
dapat mengaburkan titik akhir titrasi . Dalam suasana asam ion MnO 4- dapat
direduksi menjadi ion Mn2+ dan warna larutan mulai memudar ketika ion MnO 4-
tereduksi menjadi Mn2+ dalam suasana asam . Mn2+ yang terbentuk merupakan
otokatalisator yaitu katalisator dalam suatu reaksi terbentuk karena reaksi itu
sendiri yang dapat mempercepat berlangsungnya suatu reaksi . Reaksi oksidasi
dan reduksi menggunakan kalium permanganat berlangsung sangat lambat pada
suhu kamarSuhu optimal dalam melakukan titrasi menggunakan kalium
permanganat yaitu 60 - 70 derajat celcius karena reaksi dapat berlangsung cepat
ketika pada suhu 60 - 70 derajat celcius. Ketika reaksi berlangsung pada suhu
dibawah 60 derajat celcius , reaksi berlangusng lambat sehingga dapat mengubah
MnO4- menjadi MnO2 sehingga dapat membentuk endapat coklat sehingga titik
akhir titrasi sangat sulit diamati .Oleh karena Reaksi redoks titrasi
permanganometri sangat efektif dalam suasana asam karena daya oksidasi ion
MnO4- sangat kuat untuk mengoksidasi MnO4- menjadi Mn2+ dibandingkan dengan
reaksi oksidasi dan reduksi dalam suasana basa dan netral (Harris,2007)

Menurut (Harris,2007) Titrasi dengan menggunakan kalium permanganat


dapat dilakukan secara langsung dengan cara langsung atas analat yang dapat
dioksidasi seperti Fe+, asam atau garam oksalat yang dapat larut dan sebagainya
dan juga terdapat beberapa ion logam yang tidak dioksidasi dapat ditirasi secara
tidak langsung dengan permanganometri seperti:
2. Ion-ion Ca2+, Ba2+, Sr2+, Pb2+, Zn2+, dan Hg2+ yang dapat diendapkan sebagai
oksalat. Setelah endapan disaring dan dicuci, dilarutkan dalam H2SO4 berlebih seh
ingga terbentuk asam oksalat secara kuantitatif. Asam oksalat inilah yang akhirny
a dititrasi dan hasil titrasi dapat dihitung banyaknya ion logam yang bersangkutan.
3. Ion-ion Ba2+ dan Pb2+ dapat pula diendapkan sebagai garam kromat. Setelah
disaring, dicuci, dan dilarutkan dengan asam, ditambahkan pula larutan baku FeS
O4 berlebih. Sebagian Fe2+ dioksidasi oleh kromat tersebut dan sisanya dapat diten
tukan banyaknya dengan menitrasinya dengan KMnO4.
Terdapat dua metode untuk melakukan titrasi permanganometri yaitu
dengan metode yang disarankan oleh Mc.Bride dengan seluruh titrasi berlangsung
pada suhu yang lebih tinggi dengan pengadukan yang kuat dan yang disarankan
oleh Fowler and Bright , ion permanganat ditambahkan secara cepat ke dalam
larutan yang diasamkan pada suhu ruangan , setelah reaksi selesai larutan hasil
titrasi dipanaskan pada suhu 60 derajat celcius dan titrasi selesai pada suhu ini .
Kelebihan prosedur ini adalah mengurangi kesalahan titrasi akibat kelebihan suhu
yang mempengaruhi asam oksalat untuk cepat terurai (Harris,2007).

2.3 Sifat - Sifat Kalium Permanganat

Kalium permanganat digunakan sebagai agen pereduksi karena sifat kalium


permanganat sebagai oksidator yang sangat kuat karena ion permanganat memiliki
bilangan oksidasi 7 sehingga dapat digolongkan sebagai oksidator kuat . Kalium
permanganat mudah untuk diperoleh , tidak mahal , serta sifatnya sebagai auto
indikator , ketika ion Mn2+ seluruhnya telah bereaksi dengan titrat maka kelebihan
MnO4- yang akan berwarna pink kemerahan akan menunjukan titik akhir titrasi
dari titrasi permanganometri (Day and Underwood,1996). Permanganat dapat
melakukan berbagai reaksi kimia karena mangan dapat berubah bilangan oksidasi
menjadi +2 , +3 , +4 , +6 dan +7 , bilangan oksidasi +5 dari ion mangan tidak
stabil . Ion Permanganat dapat bereaksi secara cepat dengan agen pereduksi tetapi
ion permanganat dapat bereaksi secara cepat membutuhkan pemanasan atau
penggunaan katalis untuk mempercepat reaksi (Harris,2007).
Dalam pembuatan larutan KMnO4 harus dilakukan dengan tindakan khusus
. Padatan KMnO4 tidak murni mengandung 100 % KMnO 4 sehingga diperlukan
pelarutan dalam air dan pemanasan untuk dapat melarutkan MnO 2 sehingga
kandungan MnO2 dalam larutan KMnO4 berkurang . Pemanasan larutan juga
bertujuan untuk menghancurkan substansi - substansi yang dapat direduksi dan
penyaringan melalui asbestos atau gelas yang di sinter ( filter - filter pereduksi ) .
Pembuatan larutan KMnO4 perlu standarisasi , kemudian simpan dalam tempat
yang gelap dan tidak diasamkan agar tidak mudah teroksidasi menjadi MnO 2 dan
konsentrasi tidak banyak berubah selama penyimpanan . ( Day and Underwood ,
1996)

Gambar 2.1 Struktur Ion Permanganat

2.4 Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Titrasi Permanganometri

Menurut (Day and Underwood,1996) Dalam melakukan kegiatan titrasi


permanganometri terdapat beberapa faktor - faktor yang dapat mempengaruhi
kegagalan dalam melakukan titrasi sebagai berikut :

1. Larutan KMnO4 pada buret.


Sinar matahari akan mempengaruhi larutan KMnO4 pada buret . Jika titrasi
dilakukan dalam keadaan lama dan dengan kondisi terkena sinar matahari
maka KMnO4 akan terurai menjadi MnO2 sehingga pada akhir titrasi
terbentuk endapan berwarna coklat yang membuat titik akhir titrasi tidak
dapat terlihat karena sifat KMnO4 yang tidak stabil mudah melakukan
soksidasi jika terkena sinar matahari dan zat - zat organik lain .
2. Penambahan KMnO4 yang terlalu cepat pada saat pembakuan larutan
antara larutan H2C2O4 dengan larutan KMnO4.
Penambahan kalium permanganat yang terlalu cepat pada larutan asam
oksalat yang telah ditambahkan asam sulfat dan telah dipanaskan cender
ung menyebabkan ion permanganat MnO4- bereaksi dengan ion Mn2+. Reaksi
antara ion MnO4- dengan ion Mn2+ sebagai berikut:
MnO4- + 3Mn2+ + 2H2O ↔ 5MnO2 + 4H+.
3. Penambahan KMnO4 yang terlalu lambat pada saat pembakuan larutan
antara larutan H2C2O4 dengan larutan KMnO4.
Penambahan KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan H2C2O4 yang telah
ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan mungkin akan terjadi
penguraian H2C2O4 menjadi H2O dan CO2. karena suhu mempengaruhi
larutan H2C2O4 untuk terurai . Semakin tinggi suhu , larutan asam oksalat
semakin mudah terurai.

BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum acara ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 Alat Praktikum
No Alat Satuan Keterangan
1. Buret 2 buah 50 mL
2. Erlenmeyer 2 buah 250 mL
3. Pipet volume 2 buah 5 mL
4. Neraca analitik 1 buah -
5. Bulb 1 buah -
6. Gelas piala 2 buah 250 mL
7. Pipet tetes 1 buah -
8. Labu semprot 1 buah -
9. Corong 2 buah -
10. Statif dan klem 2 buah -

Sedangkan untuk bahan praktikum adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2 Bahan Praktikum


No Bahan Satuan Keterangan
1. Aquades 300 mL
2. Asam oksalat (H2C2O4) 10 mL
3. Kalium permanganat (KMnO4) 10 mL
4. Asam sulfat (H2SO4) 5 mL
5. Air sumur
3.2 Langkah Kerja

3.2.1 Standarisasi Larutan KMnO4

Tabel 3.3 Langkah Kerja Praktikum


Hasil Pengamata
Aktivitas
n
Buret 50 mL diisi dengan larutan kalium permanganat
50 mL
(KMnO4)
Larutan asam oksalat (H2C2O4) dimasukkan ke dalam gelas ki
mia sebanyak 10 mL kemudian ditambahkan dengan asam su 15 mL
lfat (H2SO4) sebanyak 5 mL
Tidak mengalami
Larutan tersebut kemudian di panaskan hingga mencapai suh
perubahan warna
u 65ºC
(bening)
Larutan H2C2O4 yang telah dipanaskan kemudian dimasukkan
10 mL
ke dalam erlenmeyer sebanyak 10 mL
Dalam keadaan panas, larutan H2C2O4 kemudian diteteskan de
Berwarna merah
ngan larutan KMnO4 sebanyak 3 tetes kemudian dihomogenk
muda
an
Perlahan larutan akan berubah warna menjadi bening kembal Berubah warna me
i njadi bening
Prosedur tersebut di ulangi sebanyak 2 kali

3.2.2 Penentuan Kadar Sampel Fe2+

Tabel 3.4 Langkah Kerja Praktikum Penentuan Kadar Sampel Fe2+


Aktivitas Hasil Pengamatan
Ambil sampel meggunakan pipet volume 25 mL kemud Larutan berwarna bening
ian dimasukkan kedalam labu erlenmeyer
Tambahkan larutan asam sulfat (H2SO4) menggunakan Larutan tidak mengalami
pipet volume 5 mL kedalam labu erlenmeyer perubahan warna (benin
g)
Buret 50 mL diisi dengan larutan kalium permanganat Larutan berwarna ungu
(KMnO4)
Lalu titrasi sampel yang telah di campur dengan larutan Larutan mulai mengalami
asam sulfat (H2SO4) menggunakan larutan kalium perm perubahan warna
anganat (KMnO4)
Kemudian homogenkan sampel hingga berubah warna Larutan mengalami perub
menjadi merah muda ahan warna menjadi warn
a merah muda
Prosedur tersebut diulang sebanyak 2 kali
BAB IV
HASIL DAN ANALISIS

4.1 Hasil

4.1.1 Standarisasi Larutan KMnO4

Tabel 4.1 Hasil Praktikum Standarisasi Larutan KMnO4


No. Perlakuan Hasil Pengamatan
Sebanyak 10 mL larutan asam oksalat (H 2C2
1. O4) ditambahkan dengan asam sulfat (H2SO Tidak berwarna
4) sebanyak 5 mL
2. Larutan dipanaskan hingga suhu 65ºC Tidak berwarna
Sebanyak 10 mL larutan yang telah mencapa
3. i suhu 65ºC ditambahakan dengan H2C2O4 seb Tidak berwarna
anyak 5 mL
Titrasi I : Larutan berwar
na merah muda lalu perl
ahan menjadi bening
Titrasi II: Larutan berwa
Dalam keadaan panas, larutan dititrasi denga
4. rna merah muda lalu perl
n KMnO4 sebanyak 3 tetes
ahan menjadi bening
Titrasi III : Larutan berw
arna merah muda lalu pe
rlahan menjadi bening

4.1.2 Penentuan Kadar Sampel Fe2+

Tabel 4.2 Hasil Praktikum Penentuan Kadar Sampel Fe2+


No. Perlakuan Hasil Pengamatan
Sebanyak 25 mL sampel air sumur ditambah
1. akan dengan larutan asam sulfat (H 2SO4) seb Tidak berwarna
anyak 5 mL
Larutan kemudian dititrasi menggunakan K Berubah warna menjadi
2.
MnO4 merah muda

4.2 Analisis

1. Reaksi oksidasi-reduksi yang terjadi antara besi (II) dengan kalium perman
ganat dalam suasana asam adalah sebagai berikut:
a. Reaksi Oksidasi
5Fe2+ + MnO4− + 8H+ → 5Fe3+ + Mn2+ + 4H2O
b. Reaksi Reduksi
MnO4− + 5Fe2+ + 8H+ → Mn2+ + 5Fe3+ + 4H2O
2. Kadar sampel besi pada percobaan I dan II

V KMnO4- N KMnO4- BE Fe2+


[1] % Fe2+ = ×100%
mL sampel

0,3 × 0,3125 × 28
2+
[1] % Fe = ×100%
10

2,625
2+
[1] % Fe = ×100%
10
= 26,25 %

V KMnO4- N KMnO4- BE Fe2+


2+
[2] % Fe = ×100%
mL sampel
0,1 × 0,3125 × 28
[1] % Fe2+ = ×100%
10

0,875
2+
[1] % Fe = ×100%
10
= 8,75%
3. Reaksi permanganometri umumnya melibatkan penggunaan kalium
permanganat (KMnO4) sebagai oksidator. Dalam suasana asam, ion
permanganat (MnO4-) mengalami reaksi reduksi menjadi ion mangan(II)
(Mn2+) dengan persamaan reaksi:
MnO4- + 8H+ + 5e- → Mn2+ + 4H2O
Dalam suasana basa, ion permanganat (MnO4-) mengalami reaksi reduksi
menjadi ion manganat (MnO42-) dengan persamaan reaksi:
MnO4- + e- → MnO42-
Oleh karena itu, pH larutan harus dikendalikan sesuai dengan reaksi yang
diinginkan. Dalam titrasi permanganometri, reaksi yang diinginkan biasany
a adalah reaksi dalam suasana asam. Pada pH asam (biasanya kurang dari 7),
ion H+ tersedia dalam jumlah yang cukup untuk menggerakkan reaksi reduksi
MnO4- menjadi Mn2+. Titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna dar
i ungu menjadi tidak berwarna. Pada pH basa (lebih besar dari 7), tidak ada cukup
ion H+ untuk memungkinkan reaksi reduksi MnO4- menjadi Mn2+
Dalam kondisi ini, reaksi reduksi menjadi reaksi pembentukan MnO42- yang
memiliki warna hijau. Oleh karena itu, titik akhir titrasi akan sulit diamati karen
a tidak ada perubahan warna yang signifikan.
Untuk memastikan reaksi permanganometri berlangsung dengan baik, pH
larutan harus diatur pada kisaran asam, biasanya dengan penambahan asam
seperti asam sulfat atau asam klorida. Hal ini memungkinkan reaksi reduksi
MnO4- menjadi Mn2+ terjadi dengan baik dan menghasilkan perubahan
warna yang jelas pada titik akhir titrasi.
Dengan demikian, pengendalian pH larutan sangat penting dalam titrasi
permanganometri untuk memastikan reaksi redoks yang diinginkan terjadi
dan memungkinkan penentuan titik akhir titrasi dengan akurat.
4. Ada beberapa cara untuk menjaga pH larutan agar reaksi dapat berlangsung
dengan baik:
1. Gunakan Larutan Penyangga (Buffer Solution)
Larutan penyangga adalah larutan yang dapat mempertahanka
n pHnya meskipun ditambahkan sedikit asam atau basa. Cara kerja
larutan penyangga adalah dengan menetralkan asam atau basa yang
ditambahkan, sehingga pH larutan tidak berubah drastis. Contoh lar
utan penyangga yang umum digunakan adalah Asam asetat (CH3C
OOH) dan natrium asetat (CH3COONa)
2. Menambahkan Asam atau Basa
Jika pH larutan terlalu tinggi (basa), maka ditambahkan asam
untuk menurunkan pH. Jika pH larutan terlalu rendah (asam), maka
ditambahkan basa untuk menaikkan pH.
3. Mengontrol Suhu
Suhu dapat mempengaruhi pH larutan. Pada umumnya, sema
kin tinggi suhu, semakin tinggi pula pH larutan. Oleh karena itu, pe
nting untuk mengontrol suhu larutan agar pHnya tidak berubah dra
stis.
4. Menyimpan Larutan dengan Benar
Larutan harus disimpan dalam wadah yang tertutup rapat unt
uk mencegah kontaminasi dari udara dan zat lain.
5. Kesalahan dalam praktikum permanganometri dapat terjadi dari beberapa
sumber, antara lain :
1. Kesalahan pada Larutan Baku KMnO4
Kesalahan pada larutan baku KMnO4 dapat berupa konsentrasi
larutan yang tidak akurat dan larutan KMnO4 yang terurai.
2. Kesalahan pada pengukuran volume
Kesalahan pada pengukuran volume meliputi kesalahan dala
m pembacaan buret dan kesalahan pipet
3. Kesalahan pada Teknik titrasi
Kesalahan pada teknik titrasi dapat berupa penambahan KMn
O4 yang terlalu cepat, pengadukan yang tidak merata, dan titik akh
ir titrasi yang tidak tepat
4. Kesalahan dalam perhitungan
Adapun cara menimalisirkan kesalahan dalam praktikum
antara lain:
1. Lakukan praktikum dengan cermat dan teliti.
2. Ikuti petunjuk praktikum dengan seksama.
3. Gunakan peralatan dan bahan yang berkualitas baik.
4. Menyimpan bahan baku KMnO4 ditempat yang tertutup dan gelap
agar tidak terurai
5. Lakukan standarisasi larutan baku secara berkala.
6. Lakukan perhitungan dengan cermat dan teliti.
6. Jika kadar besi dalam air sumur melebihi ambang batas yang diizinkan, da
pat menimbulkan beberapa dampak negatif, antara lain:
1. Dampak kesehatan:
Jika terkonsumsi dalam jumlah berlebihan, besi dapat mengg
anggu sistem pencernaan, menyebabkan sembelit, diare, atau sakit
perut. Pada bayi dan anak-anak, asupan besi yang berlebihan dapat
menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Pada ora
ng dewasa, konsumsi besi berlebihan dalam jangka panjang dapat
meningkatkan risiko penyakit hati, jantung, diabetes, dan kanker.
2. Dampak estetika:
Air dengan kandungan besi yang tinggi dapat menimbulkan
warna kekuningan, kemerahan, atau cokelat yang tidak menarik. D
apat menyebabkan noda pada pakaian, perlengkapan rumah tangga,
dan peralatan dapur. Serta memberi rasa yang tidak enak pada air
minum.
3. Dampak pada sistem perpipaan dan peralatan:
Besi dapat mengendap dan menyumbat pipa, keran, dan peral
atan lainnya yang menggunakan air. Dapat menyebabkan korosi pa
da pipa logam, sehingga mempersingkat umur pemakaian. Juga da
pat merusak mesin cuci, pemanas air, dan peralatan lain yang meng
gunakan air.
4. Dampak lingkungan:
Jika air dengan kandungan besi yang tinggi dibuang ke lingku
ngan, dapat mengganggu kehidupan akuatik seperti ikan dan tumbu
han air. Dapat pula menyebabkan pencemaran pada tanah dan air p
ermukaan.
Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan pengolahan air sumur sep
erti penyaringan, pelunakan air, oksidasi, atau sistem penghilangan besi kh
usus sebelum air digunakan untuk konsumsi atau keperluan rumah tangga l
ainnya.
7. Ada beberapa metode pengolahan air yang dapat digunakan untuk mengur
angi kadar besi yang berlebihan dalam air sumur atau sumber air lainnya:
1. Aerasi dan filtrasi
Proses aerasi melibatkan pengontrakan air dengan udara, yan
g mengoksidasi besi terlarut menjadi bentuk partikulat besi (Fe3+).
Setelah itu, partikel besi dapat dipisahkan dari air menggunakan filt
er pasir, multimedia, atau filter membran.
2. Oksidasi kimiawi
Oksidan kimiawi seperti klorin, ozon, atau kalium permangan
at ditambahkan ke air untuk mengoksidasi besi terlarut menjadi par
tikulat besi yang tak terlarut. Partikel besi kemudian dipisahkan de
ngan filtrasi atau pengendapan.

3. Pelunakan air
Pelunakan air menggunakan resin penukar ion dapat menghil
angkan besi terlarut dengan menukar ion besi dengan ion natrium a
tau kalium. Metode ini efektif untuk menghilangkan besi dan kesad
ahan air secara bersamaan.
4. Adsorpsi dengan media mangan
Media mangan zeolit, mangan oksida, atau mangan teroksida
si lainnya dapat digunakan untuk mengadsorpsi dan menghilangka
n besi terlarut dari air. Media mangan harus diregenerasi secara ber
kala untuk memulihkan kapasitas adsorpsinya.
5. Reverse Osmosis (RO)
Membran RO dapat menghilangkan sebagian besar besi terlar
ut dan kontaminan lainnya dari air. Proses ini membutuhkan tekana
n tinggi dan pembuangan air limbah (air reject) yang signifikan.
Pemilihan metode pengolahan air yang tepat bergantung pada kons
entrasi besi, jenis besi (terlarut atau partikulat), serta parameter air lainnya
seperti pH, alkalinitas, dan keberadaan kontaminan lain. Kombinasi bebera
pa metode seringkali diperlukan untuk mencapai hasil yang optimal dalam
menghilangkan besi dari air.

8. Ada beberapa metode yang digunakan untuk mengidentifikasi mineral dala


m sampel geologi, antara lain:
a. Metode uji nyala
Metode uji nyala adalah salah satu teknik yang digunakan unt
uk mengidentifikasi beberapa jenis mineral atau unsur kimia denga
n memanfaatkan warna nyala yang dihasilkan saat sampel dipanask
an pada nyala api. Prosedur uji nyala adalah sebagai berikut:
1. Persiapan Sampel
- Sampel mineral atau senyawa digerus menjadi serbuk halus.
- Sebagian kecil serbuk diambil, biasanya dengan menggunaka
n kawat platina atau nikel-krom yang dibengkokkan pada uju
ngnya.
2. Pemanasan pada Nyala Api
- Serbuk sampel pada kawat dimasukkan ke dalam nyala api, b
iasanya nyala oksidasi (bagian luar) dari nyala Bunsen atau n
yala gas propana/asetilena.
- Sampel harus berada pada bagian nyala yang paling panas unt
uk menghasilkan warna nyala yang optimal.
3. Pengamatan Warna Nyala
- Saat sampel terpanaskan, beberapa unsur akan menge
misikan cahaya dengan warna yang khas.
- Warna nyala yang dihasilkan diamati dan dicatat.
4. Interpretasi Warna Nyala
- Warna nyala tertentu dapat mengindikasikan keberadaan unsu
r atau senyawa tertentu dalam sampel.
- Misalnya, warna kuning-jingga mengindikasikan adanya natri
um, merah tua untuk lithium, hijau untuk tembaga, dll.
- Tabel atau bagan warna nyala digunakan sebagai acuan untuk
mengidentifikasi unsur yang ada.
Uji nyala merupakan metode sederhana dan cepat untuk ident
ifikasi mineral atau senyawa anorganik, tetapi memiliki keterbatasa
n dalam sensitivitas dan selektivitasnya, terutama untuk sampel ko
mpleks.
b. Uji asam
Uji asam adalah metode sederhana yang digunakan untuk me
ngidentifikasi mineral karbonat dalam sampel geologi dengan men
gamati reaksi antara sampel dengan asam kuat, biasanya asam klori
da (HCl).
Prosedur uji asam adalah sebagai berikut:

1. Persiapan Sampel
- Ambil sedikit sampel mineral atau batuan dalam bentuk serbuk ata
u fragmen kecil.
- Letakkan sampel di atas permukaan yang tidak bereaksi dengan asa
m, seperti piring keramik atau plastik.
2. Penambahan Asam
- Teteskan beberapa tetes asam klorida (HCl) encer, biasanya dengan
konsentrasi 10-15%, ke atas sampel.
- Hati-hati saat menangani asam kuat dan gunakan alat pelindung dir
i yang sesuai.
3. Pengamatan Reaksi
- Jika sampel mengandung mineral karbonat seperti kalsit (CaCO3),
dolomit (CaMg(CO3)2), atau siderit (FeCO3), akan terjadi pembentukan
gelembung gas karbon dioksida (CO2).
- Reaksi ini dapat diamati secara visual atau dengan mendengarkan b
unyi mendesis dari gelembung gas yang terbentuk.
4. Intensitas Reaksi
- Intensitas reaksi, seperti jumlah gelembung dan kecepatan pembent
ukan gelembung, dapat memberikan indikasi kasar tentang kandungan m
ineral karbonat dalam sampel.
- Reaksi yang kuat menunjukkan kandungan mineral karbonat yang t
inggi, sedangkan reaksi lemah mengindikasikan kandungan mineral karb
onat yang rendah.
Uji asam berguna untuk membedakan mineral karbonat dari minera
l non-karbonat seperti silikat, oksida, atau sulfida. Namun, uji ini tidak d
apat membedakan jenis mineral karbonat secara spesifik.
9. Hasil pengamatan yang didapatkan yaitu pada sampel air sumur yang
ditambahkan dengan larutan asam sulfat H2SO4 pada saat dihomogenkan,
campuran larutan tersebut tidak mengalami perubahan warna, kemudian
larutan tersebut dititrasi menggunkan kalium permanganat. Hasil titrasi
yang didapatkan dari larutan kalium permanganat yang awalnya berwarna
ungu mengalami perubahan warna menjadi merah muda. Adapun mineral
yang memiliki hubungan mengenai penentuan kadar sampel Fe2+ yaitu
hematit yang memiliki komposisi kimia yaitu Fe2O3 dan magnetit yang
memiliki komposisi kimia Fe3O4.
10. Berdasarkan mineral yang telah diidentifikasi yaitu mineral hematit dan
magnetit. Kondisi lingkungan dari mineral hematit terbentuk pada proses
hidrotermal dan metamorfisme yaitu pada suhu 200°-700°C, mineral ini
lebih sering terbentuk pada kondisi tekanan rendah di lingkungan
permukaan bumi, mineral hematit memiliki komposisi kimia Fe2O3.
Kondisi lingkungan dari mineral magnetit terbentuk pada proses
hidrotermal dan metamorfisme yaitu pada suhu 200°-600°C, mineral ini
lebih sering terbentuk pada kondisi tekanan rendah di lingkungan
permukaan bumi, mineral hematit memiliki komposisi kimia Fe2O3,
magnetit memiliki komposisi kimia Fe3O4.
11. Analisis kualitatif mineral memiliki beberapa manfaat penting dalam ekspl
orasi sumber daya mineral dan studi geologi lainnya:
1. Identifikasi mineral prospektif
Analisis kualitatif membantu mengidentifikasi mineral berhar
ga atau mineral indikator yang penting untuk eksplorasi sumber da
ya mineral seperti emas, perak, tembaga, timah, dan lain-lain. Deng
an mengetahui keberadaan mineral tertentu, ini dapat memberikan
petunjuk awal untuk potensi deposit mineral di daerah tersebut.
2. Interpretasi lingkungan pengendapan
Identifikasi mineral tertentu dapat membantu menafsirkan lin
gkungan pengendapan batuan, seperti lingkungan laut, darat, atau h
idrotermal. Informasi ini penting untuk memahami proses pembent
ukan batuan dan potensi kandungan sumber daya mineral di dalam
nya.

3. Studi alterasi hidrotermal


Dalam eksplorasi mineral, analisis mineral dapat mengungka
p pola alterasi hidrotermal yang terkait dengan proses mineralisasi.
Mineral seperti klorit, serisit, kuarsa, dan pirolusit dapat menunjuk
kan zona alterasi yang prospektif untuk deposit mineral.
4. Karakterisasi batuan
Analisis kualitatif mineral membantu dalam karakterisasi dan
klasifikasi batuan, seperti batuan beku, sedimen, atau metamorf. In
formasi ini penting untuk memahami sejarah geologi suatu daerah
dan potensi sumber daya mineral yang terkait.
5. Studi petrologi dan petrogenesis
Identifikasi mineral membantu dalam studi petrologi, yaitu st
udi tentang asal-usul dan evolusi batuan. Mineral dapat memberika
n informasi tentang kondisi tekanan, suhu, dan komposisi kimia sel
ama pembentukan batuan.
7. Eksplorasi lingkungan
Analisis mineral juga berguna dalam studi lingkungan, seperti
identifikasi mineral pencemar atau mineral yang terkait dengan pro
ses remediasi.
Dengan mengombinasikan analisis kualitatif mineral dengan data g
eologi lainnya, para ahli dapat membuat interpretasi yang lebih akurat tent
ang potensi sumber daya mineral, proses pembentukan batuan, dan sejarah
geologi suatu daerah. Informasi ini sangat berharga dalam eksplorasi sumb
er daya mineral dan studi geologi lainnya.
12. Hasil analisis mineral menggunakan metode titrasi permanganometri, sepe
rti yang telah dilakukan dalam praktikum, memberikan wawasan penting t
entang proses geologi di Daerah Gowa atau wilayah lainnya. Dalam konte
ks Daerah Gowa, data mineral dari praktikum tersebut dapat mengungkap
informasi tentang lingkungan geologi dan sejarah pembentukan wilayah te
rsebut. Contohnya, keberadaan pirit dalam sampel air sumur bisa menanda
kan adanya formasi geologi yang kaya akan mineral sulfida, seperti batuan
endapan sedimen atau formasi gunung berapi. Di sisi lain, dominasi marca
sit dalam analisis mineral bisa mengindikasikan lingkungan geologi yang
berbeda, seperti keberadaan endapan sedimen laut atau proses hidrotermal.
Dengan mempertimbangkan komposisi mineral dalam sampel air s
umur atau formasi batuan di Daerah Gowa, para geologi dapat mengemba
ngkan model tentang sejarah geologi wilayah tersebut, termasuk proses pe
ngendapan, deformasi tektonik, dan aktivitas magmatik masa lalu. Ini sang
at penting untuk memahami evolusi geologi Daerah Gowa serta potensi su
mber daya alam dan dampaknya pada lingkungan hidup.

4.3 Analisis Kualitatif

Praktikum ini bertujuan untuk menganalisis kadar besi (Fe) dalam sampel a
ir sumur. Adapun unsur Fe merupakan suatu unsur yang penting dalam batuan dan
mineral, keberadaannya dapat memengaruhi sifat fisik dan kimia dari suatu miner
al dan batuan. Hal ini dapat dilihat pada suatu batuan yang memiliki kandungan b
esi (Fe) yang tinggi dimana batuan tersebut akan lebih keras dan padat, dibanding
kan dengan batuan yang mengandung unsur Fe yang lebih sedikit.
Metode titrasi permanganometri dapat digunakan dalam bidang geologi un
tuk analisis mineral menggunakan larutan kalium permanganat. Kalium permanga
nat (KMnO₄) digunakan untuk mengidentifikasi mineral berdasarkan komposisi k
imia suatu mineral. Contoh dari penerapan titrasi Permanganometri ini yaitu laruta
n KMnO₄ dapat digunakan untuk membedakan antara mineral pirit dan marcasit.
Pirit (FeS₂) adalah mineral sulfida yang berwarna kuning keemasan dengan kilap
logam. Pirit memiliki laju reaksi yang lambat apabila direaksikan dengan larutan k
alium permanganat (KMnO₄). Ketika sampel pirit dicampur dengan kalium perma
nganat (KMnO₄), larutan akan berubah warna menjadi ungu perlahan-lahan. Seda
ngkan, Marcasit (FeS₂) adalah mineral sulfida yang berwarna kuning kecoklatan
dengan kilap logam. Marcasit memiliki laju reaksi yang lebih cepat kalium perma
nganat (KMnO₄) dibandingkan pirit. Ketika sampel marcasit dicampur dengan kal
ium permanganat (KMnO₄), larutan akan berubah warna menjadi ungu dengan ce
pat. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan laju reaksi antara pirit dan marcasit yan
g disebabkan oleh perbedaan struktur kristalnya. Pirit memiliki struktur kristal ku
bus yang lebih stabil dibandingkan marcasit yang memiliki struktur kristal ortoro
mbik. Struktur kristal yang lebih stabil membuat pirit lebih sulit untuk bereaksi de
ngan larutan kalium permanganat (KMnO₄).
Dapat disimpulkan dari pengamatan tersebut bahwa titrasi permanganomet
ri adalah metode yang efektif untuk membedakan mineral pirit dan juga mineral m
arcasit berdasarkan laju reaksinya dengan larutan kalium permanganat (KMnO4).
Perbedaan laju reaksi ini disebabkan karena perbedaan struktur kristal dari pirit ya
ng cenderung lebih stabil dibandingkan marcasit yang memiliki struktur kristal ort
orombik.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
1. Permanganometri merupakan salah satu metode titrasi yang dilakukan
berdasarkan reaksi oleh kalium permanganat (KMnO4). Permanganometri
dapat digunakan untuk menganalisis kadar besi dalam air sumur. Dalam
titrasi permanganometri, larutan standar kalium permanganat (KMnO ₄)
ditambahkan ke dalam larutan sampel air sumur yang mengandung ion
Fe²⁺. Ion permanganat (MnO₄⁻) berwarna ungu, dan akan bereaksi
dengan ion Fe²⁺ menghasilkan ion besi (III) (Fe³⁺) dan ion mangan (II)
(Mn²⁺). Reaksi ini berlangsung sampai semua ion Fe²⁺ dalam larutan
sampel bereaksi dengan ion permanganat. Titik akhir titrasi ditandai dengan
perubahan warna larutan dari ungu menjadi tidak berwarna.
2. Berdasarkan hasil titrasi permanganometri kualitas air yang digunakan saat
di homogenkan mengalami perubahan warna yang berarti terjadi reaksi
oksidasi yang menunjukkan adanya senyawa yang di oksidasi. Namun
untuk menilai kualitas air secara menyeluruh, kita harus memeriksa lebih
banyak parameter.
3. Permanganometri dapat digunakan dalam analisis statistik untuk mengolah
data geologi struktur. Metode ini memungkinkan pengujian hipotesis secara
obyektif dan mengukur ketidakpastian dalam interpretasi geologi struktur.
3.2 Saran

3.2.1 Saran Laboratorium


1. Menyediakan tempat untuk praktikkan menaruh tas
2. Menambah larutan lebihbanyak di meja praktikum
3. Menyediakan tempat sampah.
3.2.2 Saran Asisten
1. Lebih berinteraksi dengan praktikkan
2. TERIMAKASIH
3. TERIMAKASIH

DAFTAR PUSTAKA

Day, R. A., & Underwood, A. L. (1986). Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta:


Erlangga.
Vogel, A. I. (1989). Analisis Kimia Kuantitatif Anorganik. Jakarta: PT Kalma
n Media Pustaka.
Harris, D. C. (2007). Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.

LAMPIRAN

Penentuan Kadar Sampel Fe2+


1. Buret 50 mL diisi dengan larutan kalium permanganat (KMnO4).

2. Larutan asam oksalat (H C O ) dimasukkan ke dalam gelas kimia sebanyak


2 2 4

10 mL kemudian ditambahkan dengan asam sulfat (H2SO ) sebanyak 5


4

mL. Larutan tersebut kemudian di panaskan hingga mencapai suhu 65ºC.

3. Dalam keadaan panas, larutan H C O kemudian dititrasi dengan larutan


2 2 4

KMnO sebanyak 3 tetes kemudian dihomogenkan. Perlahan larutan akan


4

berubah warna menjadi bening kembali.


4. Titrasi I : Larutan berwarna merah muda lalu perlahan menjadi bening

5. Titrasi II : Larutan berwarna merah muda lalu perlahan menjadi bening

6. Titrasi III : Larutan berwarna merah muda lalu perlahan menjadi bening
Standarisasi Larutan KMnO4

1. Ambil sampel menggunakan pipet volume 25 mL kemudian dimasukkan k


edalam labu erlenmeyer

2. Tambahkan larutan asam sulfat (H2SO4) menggunakan pipet volume 5 mL keda


lam labu erlenmeyer

3 Buret 50 mL diisi dengan larutan kalium permanganat (KMnO4)


4. Lalu titrasi sampel yang telah di campur dengan larutan asam sulfat (H2SO 4) m
enggunakan larutan kalium permanganat (KMnO4)

5. Kemudian homogenkan sampel hingga berubah warna menjadi merah muda

6. Titrasi I : Larutan berwarna merah muda lalu perlahan menjadi bening


7. Titrasi II: Larutan berwarna merah muda lalu perlahan menjadi bening

8. Titrasi III : Larutan berwarna merah muda lalu perlahan menjadi bening

Anda mungkin juga menyukai